• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN

6.5. Analisis Dekomposisi Keterkaitan Investasi Infrastruktur

Analisis dekomposisi dampak investasi di sektor infrastruktur transportasi pada dasarnya hendak menjelaskan tentang efek berantai dari guncangan (shock) output salah satu sektor terhadap sektor sektor lainnya dalam

perekonomian Jawa Barat dengan merinci besaran dampak global/total secara

lebih rinci. Dengan metode dekomposisi, efek global (Ma) dapat dirinci menjadi

own effect (I), transfer effect (Ma1), open loop effect (Ma2) dan close loop effect (Ma3). Own effect (I) adalah efek langsung dari adanya guncangan neraca eksogen misalnya berupa kebijakan terhadap sektor yang dituju. Dalam hal ini

effect (Ma2) merupakan efek berantai dari adanya guncangan di sektor infrastruktur transportasi kepada sektor-sektor lainnya di dalam blok neraca

sektor. Open loop effect (Ma2) merupakan efek sebagai akibat adanya guncangan

di sektor infrastruktur transportasi dan bergerak mempengaruhi sektor-sektor lainnya yang terkait dan juga mempengaruhi blok neraca lainnya seperti halnya blok neraca faktor produksi dan neraca institusi. Selanjutnya dampak dari efek kepada blok faktor produksi dan neraca institusi, guncangan tersebut kembali mempengaruhi blok neraca asal yaitu sektor infrastruktur transportasi yang

kemudian disebut sebagai close loop effect (Ma3).

Pada bagian ini ditelaah mengenai dampak adanya investasi infrastruktur

transportasi terhadap perekonomian. Perubahan (shock) neraca eksogen yang

terjadi pada infrastruktur transportasi memberikan dampak berbeda-beda terhadap perekonomian Jawa Barat. Untuk itu akan dikaji dampak investasi pada infrastruktur transportasi terhadap blok neraca sektor, blok neraca faktor produksi, dan blok neraca institusi.

Dampak sektoral berkaitan dengan besaran nilai pengganda (koefisien multiplier) memberikan sinyal bahwa semakin besar nilai pengganda (Ma) akibat adanya perubahan pada infrastruktur transportasi maka semakin bermanfaat keberadaan infrastruktur transportasi tersebut bagi kinerja sektor yang terkena

dampak. Sebagai ilustrasi bila terjadi shock berupa injeksi investasi sebesar Rp.

20.95 trilyun pada infrastruktur transportasi, selain berdampak kepada sektor infrastruktur transportasi itu sendiri juga berdampak kepada sektor industri lain yaitu subsektor industri kertas percetakan, alat angkutan dan barang dari logam dengan nilai sebesar Rp. 8.421,66 milyar. Pengaruh investasi infrastruktur transportasi juga memberikan dampak yang relatif besar kepada subsektor

pakaian dan kulit dengan nilai masing-masing nilainya sebesar Rp. 7.787,91 milyar; Rp. 4.931,32 milyar dan Rp. 2.458,92 milyar. Sektor perdagangan juga mengalami peningkatan output sebesar Rp. 6.021,29 milyar. Sementara itu, Sektor Pertanian khususnya subsektor pertanian tanaman pangan memperoleh dampak sebesar Rp. 2.856,65 milyar (Tabel 21).

Selain sektor-sektor yang disebutkan di atas investasi infrastruktur transportasi juga berdampak kepada jasa angkutan yang sangat erat kaitannya dengan infrastruktur transportasi yaitu jasa transportasi darat sebesar Rp.

3.505,74 milyar. Sektor-sektor di dalam blok neraca sektor produksi (Ma1) yang

paling dipengaruhi oleh adanya investasi infrastruktur transportasi adalah industri kimia, pupuk dan semen dengan nilai sebesar Rp. 6.020,57 milyar dan nilai

pengganda Ma1 kedua terbesar terjadi di sektor industri kertas, alat cetakan, alat

transportasi sebesar Rp. 4.261,33 milyar.

Berbeda dengan efek internal sektoral (transfer effect), blok neraca yang

terkena efek feed-back (Ma2) besar dari adanya infrastruktur transportasi

selanjutnya adalah blok neraca faktor produksi, dimana investasi ini berdampak kepada pekerja dengan memberikan pendapatan tenaga kerja, khususnya rumah tangga golongan bawah dan menengah. Namun dibandingkan dengan rumah tangga golongan atas, pendapatan golongan rumah tangga ini lebih besar dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga golongan bawah dan menengah. Hal ini dikarenakan rumah tangga golongan atas tidak hanya memiliki faktor produksi tenaga kerja, tetapi juga memiliki faktor produksi bukan tenaga kerja (kapital). Kondisi ini menunjukkan bahwa investasi infrastruktur transportasi lebih menguntungkan kepada golongan rumah tangga golongan atas dibandingkan dengan rumah tangga golongan menengah dan bawah, yang

infrastruktur ini adalah pekerja produksi, operator, manual di kota dengan

besaran efek open loop sebesar Rp. 4.292,24 milyar.

X I Ta Oa Ca Ma (2) (3) (4) (5) (6) (7) Desa 1 - - 90.34 1,611.68 1,702.02 Kota 2 - - 15.08 549.81 564.89 Desa 3 - - 2,935.96 787.63 3,723.59 Kota 4 - - 4,292.24 1,885.16 6,177.41 Desa 5 - - 363.08 508.89 871.97 Kota 6 - - 998.74 1,121.14 2,119.88 Desa 7 - - 228.01 240.55 468.56 Kota 8 - - 2,129.44 1,641.43 3,770.86 Bukan tenaga kerja 9 - - 5,826.62 6,169.45 11,996.06 Buruh 10 - - 511.88 562.23 1,074.12 11 - - 1,520.63 1,667.50 3,188.12 RT Golongan Bawah 12 - - 168.91 182.81 351.72 RT Golongan Menengah 13 - - 362.40 324.61 687.01 RT Golongan Atas 14 - - 1,070.78 673.53 1,744.30 RT Golongan Bawah 15 - - 387.76 268.77 656.53 RT Golongan Menengah 16 - - 689.87 520.93 1,210.79 RT Golongan Atas 17 - - 2,173.43 1,246.08 3,419.51 RT Golongan Bawah 18 - - 202.55 183.50 386.05 RT Golongan Menengah 19 - - 467.27 450.68 917.95 RT Golongan Atas 20 - - 2,009.64 1,623.92 3,633.56 RT Golongan Bawah 21 - - 405.12 333.39 738.51 RT Golongan Menengah 22 - - 789.13 673.59 1,462.72 RT Golongan Atas 23 - - 2,244.77 1,686.60 3,931.37 26 - 26.59 - 2,830.06 2,856.65 27 - 132.11 - 171.32 303.43 28 - 6.58 - 673.70 680.28 29 - 55.89 - 20.40 76.29 30 - 1.88 - 390.90 392.78 31 - 803.48 - 321.69 1,125.17 32 - 114.47 - 41.77 156.24 33 - 38.91 - 4,892.41 4,931.32 34 - 398.16 - 2,060.76 2,458.92 35 - 201.04 - 150.21 351.25 36 - 4,261.33 - 4,160.33 8,421.66 37 - 6,020.57 - 1,767.34 7,787.91 38 - 432.65 - 1,603.50 2,036.15 39 20,950 20,950 44.03 - 47.54 21,041.57 40 - 181.62 - 141.01 322.62 41 - 2,470.53 - 3,550.76 6,021.29 42 - 66.92 - 93.45 160.38 43 - 49.97 - 722.16 772.12 44 - 1,501.30 - 2,004.44 3,505.74 45 - 178.10 - 586.92 765.02 46 - 27.47 - 49.40 76.87 47 - 512.41 - 362.91 875.32 48 - 176.65 - 372.97 549.62 49 - 27.12 - 702.73 729.85 Infrastruktur Transportasi

Infrastruktur Bukan Transportasi Perdagangan

Restoran Perhotelan Angkutan Darat

Angkutan Udara, Air dan Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan Bank dan Asuransi

Real Estate dan Jasa Perusahaan

Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Listrik, Gas Dan Air Minum

Desa

Kota

Sektor Produksi

Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Perburuan Perikanan

Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi Pertambangan dan Penggalian Lainnya

Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang Dari Kayu

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang dari Logam Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen

In st itu si Rumah tangga Pertanian Pengusaha Pertanian Bukan Pertanian Industri Desa Kota Bukan Industri Fa kto r Produks i Tenaga kerja Pertanian Bukan Pertanian

Produksi, Operator Alat Angkutan, Manual dan Tata Usaha, Penjualan, Jasa-

Jasa Kepemimpinan, Ketatalaksanaan, Militer,

Rincian

(1)

Tabel 21. Dekomposisi Nilai Pengganda Akibat Injeksi Investasi Infrastruktur Transportasi di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2010

Dari sisi neraca institusi, peningkatan investasi infrastruktur transportasi selain berdampak kepada sektor juga berdampak kepada pendapatan faktor- faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Lebih lanjut, pada akhirnya pendapatan tersebut diterima oleh institusi rumah tangga sebagai salah satu dari pemilik faktor produksi. Institusi rumah tangga memperoleh pendapatan berupa upah dan gaji dari faktor produksi tenaga kerja yang dimiliki. Golongan rumah tangga yang memperoleh manfaat relatif besar adalah rumah tangga yang bekerja di sektor jasa-jasa (selain industri dan pertanian) baik di desa maupun di kota, rumah tangga pengusaha petani dan rumah tangga golongan atas di kota yang bekerja di sektor industri dengan nilai masing-masing manfaat sebesar Rp. 1.686,60 milyar; Rp. 1.623,92 milyar; Rp. 1.667,50 milyar dan Rp. 673,53 milyar.

Sebagian besar dari efek total tersebut berasal dari efek close loop. Peningkatan

investasi infrastruktur transportasi tidak langsung mempengaruhi pendapatan institusi rumah tangga melalui sektor-sektor yang terkait dengan sektor

infrastruktur transportasi namun melalui arus balik (feed-back) seperti

digambarkan pada efek close loop setelah sektor sektor lain memperoleh

manfaat dari adanya peningkatan di sektor infrastruktur jalan.

Hasil kajian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi di Jawa Barat ini sejalan dengan hasil temuan yang dilakukan oleh oleh Aschauer (1989) dan Bonaglia et al. (2000) tentang keterkaitan antara investasi infrastruktur

terhadap pertumbuhan Total Factor Productivity (TFP) di Italia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa investasi pada infrastruktur terbukti dapat memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan TFP, output dan pengurangan biaya. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa secara umum, investasi pada sektor transportasi merupakan pilihan yang memberikan dampak relatif besar

6.6. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja

Tabel 22 menjelaskan mengenai simulasi dari penyerapan tenaga kerja yang terjadi akibat peningkatan investasi infrastruktur transportasi sebesar Rp. 20.95 trilyun di provinsi Jawa Barat. Dampak yang terjadi akibat adanya investasi infrastruktur tersebut adalah terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja secara total sebesar 17.942 orang. Jika penyerapan tenaga kerja tersebut dirinci menurut sektor maka dampak penyerapan tenaga kerja terbesar berada pada sektor pertanian tanaman pangan dengan penambahan tenaga kerja terbesar yaitu sebanyak 4.549 orang (25.35%). Sektor produksi dengan penyerapan tenaga kerja terbesar berikutnya berturut-turut adalah sektor perdagangan (2.911 orang atau 16.22%), sektor jasa perseorangan, rumah tangga dan jasa lainnya (2.581 orang atau 14.39%) dan sektor industri makanan, minuman dan tembakau (1.019 orang atau 5.68%).

Berdasarkan hasil studi, sektor industri yang merupakan sektor unggulan di provinsi ini menyerap tenaga kerja cukup signifikan, yaitu sebanyak 2.745 orang (15.30%), sedangkan sektor angkutan (darat, air, dan udara) dan jasa penunjang angkutan hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 1.529 orang atau sebesar 8.52%. Adapun sektor produksi dengan penyerapan tenaga kerja terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian lainnya, yaitu sebesar 36 orang atau 0.20%.

Sementara itu berdasarkan Tabel 22 dapat disampaikan bahwa sektor yang menyerap tenaga paling sedikit akibat adanya investasi infrastruktur transportasi adalah sektor pertambangan dan penggalian lainnya yaitu sebesar 36 orang (0.2%) serta sektor kehutanan dan perburuan sebesar 45 orang (0.25%).

Sumber: SNSE Jawa Barat 2010, diolah kembali

6.7. Analisis Jalur (Structural Path Analysis)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jalur yang terjadi pada neraca endogen akibat pengaruh dari neraca eksogen. Berdasarkan analisis jalur, golongan rumah tangga atas non industri di kota memiliki pengaruh global terbesar dibandingkan dengan golongan rumah tangga lain di provinsi ini, yaitu sebesar 0.188. Artinya bila terjadi injeksi pada infrastruktur transportasi sebesar Rp.20.95 trilyun rupiah, maka golongan rumah tangga ini akan memperoleh

Sebelum % Sesudah % Orang % (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 26 2,727,689 16.10 2,732,237 16.11 4,549 25.35 27 866,623 5.12 867,712 5.12 1,089 6.07 28 226,212 1.34 226,653 1.34 442 2.46 29 41,728 0.25 41,773 0.25 45 0.25 30 101,991 0.60 102,183 0.60 192 1.07 31 84,142 0.50 84,220 0.50 78 0.43 32 36,329 0.21 36,365 0.21 36 0.20 33 588,510 3.47 589,529 3.48 1,019 5.68 34 731,005 4.31 731,368 4.31 363 2.02 35 379,890 2.24 380,334 2.24 444 2.48 36 1,510,607 8.92 1,511,378 8.91 771 4.30 37 171,861 1.01 172,009 1.01 148 0.82 38 59,241 0.35 59,321 0.35 80 0.45 39 300,390 1.77 300,668 1.77 277 1.55 40 706,245 4.17 706,321 4.16 77 0.43 41 3,554,768 20.98 3,557,679 20.98 2,911 16.22 42 566,293 3.34 566,689 3.34 396 2.21 43 85,828 0.51 85,968 0.51 139 0.78 44 482,851 2.85 483,386 2.85 535 2.98 45 608,873 3.59 609,734 3.60 861 4.80 46 116,306 0.69 116,439 0.69 133 0.74 47 167,403 0.99 167,565 0.99 162 0.90 48 170,488 1.01 170,747 1.01 260 1.45 49 564,642 3.33 564,996 3.33 354 1.97 50 2,092,530 12.35 2,095,111 12.35 2,581 14.39 16,942,444 100.00 16,960,386 100.00 17,942 100.00 (1) J u m l a h

Perubahan Tenaga Kerja Rincian Kode

Kondisi Jumlah Tenaga Kerja

Jasa Penunjang Angkutan, dan Pergudangan Infrastruktur Bukan Transportasi Perdagangan

Restoran Perhotelan Angkutan Darat

Angkutan Udara, Air dan Komunikasi Industri Pemintalan, Tekstil, Pakaian dan Kulit Industri Kayu & Barang Dari Kayu

Industri Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dari Logam dan Industri

Industri Kimia, Pupuk, Hasil Dari Tanah Liat, Semen

Infrastruktur Transportasi Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan dan Perburuan Perikanan

Pertambangan Batubara, Biji Logam dan Minyak Bumi

Pertambangan dan Penggalian Lainnya Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

Bank dan Asuransi

Real Estate dan Jasa Perusahaan

Pemerintahan dan Pertahanan, Pendidikan, Kesehatan, Film dan Jasa Sosial Lainnya Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lainnya

Listrik, Gas Dan Air Minum

Tabel 22. Dampak Investasi Infrastruktur Transportasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektor di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

jalur yang melalui tenaga kepemimpinan sektor non pertanian di kota, dengan persentase global (TI/GI) sebesar 6.5%. Golongan rumah tangga berikutnya yang menerima peningkatan pendapatan terbesar berikutnya adalah rumah tangga golongan atas di desa sektor non industri, dengan nilai pengaruh global sebesar 0.173. Sedangkan golongan rumah tangga dengan pengaruh global terkecil adalah golongan rumah tangga bawah sektor industri di desa, dengan nilai pengaruh global sebesar 0.017. Analisis jalur dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap golongan rumah tangga provinsi Jawa Barat Tahun 2010 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sumber SNSE Jawa Barat 2010, diolah 

Gambar 12. Transmisi yang Diakibatkan dari Investasi Infrastruktur Transportasi terhadap Golongan Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat Tahun

Ilustrasi dari jalur dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap golongan rumah tangga provinsi Jawa Barat Tahun 2010 ini dapat digambarkan

pada Gambar 12

,

dimana komoditas industri (baik industri kimia dan industri

logam) dan kapital (modal) mempunyai peranan cukup signifikan dalam seluruh kemungkinan jalur yang terjadi antara infrastruktur transportasi dan golongan rumah tangga di Provinsi Jawa barat ini. Pada gambar tersebut tidak digambarkan secara keseluruhan dampak, namun hanya menggambarkan pengaruh pada sektor-sektor yang mendapatkan dampak terbesar dan terkecil.

Adapun sektor produksi yang memperoleh manfaat terbesar dari investasi

di infrastruktur transportasi, berdasarkan analisis jalur adalah sektor industri

kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam, dengan nilai pengaruh global dimiliki sebesar 0.402. Artinya dengan Rp.20.95 trilyun yang diinvestasikan di infrastruktur transpotasi akan meningkatkan pendapatan sektor ini sebesar Rp. 8.42 trilyun. Hal ini terjadi akibat dari peningkatan permintaan komoditas yang dihasilkan oleh industri ini, dan dapat dilihat dengan persentase pengaruh global sebesar 50%. Atau dengan perkataan lain, jalur ini telah menjelaskan 50% dari seluruh jalur yang terjadi antara infrastruktur transportasi dengan sektor industri ini. Hasil lengkap analisis jalur dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap sektor produksi Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 2.

Sedangkan sektor industri berikutnya yang memperoleh peningkatan pendapatan terbesar akibat dari investasi infrastruktur transportasi adalah sektor industri kimia, pupuk, hasil dari tanah liat, dan semen. Adapun pengaruh global yang dimiliki adalah sebesar 0.372, dengan jalur melalui komoditas sektor

kehutanan dan perburuan, dengan nilai sebesar 0.004. Dari ilustrasi pada Gambar 13 dapat terlihat, bahwa akibat dari investasi infrastruktur transportasi, permintaan akan komoditas industri kimia, pupuk dan semen serta komoditas dari sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam mempunyai peranan cukup signifikan dalam seluruh kemungkinan jalur yang

terjadi antara infrastruktur transportasi dan sektor produksi di provinsi ini.