• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: PAPARAN DATA DAN ANALISIS

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

K. ANALISIS DATA

Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari observasi, interview/wawancara, dan dokumentasi maka selanjutnya peneliti melakukan analisis data untuk menjelaskan lebih lanjut dari hasil penelitian. Data yang diperoleh dan dipaparkan, selanjutnya akan dianalisis oleh peneliti sesuai dengan hasil penelitian dengan mengacu pada rumusan masalah. Sebagaimana hasil dari analisis penelitian berikut:

1. Kenakalan remaja di Panti Sosial Marsdui Putra Antasena Magelang. Kenakalan remaja merupaka suatu sikap atau perilaku yang keluar dari tatanan nilai yang wajar dan melanggar aturan Islam atau aturan negara. Masalah kenakalan remaja (juvenile deliquency) pada saat ini sudah sampai taraf memprihatinkan. Hal ini karena kenakalan yang tampak bukan sekedar pencarian jati diri remaja, melainkan sudah mengarah pada tindakan kriminal. Bentuk kenakalan remaja di Panti

Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang bermacam-macam, diantaranya yaitu pencurian, pengeroyokan sampai meninggal, perkelahian, pelecehan seksual atau pencabulan, minum-minuman keras, narkoba, dan keluyuran.

Terjadinya kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, ketidak harmonisan rumah tangga, orang tua broken home, kemajuan teknologi, pengaruh dari teman dan ekonomi keluarga. Dari beberapa faktor penyebab kenakalan tersebut, sangat mempengaruhi anak atau remaja untuk melakukan tindakan menyimpang yang dapat membuat kekhawatiran orang tua dan meresahkan masyarakat.

2. Program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

Program Pendidikan Agama Islam di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang merupakan alat pembinaan yang sangat ampuh bagi anak atau remaja. Agama yang tertanam di dalam jiwa remaja itu, akan dapat digunakannya untuk mengendalikan keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang kurang baik, serta membantunya dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan pada umumnya. Dengan adanya keyakinan agama dalam diri remaja, akhlaknya dengan sendirinya akan baik, karena datang dari dalam diri anak tersebut.

Dari berbagai program Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang kepada penerima manfaat, yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja adalah bimbingan syariah (ibadah), terutama dalam pembiasaan shalat bagi penerima manfaat. Pembiasaan ibadah shalat yang dilakukan, ternyata mampu mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku para penerima manfaat.

Shalat yang dilakukan dengan baik akan mewujudkan perilaku yang baik. Selain itu, shalat mempunyai daya penunjang bagi pembentukan akhlak manusia untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Baik buruknya perlakuan seseorang itu sangat dipengaruhi oleh shalatnya. Jika ibadah shalatnya baik, dilakukan dengan penuh kesempurnaan yang merangkum aspek rukun, syarat dan penuh khusyuk ia akan dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.

Menurut Syafaat (2008: 166-169) menyatakan bahwa dalam mewujudkan generasi remaja yang penuh dengan kepatuhan terhadap syarat ajaran agama, untuk mencegah perilaku juvenile deliquency

salah satu di antaranya adalah ibadah shalat. Manfaat shalat, selain menyehatkan jiwa dan raga juga dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar sebagaimana firman Allah Swt.:

“... Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar...”(QS. Al-Ankabut: 45).

Rangkaian ibadah seperti shalat, merupakan realisasi dari keimanan. Ibadah ini menjadi sangat penting dilaksanakan karena berdampak baik pada fisik (jasmani) maupun psikis (rohani atau jiwa). Pada tingkat pertama, orang melihat shalat itu sebagai gerakan fisik. Namun, orang yang beriman melihatnya lain, karena dapat memahami dan menghayati hakikat shalat itu. Ia tidak menafikkan shalat sebagai gerakan jasmaniah, tetapi hakikatnya adalah gerakan yang menghubungkan jiwa dengan Tuhan. Sebagaimana diungkapkan oleh Rasulullah Saw, bahwa shalat adalah tali penghubung antara hamba dan Tuhannya atau satu sarana hubungan antara manusia dengan Allah Swt.

Dalam shalat, yang dituntut adalah thumaninah (ketenangan). Hal ini bukan dalam bentuk fisik shalat, tetapi berkaitan dengan komunikasi kejiwaan seorang hamba kepada Rabbnya. Uangkapan lainnya menyatakan bahwa shalat adalah munajat antara manusia dan Tuhannya. Munajat dalam bahasa modernnya adalah audiensi, yaitu hubungan komunikasi dengan Tuhannya dalam bentuk percakapan dan pengaduan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.

Oleh karena itu, Allah Swt. memerintahkan kepada umatnya, khususnya para remaja, agar mengingat Allah dengan cara mendirikan shalat. Dengan mengerjakan shalat, seorang remaja akan membentuk watak atau pribadi Islami, yaitu remaja yang dapat bertanggung jawab

terhadap Tuhannya, dirinya dan kehidupannya dalam menegakkan agama Islam.

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

Suatu kegiatan yang dijalankan pasti menemui kendala-kendala dalam melakukan aktifitasnya tersebut, begitu juga dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. Diantaranya sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang meliputi:

1) Pegawai Panti

Adanya SDM pelaksana atau pegawai panti yang memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi pada penerima manfaat mampu menjadi salah satu faktor pendukung dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang. Selain itu, dari latar belakang pendidikan pegawai panti yang bervariatif sehingga variasi latar belakang pendidikan tersebut bisa saling melengkapi. 2) Sarana Prasarana

Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang dalam menyediakan sarana prasarana cukup memadai, sehingga

kebutuhan penerima manfaat dapat terpenuhi dengan baik. Dengan demikian, sarana prasarana menjadi faktor pendukung dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

b. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang meliputi:

1) Latar Belakang Anak

Latar belakang anak atau penerima manfaat yang bervariatif mampu menjadi salah satu penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang. Misalnya dalam keterampilan elektro, anak yang hanya lulusan SD (Sekolah Dasar) akan merasa kesulitan mengikuti keterampilan tersebut, karena menggunakan rumus-rumus tertentu dan ada kaidah tertentu yang memakai intelektual. Sehingga ada jenis keterampilan tertentu yang persyaratannya pendidikan itu tidak terpenuhi.

2) Teman

Adanya teman yang tidak baik pasti akan menjadi pengaruh besar bagi penerima manfaat. Misalnya di panti bertemu dengan teman yang sama-sam malas dan sama-sama sering melanggar ketertiban panti, sehingga menjadi faktor

penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

3) Kurangnya Kesadaran Anak

Banyak penerima manfaat yang masuk di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang karena putusan dari pengadilan, bukan kemauan sendiri, sehingga sulit untuk menumbuhkan minat penerima manfaat tersebut. Kemudian anak-anak yang tidak mempunyai minat tersebut sering mengganggu dalam kegiatan bimbingan, sehingga menjadi faktor kendala atau penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah terkumpul semua data penelitian, maka tahap selanjutnya yaitu menarik kesimpulan. Peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Bentuk kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang tergolong bermacam-macam, diantaranya adalah pencurian, pengeroyokan sampai meninggal, perkelahian, pelecehan seksual, narkoba, minum-minuman keras dan keluyuran. Terjadinya kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, ketidak harmonisan rumah tangga, orang tua broken home, kemajuan teknologi, pengaruh dari teman dan ekonomi keluarga.

2. Program Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan oleh Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang dalam membina kenakalan remaja meliputi: bimbingan akidah (keimanan), bimbingan syariah (ibadah) dan muamalah, dan bimbingan akhlak yang disampaikan melalui mentoring oleh pembina keagamaan. Selain itu, dilakukan pula kegiatan keagamaan yang lain seperti pembacaan tahlil/yasin pada malam Jum’at, bimbingan Qur’an, peringatan Hari-hari Besar Agama,

3. Program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang yaitu bimbingan syariah (ibadah). Bimbingan syariah (ibadah) diberikan guna memperbaiki kedisiplinan ibadah terutama dalam pembiasaan ibadah sholat para penerima manfaat. Sholat mempunyai daya penunjang bagi pembentukan akhlak manusia untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Dengan demikian, pembiasaan ibadah shalat yang dilakukan, ternyata mampu mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku para penerima manfaat. 4. Faktor pendukung dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial

Marsudi Putra Antasena Magelang yaitu dari pegawai panti dan sarana prasarana. Adanya sarana prasarana panti yang memadai dan SDM pelaksana atau pegawai panti yang memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi pada penerima manfaat, mampu menjadi salah satu faktor pendukung dalam membina kenakalan remaja.

5. Faktor penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial marsudi Putra Antasena Magelang yaitu dari latar belakang anak, pengaruh dari teman dan kurangnya kesadaran anak.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Panti

a. Hendaknya diselenggarakan kegiatan hafalan surat pendek saat pembinaan agama untuk menambah hafalan-hafalan surat yang dibaca dalam melaksanakan sholat sendirian atau imam. Karena sebagian besar penerima manfaat adalah laki-laki yang merupakan calon imam sholat bagi keluarga dan masyarakat.

b. Pendampingan secara ekstra kepada penerima manfaat lebih ditingkatkan agar tidak terjadi kenakalan di dalam panti.

c. Lebih ditingkatkan lagi dalam memberikan pembinaan agama terutama dalam memperbaiki akhlak, agar penerima manfaat memiliki kehidupan yang lebih terarah sesuai dengan syariat Islam. 2. Bagi penerima manfaat

a. Hendaknya penerima manfaat menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dengan baik, serta mengamalkan ilmu yang telah didapat. b. Hendaknya penerima manfaat dapat menggunakan waktu yang

sebaik-baiknya dengan melakukan hal-hal positif di dalam panti. 3. Bagi Orang Tua

a. Sebaiknya orang tua memberi suri tauladan yang baik agar anak dapat meniru perilaku yang baik dan tidak terjerumus ke dalam tindakan penyimpangan.

b. Sebaiknya orang tua menciptakan keluarga yang tenang, damai, penuh kasih sayang dan perhatian kepada anak-anaknya.

Dokumen terkait