• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA KENAKALAN REMAJA DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA ANTASENA MAGELANG TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA KENAKALAN REMAJA DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA ANTASENA MAGELANG TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FARAH HUSNA HUMAIDA HANIF

NIM. 11114164

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

َلاَق :َلاَق َةَسْيَسٌُ يِبَأ ْهَع ٍحِناَص ْيِبَأ ْهَع ِشَمْعلأا ْهَع َتَيَِاَعُم ُُبَأ اَىَث َّدَح

ُ َّاللّ َمٍََّس اًمْهِع ًِْيِف ُسِمَخْهَي اًقْيِسَط َكَهَس ْهَم :َمَّهَسََ ًِْيَهَع ُ ّاللّ ىَّهَص ِ ّاللّ ُلُُْسَز

(

مهﺴم

ياَز

(

تّىَجْنا ىَنِا اًقْيِسَط

ًَُن

Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang

menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (H.R. Muslim).

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan dan karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Haryono dan Ibu Umi Nur Kartini yang selalu memberikan kasih sayangnya, semangat, dukungan dan doa terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Adik-adikku tersayang, Muhammad Alfaro, Salma Nabila Safirahaq, dan Rafi Wahyu Wijaya yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk meraih keberhasilan.

3. Kekasihku, Kingkin Candra Putra yang selalu membantu dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Sahabat-sahabatku, Jely Aprianti, Fadillah Ulfa, Diah Safitri, Sekar Ayuk Ginti Pratama, Dinda Oktarany dan Nanda Saputri yang selalu memberi dukungan dan mengajarkan arti persahabatan.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Program Pendidikan Agama

Islam dalam membina Kenakalan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang Tahun 2018”.

Penulis pada kesempatan ini menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan secara moril maupun materil dalam pembuatan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

3. Bapak Drs. Abdul Syukur, M. Si. Selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan kepada penulis. 5. Bapak Drs. Ruh Sanyoto, M. P. Selaku Kepala Panti Sosial Marsudi Putra

Antasena Magelang beserta pengurus panti yang telah memberikan kesempatan, kemudahan dan bantuan dalam penelitian ini.

(9)

Semoga segala amal kebaikan bapak, ibu dan saudara-saudara semua mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat dari Allah Swt. Amin.

Penulis berharap mendapatkan masukan yang berharga untuk kesempurnaan dan kelengkapan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan demikian, skripsi yang sangat sederhana ini semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Salatiga, 28 April 2018

(10)

ABSTRAK

Hanif, Farah Husna Humaida. 2018. Efektivitas Program Pendidikan Agama Islam dalam Membina Kenakalan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang Tahun 2018. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M. Si.

Kata kunci: Efektivitas, Pendidikan Agama Islam dan kenakalan remaja Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency), sebab terjadinya kenakalan remaja (juvenile deliquency), program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja, serta faktor pendukung dan penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer yakni hasil wawancara dengan kepala panti, pegawai panti, pembina keagamaan dan penerima manfaat, dan sumber data sekunder yakni foto-foto, profil panti dan dokumen panti. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi dan dokumentasi.

(11)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Penegasan Istilah... 9

F. Sistematika Penulisan... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 13

A. Pendidikan Agama Islam... 13

B. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 15

C. Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)... 17

D. Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)... 20

E. Wujud Perilaku Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)... 23

F. Pemecahan Masalah Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)... 27

(12)

BAB III METODE PENELITIAN... 41

A. Jenis Penelitian... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 42

C. Sumber Data... 42

D. Prosedur Pengumpulan Data... 43

E. Analisis Data... 45

F. Pengecekan Keabsahan temuan... 45

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA... 47

A. Deskripsi Lokasi Objek Penelitian... 47

B. Tugas Pokok, Visi dan Misi... 51

C. Program dan Jenis Kegiatan... 52

D. Sasaran Kegiatan... 53

E. Struktur Organisasi... 54

F. Keadaan Pegawai... 55

G. Keadaan Penerima Manfaat... 59

H. Sarana dan Prasarana... 60

I. Paparan Hasil Penelitian... 61

J. Analisis Data... 75

BAB V PENUTUP... 82

A. Kesimpulan... 82

B. Saran... 83 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4. Surat Keterangan Setelah Penelitian Lampiran 5. Pedoman Wawancara

Lampiran 6. Dokumentasi Lampiran 7. Daftar Nilai SKKM

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses awal dalam pembentukan pola pikir manusia untuk mengubah manusia itu sendiri menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun bangsa yang beradab. Pendidikan berperan sangat penting bagi kehidupan manusia karena merupakan salah satu kunci kesuksesan. Selain itu, diterapkannya pendidikan agar manusia mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya dan mempunyai kualitas hidup yang lebih tinggi.

Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Mujadalah: 11:

َمآ َهيِرَّنا اٍَُّيَأ اَي

اُُحَﺴْفاَف ِسِناَجَمْنا يِف اُُحَّﺴَفَح ْمُكَن َميِق اَذِإ اُُى

ْمُكْىِم اُُىَمآ َهيِرَّنا ُ َّاللّ ِعَفْسَي اَُزُشْواَف اَُزُشْوا َميِق اَذِإََ ۖ ْمُكَن ُ َّاللّ ِحَﺴْفَي

سيِبَخ َنُُهَمْعَح اَمِب ُ َّاللََّ ۚ ٍثاَجَزَد َمْهِعْنا اُُحَُأ َهيِرَّناََ

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan” (Departemen Agaama RI, 2007: 434).

(16)

dihormati oleh orang lain. Tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu. Akan tetapi, jika orang beriman tetapi tidak berilmu, ia akan lemah. Sebaliknya jika orang berilmu tetapi tidak beriman maka ia akan sesat. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, agar manusia memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Taufiq dan Rohmadi, 2011: 218-219).

Pendidikan merupakan sebuah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga individu memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Islamuddin, 2012: 3-4).

(17)

mengusahakan, dan menumbuhkembangkan manusia takwa. Takwa merupakan derajat yang menunjukkan kualitas manusia bukan saja di hadapan sesama manusia, tetapi juga di hadapan Allah Swt.

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat (Syafaat, 2008: 16). Tujuan utama dari Pendidikan Agama Islam yaitu membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-nilai agama dan sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam, sehingga ia mampu mengamalkan syari’at Islam secara

benar sesuai pengetahuan agama (Arifin, 2000: 5). Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Kahf: 66:

اًدْشُز َجْمِّهُع اَّمِم ِهَمِّهَعُح ْنَأ ٰىَهَع َكُعِبَّحَأ ْمٌَ ٰىَسُُم ًَُن َلاَق

Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (Departemen Agama RI, 2007: 240).

(18)

pada remaja diharapkan dapat membantu para remaja dalam mengubah kehidupan yang lebih terarah sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

Daradjat (dalam Syafaat, 2008: 172-173) mengemukakan bahwa Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian remaja, sehingga akan menjadi pengendali dalam kehidupannya di kemudian hari. Untuk pembinaan pribadi itu, pendidikan agama hendaknya diberikan oleh seseorang yang benar-benar mencerminkan agama dalam sikap, tingkah laku, gerak gerik, cara berpakaian, berbicara, menghadapi persoalan, dan keseluruhan pribadinya, pendidikan dan pembinaan agama akan sukses apabila ajaran agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi remaja.

Remaja merupakan suatu masa atau fase peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang berlangsung dari umur 13-21 tahun, dan pada masa ini terjadi perubahan dan pertumbuhan jasmani serta rohani. Masa remaja merupakan masa seseorang mencari jati dirinya dengan berbagai macam cara, tingkah laku, sikap, yang kadang-kadang bila tidak dikontrol dan dikendalikan akan terjerumus pada perbuatan-perbuatan yang negatif (Syafaat, 2008: 95-96).

(19)

yang biasa dilakukan oleh para remaja antara lain: perkelahian, perzinaan, pencurian, narkoba, kejahatan, kekerasan, dan perbuatan durhaka kepada orang tua (Syafaat, 2008: 191-192). Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-An’am: 151:

ۖ َهَطَب اَمََ اٍَْىِم َسٍََظ اَم َشِحاََُفْنا اُُبَسْقَح َلَََ

Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi.” (Departemen Agama RI, 2007: 148).

Allah Swt. melarang umat manusia untuk mendekati perbuatan-perbuatan keji, mendekati perbuatan-perbuatan dosa-dosa besar seperti perbuatan-perbuatan zina baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa sebaiknya mampu menghindari perbuatan-perbuatan lain yang dilarang oleh Allah Swt. dan menjalankan perintah Allah Swt. agar memiliki kehidupan yang lebih tentram, terarah dan tidak merugikan orang lain.

(20)

Masalah kenakalan remaja ini dirasakan sangat meresahkan masyarakat terutama para orang tua. Meningkatnya kenakalan remaja dan tindak kejahatan yang dilakukan oleh remaja merupakan salah satu faktor kurangnya Pendidikan Agama Islam yang diterapkan dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu cara untuk menanggulangi kenakalan remaja adalah dengan memberikan Pendidikan Agama Islam atau pembinaan keagamaan secara langsung. Kenakalan remaja merupakan problema sosial yang perlu diperhatikan dan ditangani secara serius.

Pemerintah sendiri telah mendirikan lembaga pemasyarakatan khusus anak dan tempat-tempat khusus yang menangani kenakalan remaja guna mengatasi tindakan-tindakan kejahatan yang dilakukan oleh remaja. Salah satunya di Jalan Raya Magelang Purworejo, Salaman Kota Magelang terdapat Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap kasus kenakalan remaja yang semakin memprihatinkan.

(21)

sangat membantu dalam menanggulangi kenakalan remaja terutama pembinaan agama Islam.

Pembinaan agama Islam diberikan kepada remaja yang melakukan tindak kejahatan atau penyimpangan, agar dapat membentuk watak dan pribadi Islami serta dapat mewujudkan generasi remaja yang penuh dengan kepatuhan terhadap ajaran-ajaran agama Islam.

Kenakalan yang dilakukan tidak sepenuhnya kesalahan remaja itu sendiri. Faktor kurangnya Pendidikan Agama Islam dan perhatian dari orang tua juga dapat menyebabkan remaja tersebut lebih bebas dan berani dalam melakukan tindakan-tindakan kejahatan diluar batas. Oleh karena itu, remaja masih perlu banyak mendapat arahan dan bimbingan agar tercapai kehidupan remaja yang lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melihat tentang kenakalan remaja yang disebabkan oleh kurangnya Pendidikan Agama Islam dan mengetahui program Pendidikan Agama Islam yang efektif dalam membina kenakalan remaja dengan melakukan suatu penelitian berjudul “EFEKTIVITAS PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MEMBINA KENAKALAN REMAJA DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA ANTASENA MAGELANG TAHUN 2018”.

B. Fokus Penelitian

(22)

1. Apa saja bentuk kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang?

2. Apa saja faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang?

3. Apa saja program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang?

4. Apa saja faktor pendukung dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang?

5. Apa saja faktor penghambat dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan bentuk kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

2. Mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra antasena Magelang,

3. Mendeskripsikan program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

4. Mendeskripsikan faktor pendukung dalam membina kenakalan ramaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

(23)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian berjudul “Efektivitas Program Pendidikan Agama

Islam dalam Membina Kenakalan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang Tahun 2018” ini akan memberikan beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wacana keilmuan Pendidikan Agama Islam terutama dalam hal penanggulangan kenakalan remaja dengan menggunakan pembinaan agama Islam. 2. Secara praktis

a. Memberikan gambaran dan informasi tentang program Pendidikan Agama Islam yang efektif digunakan dalam membina kenakalan remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya yang akan mengkaji lebih mendalam sehingga dapat memperkaya temuan-temuan penelitian baru.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman tentang penafsiran dari judul di atas, maka penulis jelaskan istilah-istilah pokok yang terkandung dalam judul skripsi sebagai berikut:

1. Efektivitas

(24)

Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai, selain itu efektivitas dapat dikatakan sebagai ukuran seberapa jauh tercapainya suatu tujuan melalui tindakan seseorang dalam proses belajar mengajar.

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Majid, 2012: 13).

Pendidikan Agama Islam dapat didefinisikan sebagai proses mengarahkan dan membimbing manusia dididik ke arah pendewasaan pribadi yang beriman dan berilmu pengetahuan.

3. Kenakalan Remaja

Kenakalan atau deliquency merupakan sesuatu yang mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan, dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah usia 22 tahun. Kenakalan sebagai kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan yang bersifat sosial, kelakuan tersebut berupa pelanggaran norma-norma sosial yang ada, bisa menjurus kearah kejahatan atau perbuatan tercela lainnya (Syafaat, 2008: 74-75).

Remaja berasal dari kata latin Adolecer (kata bendanya

(25)

Dewasa” dan bukan lagi kanak-kanak (Syafaat, 2008: 87). Remaja adalah suatu tingkat umur, dimana anak-anak tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Remaja merupakan masa peralihan dari masa akhir kanak-kanak ke masa dewasa (Hidayati, 2008: 142).

Dengan demikian, kenakalan remaja merupakan suatu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial dan menyalahi norma-norma agama.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari penelitian ini, maka peneliti menggunakan sistematika sebagai berikut: 1. Bagian Awal

Pada bagian awal meliputi: halaman sampul luar, lembar berlogo IAIN, halaman sampul dalam, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian penelitian, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran dan abstrak.

2. Bagian Inti

BAB I: PENDAHULUAN

(26)

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti akan menyajikan kajian pustaka atau landasan teori yang meliputi pengertian Pendidikan Agama Islam, tujuan Pendidikan Agama Islam, pengertian kenakalan remaja, sebab terjadinya kenakalan remaja, wujud perilaku kenakalan remaja, pemecahan masalah kenakalan remaja, faktor pendukung dan penghambat dalam membina kenakalan remaja, serta kajian pustaka (kajian penelitian terdahulu).

BAB III: METODE PENELITIAN

Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang meliputi: jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data dan pengecekan keabsahan data.

BAB IV: PAPARAN DATA DAN ANALISIS

Bagian ini berisi tentang laporan hasil penelitian yang mendeskripsikan tentang “Efektivitas Program Pendidikan Agama

Islam dalam Membina Kenakalan Remaja di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang Tahun 2018”.

BAB V: PENUTUP

Penutup memuat kesimpulan, tindak lanjut penelitian dan saran. 3. Bagian Akhir

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaulan dengan

anak-anak”. Sementara itu, orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut

paedagogos (Syafaat, 2008: 11-12).

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing atau memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani, agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakatnya (Syafaat, 2008: 12).

(28)

menghadapi perubahan-perubahan alamiah yang tidak dapat dihindari (Soyomukti, 2010: 22).

Tujuan pendidikan adalah sebuah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup (Sudiyono, 2009: 31).

Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam (Al-Quran dan Sunnah) yakni suatu kegiatan bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah menyelesaikan pendidikan mereka akan dapat memahami, menghayati kemudian meyakini secara keseluruhan, selanjutnya ajaran-ajaran Islam tersebut dijadikan suatu prinsip pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan jasmani dan rohani kelak menuju kebahagiaan dunia dan akhirat (Masdub, 2015: 3).

(29)

Nasir (dalam Syafaat, 2008: 15-16) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni, ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan usaha yang diarahkan pada pembentukan kepribadian anak berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

(30)

Tujuan Pendidikan Agama Islam merupakan adanya kedekatan kepada Allah Swt. melalui pendidikan akhlak dan menciptakan individu untuk memiliki pola pikir yang ilmiah dan pribadi yang puripurna, yaitu pribadi yang dapat mengintegrasikan antara agama dengan ilmu serta amal shaleh, guna memperoleh ketinggian derajat dalam berbagai dimensi kehidupan (Umar, 2010: 62).

Baihaqi (dalam Syafaat, 2008: 33-34) menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadian dan berbudi luhur menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut didasarkan kepada proposisi bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran-ajaran Islam.

Selain itu, tujuan pendidikan Agama Islam merupakan cara untuk mengasuh, membimbing, mendorong, dan menumbuhkembangkan manusia takwa. Karena takwa merupakan derajat yang menunjukkan kualitas manusia bukan saja di hadapan sesama manusia, tetapi juga di hadapan Allah Swt (Putra dan Lisnawati, 2013: 1).

(31)

tunduk dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. serta menjadi insan yang kamil.

Baihaqi (dalam Syafaat, 2008: 34-35) menyatakan bahwa tujuan akhir Pendidikan Agama Islam adalah membina manusia agar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt. baik secara individual maupun secara komunal dan sebagai umat seluruhnya. Setiap orang semestinya menyerahkan diri kepada Allah Swt. karena penciptaan jin dan manusia oleh Allah Swt. adalah untuk menjadi hamba-Nya yang memperhambakan diri (beribadah) kepada-Nya. Allah Swt. menjelaskan hal ini melalui firman-Nya dalam QS Al-Dzariat: 56:

ِنَُدُبْعَيِن َّلَِإ َسْوِ ْلْاََ َّهِجْنا ُجْقَهَخ اَمََ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku.

Ayat tersebut menjelaskakan bahwa tujuan Allah Swt. menciptakan dan menghidupkan manusia di muka bumi ini ialah agar manusia mengabdi kepada Allah Swt. Mengabdi kepada Allah Swt. tidak lain menuruti apa saja yang dikehendaki Allah Swt., menghindari dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah Swt.

3. Pengertian Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency)

Deliquent berasal dari kata Latin “deliquere” yang artinya

(32)

dursila dan lain-lain. Deliquency itu selalu mempunyai konotasi serangan pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah 22 tahun (Kartono, 2014: 6).

Remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13-21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Dariyo, 2004: 13-14).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa remaja adalah tahap peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, selain itu remaja merupakan umur yang menjembatani antara umur kanak-kanak dan dewasa.

Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang Barat sebagai periode

strum and drang. Sebabnya, mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat (Syafaat, 2008: 89-90).

(33)

menghabiskan waktunnya tanpa ada yang menghalanginya. Masa remaja juga merupakan masa seseorang mencari jati dirinya dengan berbagai macam cara, tingkah laku dan sikap yang kadang-kadang bila tidak dikendalikan akan menjurus pasa suatu hal yang negatif.

Istilah baku perdana dalam konsep psikologi adalah juvenile delinquency yang secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenile

berari anak sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian, pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak. Jika menyangkut subyek atau pelakunya, maka menjadi juvenile delinquency yang berarti penjahat anak atau anak jahat. Suatu perbuatan itu disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup, atau suatu perbuatan yang anti sosial di mana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif (Sudarsono, 2004: 10).

Juvenile deliquency ialah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda. Ini merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang (Kartono, 2014: 6).

(34)

remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP (pidana umum) maupun perundang-undangan di luar KUHP (pidana khusus) (Sudarsono, 2004: 11-12).

Kenakalan remaja dapat diartikan sebagai suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh remaja sehingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain. Tindakan yang menyimpang dan dilakukan oleh remaja ini mendatangkan gangguan terhadap ketenangan dan ketertiban hidup di masyarakat (Basri, 2004: 13).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja (Juvenile Deliquency) adalah perilaku menyimpang yang bersifat melawan norma hukum, anti sosial, dan menyalahi norma-norma agama yang dilakukan oleh remaja dan dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang sekitarnya.

4. Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)

Kenakalan remaja yang sering terjadi di dalam masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab dan tiap-tiap sebab dapat ditanggulangi dengan cara-cara tertentu.

(35)

a). Kemiskinan yang menerpa keluarga, b). Disharmoni antara Bapak dan Ibu, c). Perceraian dan kemiskinan sebagai akibatnya, d). Waktu senggang yang menyita masa anak dan remaja, e). Pergaulan negatif dan teman yang jahat, f). Buruknya perlakuan orang tua terhadap anak, g). Film-film sadis dan porno, h). Tersebarnya pengangguran di masyarakat, i). Keteledoran kedua orang tua terhadap pendidikan anak, dan j). Bencana keyatiman.

Freud (dalam Syafaat, 2008: 75) menyatakan bahwa sebab utama dari perkembangan tidak sehat, ketidakmampuan menyesuaikan diri dan kriminalitas anak dan remaja adalah konflik-konflik mental, rasa tidak dipenuhi kebutuhan pokoknya seperti rasa aman, dihargai, bebas memperlihatkan kepribadian dan lain-lain. Selain itu, penyebab diviasi/penyimpangan pada perkembangan anak dan remaja adalah kemiskinan di rumah, ketidaksamaan sosial dan keadaan-keadaan ekonomi lain yang merugikan dan bertentangan.

(36)

lemahnya kontrol sosial dan kontrol moral dalam masyarakat terhadap penyimpangan, menurunnya tanggung jawab sosial pada masyarakat

Sedangkan menurut Syafaat (2008: 78-79) sebab lainnya bisa disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:

a. Lemahnya pemahaman nilai-nilai agama. b. Lemahnya ikatan keluarga.

c. Anak deliquency kangen keluarga.

d. Kondisi keluarga tidak nyaman, lingkungan sekolah tidak kondusif dan kondisi masyarakat yang buruk.

e. Kurangnya kontrol kita semua sebagai orang tua, “orang tua” dalam arti luas. Di keluarga sebagai orang tua adalah ayah/ibu, di sekolah guru dan di masyarakat sebagai orang tua yaitu tokoh masyarakat, jaksa, hakim ustad/kyai, polisi, dan lain-lain. f. Kurangnya pemanfaatan waktu luang.

g. Kurangnya fasilitas-fasilitas untuk remaja (sarana olahraga, sarana keagamaan, rekreasi, sanggar seni, dan lain-lain).

(37)

antara suami istri, karena hal tersebut dapat mengakibatkan si anak merasa tidak nyaman berada di rumah.

5. Wujud Perilaku Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency)

Kartono (2014: 21-23) mengemukakan bahwa wujud perilaku

delinquen adalah sebagai berikut:

a. Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayakan jiwa sendiri serta orang lain.

b. Perkelahian antargang, antarkelompok, antarsekolah, antarsuku (tawuran), sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa. c. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau

bersembunyi di tempat-temppat terpencil sambil melakukan bermacam-macam kedurjanaan dan tindak asusila.

d. Kriminalitas anak remaja antara lain berupa perbuatan mengancam, intimidasi, memeras, mencuri, mencopet, merampas, menjambret, menyerang, merampok, menggarong, melakukan pembunuhan, dan pelanggaran lainnya.

e. Berpesta pora sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas, atau orgi (mabuk-mabukan dan menimbulkan keadaan yang kacau balau) yang mengganggu lingkungan. f. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan,

sehingga mengakibatkan ekses kriminalitas

(38)

h. Komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadis-gadis deliquen dan pembunuhan bayi oleh ibu-iu yang tidak kawin. i. Tindakan radikal dan ekstrim, dengan cara kekerasan,

penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.

Perilaku menyimpang oleh remaja (kenakalan/antisosial remaja) sering kali merupakan gambaran dari kepribadian antisosial atau gangguan tingkah laku remaja yang ditandai dengan kriteria dari gejala-gejala berikut ini:

a. Sering membolos.

b. Terlibat kenakalan remaja anak-anak/remaja (ditangkap atau diadili pengadilan anak karena tingkah lakunya).

c. Dikeluarkan atau diskors dari sekolah karena berkelakuan buruk.

d. Sering kali lari dari rumah dan bermalam di luar rumahnya. e. Selalu berbohong

f. Sering melakukan hubungan seks, walaupun hubungannya belum akrab.

g. Sering kali melawan otoritas yang lebih tinggi seprti melawan guru atau orang tua, melawan aturan di rumah atau di sekolah, tidak disiplin.

(39)

i. Sering kali mabuk atau menyalahgunakan narkotika dan zat adiktif lainnya.

j. Sering kali memulai perkelahian

Al-Zuhaili (dalam Syafaat, 2008: 83-84) membagi wujud penyimpangan remaja menjadi enam bagian, yaitu sebagai berikut:

a. Penyuimpangan Moral

Penyimpangan moral terjadi disebabkan oleh seseorang yang meninggalkan perilaku baik dan mulia, lalu menggantinya dengan perilaku yang buruk, seperti tidak menjaga kehormatan diri, tawuran, nongkrong di pinggir jalan dan lain-lain.

b. Penyimpangan Berpikir

Penyimpangan dalam berpikir dapat timbul disebabkan oleh adanya kekosongan pikiran, kekeringan rohani dan kedangkalan keyakinan. Orang yang menyimpang dalam berpikir akan senantiasa terbuai dengan khayalan dan hal-hal bersifat khurafat (berita atau informasi yang mengandung kedustaan).

c. Penyimpangan Agama

(40)

terhadap prinsip-prinsip yang dipegang atau ajaran-ajaran tokoh masyarakatnya.

d. Penyimpangan Sosial dan Hukum

Penyimpangan dalam bidang sosial dalam pelanggaran terhadap peraturan dapat dilihat dari sikap yang selalu melakukan kekerasan, seperti mengancam, merampas, membunuh, mengonsumsi narkoba dan penyimpangan seksual. e. Penyimpangan Mental

Penyimpangan dalam masalah mental atau kejiwaan dapat dilihat dari sikap yang selalu merasa tersisih, kehilangan kepercayaan diri, memiliki kepribadian ganda, kehilangan harapan masa depan dan lain-lain.

f. Penyimpangan Ekonomi

Penyimpangan dalam hal ekonomi dapat berbentuk sikap congkak dan gengsi dengan kekayaan yang dimiliki, boros, berfoya-foya, bermegah-megahan, bersikap materialistis dan suka menghambur-hamburkan harta.

(41)

6. Pemecahan Masalah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency)

Kartono (2014: 95-97) mengemukakan bahwa kenakalan (deliquency) lebih banyak terdapat pada anak remaja, adolesens dan kedewasaan muda. Rasio delikuen anak laki-laki dan perempuan diperkirakan 50 : 1. Anak laki-laki pada umumnya melakukan perbuatan kriminal dengan jalan kekerasan, kejantanan, penyerangan, perusakan, pengacuan, perampasan dan agresivitas. Sedangkan anak perempuan lebih banyak melakukan pelanggaran seks, lari dari rumah dan menggunakan mekanisme melarikan diri dalam dunia fantasi serta gangguan kejiwaan.

Oleh karena itu tindak delikuen anak remaja banyak menimbulkan kerugian materiil dan kesengsaraan batin baik pada subyek pelaku sendiri maupun pada para korbannya, maka masyarakat dan pemerintah dipaksa untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat menanggulangi kenakalan remaja, diantaranya adalah:

a. Tindakan Preventif

Tindakan preventif ini merupakan pencegahan terhadap perilaku menyimpang. Pada dasarnya tindakan preventif ini merupakan suatu pencegahan sebelum seseorang melakukan perbuatan menyimpang. Tindakan preventif yang bisa dilakukan antara lain:

(42)

2) Perbaikan lingkungan, yaitu daerah kampung-kampung miskin.

3) Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka.

4) Menyusun undang-undang khusus untuk pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan oleh anak dan remaja. 5) Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan

remaja.

6) Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para remaja delinquent dan yang non-delinquent. Misalnya berupa latihan vokasional, latihan hidup bermasyarakat, latihan persiapan untuk bertransmigrasi dan lain sebagainya.

Jadi, tindakan preventif ini bersifat mencegah sehingga sebelum perbuatan juvenile deliquency tersebut semakin parah, maka diperlukan tindakan preventif untuk meminimalisasi perilaku juvenile delinquency.

b. Tindakan Kuratif

(43)

1) Sedapat mungkin pembinaan dilakukan di tempat orang tua/walinya.

2) Jika dilakukan oleh orang lain, maka hendaknya orang lain itu berfungsi sebagai orang tua/walinya.

3) Jika di sekolah atau asrama, hendaknya diusahakan agar tempat itu berfungsi sebagai rumahnya sendiri.

4) Di mana pun remaja itu ditempatkan, hubungan kasih sayang dengan orang tua tidak boleh diputuskan.

5) Remaja itu harus dipisahkan dari sumber pengaruh buruk.

Tindakan kuratif (penanggulangan) ini dengan prinsip untuk menolong para remaja agar terhindar dari pengaruh buruk lingkungan, dan nantinya dapat kembali lagi berperan di masyarakat.

c. Tindakan Refresif

(44)

1) Aparat keamanan/penegak hukum perlu ditingkatkan kewibawaannya.

2) Mereka yang tertangkap hendaknya diperlakukan bukan sebagai kriminal ataupun sebagai perusuh, tetapi sebagai anak nakal yang perlu “hukuman” atas perilaku

menyimpangnya itu.

3) Selama mereka dalam “tahanan”, hendaknya petugas mampu menahan diri untuk tidak melakukan tindakan kekerasan/pukulan dan hal lain yang tidak manusiawi. Sebab, bila hal ini dilakukan dapat mengakibatkan rasa dendam pada remaja/anak jalanan.

Tindakan refresif ini bersifat menekan, mengekang, dan menahan sehingga diharapkan dengan tindakan ini para pelaku

juvenile delinquency berpikir dua kali untuk melakukan perbuatan-perbuatan asosial.

d. Tindakan Hukuman

(45)

hukuman bagi anak remaja delikuen harus sesuai dengan perbuatannya, sehingga dianggap adil dan bisa menggugah berfungsinya hati nurani sendiri untuk hidup susila dan mandiri.

e. Tindakan Rehabilitasi

Pemantauan (monitoring) terhadap mereka yang berperilaku menyimpang hendaknya dijalankan secara kontinu dan konsisten. Bagi mereka diperlukan pengawasan yang terus menerus agar tidak ada kesempatan (peluang) untuk kambuh. Pemantauan ini hendaknya dilakukan oleh semua orang tua baik di rumah, di sekolah-sekolah, maupun di masyarakat.

Tindakan rehabilitasi secara keagamaan, yaitu dengan memasukkan anak-anak delinquency ke pesantren, seperti pesantren ketergantungan masalah narkoba di Suryalaya, Tasikmalaya, dan pesantren-pesantren lainnya. Usaha memberantas penyimpangan merupakan keinginan setiap insan dan seluruh masyarakat. Mereka akan selalu berharap agar penyimpangan-penyimpangan tersebut bisa segera dituntaskan. f. Pembinaan Mental Keagamaan

(46)

dan Hadis, agar ia memiliki mental yang sehat, dapat beradaptasi dengan lingkungan, serta dapat mengendalikan sikap, watak, dan kepribadiannya (Syafaat, 2008: 141-156). 7. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Membina Kenakalan

Remaja

Darajat (dalam Syafaat, 2008: 159-166) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembinaan generasi remaja adalah sebagai berikut:

a. Faktor Pertumbuhan

Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat pada seseorang dia beralih dari masa kanak-kanak, akan memasuki masa dewasa. Oleh karena perubahan-perubahan jasmani cepat, maka remaja biasanya menjadi cemas terhadap dirinya dan emosinya menjadi goncang, mudah tersinggung dan sangat peka terhadap kritikan-kritikan.

(47)

Dalam keadaan jiwa yang goncang tidak menentu ini, kadang-kadang remaja mencari agama, taat beribadah dan mohon kepada Tuhan, tapi kadang-kadang ia menjauh dan meninggalkan agamanya. Padahal, remaja sangat memerlukan agama, terutama dalam keadaan goncang. Dia memerlukan Tuhan, yang mempunyai kekuasaan melebihi kekuasaan siapapun dalam alam ini, untuk dijadikan tempat berlindung dan mengeluhkan nasibnya.

b. Faktor Lingkungan

Lembaga pendidikan dan pembinaan yang sangat penting bagi generasi muda ada empat, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan lembaga keagamaan.

c. Keluarga

(48)

Apabila si anak telah memasuki usia remaja, maka faktor pengertian orang tua semakin perlu ditingkatkan. Dengan pengertian akan perkembangan jiwa yang terjadi pada remaja, orang tua akan dengan bijaksana dapat menghadapi dan membantu anak-anaknya yang sedang mengalami kegoncangan usia remaja. Kendatipun remaja telah sampai kepada tingkat perkembangan yang lebih matang daripada masa kanak-kanak, namun perlakuan dan penelitian orang tua masih tetap diperlukan, bahkan perlu ditingkatkan. Ketenangan dan kebahagiaan orang tua merupakan faktor positif yang penting dalam pembinaan remaja.

d. Sekolah

(49)

penampilannya adalah unsur-unsur penting dalam pembinaan anak didik.

Bagi anak didik yang telah meningkat remaja, disamping penampilan dan kepribadian, maka cara pendekatannya merupakan faktor yang penting. Misalnya, guru perlu memahami keadaan siswa yang pada umumnya sedang mengalami kegoncangan emosi, akibat perubahan cepat yang terjadi pada dirinya, mereka peka sekali terhadap segala kritikan. Mereka tidak mudah lagi menerima sesuatu yang tidak difahaminya, maka kebijaksanaan guru akan sangat menentukan.

e. Masyarakat

Pada usia remaja, pengaruh lingkungan masyarakat kadang-kadang lebih besar daripada pengaruh keluarga sebabnya adalah karena remaja sedang mengembangkan kepribadiannya, yang sangat memerlukan pengakuan lingkungan teman-teman dan masyarakat pada umumnya. Terutama remaja terakhir, yang berusia kurang lebih 17-21 tahun, sangat memperhatikan masyarakat, maka persoalan masyarakat atau nasib orang banyak seringkali menjadi pusat perhatian mereka, dan mereka berjuang untuk membela yang lemah dan menderita. Karena mereka pada umur ini dapat dikatakan idealis, ingin sempurna dan sebagainya.

(50)

bacaan-bacaan, tempat-tempat rekreasi dan berbagai kegiatan yang disenangi oleh generasi muda. Apabila semuanya baik, sesuai dengan nilai-nilai dan akhlak yang kita harapkan, maka ia akan merupakan faktor pembantu dalam pembinaan generasi muda. Tidak jarang keadaan masyarakat atau kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, baik yang tergabung dalam organisasi maupun tidak, merupakan pula faktor yang berpengaruh dalam pembinaan generasi muda, bahkan tidak jarang menyebabkan penyimpangan atau kegoncangan jiwa pada mereka.

f. Lingkungan Keagamaan

Lingkungan keagamaan, baik lembaga-lembaga pendidikan keagamaan, rumah-rumah ibadah, maupun kegiatan keagamaan seperti pengajian, pertemuan-pertemuan keagamaan adalah sangat penting peranannya dalam pembinaan generasi muda. Lembaga keagamaan dan rumah-rumah ibadah ini, jarang kita masukkan dalam rentetan lembaga pendidikan atau pembinaan generasi muda. Padahal peranannya sangat penting, misalnya sekolah atau lapangan permainan yang terletak dekat masjid atau rumah ibadah lainnya, akan memberikan pengalaman tertentu bagi anak-anak atau remaja yang bersekolah atau bermain disitu.

(51)

mereka yang mengalami kegoncangan dan ketidak tenangan dalam keluarga. Apabila remaja tidak meyakini suatu agama, atau tidak mendapatkan pendidikan dan pengalaman keagamaan sejak kecil, maka pada waktu remaja ia akan bingung menghadapi kesukaran pribadinya. Mereka yang kososng dari pengalaman keagamaan akan mudah terseret kepada kegiatan-kegiatan kebatinan yang menyimpang, akibat pengaruh teman-temannya yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.

g. Adat

Adat merupakan lembaga tersendiri yang juga mempunyai pengaruh dalam pembinaan generasi muda, terutama dalam lingkungan masyarakat yang masih kuat adatnya. Karena setiap anggota masyarakat itu terikat oleh ketentuan-ketentuan adatnya.

(52)

B. Kajian Pustaka

Kajian penelitian terdahulu berguna sebagai pembanding antara penelitian yang sedang dilakukan dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Diantara penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang dianggap releven dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Skripsi yang berjudul “Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan Remaja (Studi Kasus pada MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah

Kabupaten Batang)”, oleh Atik Walidaik, mahasiswa jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga Tahun 2017. Skripsi ini membahas tentang peran guru rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam menangani kenakalan remaja di MA Darussalam Kemiri Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif.

2. Skripsi yang berjudul “Strategi Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMA Negeri 1 Klego Kab. Boyolali”, oleh Nindy

(53)

Klego Kab. Boyolali. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan yang bermaksud mengetahui responden secara langsung dari lapangan dan jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.

3. Skripsi yang berjudul “peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membimbing Siswa Tuna Laras di SMA Islam Sudirman Ambarawa

Tahun 2016”, oleh Gunarti, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga tahun 2016. Skripsi ini membahas tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membimbing siswa tuna laras, teori kenakalan remaja di SMA Islam Sudirman Ambarawa. Hasil penelitian ini menunjukkan: a) gambaran kenakalan siswa di SMA Islam Sudirman Ambarawa, ditemukan siswa sering membolos sekolah, membolos ketika jam pelajaran berlangsung, merokok dan hal-hal yang melanggar tata tertib sekolah. hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kurangnya pengendalian diri yang mengakibatkan mereka mencari perhatian sekolah. b) peran guru PAI dalam hal ini adalah seorang guru harus mampu menanamkan nilai-nilai moral kepada siswanya dan memahami karakter anak agar dalam menanggulanginya dapat terlaksana dengan baik. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif 4. Skripsi yang berjudul “Implementasi Pendidikan Agama Islam untuk

Mencegah Timbulnya Penyimpangan Sosial di SMP 4 Salatiga Tahun

(54)

Skripsi ini membahas tentang peran guru dan pihak lembaga dalam penanggulangan dan pencegahan terhadap siswa yang melakukan penyimpangan sosial dengan melakukan beberapa pendekatan berdasarkan PAI yaitu: a) Tindakan preventif yang bertujuan untuk mencegah anak tidak melakukan penyimpangan dengan memberikan penyuluhan motivasi di awal masuk sekolah. b) Tindakan refresif yang betujuan untuk menunda siswa melakukan penyimpangan dengan diadakannya kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan keagamaan. c) Tindakan kuratif yang bertujuan dalam memberi nasehat dan motivasi yang diberikan untuk merubah sifat buruk siswa serta pemanggilang orang tua ke sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis dan jenis penelitian field research atau penelitian lapangan.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang telah dilakukan dengan berada langsung pada obyeknya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana penelitian ini bertujuan untuk menerangkan fenomena sosial atau suatu peristiwa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala dan peristiwa atau kejadian-kejadian yang ada di lapangan.

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2009: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(56)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang yang terletak di Jalan Raya Magelang Purworejo, Km. 14, Salaman, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 19 Maret sampai 14 April 2018.

C. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer disebut juga data asli atau data-data baru yang diperoleh langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data yang diperlukan. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Kepala Panti Sosial Marsudi Putra Anatasena, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, pembina keagamaan, dan Penerima Manfaat. 2. Data Sekunder

(57)

dari arsip, dokumen pribadi dan lain sebagainya. Data sekunder digunakan untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah didapat melalui wawancara dan observasi. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto-foto kegiatan Penerima Manfaat dan dokumen panti.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat, maka peneliti menggunakan beberapa prosedur dalam pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berjalan langsung. di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan pengecap. Observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara (Arikunto, 2014: 199-200).

(58)

oleh pembina atau instruktur dan praktek-praktek ibadah sebagai hasil dari pembinaan agama.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Zuldafrial, 2012: 68). Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variable latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian dan sikap terhadap sesuatu (Arikunto, 2014: 198).

Metode wawancara merupakan metode yang paling pokok dalam penelitian ini. Metode wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka dan terstruktur dengan tujuan untuk memperoleh informasi-informasi yang lebih akurat.

3. Dokumentasi

(59)

menjelaskan bahwa hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan menjadi lebih dapat dipercaya apabila didukung oleh adanya dokumen.

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data dokumen panti, sejarah berdirinya panti, struktur organisasi, keadaan penerima manfaat, pembina panti dan pegawai panti. Adapun dokumen-dokumen yang digunakan seperti foto-foto kegiatan panti dan buku-buku yang mendukung dalam penelitian serta peraturan-peraturan panti.

E. Analisis Data

Branner (dalam Munawaroh, 2012: 83) mengemukakan bahwa analisis data merupakan rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan veritikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah.

Kumpulan data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi ini akan dijadikan dasar oleh peneliti dalam menganalisa dan menyimpulkan secara lengkap. Peneliti mencari fakta-fakta di lapangan kemudian merangkum data yang diperoleh, disajikan dalam bentuk data-data, kemudian ditarik suatu kesimpulan yang baik dan akurat.

F. Pengecekan Keabsahan Temuan

(60)

merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait (Moleong, 2009: 330-331).

(61)

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Diskripsi Lokasi Objek Penelitian 1. Letak Geografis

Panti Sosial Marsudi Putra Antasena terletak di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Letak geografis Kabupaten Magelang adalah 7o 30’ 13” - 7o 42’ 16” lintang selatan dan 110o 01’ 50” – 110o 26’ 58” bujur timur, berbatasan dengan

(62)

2. Sejarah

Pembangunan Panti Sosial Marsudi Putra “ANTASENA”

Magelang dimulai pada tahun anggaran 1980/1981 berupa pembangunan sarana prasarana yang terdiri dari:

a. 1 buah Gedung Perkantoran seluas 120 M2. b. 1 buah Rumah Dinas Pegawai seluas 50 M2. c. 1 buah Gedung Asrama seluas 180 M2.

d. 1 buah Ruang Makan dan Dapur seluas 120 M2.

Dibangun diatas tanah seluas 20.000 Ha, di Dusun Ngadikromo, Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Kemudian pada tahun 1981/1982 dilanjutkan dengan pembangunan sarana dan prasarana pendukung lainnya sebagai berikut:

a. 1 buah Rumah Dinas Pegawai seluas 70 M2.

b. 3 buah Gedung Asrama masing-masing seluas 180 M2.

c. 1 buah Ruang Konsultasi dan Poliklinik (Penyantun) seluas 100 M2.

(63)

Magelang mulai beroprasi (memberikan pelayanan) dengan jumlah kelayan pertama kali 40 (empat puluh) orang anak.

3. Perkembangan Lembaga

Panti Sosial Marsudi Putra “ANTASENA” Magelang sejak

diresmikan pada tahun 1982 sampai dengan sekarang telah mengalami pergantian nama sebagai berikut:

a. Panti Rehabilitasi Sosial (PRS) “PANDU TERATAI” (30 April 1982 s/d Agustus 1983).

b. Panti Rehabilitasi Sosial “AMONG PUTRO” Salaman, Magelang (dari September 1983 s/d Juli 1987).

c. Sasana Rehabilitasi Anak Nakal “AMONG PUTRO” Salaman, Magelang (dari Agustus 1987 s/d Agustus 1993).

d. Panti Sosial Marsudi Putra “AMONG PUTRO” Magelang (dari 14 Agustus 1993 s/d 30 Juni 1994).

e. Panti Soisla Marsudi Putra “ANTASENA” Magelang (mulai 1 Juli 1994 s/d sekarang), berdasarkan keputusan Menteri Sosial RI Nomor 6/HUK/1994, tanggal 5 Februari 1994.

Selanjutnya sejak didirikan hingga sekarang telah mengalami pergantian Pimpinan sebagai berikut:

a. Tahun 1982/1983 s/d 1984/1985 dipimpin oleh Bapak Drs. Sardjono.

(64)

c. Tahun 1988/1989 s/d 1989/1990 dipimpin oleh Bapak Drs. Sunarto.

d. Tahun 1990/1991 s/d 1995/1996 (2 Juli 1996) dipimpin oleh Bapak P. Soetarto.

e. Tahun 1996/1997 (2 Juli 1996) s/d 1997/1998 (18 Mei 1998) dipimpin oleh Bapak Drs. Amin Pudjiono.

f. Tahun 1998/1999 (18 Mei 1998) hingga 20 April 2008 dipimpin oleh bapak Drs. Suhadi, M. Si.

g. Mulai tanggal 13 Mei 2008 dipimpin oleh Bapak Drs. Baihaqi Natsir.

h. Dra. C. Clara, M.M.

i. Drs. Bambang Sugeng M.M. j. Drs. Ruh Sanyoto, M.P.

Dalam perkembangannya Panti Sosial Marsudi Putra “ANTASENA” Magelang, berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI

(65)

6/HUK/2001 tanggal 26 Oktober 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial status Panti Sosial Marsudi Putra “ANTASENA” Magelang beralih menjadi Unit Pelaksana Tekhnis Departemen Sosial Republik Indonesia pada tahun 2004 meningkat eselonnya dari eselon IIIb menjadi IIIa, sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 59/HUK/2003 tanggal 23 Juli 2003.

B. Tugas Pokok

Memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial dan pelatihan keterampilan, resosialitasi serta bimbingan lanjut bagi anak yang berperilaku menyimpang agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.

C. Visi dan Misi

1. Visi

Terwujudnya perubahan tingkah laku penerima manfaat yang normatif, berkarakter tangguh dan mandiri serta peran aktif keluarga dan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak anak.

2. Misi

(66)

b. Menyelenggarakan penyusunan program pelayanan, pengkajian dan advokasi sosial yang berkualitas serta kerjasama lintas sektor yang efektif dan berkelanjutan.

c. Menyelenggarakan penguatan potensi dan peran partisipasi aktif keluarga dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan tata administrasi, pengembangan SDM dan penyediaan sarana pendukung layanan teknis.

D. Program dan Jenis Kegiatan 1. Program

a. Rehabilitasi Sosial dalam panti. b. Rehabilitasi Sosial luar panti.

c. Pendampingan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH). d. Kosultasi Keluarga.

e. Rumah Antara. f. Shelter Workshop.

g. Tim Reaksi Cepat (TRC).

h. Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) bagi Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK).

2. Jenis Kegiatan a. Registrasi.

b. Kontrak Pelayanan. c. Akomodasi.

(67)

e. Case Conference. f. Motivasi.

g. Pemeriksaan dan Pelayanan Kesehatan. h. Kegiatan Mandiri (Activity Daily Living).

i. Bimbingan Psikososial (Mental Psikologis, Sosial, Keagamaan). j. Bimbingan Fisik dan Olahraga.

k. Bimbingan Keterampilan. l. Bimbingan Pengetahuan Dasar. m. Bimbingan Seni.

n. Bimbingan Sosial Luar Panti. o. Konseling dan Terapi Psikososial. p. Kunjungan Rumah/Home Visit. q. Family Development Session (FDS).

r. Temu Penguatan Anak dan Keluarga (Tepak). s. Resosialisasi.

t. Reintegrasi.

u. Terminasi dan Bimbingan Lanjut. E. Sasaran Kegiatan

(68)

melalui rumah singgah yang berminat dan memerlukan binaan yang lebih intensif.

2. Orang tua atau keluarga penyandang masalah dan lingkungan sosial. 3. Kelompok sebaya dan masyarakat.

F. Struktur Organisasi Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang Kelembagaan seluruh Unit Pelaksana Teknis mengacu pada Peraturan Menteri Sosial RI No. 106/HUK/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial. Permensos tersebut mengatur tentang struktur organisasi dan tupoksi masing-masing jabatan. Berikut adalah struktur organisasi Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang:

KEPALA PANTI Drs. Ruh Sanyoto, M.P.

KA. SUB. BAG. TATA USAHA Faisal, S. ST.

KASIE. PROGRAM & ADVOKASI SOSIAL Arif Nurhidayat, S. ST., M.A. KASIE. REHABILITASI

SOSIAL Ihsan, S.IP.

KOORDINATOR JABATAN FUNGSIONAL

Drs. Mardiyanto, M. Si. UNIT INSTALASI

(69)

G. Keadaan Pegawai Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang didukung oleh sumber daya manusia (pegawai). Berikut merupakan data pegawai Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang:

Tabel 1. Data Pegawai Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang

No Nama Jabatan

1 Drs. Ruh Sanyoto, M. P. Kepala Panti

2 Drs. Mardiyanto, M. Si. Pekerja Sosial Madya 3 Tarmuji, S.Sos, M. M. Pekerja Sosial Madya 4 Agus Tejo Rahayu, SH. Pekerja Sosial Muda 5 Drs. Akhmad Barizun, M. Si. Pekerja Sosial Muda 6 Muhammad Yunus, A. KS. Pekerja Sosial Muda

7 Faisal, S. ST., M. Si. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

8 Nur Prayitno, S. Sos., M. Si.

Perencana Muda pada Subbag. TU

9 Hendra Permana, S. ST.

Pranata Humas Pertama pada Subbag. TU

10 Yuliatun Retno Hindarsih

Arsiparis Penyelia pada Subbag. TU

(70)

Milik Negara pada Subbag. TU

14 Ayu Merdekawati, SE.

Penyusun Program dan Anggaran pada Subbag. TU 15 Teguh Haryanto, SE. Penyusun Laporan Keuangan

pada Subbag. TU

16 Darmanto, S. Pd.

Pengelola Barang Persediaan dan BMN pada Subbag. TU

17 Sukisman

Pengelola Barang Persediaan dan BMN pada Subbag. TU

18 Sutarno

Verifikator Keuangan pada Subbag. TU

19 Siti Aminatul Zaroh, SH.

Pengelola Administrasi

Kepegawaian pada Subbag. TU

20 Indah Lestari

Pengadministrasi Umum pada Subbag. TU

21 Tri Gati

Pengadministrasi Umum pada Subbag. TU

22 Tri Purwanto

Pengadministrasi Keuangan pada Subbag. TU

23 Sumarti Pramu Bhakti pada Subbag. TU 24 Salamun Pramu Bhakti pada Subbag. TU

25 Arif Nur Hidayat, S. ST., M. A.

(71)

26 Mispani, S. ST., MPP. Sp.

Pekerja Sosial Pertama pada Seksi Program dan Advokasi Sosial

27 Diamira Rahmadani, S. Tr., Sos.

Pekerja Sosial Pertama pada Seksi Program dan Advokasi Sosial

28 Hesti Prihatnawati, S. Psi.

Penyuluh Sosial Pertama pada Seksi Program dan Advokasi Sosial

29 Adhi Sukma Kurniawan, SH.

Penyusun Bahan Pelayanan Kesos pada Seksi Program dan Advokasi Sosial

30 Wulansari, S. Sn.

Penyusun Bahan Pelayanan Kesos pada Seksi Program dan Advokasi Sosial

31 Rahan Eka Yuliati, A. Md.

Pranata Komputer Pelaksana pada Seksi Program dan Advokasi Sosial

32 Bernadus Budi Raharjo

Pengadministrasi Pelayan pada Seksi Program dan Advokasi Sosial

33 Sri Wahyuningsih

(72)

Sosial

34 Sidik Yulianto Rustamaji, S. ST.

Petugas Perpustakaan pada Seksi Program dan Advokasi Sosial

35 Ihsan, S. IP. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

36 Hesti Ambar Widagdo, S. Sos.

Pekerja Sosial Pertama pada Seksi Rehabilitasi Sosial

37 Nurwita Mahmudi, S. KM.

Pekerja Sosial Pertama pada Seksi Rehabilitasi Sosial

38 Kristin Anita Sufiani, S. Sos.

Pekerja Sosial Pertama pada Seksi Rehabilitasi Sosial

39 Suyanto

Pekerja Sosial Penyelia pada Seksi Rehabilitasi Sosial

40 Wiwik Sumiyati

Pekerja Sosial Penyelia pada Seksi Rehabilitasi Sosial

41 Yuli Hartini

Pekerja Sosial Penyelia pada Seksi Rehabilitasi Sosial

42 Sigid Cahyono, S. Pd.

Psikolog pada Seksi Rehabilitasi Sosial

43 Betaria Septiarini R, S. Psi.

Psikolog pada Seksi Rehabilitasi Sosial

44 Eni Suparsih, A. Md.

(73)

45 Muchamat Slamet

Fasilitator Pel. Fisik & Keterampilan Bidang Agama pada Seksi Rehabilitasi Sosial

46 Ahmad Mubayin

Fasilitator Pel. Fisik & Keterampilan Bidang Bengkel Sepeda Motor pada Seksi

Pekerja Sosial Pelaksana Pemula pada Seksi Rehabilitasi Sosial

H. Keadaan Penerima Manfaat Panti Sosial Marsudi Putra Antasena

Magelang

(74)

Tabel 2. Jumlah Penerima Manfaat Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang berdasarkan Bentuk Kenakalan

No Bentuk Kenakalan Jumlah Anak

1 Pencurian 41 Anak

2 Kekerasan 15 Anak

3 Pencabulan 27 Anak

4 Narkoba 3 Anak

Jumlah 86 Anak

Menurut rekapitulasi jumlah penerima manfaat dan bentuk kenakalannya, dari tanggal 29 Desember 2017 sampai 12 April 2018 mencapai 86 anak usia 12-18 tahun dengan bentuk kenakalan tertinggi adalah pencurian.

I. Sarana dan Prasarana Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang

Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang berdiri di atas areal tanah seluas 23.510 M2 dengan luas bangunan total 14.640 M2, terdiri dari fasilitas bangunan dan sarana fisik sebagai berikut:

Tabel 3. Sarana dan Prasarana PSMP Antasena Magelang

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Gedung Kantor 4

2 Gudang Tertutup 1

(75)

4 Masjid 1

5 Aula 1

6 Poliklinik 1

7 Perpustakaan 1

8 Gedung Keterampilan Komputer 1

9 Parkir Sepeda Motor 1

10 Garasi Mobil 2

11 Gedung Dapur dan Ruang Makan 1

12 Showroom 1

13 Wisma Tamu 1

14 Gardu Diesel 1

15 Asrama 9

16 Lapangan Tenis 1

17 Kolam Renang 1

18 Lapangan Basket 1

19 Pos Satpam 2

20 Ruang Pelayanan Rehab 11

21 Rumah Dinas 4

22 Kendaraan 12

J. Paparan Hasil Penelitian

Gambar

Tabel 1.  Data Pegawai Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang
Tabel 2. Jumlah Penerima Manfaat Panti Sosial Marsudi Putra
Gambar 1. Wawancara dengan Bapak Ihsan, S. IP.
Gambar 2. Wawancara dengan Bapak Drs. Akhmad Barizun, M. Si.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menghasilkan strategi pengendalian penyakit BPB yang paling menjanjikan yaitu dengan menerapkan pengendalian terpadu yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat keuntungan dan volume perdagangan saham yang terdaftar di indeks LQ45 sebelum dengan setelah

Polda Lampung, Kapolda Lampung Irjen Pol Drs Sudjarno buka bersama di Pondok Pesantren Riyadhus Sholihun Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung..

Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor Terstruktur pada Siswa Kelas IV SDN Banyuhurip Kabupaten Bandung Barat..

Salafiyah syafiiyah Putri Sampang 215 13052702120002 SITTI HALAWIYAH GK RA BATARA Swasta MISBAHUL

Dari hasil evaluasi administrasi, ada 1 (satu) penawaran yang memenuhi persyaratan..

Keywords : Failure Mode Effects and Criticality Analysis (FMECA); Criticality Priority Number (CPN); severity and occurrence classification; palm olein; potential failure mode

Trial and error method was done with the help of simulation software using Solidworks Motion Study (SW). This trial and error method was done to obtain