• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

4.11 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada Kepala Puskesmas Kendalsari Kota Malang untuk mendapatkan persetujuan.

Kemudian dilakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika yang meliputi:

1. Respect for Persons

Prinsip Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Persons) merupakan suatu penghormatan terhadap kebebasan bertindak,

dimana seseorang mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukan sendiri. Sebelumnya peneliti menjelaskan manfaat, tujuan pengambilan data, prosedur pengambilan data, dan hak hak responden secara lisan maupun tulisan dari penelitian hubungan kondisi lingkungan dengan risiko jatuh ini. Bagi yang bersedia menjadi responden penelitian

maka diberikan lembar kesediaan menjadi subjek penelitian (informed consent). Selanjutnya responden menandatangani lembar inform consent

dan peneliti menyampaikan terima kasih atas partisipasi responden dalam penelitian.

2. Beneficience

Prinsip Berbuat Baik (Beneficience) merupakan segi positif dari prinsip nonmaleficience, tetapi kewajiban berbuat baik ini bukan tanpa batas.

Penekanan prinsip ini adalah pada manfaat suatu penelitian yang harus secara nyata lebih besar kadarnya dibanding risiko yang mungkin akan dialami oleh subjek penelitian, dan harus dilakukan dengan metode yang benar secara ilmiah serta harus dilaksanakan oleh mereka (peneliti) yang kompeten di bidangnya. Responden kooperatif pada saat pengambilan data dan responden mengatakan mendapatkan manfaat dari dari keikutsertaan penelitiaan ini yaitu menambah pengetahuan tentang kondisi lingkungan yang dapat menurunkan risiko jatuh.

3. Nonmaleficience

Prinsip Tidak Merugikan (Nonmaleficience) merupakan etika penelitian dimana peneliti meminimalisasi tindakan yang merugikan memperburuk keadaan responden. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan intervensi langsung kepada responden, sehingga tidak akan merugikan responden.

4. Right To Justice

Prinsip Keadilan (Right ToJustice) berupa perlakuan yang sama untuk orang-orang dalam situasi yang sama artinya menekankan persamaan dan kebutuhan, bukannya kekayaan, kedudukan social dan politik. Pada penelitian ini responden diperlakukan secara adil sejak sebelum, selama,

hingga sesudah keikutsertaannya dalam penelitian. Penelitian ini diselenggarakan tanpa adanya diskriminasi, terutama bagi lansia yang tidak bersedia untuk menjadi responden karena alasan tertentu.

48

Pengambilan data penelitian untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat stres pada lanisa yang mengalami hipertensi. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada lansia yang mengikuti Posyandu Lansia dan beliau yang mengalami hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.

Sampel yang ikut serta dalam penelitian sesuai kriteria inklusi yang telah ditetapkan berjumlah 45 lansia.

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Mencakup karakteristik lokasi penelitian, analisa univariat yang terdiri dari analisa data karakteristik responden, analisa data dukungan keluarga, dan analisa tingkat stres. Bab ini juga membahas mengenai analisa bivariat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stres.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RW 02, 04, 05, 07 Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Pengambilan data dilakukan pada saat responden berada di rumah dengan persetujuan sebelumnya.

5.2.1 Karakteristik Responden

Analisis deskriptif ini dimaksudkan untuk menggambarkan distribusi dari karakteristik responden. Responden dalam penelitian ini dapat dikategorikan dalam beberapa karakteristik responden, yaitu berdasarkan jenis kelamin, umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan.

5.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 5.1 Diagram Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Posyandu Lanisa Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru

Kota Malang

Berdasarkan gambar 5.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 45 responden yang terdiri dari laki dan perempuan, 22% diantaranya berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 10 responden, sedangkan 77% lainnya berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 responden.

22%

77%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Laki-laki (10) Perempuan (35) Jenis Kelamin

Laki-laki (10) Perempuan (35)

n Mean Minimal Maximal Std. Deviasi

45 66,75556 60 77 4.829622

Gambar 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Berdasarkan gambar 5.2 di atas diketahui gambaran usia lansia di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota malang yang berjumlah 45 lansia rata-rata usia lansia adalah 66 tahun. Usia minimal yakni 60 tahun dan usia maksimal yaitu 77 tahun dengan nilai standart deviasi adalah sebesar 4,82.

5.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasakan Pekerjaan

Gambar 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang Berdasarkan gambar 5.3 di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan mayoritas responden dalam penelitian ini adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan jumlah 29 responden dengan persentasi (64%). lansia bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 6 responden (13%) dan 10 responden sebagai pensiunan dengan persetase (22%).

5.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Berdasarkan gambar 5.4 di atas dapat diketahui frekuensi tertinggi tingkat pendidikan responden adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 48% (22 responden). Sedangkan frekuensi terendah pendidikan resonden adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 22% yaitu sebanyak 10 responden.

5.2.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Gambar 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Berdasarkan gambar 5.5 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 45 responden yang diteliti didapatkan 100% responden telah menikah/memiliki pasangan.

5.3 Analisis Data Dukungan Keluarga 5.3.1 Analisis Data Dukungan Keluarga

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Dukungan Keluarga pada lansia yang aktif dalam posyandu lansia di Kelurahan Jatilmuyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Dukungan Keluarga Frekuensi Prosentase (%)

Baik 18 40,0

Cukup 26 57,8

Kurang 1 2,2

Total 45 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar responden mendapatkan dukungan keluarga yang cukup dari keluarganya , yaitu sebanyak 26 orang (57.8%), reponden yang mendapat baik dukungan dari keluarganya berjumlah 18 responden (40,0%) sedangkan responden yang mendapat dukungan kurang dari keluarganya berjumlah 1 orang (2,2%).

5.4 Analisis Dukungan Keluarga Berdasarkan Empat Aspek Dukungan Di bawah ini akan dijelaskan empat aspek dukungan keluarga yakni dukungan informasi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan emosional dalam table yang terpisah.

Informasi Keluarga pada Lansia Stres dengan Hipertensi di posyandu lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Dukungan

Informasi Frekuensi Prosentase (%)

Baik 27 60

Cukup 15 33,33

Kurang 3 6,67

Total 45 100

Berdasarkan table 5.2 di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar responden mendapatkan dukungan informasi yang baik dari anggota keluarga yaitu sebanyak 27 responden (60%), reponden yang mendapat cukup dukungan informasi dari keluarganya berjumlah 15 responden (33,33%) sedangkan yang kurang mendapat dukungan informasi dari anggota keluarganya berjumlah 3 responden (6,67%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aspek Dukungan Penghargaan Keluarga pada Lansia Stres dengan Hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Dukungan

Penghargaan Frekuensi Prosentase (%)

Baik 24 53,33

Cukup 20 44,44

Kurang 1 2,22

Total 45 100

Berdasarkan table 5.3 di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar responden mendapatkan dukungan penghargaan yang baik dari anggota keluarga yaitu sebanyak 24 responden (53,33%), responden yang mendapat dukungan penghargaan yang cukup yaitu sebanyak 20 responden (44,44%)

keluarganya berjumlah 1 responden (2,22%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aspek Dukungan Instrumental Keluarga pada Lansia Stress dengan Hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Dukungan

Instrumental Frekuensi Prosentase (%)

Baik 10 22,22

Cukup 17 37,78

Kurang 18 40

Total 45 100

Berdasarkan table 5.4 di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar responden mendapatkan dukungan instrumental yang kurang yaitu sebanyak 18 responden (22,22%). reponden yang mendapat dukungan cukup yaitu berjumlah 17 responden (37,78%) Sedangkan yang baik mendapat dukungan instrumental dari anggota keluarganya berjumlah 10 responden (22,22%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aspek Dukungan Emosional Keluarga pada Lansia Stress dengan Hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Dukungan

Emosional Frekuensi Prosentase (%)

Baik 7 15,56

Cukup 31 68,89

Kurang 7 15,56

Total 82 100

Berdasarkan table 5.5 di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar responden mendapatkan dukungan emosional yang cukup yaitu sebanyak 31

keluarganya berjumlah 7 responden (15,56%) sedangkan yang mendapat dukungan emosional kurang dari anggota keluarganya berjumlah 7 responden (15,56%).

5.5 Analisis Data Tingkat Stres

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Tingkat Stres Frekuensi Prosentase (%)

Normal 12 26,7

Ringan 13 28,9

Sedang 17 37,8

Berat

Sangat berat

3 0

6,7 0,0

Total 45 100

Berdasarkan tabel 5.6 di atas, diperoleh data bahwa sebagian besar memiliki tingkat stress sedang, yaitu sebanyak 17 responden (37,8%).

Responden yang normal berjumlah 12 responden (26,7%), responden yang memiliki tingkat stres ringan berjumlah 13 responden (28,9%), responden yang memiliki tingkat stress berat berjumlah 3 responden (6,7%) dan tidak ada responden yang memiliki tingkat stres sangat berat.

5.6.1 Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat stres

Tabel 5.7 Tabulasi Silang Data Dukungan Keluarga dengan Tingkat Stres pada Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang yang kurang mendukung dapat didefinisikan bahwa 1 responden (2,2%) memiliki tingkat stres berat. Dari 26 responden yang mempunyai keluarga yang cukup mendukung dapat didefinisikan 7 responden (15,6%) memiliki tingkat stres ringan, 1 responden (2,2) tidak memiliki stress, 16 responden (35,6) mengalami stress sedang dan 2 responden mengalami stress berat dan tidak ada yang terkana stress sangat berat. Sedangkan dari 18 responden yang mempunyai dukungan keluarga yang baik dapat didefinisikan bahwa 11 responden (24,4%) tidak stress, 6 responden (13,3) mengalami stress ringan, 1 responden (2,2) mengalami stress sedang dan tidak ada yang mengalami stress berat dan sangat berat.

Dari hasil uji statistic nonparametric dengan menggunkan SPSS 17 menunjukkan besar nilai signifikansi (p) pada uji korelasi Spearman Rank adalah

tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -6,84. Untuk nilai koefisien korelasi 0,00-0,199 menunjukkan korelasi sangat rendah, 0,20-0,399 menunjukkan korelasi rendah, 0,40-0,599 menunjukkan korelasi sedang, 0,60-0,799 menunjukkan korelasi kuat dan 0,80-1,000 menunjukkan korelasi sangat kuat (Sugiyono, 2007). Dari ketentuan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat stress.

Karena nilai koefisien korelasi menunjukan nilai negatif maka dapat diartikan bahwa semakin baik dukungan keluarga maka tingkat stres yang dimiliki lansia hipertensi semakin rendah.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pada lansia yang ada di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.

58 PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang lebih mendalam mengenai hubungan keluarga dengan tingkat stres. Bab ini terdiri dari 5 sub bab yang akan menjelaskan tentang dukungan keluarga pada penderita hipertensi, tingkat stres pada penderita hipertensi, hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pada lansia hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, implikasi penelitian dalam profesi keperawatan dan juga keterbatasan penelitian.

6.1 Dukungan Keluarga Pada lansia Penderita hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Dukungan keluarga pada lansia yang mengalami stress karena hipertensi di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang menunjukkan bahwa sebanyak 45 responden, (40,0%) 18 responden baik, (57,8%) 26 responden cukup, dan (2,2%) 1 responden dengan dukungan keluarga yang kurang.

Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam konsep sehat sakit anggota

keluarganya yang sedang mengalami masalah kesehatan, misalnya dengan cara memberikan perawatan secara langsung (Friedman, 2010)

Dari hasil analisis responden mendapatkan dukungan yang cukup dari keluarganya yaitu sebanyak 57,8%. Berasarkan pada teori Friedman (dalam kharismasanthi, 2015) yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga kepada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran keluarga, usia, sosial ekonomi keluarga (pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan). Selain beberpa faktor tersebut, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 89% (73 responden) yang mendapatkan dukungan yang baik dari keluarganya berasal dari golongan yang masih berstatus menikah atau memiliki pasangan hidup. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tamara, et al (2014) yang menyatakan bahwa pasien stress dengan hipertensi yang telah menikah menerima dukungan keluarga yang lebih cukup. Keberadaan pasangan hidup dapat berfungsi sebagai supporting dalam berbagai hal misalnya emosi, problem solving, keuangan, maupun pengasuhan (Papalia & Feldmen. 2009).

Faktor selanjutnya yang juga berpengaruh terhadap dukungan keluarga menurut Friedman (dalam kharismasanthi, 2015) adalah usia. Dari segi usia, sebagian besar responden yang mendapat dukungan baik dari keluarganya lansia rata-rata usia lansia adalah 66 tahun. Usia minimal yakni 60 tahun dan usia maksimal yaitu 77 tahun. Semakin tua usia seseorang, maka kemampuan ingatan dan motivasi berperilaku sehat juga menurun sehingga kecenderungan keluarga akan memberikan dukungan dalam hal pemenuhan kebutuhan untuk mempertahankan kondisi kesehatannya.

Menurut Estu (Ed., 2010:445) dukungan sosial keluarga merujuk pada dukungan sosial yang dapat dirasakan oleh anggota keluarga. Dukungan sosial keluarga ini memberikan gambaran bahwa anggota keluarga menerima dukungan dari orang pendukung ketika dibutuhkan. Jenis dukungan sosial keluarga menurut Friedman dan House (dalam Istiqomah, 2010) ada empat dukungan yaitu dukungan informasional, penilaian, emosional dan instrumental.

Dukungan infomasi meliputi memberikan saran dan nasehat tentang apa saja yang harus dilakukan oleh lansia dalam menghadapi masalah, baik fisik maupun psikologis. Kebanyakan lansia selama ini mendapatkan nasehat atau saran yang berasal dari orang terdekat mereka yaitu keluarga. Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebanyak 27 responden (60%) mendapatkan dukungan informasi dalam kategori baik.

Hal ini ditunjukkan dari pernyataan responden bahwa keluarga selalu memberikan saran agar sering kontrol ke posyandu lansia dan mengikuti kegiatan di posyandu,serta memberikan informasi baru tentang cara mengtasi hipertensi dan selalu mengingatkan untuk mengontrol tekanan darah saat berada di posyandu. Menurut Hutapea (2008), pemberian dukungan informasi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 22 responden (48%). Data tersebut sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (dalam Kharismasanthi, 2015), yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh pada penerimaan informasi yang didapat oleh seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang dapat dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki.

bentuk penghargaan. Dukungan penghargaan meliputi pemberian umpan balik dan penghargaan dengan menunjukkan respon positif, seperti memberikan dorongan atau persetujuan terhadap gagasan, ide, atau perasaan yang mereka sampaikan. Berdasarkan pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebanyak 24 responden (53,33%) mendapatkan dukungan penghargaan dalam kategori baik.

Dukungan ini terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dari orang orang disekitarnya atau dorongan (Hasymi, 2009). Pada penelitian ini, keluarga memberikan apresiasi terhadap tindakan positif yang dilakukan oleh lansia seperti memberikan pujian kepada lansia ketika mampu melaksanakan tugas rumah dengan baik (Mangasi 2013).

Bentuk dukungan keluarga yang lain adalah dukungan instrumental.

Dukungan instrumental mencakup bantuan yang secara langsung diberikan kepada orang lain, seperti pemberian bantuan tenaga, keuangan, serta meluangkan waktu buat lansia. Bantuan material yang diberikan diharapkan dapat mendatangkan kenyamanan dan meningktkan kualitas hidup lansia.

Berdasarkan pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebanyak 18 responden (40%) mendapatkan dukungan instrumental dalam kategori kurang. Hai ini dipengaruhi oleh factor lingkungan kebanyakan lansia menempati rumah yang berbeda dengan keluarganya sehingga ada batasan yang signifikan yang dapat mempengaruhi kejiwaan lansia. Dan Menurut Hibec,et al (2009) faktor yang mempengaruhi dukungan instrumental adalah faktor sosio ekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, maka ia akan semakin cepat tanggap terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh dirinya dan keluarganya.

dapat dilakukan keluarga dengan cara keluarga bertindak sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi (Caplan 1976 dalam Asih et al., 2010). Berdasarkan tael 5.4 menunjukkan bahwa sebanyak 31 responden (68,89) mendapat dukungan emosional yang cukup. Hal ini dipengaruhi oleh kebanyakan lansia berada di rumah sendiri,an kebanyakan keluarga bekerja di luar rumah dan berada di rumah pada malam hari. Pada penelitian ini, keluarga mampu menjadi pendengar yang baik ketika lansia mengutarakan masalah yang di hadapinya serta keluarga ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh lansia ketika lansia sedang dalam keadaan sedih.

6.2 Stress Pada Lansia Dengan Hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowowaru Kota Malang

Tingkat stres menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (26,7%) responden tidak mengalami stress, sebanyak 13 responden (28,9%) stres ringan, 17 responden (37,8%) stres sedang, 3 responden (6,7%) memiliki stress berat dan tidak ada responden yang memiliki tingkat stres sangat berat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas lansia di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang memiliki tingkat stres sedang.

Dari hasil analisis, mayoritas 37,8% responden memiliki tingkat stres sedang. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah status pernikahan. Dari hasil penelitian sebanyak 100% yang menikah (memiliki pasangan) dari total responden. Pasangan dapat menjadi sumber dukungan bagi pasien. Dengan adanya pasangan, pasien akan senantiasa mendapatkan

dan lain-lain.Penelitian yang dilakukan oleh Nuryanti et al (2012) menyatakan bahwa reponden yang telah menikah dan tinggal bersama pasangannya dipercaya dapat mengurangi resiko mengalami depresi dan stress Suatu pernikahan akan memberikan keuntungan bagi kesehatan seseorang karena akan mendapatkan perhatian dari pasangannya. Lansia dengan stress dengan status menikah akan mempunyai tingkat stres yang lebih rendah.

Disamping faktor status pernikahan, faktor usia juga dapat mempengaruhi tingkat stres. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (stenly, 2007). Stess terjadi lebih banyak pada umur yang lebih tua dan dukungan keluarga yang rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini rata-rata umur responden penelitian adalah 67 tahun, usia termuda adalah 60 tahun seangkan usia tertua adalah umur 77 tahun.

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang meningkatkan resiko untuk terjadinya stres. Berdasarkan data penelitian ini rata-rata jenis kelamin yaitu perempuan dengan jumlah 35 responden (77,8%). Stres umumnya lebih sering menyerang pada perempuan karena perempuan sering terpajan dengan stressor lingkungan dan batas ambangnya lebih rendah jika dibandingakn dengan laki-laki. Stres pada wanita juga berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon pada tubuh perempuan. Perempuan berada pada resiko lebih besar gangguan depresi dan kecemasan dari pada laki-laki (Videbeck, 2008). Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Wildan Qomarus Zaman (2016) yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih rentang untuk mengalami stress. Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya mungkin dapat dikarenakan perbedaan karakteristik responden

juga dari sisi demografi tempat juga ini merupakan daerah perkotaan.

Ada perbedaan respon antara laki-laki dan perempuan saat menghadapii konflik. Otak perempuan memiliki kewaspadaan yang negatif terhadap adanya konflik dan stres, pada perempuan konflik memicu hormon negatif sehingga memunculkan stres, gelisah, dan rasa takut. Sedangkan laki-laki umumnya menikmati adanya konflik dan persaingan, bahkan menganggap bahwa konflik dapat memberikan dorongan yang positif. Dengan kata lain, ketika perempuan mendapat tekanan, maka umumnya akan lebih mudah mengalami stres (Brizendine, 2007) Pernyataan diatas sesuai dengan hasil pada penelitian ini yakni 2 dari 3 responden yang mengalami stres sedang adalah berjenis kelamin perempuan.

Pekerjaan juga memiliki pengaruh terhadap tingkat stres pada lansia hipertensi. Hasil analisis pekerjaan menunjukkan bahwa sebanyak 29 responden (64%) adalah tidak bekerja Ibu Rumah Tangga (IRT). Status pekerjaan berhubungan dengan aktualisasi diri dan mendorong seseorang lebih percaya diri dan bentanggung jawab untuk menyelesaikan tugas. Namun responden yang bekerja kemungkinan besar memiliki kegiatan yang padat dan mengalami stres yang tinggi terhadap pekerjaan sehingga dapat mempengaruhi dalam pengelolaan hipertensi. responden yang tidak bekerja lebih memiliki banyak waktu untuk mengelola penyakitnya (Ariani, 2011).

hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Hasil uji statistic nonparametric menggunkana SPSS 17 dengan nilai signifikansi (p) pada uji korelasi Spearman Rank adalah 0,000.karena p-value (0,000) lebih kecil dari α (0,05) dengan demikian hipotesa nihil (H0) ditolak, sedangkan hipotesa kerja (H1) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pada lansia di Posyandu Lansia di Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar memiliki tigkat stres sedang dengan hipertensi, yaitu sebanyak 17 responden (37,8%).

Responden yang normal berjumlah 12 responden (26,7%), responden yang memiliki tingkat stres ringan berjumlah 13 responden (28,9%), responden yang memiliki tingkat stress berat berjumlah 3 responden (6,7%) dan tidak ada responden yang memiliki tingkat stres sangat berat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu strategi koping untuk menghilangkan stress pad lansia. Dukungan keluarga yang baik dapat membuat lansia merasa tenang dan lansia dapat mempunyai koping yang baik dalam memecahkan masalah sehingga dapat mengakibatkan lansia mempunyai tingkat stress yang sedang.

Dukungan yang diberikan keluarga dapat menurunkan stres. Menurut Taylor (2009) menunjukkan bahwa hubungan yang bersifat support atau dukungan yang berasal dari lingkungan sosial maupun keluarga dapat meredam efek stres, membantu individu mengatasi stres dan mendapatkan kesehatan

mendukung anggota keluarganya yang sakit adalah tinggal bersama anggota keluarga yang sakit, memberikan bantuan, menyediakan waktu, mendorong untuk terus belajar dan mencari tambahan pengetahuan tentang stress dengan hipertensi merupakan bentuk dukungan yang bisa dilakukan keluarga pada anggota keluarga yang sakit (Mills, 2008 dalam Ariani 2011).

Berdasarkan analisis statistik empat aspek dukungan keluarga dengan tingkat stress, dikatahui bahwa dari empat aspek emosional dari dukungan menunjukkan hubungan yang paling signifikan dengan tingkat stress dengan tingkat signifikansi (p-value = 0.000; r = -0,694), dukungan penghargaan (p-value

= 0.000; r = -0.573), dukungan instrumental (p-value = 0.000; r = -0.477) dan dukungan informasi (p-value = 0.000; r = -0. 483) dengan tingkat stress. Menurut Taylor (2006), dukungan emosional merupakan aspek yang paling penting dalam dukungan keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hickey (dalam Kharisma, 2015) menyatakan bahwa 75-85% keberhasilan proses penyembuhan dan perawatan didukung oleh perhatian dan empati keluarga. Keluarga merupakan tempat yang paling nyaman untuk seseorang dalam menghadapi

= 0.000; r = -0.573), dukungan instrumental (p-value = 0.000; r = -0.477) dan dukungan informasi (p-value = 0.000; r = -0. 483) dengan tingkat stress. Menurut Taylor (2006), dukungan emosional merupakan aspek yang paling penting dalam dukungan keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hickey (dalam Kharisma, 2015) menyatakan bahwa 75-85% keberhasilan proses penyembuhan dan perawatan didukung oleh perhatian dan empati keluarga. Keluarga merupakan tempat yang paling nyaman untuk seseorang dalam menghadapi