• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN

5.4. Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 9. Dari keseluruhan angkatan kerja di Jawa Barat pada tahun 2010, yang berjumlah sekitar 18.89 juta orang terdapat angkatan kerja yang bekerja sebesar 16.94 orang dan sisanya termasuk ke dalam kategori penganggur berjumlah 1.95 juta orang (10.33%). Jumlah penganggur pada tahun 2010 tersebut lebih rendah dari jumlah penganggur pada tahun 2009 atau menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 2.08 juta orang (10.96%) seperti terlihat pada Tabel 9. Secara ekonomis, upaya untuk menurunkan jumlah pengangguran terbuka melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat masih belum mampu mengurangi jumlah pengangguran yang ada. Secara umum kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat masih terbatas. Sebagai tambahan, kemampuan menciptakan lapangan kerja di Provinsi Jawa Barat juga relatif kecil dan bahkan terdapat kecenderungan mengalami penurunan.

Tabel 9. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama, TPAK dan Tingkat Pengangguran di Provinsi Jawa Barat

Jenis Kegiatan Utama 2008 2009 2010 I. Angkatan Kerja (orang) 18.743.979 18.981.260 18.893.835 1. Bekerja 16.480.395 16.901.430 16.942.444 2. Penganggur 2.263.584 2.079.830 1.951.391 II. Bukan Angkatan Kerja 10.966.139 11.200.929 11.394.174 Jumlah 29.710.118 30.182.189 30.288.009 I. Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja/TPAK (%) 87.92 89.04 89.67 II. Tingkat Pengangguran (%) 12.08 10.96 10.33

Sumber: BPS Jawa Barat, 2011

Secara teoritis, meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dengan asumsi terjadi peningkatan investasi. Sementara itu

Barat dalam beberapa tahun terakhir ini cenderung didorong oleh peningkatan permintaan domestik, khususnya pada konsumsi akhir. Investasi sendiri cenderung tidak meningkat dan bahkan dalam beberapa tahun sebelumnya mengalami penurunan. Dengan demikian, meskipun perekonomian telah meningkat namun penciptaan lapangan kerja dapat dikatakan masih sangat lambat. Gambaran persentase pertumbuhan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Jawa Barat, tahun 2009-2010 dapat diihat pada tabel 10.

Pertumbuhan (%)

Jenis Kegiatan Utama

2009 2010

I. Angkatan Kerja 1.27 -0.46 1. Bekerja 2.55 0.24 2. Penganggur -8.12 -6.16 II. Bukan Angkatan Kerja 2.14 1.73 Jumlah 1.59 0.35

Sumber: BPS Jawa Barat, 2011, diolah

Berdasarkan pada hasil analisis, selama tahun 2010, penyerapan tenaga kerja di provinsi Jawa Barat adalah 16.94 juta orang, dimana diserap oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran 24.83%; sektor pertanian sebesar 23.4%; sektor industri sebesar 20.00% dan sektor jasa lainnya 15.68%. Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa sektor listrik, gas dan air menyerap tenaga kerja dalam persentase terkecil (0.35%). Perkembangan pangsa penyerapan tenaga kerja sektor pertanian selama Tabel 10. Pertumbuhan Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Jawa Barat,

Tahun 2009 – 2010  

pangsa penyerapan tenaga kerja sektor industri justru mengalami kenaikan. Kenaikan pangsa penyerapan tenaga kerja yang mengalami kenaikan sangat signifikan juga terjadi pada sektor jasa lainnya, yaitu sebesar 9.11% pada tahun 2007 menjadi 15.68% pada tahun 2010. Temuan lain menunjukkan adanya penurunan pangsa penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan, hotel dan restoran selama kurun waktu 2007-2010.

Dengan perbaikan infrastruktur transportasi diharapkan sektor Industri dan sektor-sektor unggulan lainnya dapat berperan kembali sebagai engine of growth

perekonomian Jawa Barat, terutama bagi industri kecil dan menengah yang mengandalkan keunggulan komparatif yang berbasiskan sumberdaya domestik. Namun demikian fakta yang terjadi beberapa tahun terakhir di Provinsi Jawa Barat adalah bahwa investasi infrastruktur transportasi, khususnya investasi infrastruktur jalan justru semakin memburuk. Padahal infrastruktur jalan merupakan unsur penting yang digunakan untuk memacu pertumbuhan sektor-sektor.

Tabel 11. Perkembangan Pangsa penyerapan tenaga Kerja Menurut Sektor Pangsa (%)

No. Sektor 2007 2008 2009 2010 1 Pertanian 30.38 25.56 25.18 23.40 2 Pertambangan 0.83 0.59 0.58 0.67 3 Industri 17.53 17.81 18.18 20.00 4 Listrik, Gas dan Air 0.39 0.23 0.26 0.35 5 Bangunan 5.25 6.20 5.73 5.94 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 27.42 25.37 25.46 24.83 7 Angkutan dan Komunikasi 7.46 8.48 8.50 7.13 8 Keuangan, Real Estate, Jasa

Perusahaan 1.65 1.62 1.58 1.99 9 Jasa Lainnya 9.11 14.14 14.54 15.68 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS (berbagai tahun terbitan)

memberikan lapangan kerja yang cukup bagi masyarakat. Pembangunan sektor-sektor unggulan yang berkembang di Jawa Barat merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Sementara itu, investasi infrastruktur transportasi berdasarkan pengalaman empiris dapat menjadi salahsatu pemicu untuk mendukung perkembangan ekonomi.

Investasi melalui pembentukan modal akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Lebih jauh lagi, investasi dalam bentuk infrastruktur transportasi jalan sangat diperlukan untuk memperlancar proses distribusi barang dan jasa serta mendukung proses produksi seperti halnya memperlancar arus bahan baku dari sumbernya ke pabrik-pabrik pengolahnya. Melalui penyediaan infrastruktur transportasi yang memadai, kelancaran distribusi barang yang diproduksi dan output barang dan jasa di suatu wilayah dapat ditingkatkan dan kemudian dapat menjadi sumber pendapatan bagi tenaga kerja yang bekerja pada sektor-sektor ekonomi. Untuk menghasilkan output yang lebih besar, dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah faktor produksi (tenaga kerja dan non tenaga kerja). Kebutuhan akan faktor produksi tenaga kerja atau non tenaga kerja bergantung pada jenis investasi yang akan dilakukan, apakah investasi yang bersifat labour intensive atau capital intensive. Dengan demikian investasi tidak hanya dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi, melainkan juga dimanfaatkan untuk memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Dalam kerangka SNSE, balas jasa terhadap tenaga kerja dan non tenaga kerja berupa upah/gaji dan keuntungan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi. Adanya kesempatan kerja akan membuka peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya.

bebas dan persentase perubahan kesempatan kerja (l) merupakan variabel tak bebas, atau dapat dirumuskan bahwa elastisitas kesempatan kerja (E) adalah laju pertumbuhan kesempatan kerja (l) dibagi dengan laju pertumbuhan PDRB (r) (Simanjuntak,1998). Selanjutnya, untuk memperkirakan tambahan tenaga kerja yang tercipta berdasarkan kenaikan pertumbuhan ekonomi digunakan rumus:

l = E x r

dimana:

ltk = laju pertumbuhan penyerapan tenaga kerja

rntb= laju pertumbuhan PDRB

Tabel 12 menunjukkan gambaran tentang elastisitas tenaga kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing sektor di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2007-2008. Tingkat elastisitas kesempatan kerja dapat dilihat dari perbandingan antara persentase perubahan penyerapan tenaga kerja dengan persentase perubahan Produk Domestik Regional Bruto.

Pada Periode 2007-2010, nilai elastisitas tenaga kerja Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 0.85, yang berarti bahwa setiap peningkatan 1% pertumbuhan ekonomi (PDRB) Jawa Barat membutuhkan tambahan tenaga kerja sebesar 0.85%. Penurunan kesempatan kerja di sektor pertanian dan pertambangan menyebabkan elastisitas penyerapan tenaga kerja terhadap kenaikan PDRB sektor pertanian dan pertambangan tersebut negatif. Elastisitas tenaga kerja sektor pertanian dan pertambangan pada tahun 2007-2010 masing masing sebesar minus 1.17 dan minus 0.81. Elastisitas tenaga kerja sebesar minus 0.81 bermakna bahwa meskipun nilai tambah sektor pertambangan meningkat 2.99%, namun akan menyebabkan

Tabel 12. Elastisitas Tenaga Kerja Jawa Barat

ltk

r

ntb Elastisitas 2007-2010(Etk) 1 Pertanian -5.07 4.35 -1.17 2 Pertambangan -2.34 2.88 -0.81 3 Industri 8.14 2.54 3,20 4 Listrik, Gas dan Air 4.79 6.33 0,76 5 Bangunan 8.65 7.38 1,17 6 Perdagangan 0.10 6.45 0,02 7 Angkutan 3.12 5.97 0,52 8 Keuangan 10.74 5.20 2,07 9 Jasa Lainnya 26.93 4.03 6.68 Jumlah 3.49 4.12 0.85

Sumber: BPS Jawa Barat, 2011

Selain itu, pertumbuhan sektor pertambangan yang semakin menurun dapat diakibatkan karena pertambangan merupakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui sehingga hasilnya semakin menurun walaupun ada peningkatan investasi. Penurunan hasil mengakibatkan sumbangannya terhadap pendapatan nasional dan juga terhadap penghasilan masyarakat yang bekerja di sektor pertambangan semakin menurun, dan lebih jauh lagi mendorong pekerja untuk bermigrasi ke sektor lain yang dianggap lebih baik. Demikian pula yang terjadi di sektor pertanian. Sektor yang menarik pencari kerja jika dilihat dari penyerapan tenaga kerjanya adalah sektor jasa lainnya dan industri. Sektor industri meskipun mengalami perlambatan dalam penciptaan nilai tambah namun mengalami peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja pada kurun waktu 2007-2010.

5.5. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah tangga