BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
4. Analisis Data Penelitian
Analisis data dalam penelitian dilakukan menggunakan instrumen tes
tertulis dan pedoman wawancara. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui
deteksi miskonsepsi pada hasil pekerjaan siswa, sedangkan pedoman wawancara
digunakan untuk menggali lebih dalam miskonsepsi yang dialami oleh siswa
tersebut. Selanjutnya, analisis data digunakan untuk mengetahui jenis
miskonsepsi yang dialami oleh siswa dan mengetahui faktor-faktor penyebab
siswa mengalami miskonsepsi. Siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
8 siswa yang terpilih berdasarkan penentuan subjek yang telah peneliti lakukan
sebelumnya. Berikut adalah pemaparan hasil analisis data terhadap kelima subjek
yang terpilih.
a. Analisis Data Subjek N1 1) Jenis Miskonsepsi
a) Mengidentifikasi macam-macam bangun ruang Berikut merupakan hasil tes tertulis subjek N1
Pada indikator mengidentifikasi macam-macam bangun ruang
yaitu soal nomor satu, subjek N1 mengalami kesalahan. Letak
kesalahan subjek N1 adalah ketika menjawab bahwa bangun ruang
prisma ditunjukkan oleh gambar c, d, dan e. Berdasarkan jawaban
subjek N1, gambar c dan d memang bangun ruang prisma, sedangkan
gambar e adalah bangun ruang limas bukan bangun ruang prisma. Dari
jawaban tersebut dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi.
Analisis data selanjutnya dilakukan melalui kegiatan
wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperkuat adanya
deteksi miskonsepsi pada hasil tes tertulis subjek N1. Berikut transkrip
wawancara terhadap subjek N1.
P-04 : “ Soal ini termasuk mudah atau sulit bagimu ?”
N1-04 : “ Mudah.”
P-05 : “ Nah..dari soal-soal ini yang kamu anggap mudah itu yang mana ?
N1-05 : “ Yang nomor pertama tadi, yang ini ( menunjuk soal nomor satu).”
P-06 : “ Oh ini paling mudah ? Oke, kamu yakin dengan jawaban ini ?”
N1-06 : “ Yakin.”
P-07 :
“ Nah..dari bangun-bangun di atas mana sajakah yang termasuk dalam kelompok prisma ? berikan alasanmu ! Kamu menunjuk yang mana kelompok prisma ?”
N1-07 : “ C, d, e (siswa menunjuk gambar).” P-08 : “ Kamu yakin kalau c, d, e itu prisma ?”
N1-08 : “ Yakin.”
P-09
“ Karena c, d, e memiliki ruang, jadi disebut bangun ruang. Selain itu, alasanmu apa ? menganggap bahwa bangun c, d, e itu prisma ?”
N1-09 : “ Luas alsanya.”
P-10 : “ Oh ada luas alasnya, lalu ini namanya prisma apa ? (menunjuk gambar d).”
P-51 : “ Oh ini kamu dapet ini dari guru pas nerangin segienam gitu ? tapi sempat ta Bu N bawa alat peraga ke kelas ?”
N1-51 : “ He’em.”
P-52 : “ Naa itu kamu mudeng gak disitu ?”
N1-52 : “ Iyaa.. kan ada yang bentuknya kayak gini (gambar c),
kayak gini (gambar d), kayak gini ( gambar e).”
P-53 : “ Oh yaa.. berarti kamu menganggap bahwa ketiga gambar disitu adalah bener-bener prisma ?”
N1-53 : “ He’em.”
P-54 : “ Jadi kemarin bangun ruang yang Bu N bawa itu
menganggap bahwa itu..”
N1-54 : “ Prisma.”
P-55 : “ Oh tidak ada perbedaan ya ketiga ini ?”
N1-55 : “ Enggak..”
P-56 : “ Sama gitu ya.. prisma ?”
N1-56 : “ Iya..”
Deskripsi hasil wawancara diketahui bahwa subjek N1
mengalami kesalahan dalam mengidentifikasi bangun ruang prisma.
Subjek N1 yakin dengan jawabannya bahwa gambar e termasuk bangun
ruang prisma. Jawaban tersebut dapat dilihat pada transkrip wawancara
P-06 sampai N1-08. Gambar e merupakan bangun ruang limas bukan
bangun ruang prisma, karena bangun ruang prisma tidak memiliki titik
puncak, yang memiliki titik puncak ialah bangun ruang limas.
Pewawancara bertanya lagi mengenai alasan mengapa bangun c,
d, dan e termasuk bangun ruang prisma, jawaban tersebut dapat dilihat
pada transkrip wawancara P-09 sampai N1-09. Subjek N1 menjawab
bahwa bangun ruang prisma adalah bangun ruang yang memiliki ruang,
selain itu bangun tersebut memiliki luas alas. Bangun ruang prisma
ialah bangun ruang yang mempunyai sisi alas dan tutup sama bentuk
dan ukuran serta mempunyai sisi tegak berupa persegi atau persegi
Subjek N1 menunjuk gambar e adalah gambar prisma, tentu
jawaban tersebut salah. Alasan tersebut diperkuat dengan adanya hasil
wawancara dapat dilihat pada transkrip wawancara P-51 sampai N1-56.
Subjek N1 menganggap bahwa gambar c, d, dan e adalah gambar
bangun ruang prisma karena salah satu gurunya pernah membawa
contoh bangun ruang tersebut ke kelas dan subjek N1 menganggap
bahwa bangun ketiganya itu tidak memiliki perbedaan, sehingga dapat
dimungkinkan bahwa subjek N1 mengalami miskonsepsi.
Hasil dari kedua analisis tersebut kemudian dibandingkan untuk
mengetahui letak kesalahan dan jenis miskonsepsi yang dialami subjek
N1. Berikut adalah triangulasi data.
Tabel 4.3 Hasil tes tertulis dan wawancara subjek N1 pada indikator mengidentifikasi macam-macam bangun ruang
Hasil tes tertulis Hasil wawancara Subjek N1 menjawab bahwa
bangun c, d, e adalah bangun ruang prisma. Bangun c dan d memang bangun ruang prisma, akan tetapi letak kesalahan yang muncul pada subjek N1 adalah ketika menganggap bahwa gambar e adalah bangun ruang prisma.
Subjek N1 yakin dengan jawabannya. Subjek N1 mengalami kesalahan dalam mengidentifikasi macam-macam bangun ruang. Subjek N1 menganggap bahwa gambar e termasuk kelompok bangun ruang prisma.
Berdasarkan data hasil tes tertulis dan hasil wawancara subjek
N1, diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan. Letak kesalahan
bangun ruang prisma. Hasil tes tertulis subjek N1 mengatakan bahwa
gambar e termasuk bangun ruang prisma. Gambar e merupakan gambar
bangun ruang limas. Hasil wawancara menjelaskan bahwa subjek N1
menganggap gambar e termasuk gambar bangun ruang prisma, dengan
alasan gambar tersebut memiliki ruang dan memiliki luas alas.
Berdasarkan kedua analisis tersebut terdapat kesamaan yaitu,
sama-sama memiliki kesalahan dalam mengidentifikasi macam-macam
bangun ruang. Subjek N1 dalam soal nomor satu ini dapat dikatakan
mengalami miskonsepsi klasifikasional, karena salah dalam
mengklasifikasi atau mengelompokkan contoh gambar yang termasuk
bangun ruang prisma.
b) Mengidentifikasi macam-macam bangun ruang Berikut cuplikan hasil tes tertulis subjek N1
Pada indikator mengidentifikasi macam-mcam bangun ruang
yaitu nomor dua, subjek N1 mengalami kesalahan ketika menyebutkan
bangun ruang a adalah segitiga, bangun ruang b adalah balok persegi
panjang, bangun ruang c adalah tabung prisma, bangun ruang d adalah
segienam prisma, bangun ruang e adalah segitiga prisma, bangun ruang
f adalah segienam. Subjek N1 salah dalam menamai bangun ruang
tersebut. Gambar a adalah limas segitiga, gambar b adalah balok,
gambar c adalah tabung, gambar d adalah prisma segitiga, gambar e
adalah limas segiempat, gambar f adalah prisma segitiga, sehingga
dimungkinkan subjek N1 mengalami miskonsepsi.
Analisis data selanjutnya dilakukan berdasarkan hasil
wawancara. Kegiatan wawancara ini dilakukan untuk memperkuat
adanya deteksi miskonsepsi pada hasil tes tertulis subjek N1. Berikut
transkrip wawancara subjek N1.
P-16 : “ Yakin bahwa ini (gambar c, d, e) prisma ?”
N1-16 : “ Ya.”
P-17 : “ Kalau ini (gambar e) namaya prisma apa ?”
N1-17 : “ Segitiga prisma.”
P-18 : “ Kenapa kamu menganggap bahwa ini segitiga prisma ? (menunjuk gambar e).”
N1-18 :
“ Kalau yang ini kan tidak ada garis kayak gininya bu,
(menunjuk gambar e) terus ini juga empat, terus yang ini cuman tiga (menunjuk gambar a) kalau yang ini ada
garisnya bu (menunjuk gambar e).”
P-19 : “ Oh berarti kamuberanggapan bahwa prisma ada garis di tengah-tengahnya ini ?”
N1-19 : “ He’em.”
P-20 :
“ Lha kalau ini tidak ada garis tengah (menunjuk gambar c
dan d), karna ini ada alas dan tutup sama, yang gambar e ada garis tengah dan bisa dicari luas alasnya gitu. Berarti bertiga (gambar c, d, e) kamu yakin bahwa bangun tiga ini
( c, d, e) adalah prisma ?”
P-21 : “ Oke yang nomor dua, ini namanya apa ? (menunjuk gambar a)
N1-21 : “ Segitiga.”
P-22 : “ Coba sambil kamu tunjuk !”
N1-22 : “ a : segitiga, b : balok persegi panjang, c : tabung prisma,
d : segienam prisma, e : segitiga prisma, f : segienam.”
P-23 : “ Apakah kamu..ee selalu yakin dengan jawaban ini ?”
N1-23 : “ He’em (menganggukkan kepala).”
P-24 : “ Kenapa gambar a disebut segitiga ?”
N1-24 : “ Karena ada bedanya bu, dengan e sama a.”
P-25 : “ Bedanya apa ?”
N1-25 :
“ Kalau ini prisma yang ada kayak gininya ( menunjuk
garis tengah di gambar e), kalau yang a tidak ada terus disini kan cuma segitiga bukanprisma.”
P-26 : “ Oh.. berarti kamu beranggapan bahwa prisma itu yang
bawahnya segiempat ?”
N1-26 “ Enggak.”
P-27 “ Lalu...?”
N1-27 “ Emm.. yang ada garisnya gini (menunjuk gambar e).”
P-28 “ Oh ada garisnya ini yaa.. ada garisnya ini namanya prismayang punya tinggi gitu yaa.”
N1-28 “ He’em.”
P-29 “ Kalau ini tidak punya tinggi ? (gambar a)”
N1-29 “ He’em.”
P-30 “ Lalu yang kedua balok persegi panjang, kenapa kamu
bisa menyebut balok persegi panjang ?”
N1-30
“ Kan kalau balok, tulisanya balok saja kan nanti cuman balok gitu bu. Ini kan ada panjangnya sini (menunjuk sisi
balok) jadi sebutnya balok persegi panjang.”
P-31 “ Kemudian ini tabung prisma, haa kenapa kamu bisamenyebutnya tabung prisma ?”
N1-31 “ Kan ini termasuk prisma bu.”
P-32
“ Kalau yang ini (menunjuk gambar d) segienam prisma, dengan alasan kenapa kok segienam ?”
N1-32
“ Kalau ini segienam tok (gambar f) kalau yang ini
segienam prisma (gambar d) ini juga termasuk prisma (gambar c, d, f).”
P-33 “ Oh berarti segienam prisma, karena punya enam sisi ?”
P-34
“ Oh.. gitu, oke.. Yakin ya dengan jawaban itu ?”
N1-34 “ He’em.”
Deskripsi hasil wawancara diketahui bahwa subjek N1
mengalami kesalahan dalam mengidentifikasi bangun ruang prisma.
Subjek N1 menyebutkan nama gambar e adalah segitiga prisma, dengan
alasan bahwa prisma segitiga itu mempunyai garis di tengah dan
mempunyai empat sisi segitiga. Jawaban tersebut dapat dilihat pada
transkrip wawancara P-17 sampai N-20, belum tentu semua bangun
ruang yang mempunyai garis di tengah itu adalah bangun ruang prisma,
bisa jadi bangun ruang limas. Subjek N1 dimungkinkan mengalami
miskonsepsi.
Subjek N1 juga beranggapan bahwa gambar a adalah gambar
segitiga, seharusnya gambar tersebut adalah gambar limas segitiga.
Gambar b adalah balok persegi panjang, gambar c adalah tabung
prisma, gambar d adalah segienam prisma, gambar e adalah segitiga
prisma, gambar f adalah segienam. Jawaban tersebut dapat dilihat pada
transkrip wawancara P-21 sampai N-22. Subjek N1 yakin dengan
jawaban tersebut, terdapat pada transkrip wawancara P-23 sampai N-23.
Alasan yang diberikan terkait jawaban gambar a dapat dilihat
pada transkrip wawancara P-24 sampai N-29. Subjek N1 beranggapan
disebut segitiga, sedangkan gambar e adalah segitiga prisma karena
punya garis ditengah.
Alasan yang diberikan terkait gambar b, c, d, e, dan f dapat
dilihat pada transkrip wawancara P-30 sampai N-34. Subjek N1
menganggap bahwa balok dengan balok persegi panjang itu berbeda.
Balok persegi panjang mempunyai panjang, sedangkan balok hanya
balok saja. Balok ialah bangun ruang yang mempunyai sisi pesegi dan
persegi panjang. Dari jawaban tersebut dimungkinkan subjek N1
mengalami miskonsepsi.
Subjek N1 menganggap bahwa gambar d adalah gambar
segienam prisma, dengan alasan mempunyai enam sisi maka disebut
dengan segienam prisma. Nama bangun ruang ditentukan oleh alasnya,
misalnya bangun ruang prisma segitiga ialah bangun ruang yang
memiliki alas dan tutup berbentuk segitiga, bukan karena banyaknya
sisi. Dari hasil wawancara tersebut, dimungkinkan subjek N1
mengalami miskonsepsi.
Hasil dari kedua analisis tersebut kemudian dibandingkan untuk
mengetahui letak kesalahan dan jenis miskonsepsi yang dialami subjek
N1. Berikut adalah triangulasi data.
Tabel 4.4 Hasil tes tertulis dan wawancara subjek N1 pada indikator mengidentifikasi macam-macam bangun ruang
Hasil tes tertulis Hasil wawancara Subjek N1 menganggap
bahwa bangun ruang a adalah segitiga, bangun ruang b
Subjek N1 yakin dengan jawabannya. Subjek N1 mengalami kesalahan dalam
adalah balok persegi panjang, bangun ruang c adalah tabung prisma, bangun ruang d adalah segienam prisma, bangun ruang e adalah segitiga prisma, bangun ruang f adalah segienam.
mengidentifikasi macam-macam bangun ruang dan memberi nama pada bangun
ruang. Subjek N1
beranggapan bahwa gambar d adalah gambar segienam prisma dengan alasan bangun tersebut mempunyai enam sisi. Gambar e adalah segitiga prisma karena mempunyai garis ditengah.
Berdasarkan data hasil tes tertulis dan hasil wawancara subjek
N1, diketahui bahwa subjek N1 mengalami kesalahan. Letak kesalahan
yang dialami subjek N1 adalah ketika mengidentifikasi macam-macam
bangun ruang prisma dan memberi nama pada masing-masing bangun
ruang. Terlihat dari hasil tes tertulis dan hasil wawancara terdapat
kesamaan jawaban yaitu subjek N1 menganggap bahwa bangun ruang a
atau gambar a adalah segitiga, bangun ruang b adalah balok persegi
panjang, bangun ruang c adalah tabung prisma, bangun ruang d adalah
segienam prisma, bangun ruang e adalah segitiga prisma, bangun ruang
f adalah segienam.
Subjek N1 dalam soal nomor dua ini dapat dikatakan mengalami
miskonsepsi klasifikasional, karena subjek N1 salah dalam
mengklasifikasikan atau memberi nama pada masing-masing bangun
c) Menghitung volume tabung
Berikut cuplikan hasil tes tertulis subjek N1
Pada indikator menghitung volume tabung yaitu soal nomor
delapan, subjek N1 mengalami kesalahan. Letak kesalahan subjek N1
adalah ketika menghitung volume tabung. Kesalahan tersebut berawal
dari rumus yang subjek N1 pakai untuk menghitung volume tabung.
Subjek N1 menganggap bahwa rumus untuk menghitung volume
tabung adalah dengan menghitung diameter sisi alas dan sisi tutup
kemudian hasil itu dijumlahkan, setelah itu baru dikali tinggi tabung.
Rumus untuk menghitung volume tabung adalah V = πr²tbukan V = D
x t. Dari jawaban tersebut dimungkinkan subjek N1 mengalami
miskonsepsi.
Analisis data selanjutnya dilakukan melalui kegiatan
wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperkuat adanya
deteksi miskonsepsi pada hasil tes tertulis subjek N1. Berikut transkrip
P-63 :
“Okee.. sebentar yang ini kamu mengerjakannya bagaimana ? (nomor 8), ini D x t.b itu maksudnya gimana ?”
N1-63 : “ Ini kan t.b itu kan tinggi tabung.”
P-64 : “ Owalah lha yang ini (15 x 2) + ( 15 x 2) itu apa ?”
N1-64 :
“ Itu kan harus dicari luas alasnya bu, jadi ini kan cuman
jari-jari terus ini diameter dijadiin diameter terus ini sama ini titambah (menunjuk alas dan tutup tabung) terus kali ini
(menunjuk tinggi tabung).”
P-65 :
“ Em.. kalau kamu ee rumus untuk volune tabung itu apa ? Apa yang kamu ketahui tentang volume tabung ?”
N1-65 : “ Luas alas x tinggi.”
P-66 : “ Nah alasnya berbentuk apa dia ?”
N1-66 : “ Lingkaran.”
P-67 : “ Nah luas lingkaran itu rumusnya apa ?”
N1-67 : “ Diameter.”
P-68 : “ Diameter lalu kali tinggi gitu ?”
N1-68 : “ Iya.”
P-69 : “ Berarti rumus volume tabung itu ..”
N1-69 : “ Diameter dikali tinggi.”
P-70 :
“ Itu kamuyakin dengan itu ? Lha itu kamu dapat dari buku atau dari Bu N atau dari internet atau dari teman atau dari
mana ?”
N1-70 : “ Dari diri sendiri bu.”
P-71 : “ Oh bererti kamu mencerna ini (soal nomor 8) lalu kamu
menemukan rumusnya sendiri ?”
N1-71 : “ He’ee...(sambil ketawa).”
P-72 : “ Oh berarti luas alasnya cuma diameter gitu ?”
N1-72 : “ Iya, jadi diameter ditambah kan tutup sama alasnya lalu
dikali 14 (tinggi).”
Deskripsi hasil wawancara diketahui bahwa subjek N1
mengalami kesalahan ketika menghitung volume tabung. Subjek N1
menganggap bahwa untuk menghitung volume tabung dengan
menghitung diameter sisi alas dan sisi tutup kemudian hasil itu
dijumlahkan, setelah itu baru dikali tinggi tabung dapat dilihat pada
transkrip wawancara P-63 sampai N1-64. Rumus untuk menghitung
Subjek N1 menganggap bahwa luas lingkaran adalah diameter,
dapat dilihat pada transkrip wawancara P-65 sampai N1-67, lalu
menganggap bahwa diameter dikali tinggi itu adalah rumus volume
tabung, terdapat pada transkrip wawancara P-68 sampai N1-72. Dari
hasil wawancara tersebut dimungkinkan subjek N1 mengalami
miskonsepsi.
Hasil dari kedua analisis tersebut kemudian dibandingkan untuk
mengetahui letak kesalahan dan jenis miskonsepsi yang dialami subjek
N1. Berikut adalah triangulasi data.
Tabel 4.5 Hasil tes tertulis dan wawancara subjek N1 pada indikator menghitung volume tabung
Hasil tes tertulis Hasil wawancara Subjek N1 menganggap bahwa
rumus untuk menghitung volume tabung adalah dengan menghitung diameter sisi alas dan sisi tutup kemudian hasil itu dijumlahkan, setelah itu baru dikali tinggi tabung.
Subjek N1 menganggap bahwa luas lingkaran adalah diameter, lalu menganggap bahwa diameter dikali tinggi itu adalah rumus volume tabung.
Berdasarkan kedua analisis tersebut terdapat kesamaan yaitu,
sama-sama memiliki kesalahan dalam menghitung volume tabung.
Subjek N1 dalam soal nomor delapan ini dapat dikatakan mengalami
miskonsepsi korelasional, karena subjek N1 masih salah dalam
menghubungkan konsep satu dengan konsep yang lain untuk
memecahkan masalah. Hal ini terlihat ketika subjek N1 salah konsep
digunakan untuk mencari volume tabung setelah dikalikan dengan
tinggi tabung.
2) Faktor penyebab miskonsepsi
Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi pada subjek N1 dapat
diketahui pada transkrip wawancara berikut.
P-35 :
“Dari semua yang kamu utarakan tadi, informasi yang kamu dapat itu dari mana ? dari guru, dari buku, dari teman, dari
orang tua atau dari internet gitu ?”
N1-35 : “ Dari bu N... sama internet bu, kalau dirumah suka mainan
HP kalau pas gak adaa....”
P-36 : “ Ingetnya pas pelajaran gimana ?”
N1-36 : “ Bangun datarr..”
P-37 : “ Terus bu N menerangkan gimana bangun datar ?”
N1-37 : “ Perbedaan antara bangun datar prisma dengan bangun
datar gak prisma, selimut itu lho.”
P-38 : “ Bangun datar prisma dengan selimut..he’e.., Oh selain itu
berarti dari internet ?”
N1-38 : “ He’eh.”
P-39 : “ Kamu buka internet, kamu belajar sendiri gitu ?”
N1-39 : “ He’em”
P-40 : “ Oh ketika kamu mengerjakan ini kamu keinget pelajaran
Bu N sama..?”
N1-40 : “ Waktu di Internet.”
P-41 : “ Tapi lebih banyak yang mana ? yang kamu inget di
pelajaran Bu N atau di internet ?”
N1-41 : “ Bu N.. yang internet cuman buat kalau kurang mengerti
gitu dicari di lagi.”
P-42 :
“ Oh lha yang dari guru itu, waktu menerangkan yangseperti apa kok kamu bisa... apakah Bu N tidak pernah menerangkan kalau ini namanya prisma segtiga gitu ? apa
menerangkan segitiga prisma gitu ?”
N1-42 : “ Enggak..”
P-43 : “ Enggak gimana maksudnya ?”
N1-43 : “ Belum pernah gitu.”
P-44 : “ Yang kamu ingat apa dari Bu N pas menerangkan ?”
N1-44 : “ Misalnya kalau segienam itu ya segienam gitu tidak
disebutin prismanya.”
P-69 : “ Berarti rumus volume tabung itu ..”
P-70 :
“ Itu kamu yakin dengan itu ? Lha itu kamudapat dari buku atau dari Bu N atau dari internet atau dari teman atau dari
mana ?”
N1-70 : “ Dari diri sendiri bu.”
P-73 : “ Itu rumus dari dirimu sendiri ?”
N1-73 : “ Iya..”
P-74 : “ Tidak dari teman atau internet gitu ? “
N1-74 : “ Enggak.”
P-75 : “ Kamu sering belajar gak dirumah ?”
N1-75 : “ Kalau pas lagi males-malesan gitu bukak buku kalau gak
buka internet gitu aja bu.”
P-76 : “ Oh tapi sering latihan soal ?”
N1-76 : “ Kadang.”
P-77 : “ Kalau dari ini kamu cintamu terhadap Matematika
seberapa ? Berapa persen kalau kita total 100% ?”
N1-77 : “ 70%.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas P-35 sampai N1-44, subjek
N1 mendapatkan informasi terkait bangun ruang adalah dari guru dan
internet. Selain itu, transkrip wawancara P-69 sampai N1-74, subjek N1
mendapatkan rumus untuk menghitung volume tabung dari dirinya
sendiri. Subjek N1 cukup menyukai Matematika, akan tetapi subjek N1
tidak sering latihan soal di rumah, subjek N1 seringnya buka internet,
dapat dilihat pada transkrip wawancara P-75 sampai N1-77. Beberapa
alasan tersebut dapat berdampak pada subjek N1 untuk mengalami
b. Analisis Data Subjek N2 1) Jenis Miskonsepsi
a) Mengidentifikasi macam-macam bangun ruang Berikut merupakan hasil tes tertulis subjek N2
Pada indikator mengidentifikasi macam-mcam bangun ruang
yaitu nomor dua, subjek N2 mengalami kesalahan ketika menyebutkan
nama-nama dari bangun ruang tersebut. Subjek N1 menganggap bahwa
bangun ruang a adalah kerucut, bangun ruang b adalah balok, bangun
ruang c adalah tabung, dan bangun yang lain tidak disebutkan namanya
atau tidak di isi. Subjek N2 salah dalam menamai bangun ruang
tersebut. Gambar a adalah limas segitiga bukan bangun kerucut,
sehingga dimungkinkan subjek N2 mengalami miskonsepsi.
Analisis data selanjutnya dilakukan berdasarkan hasil
wawancara. Kegiatan wawancara ini dilakukan untuk memperkuat
adanya deteksi miskonsepsi pada hasil tes tertulis subjek N2. Berikut
transkrip wawancara subjek N2.
P-04 : “ Coba ini nomor dua, coba kamu sebutkan nama-nama
bangun ruang di atas!”
N2-04 : “ Emm.. ini kerucut (menunjuk gambar a pada nomor satu), balok (menunjuk gambar b), tabung (menunjuk gambar c),
prisma segitiga (menunjuk gambar d), kerucut (menunjuk bangun e), prisma segitiga (menunjuk gambar f).”
P-05 : “ Kamu yakin ? ”
N2-05 : “ Iya.. bu. ”
P-06 : “ Ini bangun apa ? (pewancara menunjuk gambar a dan e
pada gambar nomor satu) ”
N2-06 : “ Ini kerucut bu.”
P-07 : “ Mengapa ini kamu sebut bangun kerucut ?”
N2-07 : “ Karena ada segitiganya bu. ”
P-08 : “ Oh.. berarti kalau ada segitiga itu mananya kerucut ?”
N2-08 : “ Iya bu...”
Deskripsi hasil wawancara diketahui bahwa subjek N2
mengalami kesalahan dalam mengidentifikasi macam-macam bangun
ruang. Subjek N2 menyebutkan nama gambar a adalah kerucut dan
gambar e juga kerucut. Jawaban tersebut dapat dilihat pada transkrip
wawancara P-04 sampai N2-04. Subjek N2 juga yakin dengan jawaban
tersebut, setelah ditanya kedua kalinya subjek N2 tetap menjawab
bahwa gambar a dan gambar e adalah kerucut, jawaban dapat dilihat
pada transkrip wawancara P-05 sampai N2-06. Subjek N2 beranggapan
bahwa kerucut adalah bangun ruang yang mempunyai segitiga, terdapat
pada transkrip wawancara P-07 sampai N2-07. Bangun ruang kecucut
adalah bangun ruang yang dibatasi oleh lingkaran pada bidang alasnya,
sedangkan gambar a dan gambar e alasnya adalah segitiga dan
segiempat. Dengan demikian, subjek N2 dimungkinkan mengalami
miskonsepsi.
Hasil dari kedua analisis tersebut kemudian dibandingkan untuk
mengetahui letak kesalahan dan jenis miskonsepsi yang dialami subjek
Tabel 4.6 Hasil tes tertulis dan wawancara subjek N2 pada indikator mengidentifikasi macam-mcam bangun ruang
Hasil tes tertulis Hasil wawancara Subjek N2 menganggap bahwa
gambar a pada soal nomor satu adalah gambar kerucut.
Subjek N2 menganggap bahwa gambar a dan gambar e adalah kerucut.
Berdasarkan kedua analisis tersebut terdapat kesamaan yaitu,
sama-sama memiliki kesalahan dalam mengidentifikasi macam-macam
bangun ruang dan memberi nama pada masing-masing bangun ruang.
Subjek N2 dalam soal nomor dua ini dapat dikatakan mengalami
miskonsepsi klasifikasional, karena subjek N2 salah dalam
mengklasifikasikan atau memberi nama pada masing-masing bangun
ruang, yaitu dengan memberi nama pada gambar a dan e dengan nama
kerucut.
2) Faktor penyebab miskonsepsi
Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi pada subjek N2 dapat
diketahui pada transkrip wawancara berikut.
P-02 : “ Apakah kamu suka Matematika ?”
N2-02 : “ Lumayan sih bu.”
P-03 : “ Kalau ibu presentase yang suka sekali Matematika itu100%, kamu kira-kira berapa persen ?”
N2-03 “ 80% bu.”
P-08 : “ Oh.. berarti kalau ada segitiga itu mananya kerucut ?”
N2-08 : “ Iya bu...”
N2-09 : “ Dari baca-baca buku.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas P-02 sampai N2-03, subjek
N2 cukup menyukai Matematika. Subjek N2 belajar dari membaca
buku, jawaban dapat dilihat pada transkrip wawancara P-09 sampai
N2-09. Dari kedua jawaban tersebut diketahui faktor penyebab subjek N2
mengalami miskonsepsi dapat dimungkinkan berasal dari buku.
c. Analisis Data Subjek N3 1) Jenis Miskonsepsi
a) Mengidentifikasi macam-macam bangun ruang Berikut cuplikan hasil tes tertulis subjek N3
Pada indikator mengidentifikasi macam-macam bangun ruang
yaitu soal nomor satu, subjek N3 mengalami kesalahan. Letak
kesalahan subjek N3 adalah ketika menjawab bahwa bangun ruang