• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.4. Analisis Data

Sampel substrat yang telah dicuci selanjutnya dikeringkan di bawah terik matahari selama ± 3-4 hari (sinar matahari penuh) sampai kering dan beratnya konstan. Cara lain, sampel dapat dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o

3.4.2 Frekuensi, Kerapatan, Penutupan Spesies dan Indeks Nilai Penting Lamun

C selama 24 jam sampai beratnya konstan. Selanjutnya sedimen diayak berdasarkan ukuran mesh size ayakan. Pengolahan contoh sedimen ini menggunakan metode kering (Holme & McIntyre 1984). Hasil penyaringan berdasarkan mesh size ayakan (ayakan bertingkat), kemudian ditimbang dan dicatat hasilnya dalam tabel dan selanjutnya dihitung persen kumulatif dari setiap mesh size ayakan. Hasil perhitungan persen kumulatif ini selanjutnya disesuaikan dengan nilai phi (Ø) menurut skala Wenworth. Sebaran butiran tekstur substrat (%) dapat diketahui berdasarkan hasil analisis ini (Holme & McIntyre 1984).

Frekuensi Spesies Lamun

Frekuensi spesies lamun yaitu peluang ditemukannya lamun spesies ke-i dalam suatu petak contoh yang dibatasi dan dibandingkan dengan jumlah petak contoh yang diamati. Perhitungan spesies lamun dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Brower et al. 1990):

Keterangan:

Fi = frekuensi spesies ke-i Pij

P = jumlah total kuadrat contoh

= jumlah kuadrat contoh ke-j ditemukan spesies ke-i

Frekuensi Relatif Lamun

Frekuensi relatif lamun (FRi), yaitu perbandingan antara frekuensi spesies-i (Fi) dengan jumlah total frekuensi seluruh spesies. Perhitungan

frekuensi relatif lamun dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Brower et al. 1990):

Keterangan:

FRi = frekuensi relatif spesies ke-i Fi = frekuensi spesies ke-i

F = jumlah frekuensi untuk seluruh spesies i=1

Kerapatan Mutlak Lamun

Kerapatan mutlak lamun adalah jumlah total individu lamun dalam suatu unit area yang diukur. Kerapatan mutlak lamun dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Brower et al. 1990):

Keterangan: Ki

n

= kerapatan mutlak spesies ke-i

ij

A = luas total area pengambilan contoh (m

= jumlah total individu dari spesies ke-i di unit area ke-j

2

) Kerapatan Relatif Lamun

Kerapatan relatif lamun merupakan perbandingan antara jumlah individu spesies lamun dan jumlah total individu seluruh spesies lamun. Kerapatan relatif lamun dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Brower et al.1990) :

Keterangan: KRi

n

= kerapatan relatif spesies ke-i

i n

= jumlah individu tiap spesies

ij

Penutupan Spesies Lamun

= jumlah total individu seluruh spesies

Penutupan spesies lamun yaitu luas area yang di tutupi oleh lamun dalam setiap kuadrat (Saito & Atobe 1990 in English et al. 1997). Perse n tutupan spesies lamun tertentu dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Pi

M

= penutupan spesies lamun ke-i

i

f = frekuensi (jumlah sub kuadrat yang memiliki nilai tengah yang sama) = nilai tengah persen dari kelas ke-i

Penutupan Relatif Lamun

Penutupan relatif lamun yaitu perbandingan antar tutupan individu spesies ke-i dengan total jumlah tutupan seluruh spesies. Perhitungan penutupan relatif lamun dihitung dengan menggunakan rumus (Brower et al. 1990), sebagai beriku:

Keterangan: PRi

P

= penutupan relatif spesies lamun ke-i

i P

= penutupan spesies ke-i

ij = total jumlah penutupan seluruh spesies

Indeks Nilai Penting

Indeks nilai penting (INP), dlgunakan untuk menghitung dan menduga keseluruhan dari peranan satu spesies di dalam satu komunitas. Semakin tinggi nilai INP suatu spesies, relatif terhadap spesies lainnva maka semakin tinggi peranan spesies tersebut dalam komunitas. Rumus yang digunakan untuk menghitung INP (Brower et al. 1990), sebagai berikut:

INPi = KRi + FRi + PR

Keterangan:

i

INPi

KR

= indeks nilai penting spesies ke-i

i

FR

= kerapatan Relatif spesies ke-i

i

PR

= frekuensi Relatif spesies ke-i

i = penutupan Relatif spesies ke-i

3.4.3 Pola Penyebaran Lamun

Pola penvebaran individu lamun, dapat dihitung dengan menggunakan analisis Indeks Morisita. Perhitungan pola penyebaran lamun dihitung dengan menggunakan rumus (Brower et al.1990), sebagai berikut:

Keterangan:

Id = indeks Morisita

n = jumlah kuadrat pengambilan contoh N = jumlah individu dalam n kuadrat xi

Indeks Morisita (Id) memiliki kriteria penilaian sebagai berikut: = Jumlah individu spesies ke-i pada setiap kuadrat

Id = 1, pola penyebaran merata Id < 1, pola penyebaran seragam Id > 1, pola penyebaran mengelompok

Kebenaran nilai indeks di atas, dapat diuji menggunakan sebaran Chi- kuadrat dengan persamaan (Brower et al.1990), sebagai berikut:

Nilai Chi-kuadrat dari perhitungan di atas dibandingkan dengan nilai Chi-kuadrat tabel dengan selang kepercayaan 95 % (α = 0,05). Jika nilai X2 hitung lebih kecil dari nilai X2

3.4.4 Komposisi Spesies dan Kelimpahan Gastropoda

tabel berarti tidak ada perbedaan yang nyata dengan penyebaran acak.

Komposisi spesies gastropoda diperoleh dengan mencatat setiap spesies yang ditemukan dalam setiap kuadrat berdasarkan stasiun pengamatan dan diidentifiasi. Selanjutnya tiap individu gastropoda disusun berdasarkan

famili, genera dan spesies yang ditemukan dalam tiap kuadrat contoh, ke dalam tabel. Agar mempermudah dalam penelusuran spesies, maka nama famili, genera dan spesies diurutkan menurut abjad. Kemudian masing- masing famili, genera dan spesies dijumlah sesuai dengan banyaknya individu spesies tersebut.

Kelimpahan spesies (A) didefinisikan sebagai jumlah individu per satuan luas atau volume (Brower et al.1990), yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan: Ai

n

= kelimpahan spesies i

ij

A = luas total area pengambilan contoh

= jumlah total individu dari spesies i di unit area ke-j

3.4.5 Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Gastropoda

Keanekaragaman spesies gastropoda diartikan sebagai banyaknya spesies gastropoda yang ditemukan dalam tiap kuadrat pada setiap garis transek. indeks keanekaragaman yang digunakan untuk menentukan keanekaragaman spesies gastropoda adalah indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H') (Cox 2002), dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

H' = indeks keanekaragaman jenis pi = ni/N sebagai proporsi spesies ke-i ni = jumlah individu spesies ke-i N = jumlah total individu spesies ke-i

Indeks keseragaman (equitability) adalah rasio antara indeks keanekaragaman terhadap keanekaragaman maksimumnya. Indeks ini digunakan untuk menggambarkan keseimbangan penyebaran spesies dalam suatu komunitas. Indeks keseragaman yang digunakan menurut Krebs (1989), sebagai berikut:

Keterangan

E = indeks keseragaman

H’ = indek Keanekaragam Shannon-Wiener H’maks = 3,322 log2

Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1 (Setyobudiandi et al. 2009). Jika nilai indeks keseragaman mendekati 0, menunjukkan adanya konsentrasi jumlah individu pada spesies tertentu, atau terdapat spesies tertentu yang memiliki jumlah individu relatif banyak. Sebaliknya jika nilai indeks keseragaman mendekati 1, menunjukkan jumlah individu di setiap spesies hampir sama atau merata.

S (S= jumlah spesies)

Dominansi spesies merupakan suatu gambaran bahwa jumlah suatu spesies lebih banyak/dominan terhadap spesies yang lain dalam suatu komunitas. Dominansi spesies dinyatakan dalam indeks dominansi Simpson (Brower et al.1990), sebagai berikut :

Keterangan:

D = indeks dominansi Simpson ni = jumlah individu spesies ke-i

N = jumlah total individu dari selruh spesies 3.4.6 Indeks Kesamaan Komunitas

Indeks kesamaan komunitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan komunitas berdasarkan kesamaan spesies gastropoda antar lokasi penelitian. Indeks kesamaan komunitas yang digunakan adalah indeks Sorenson (Maguran 1988), sebagai berikut:

Keterangan: CS

j = jumlah spesies yang ditemukan dalam plot kuadrat di dua lokasi penelitian = indeks Sorenson

a = jumlah spesies yang ditemukan di lokasi A b = jumlah spesies yang ditemukan di lokasi B

3.4.7 Karakteristik Habitat Berdasarkan Parameter Fisika-Kimia air dan Tekstur Substrat

Penilaian terhadap parameter fisika-kimia perairan disesuaikan dengan standar baku mutu air laut berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004, pada lampiran II (baku mutu air laut untuk biota laut). Karakteristik lokasi penelitian dapat dinilai berdasarkan parameter fisika-kimia perairan yang telah diukur melalui pendekatan analisis statistik multivariate. yaitu analisis komponen utama (principal component analysis, PCA) (Legendre & Legendre 1983).

Analisis komponen utama bertujuan untuk mempresentasi-kan beberapa variabel dalam suatu matriks data. Matriks data yang dimaksud terdiri atas lokasi penelitian sebagai individu (baris) dan variabel peubah habitat kuantitatif (kolom). Data karakteristik habitat (parameter fisika- kimia perairan dan tekstur substrat), tidak memiliki satuan ukuran dan ragam yang sama dari data, sehingga sebelum melakukan analisis komponen utama data-data ini harus dinormalisasikan lebih dahulu melalui pemusatan dan pereduksian (Setyobudiandi et al. 2009). Dengan demikian nilai-nilai analisis komponen utama tidak direalisasikan dari nilai-nilai parameter inisial, tetapi dari indeks simetrik yang diperoleh dari kombinasi linier nilai-nilai parameter inisial (Legendre & Legendre 1983).

Pemusatan adalah selisih antara nilai parameter dengan nilai rataan parameter, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: C = nilai pusat

Pereduksian adalah hasil bagi antara nilai parameter yang telah dipusatkan dengan nilai simpangan baku parameter tersebut.

Keterangan: R = nilai reduksi C = nilai pusat

Sd = nilai simpangan baku karakteristik habitat

Langkah selanjutnya adalah menentukan hubungan antara dua peubah. Pendekatan yang digunakan adalah matriks korelasi yang dihitung dari indeks sintetik (Ludwig & Reynolds 1988), dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= matriks korelasi r

= matriks indeks sintetik a

ij

= matriks transpose A

ij

Korelasi linier antara dua parameter yang dihitung dari indeks sintetik adalah peragam dari kedua parameter tersebut yang telah dinormalisasikan.

sxn

Di antara semua indeks sintetik yang mungkin, analisis komponen utama mencari terlebih dahulu mencari indeks yang menunjukkan ragam yang maksimum dari lokasi penelitian. Indeks ini merupakan komponen utama pertama yang merupakan sumbu utama 1 (F1). Suatu proporsi tertentu dari ragam total lokasi penelitian dijelaskan oleh komponen utama ini. Selanjutnya dicari komponen utama kedua (F2) yang memiliki korelasi nihil dengan komponen utama pertama. Proses ini berlanjut terus hingga memperoleh komponen utama ke-p, yang merupakan bagian informasi yang paling kecil (Setyobudiandi et al. 2009).

Pada prinsipnya analisis komponen utama menggunakan jarak Euclidean (jumlah kuadrat perbedaan karakteristik fisika-kimia perairan dan tekstur sedimen antar lokasi penelitian yang berkoresponden) pada data. Jarak Euclidean didasarkan pada rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Semakin kecil jarak Euclidean antar 2 lokasi, maka semakin mirip karakteristik fisika-kimia perairan antar kedua lokasi tersebut. Demikian pula sebaliknya, semakin besar nilai Euclidean antar dua lokasi, maka semakin berbeda karakteristik fisika-kimia perairan antar dua lokasi tersebut (Legendre & Legendre 1983).

3.4.8 Pola Penyebaran dan Sebaran Spasial Gastropoda serta Asosiasinya dengan Karakteristik Habitat

Dalam menentukan pola penyebaran gastropoda pada tiap transek pengamatan, dapat dianalisis dengan menggunakan indeks penyebaran Morisita (Id) dengan rumus sebagai berikut (Brower et al.1990) :

Keterangan:

Id = Indeks Morisita

n = Jumlah kuadrat pengambilan contoh N = Jumlah individu dalam n kuadrat xi = Jumlah individu pada setiap kuadrat

Pola penyebaran gastropoda ditentukan berdasarkan kriteria dari Indeks Morisita (Id) dengan penilaian sebagai berikut:

Id = 1, pola penyebaran acak

Id < 1, pola penyebaran seragam/merata Id > 1, pola penyebaran mengelompok

Kebenaran nilai indeks Morisita (Id) dapat diuji menggunakan sebaran Chi- kuadrat (x2

) (Brower et al.1983) dengan persamaan:

Nilai Chi-kuadrat dari perhitungan di atas dibandingkan dengan nilai Chi-kuadrat tabel, dengan selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Jika nilai x2 hitung lebih kecil dari nilai x2 tabel maka tidak ada perbedaan vang nyata dengan penyebaran acak.

3.4.9 Asosiasi Gastropoda dengan Lamun Berdasarkan Karakteristik Habitat

Asosiasi gastropoda dengan karakteristik habitat dapat dijelaskan menggunakan analisis faktoriai korespondens (Correspondence Analysis, CA) (Legendre & Legendre 1983). Analisis ini didasarkan pada matriks data I baris (gastropoda) dan J kolom (lokasi pengamatan atau karakteristik habitat), dimana ditemukan pada baris ke i dan kolom ke j kelimpahan organisme pada lokasi pengamatan atau modalitas karakteristik habitat ke j untuk organisme ke i. Matriks data ini merupakan tabel kontigensi organisme X lokasi pengamatan atau spesies organisme modalitas karakteristik habitat tersebut.

Peranan i dan j dalam tabel kontigensi yaitu membandingkan unsur- unsur I (untuk tiap J), sama dengan membandingkan hukum probabilitas bersyarat. Pengukuran kemiripan antar 2 unsur yaitu unsur I1 dan unsur I2

Keterangan:

dari I dilakukan melalui pengukuran jarak chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut: D2 x = jarak chi-kuadrat i X

= jumlah baris i untuk semua kolom

j = jumlah kolom j untuk semua baris

Pengolahan data correspondence analysis (CA) untuk mengetahui sebaran spasial gastropoda, menggunakan program XLSTAT versi 1.02. 2009.

Dokumen terkait