BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.5 Analisis Data Tingkat Stres
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
Tingkat Stres Frekuensi Prosentase (%)
Normal 12 26,7
Ringan 13 28,9
Sedang 17 37,8
Berat
Sangat berat
3 0
6,7 0,0
Total 45 100
Berdasarkan tabel 5.6 di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar memiliki tingkat stress sedang, yaitu sebanyak 17 responden (37,8%).
Responden yang normal berjumlah 12 responden (26,7%), responden yang memiliki tingkat stres ringan berjumlah 13 responden (28,9%), responden yang memiliki tingkat stress berat berjumlah 3 responden (6,7%) dan tidak ada responden yang memiliki tingkat stres sangat berat.
5.6.1 Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat stres
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Data Dukungan Keluarga dengan Tingkat Stres pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang yang kurang mendukung dapat didefinisikan bahwa 1 responden (2,2%) memiliki tingkat stres berat. Dari 26 responden yang mempunyai keluarga yang cukup mendukung dapat didefinisikan 7 responden (15,6%) memiliki tingkat stres ringan, 1 responden (2,2) tidak memiliki stress, 16 responden (35,6) mengalami stress sedang dan 2 responden mengalami stress berat dan tidak ada yang terkana stress sangat berat. Sedangkan dari 18 responden yang mempunyai dukungan keluarga yang baik dapat didefinisikan bahwa 11 responden (24,4%) tidak stress, 6 responden (13,3) mengalami stress ringan, 1 responden (2,2) mengalami stress sedang dan tidak ada yang mengalami stress berat dan sangat berat.
Dari hasil uji statistic nonparametric dengan menggunkan SPSS 17 menunjukkan besar nilai signifikansi (p) pada uji korelasi Spearman Rank adalah
tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -6,84. Untuk nilai koefisien korelasi 0,00-0,199 menunjukkan korelasi sangat rendah, 0,20-0,399 menunjukkan korelasi rendah, 0,40-0,599 menunjukkan korelasi sedang, 0,60-0,799 menunjukkan korelasi kuat dan 0,80-1,000 menunjukkan korelasi sangat kuat (Sugiyono, 2007). Dari ketentuan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat stress.
Karena nilai koefisien korelasi menunjukan nilai negatif maka dapat diartikan bahwa semakin baik dukungan keluarga maka tingkat stres yang dimiliki lansia hipertensi semakin rendah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pada lansia yang ada di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
58 PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang lebih mendalam mengenai hubungan keluarga dengan tingkat stres. Bab ini terdiri dari 5 sub bab yang akan menjelaskan tentang dukungan keluarga pada penderita hipertensi, tingkat stres pada penderita hipertensi, hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pada lansia hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, implikasi penelitian dalam profesi keperawatan dan juga keterbatasan penelitian.
6.1 Dukungan Keluarga Pada lansia Penderita hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
Dukungan keluarga pada lansia yang mengalami stress karena hipertensi di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang menunjukkan bahwa sebanyak 45 responden, (40,0%) 18 responden baik, (57,8%) 26 responden cukup, dan (2,2%) 1 responden dengan dukungan keluarga yang kurang.
Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam konsep sehat sakit anggota
keluarganya yang sedang mengalami masalah kesehatan, misalnya dengan cara memberikan perawatan secara langsung (Friedman, 2010)
Dari hasil analisis responden mendapatkan dukungan yang cukup dari keluarganya yaitu sebanyak 57,8%. Berasarkan pada teori Friedman (dalam kharismasanthi, 2015) yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga kepada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran keluarga, usia, sosial ekonomi keluarga (pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan). Selain beberpa faktor tersebut, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 89% (73 responden) yang mendapatkan dukungan yang baik dari keluarganya berasal dari golongan yang masih berstatus menikah atau memiliki pasangan hidup. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tamara, et al (2014) yang menyatakan bahwa pasien stress dengan hipertensi yang telah menikah menerima dukungan keluarga yang lebih cukup. Keberadaan pasangan hidup dapat berfungsi sebagai supporting dalam berbagai hal misalnya emosi, problem solving, keuangan, maupun pengasuhan (Papalia & Feldmen. 2009).
Faktor selanjutnya yang juga berpengaruh terhadap dukungan keluarga menurut Friedman (dalam kharismasanthi, 2015) adalah usia. Dari segi usia, sebagian besar responden yang mendapat dukungan baik dari keluarganya lansia rata-rata usia lansia adalah 66 tahun. Usia minimal yakni 60 tahun dan usia maksimal yaitu 77 tahun. Semakin tua usia seseorang, maka kemampuan ingatan dan motivasi berperilaku sehat juga menurun sehingga kecenderungan keluarga akan memberikan dukungan dalam hal pemenuhan kebutuhan untuk mempertahankan kondisi kesehatannya.
Menurut Estu (Ed., 2010:445) dukungan sosial keluarga merujuk pada dukungan sosial yang dapat dirasakan oleh anggota keluarga. Dukungan sosial keluarga ini memberikan gambaran bahwa anggota keluarga menerima dukungan dari orang pendukung ketika dibutuhkan. Jenis dukungan sosial keluarga menurut Friedman dan House (dalam Istiqomah, 2010) ada empat dukungan yaitu dukungan informasional, penilaian, emosional dan instrumental.
Dukungan infomasi meliputi memberikan saran dan nasehat tentang apa saja yang harus dilakukan oleh lansia dalam menghadapi masalah, baik fisik maupun psikologis. Kebanyakan lansia selama ini mendapatkan nasehat atau saran yang berasal dari orang terdekat mereka yaitu keluarga. Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden (60%) mendapatkan dukungan informasi dalam kategori baik.
Hal ini ditunjukkan dari pernyataan responden bahwa keluarga selalu memberikan saran agar sering kontrol ke posyandu lansia dan mengikuti kegiatan di posyandu,serta memberikan informasi baru tentang cara mengtasi hipertensi dan selalu mengingatkan untuk mengontrol tekanan darah saat berada di posyandu. Menurut Hutapea (2008), pemberian dukungan informasi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 22 responden (48%). Data tersebut sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (dalam Kharismasanthi, 2015), yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh pada penerimaan informasi yang didapat oleh seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang dapat dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki.
bentuk penghargaan. Dukungan penghargaan meliputi pemberian umpan balik dan penghargaan dengan menunjukkan respon positif, seperti memberikan dorongan atau persetujuan terhadap gagasan, ide, atau perasaan yang mereka sampaikan. Berdasarkan pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebanyak 24 responden (53,33%) mendapatkan dukungan penghargaan dalam kategori baik.
Dukungan ini terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dari orang orang disekitarnya atau dorongan (Hasymi, 2009). Pada penelitian ini, keluarga memberikan apresiasi terhadap tindakan positif yang dilakukan oleh lansia seperti memberikan pujian kepada lansia ketika mampu melaksanakan tugas rumah dengan baik (Mangasi 2013).
Bentuk dukungan keluarga yang lain adalah dukungan instrumental.
Dukungan instrumental mencakup bantuan yang secara langsung diberikan kepada orang lain, seperti pemberian bantuan tenaga, keuangan, serta meluangkan waktu buat lansia. Bantuan material yang diberikan diharapkan dapat mendatangkan kenyamanan dan meningktkan kualitas hidup lansia.
Berdasarkan pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 18 responden (40%) mendapatkan dukungan instrumental dalam kategori kurang. Hai ini dipengaruhi oleh factor lingkungan kebanyakan lansia menempati rumah yang berbeda dengan keluarganya sehingga ada batasan yang signifikan yang dapat mempengaruhi kejiwaan lansia. Dan Menurut Hibec,et al (2009) faktor yang mempengaruhi dukungan instrumental adalah faktor sosio ekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, maka ia akan semakin cepat tanggap terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh dirinya dan keluarganya.
dapat dilakukan keluarga dengan cara keluarga bertindak sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi (Caplan 1976 dalam Asih et al., 2010). Berdasarkan tael 5.4 menunjukkan bahwa sebanyak 31 responden (68,89) mendapat dukungan emosional yang cukup. Hal ini dipengaruhi oleh kebanyakan lansia berada di rumah sendiri,an kebanyakan keluarga bekerja di luar rumah dan berada di rumah pada malam hari. Pada penelitian ini, keluarga mampu menjadi pendengar yang baik ketika lansia mengutarakan masalah yang di hadapinya serta keluarga ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh lansia ketika lansia sedang dalam keadaan sedih.
6.2 Stress Pada Lansia Dengan Hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowowaru Kota Malang
Tingkat stres menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (26,7%) responden tidak mengalami stress, sebanyak 13 responden (28,9%) stres ringan, 17 responden (37,8%) stres sedang, 3 responden (6,7%) memiliki stress berat dan tidak ada responden yang memiliki tingkat stres sangat berat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas lansia di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang memiliki tingkat stres sedang.
Dari hasil analisis, mayoritas 37,8% responden memiliki tingkat stres sedang. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah status pernikahan. Dari hasil penelitian sebanyak 100% yang menikah (memiliki pasangan) dari total responden. Pasangan dapat menjadi sumber dukungan bagi pasien. Dengan adanya pasangan, pasien akan senantiasa mendapatkan
dan lain-lain.Penelitian yang dilakukan oleh Nuryanti et al (2012) menyatakan bahwa reponden yang telah menikah dan tinggal bersama pasangannya dipercaya dapat mengurangi resiko mengalami depresi dan stress Suatu pernikahan akan memberikan keuntungan bagi kesehatan seseorang karena akan mendapatkan perhatian dari pasangannya. Lansia dengan stress dengan status menikah akan mempunyai tingkat stres yang lebih rendah.
Disamping faktor status pernikahan, faktor usia juga dapat mempengaruhi tingkat stres. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (stenly, 2007). Stess terjadi lebih banyak pada umur yang lebih tua dan dukungan keluarga yang rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini rata-rata umur responden penelitian adalah 67 tahun, usia termuda adalah 60 tahun seangkan usia tertua adalah umur 77 tahun.
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang meningkatkan resiko untuk terjadinya stres. Berdasarkan data penelitian ini rata-rata jenis kelamin yaitu perempuan dengan jumlah 35 responden (77,8%). Stres umumnya lebih sering menyerang pada perempuan karena perempuan sering terpajan dengan stressor lingkungan dan batas ambangnya lebih rendah jika dibandingakn dengan laki-laki. Stres pada wanita juga berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon pada tubuh perempuan. Perempuan berada pada resiko lebih besar gangguan depresi dan kecemasan dari pada laki-laki (Videbeck, 2008). Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Wildan Qomarus Zaman (2016) yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih rentang untuk mengalami stress. Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya mungkin dapat dikarenakan perbedaan karakteristik responden
juga dari sisi demografi tempat juga ini merupakan daerah perkotaan.
Ada perbedaan respon antara laki-laki dan perempuan saat menghadapii konflik. Otak perempuan memiliki kewaspadaan yang negatif terhadap adanya konflik dan stres, pada perempuan konflik memicu hormon negatif sehingga memunculkan stres, gelisah, dan rasa takut. Sedangkan laki-laki umumnya menikmati adanya konflik dan persaingan, bahkan menganggap bahwa konflik dapat memberikan dorongan yang positif. Dengan kata lain, ketika perempuan mendapat tekanan, maka umumnya akan lebih mudah mengalami stres (Brizendine, 2007) Pernyataan diatas sesuai dengan hasil pada penelitian ini yakni 2 dari 3 responden yang mengalami stres sedang adalah berjenis kelamin perempuan.
Pekerjaan juga memiliki pengaruh terhadap tingkat stres pada lansia hipertensi. Hasil analisis pekerjaan menunjukkan bahwa sebanyak 29 responden (64%) adalah tidak bekerja Ibu Rumah Tangga (IRT). Status pekerjaan berhubungan dengan aktualisasi diri dan mendorong seseorang lebih percaya diri dan bentanggung jawab untuk menyelesaikan tugas. Namun responden yang bekerja kemungkinan besar memiliki kegiatan yang padat dan mengalami stres yang tinggi terhadap pekerjaan sehingga dapat mempengaruhi dalam pengelolaan hipertensi. responden yang tidak bekerja lebih memiliki banyak waktu untuk mengelola penyakitnya (Ariani, 2011).
hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
Hasil uji statistic nonparametric menggunkana SPSS 17 dengan nilai signifikansi (p) pada uji korelasi Spearman Rank adalah 0,000.karena p-value (0,000) lebih kecil dari α (0,05) dengan demikian hipotesa nihil (H0) ditolak, sedangkan hipotesa kerja (H1) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pada lansia di Posyandu Lansia di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar memiliki tigkat stres sedang dengan hipertensi, yaitu sebanyak 17 responden (37,8%).
Responden yang normal berjumlah 12 responden (26,7%), responden yang memiliki tingkat stres ringan berjumlah 13 responden (28,9%), responden yang memiliki tingkat stress berat berjumlah 3 responden (6,7%) dan tidak ada responden yang memiliki tingkat stres sangat berat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu strategi koping untuk menghilangkan stress pad lansia. Dukungan keluarga yang baik dapat membuat lansia merasa tenang dan lansia dapat mempunyai koping yang baik dalam memecahkan masalah sehingga dapat mengakibatkan lansia mempunyai tingkat stress yang sedang.
Dukungan yang diberikan keluarga dapat menurunkan stres. Menurut Taylor (2009) menunjukkan bahwa hubungan yang bersifat support atau dukungan yang berasal dari lingkungan sosial maupun keluarga dapat meredam efek stres, membantu individu mengatasi stres dan mendapatkan kesehatan
mendukung anggota keluarganya yang sakit adalah tinggal bersama anggota keluarga yang sakit, memberikan bantuan, menyediakan waktu, mendorong untuk terus belajar dan mencari tambahan pengetahuan tentang stress dengan hipertensi merupakan bentuk dukungan yang bisa dilakukan keluarga pada anggota keluarga yang sakit (Mills, 2008 dalam Ariani 2011).
Berdasarkan analisis statistik empat aspek dukungan keluarga dengan tingkat stress, dikatahui bahwa dari empat aspek emosional dari dukungan menunjukkan hubungan yang paling signifikan dengan tingkat stress dengan tingkat signifikansi (p-value = 0.000; r = -0,694), dukungan penghargaan (p-value
= 0.000; r = -0.573), dukungan instrumental (p-value = 0.000; r = -0.477) dan dukungan informasi (p-value = 0.000; r = -0. 483) dengan tingkat stress. Menurut Taylor (2006), dukungan emosional merupakan aspek yang paling penting dalam dukungan keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hickey (dalam Kharisma, 2015) menyatakan bahwa 75-85% keberhasilan proses penyembuhan dan perawatan didukung oleh perhatian dan empati keluarga. Keluarga merupakan tempat yang paling nyaman untuk seseorang dalam menghadapi persoalan hidup, berbagi kebahagiaan dan tempat tumbuhnya harapan-harapan akan hidup yang lebih baik (Hibec, 2009). Anggota keluarga yang mendapatkan dukungan emosional yang baik dari keluarganya akan membantu dan meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data hubungan yang cukup signifikan antara hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi kesehatan khususnya keperawatan komunitas dan mahasiswa keperawatan yang termasuk didalamnya dapat memperluas informasi terkait pentingnya dukungan dalam membantu mengatasi masalah anggota keluarganya seperti stress pada lansia.
Hasil penelitian ini diharapkan berpengaruh pada peningkatan derajad kesehatan pada lansia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bahwa semakin baik dukungan keluarga maka stress pada lansia hipertensi juga semankin turun. Institusikeperawatan dengan tim pengajar dan mahasiswa keperawatan didalamnya diharapkan dapat bekerja samadalam meningkatkan strategi intervensi keperawatan di masyarakat dengan strategi intervensi yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan diharapkan jumlah usia harapan hidup akan semakin meningkat dan lansia dapat menjalaniaktifitas sehari-hari dengan produktif dan tetap sehat.
6.5 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan pendekatan pendekatan cross secsional study yaitu suatu teknik pengambilan data kedua variable dalam satu waktu. Desain ini mempunyai kelemahan dimana untuk mendapatkan subjek penelitian hanya diteliti melalui observasi sekali yaitu ketika
berubah karena beberapa faktor misalnya stress dan kondisi tubuh.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui metode kuesioner diaman subjek penelitian diperoleh sesuai kriteria. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat menggali informasi terkait variabel yang diteliti secara lengkap.
.
69 7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dukungan keluarga terhadap lansia pederita hipertensi di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang mayoritas memiliki dukungan keluarga yang cukup yaitu sebanyak 26 responden (57,8).
2. Stress pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang mayoritas memliki nilai stress sedang yaitu sebanyak 17 responden (37,8).
3. Dukungan keluarga berhubungan dengan tingkat stress pada lansia yang mengalami hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, saran dari peneliti sebagai berikut :
1. Memberikan promosi kesehatan kepada keluarga tentang pentingnya memberikan dukungan yang lebih kepada lansia baik berupa kasih sayang maupun materi kepada lansia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai contohnya menanyakan kabar kepada lansia ketika setelah melakukan aktifitas dan juga mendorong lansia agar aktif dalam kegiatan penyuluhan kesehatan.
melakukan asuhan keperawatan dalam hal keperawatan komunitas secara tepat dengan memberikan intervensi kepada keluarga dalam konteks keluarga sebagai caregiver yang baik dalam marawat lansia , dan juga pentingnya deteksi dini mengenai kesehatan mental terutama stress sehingga permasalahan kesehatan pada lansia dapat ditangani lebih baik 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang stress pada lansia yang
mengalami hipertensi yang mempunyai stress sedang dan berat dengan karakteristik daerah yang berbeda serta diharapkan menggunakan metode observasi sehingga bisa mendapatkan gambaran yang sesuai dengan fakta dilapangan.