• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Kinerja Keuangan Perusahaan

4.3.4. Analisis Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added merupakan suatu sistem keuangan untuk mengukur laba ekonomis suatu perusahaan. Dengan mengetahui nilai EVA perusahaan maka dapat mengetahui peningkatan atau penurunan nilai ekonomis suatu perusahaan pada periode tertentu.

Secara umum nilai perhitungan EVA setiap tahunnya mengalami fluktuasi, dimana nilai EVA sebelum go public untuk tahun 2008 memiliki kecenderungan peningkatan setiap triwulannya yaitu pada triwulan pertama tahun 2008 nilai EVA sebesar Rp. 53.034.000.000,- meningkat secara signifikan berturut-turut pada triwulan kedua sampai dengan triwulan keempat sebesar Rp. 464.869.000.000,-, Rp. 936.347.000.000,-, Rp. 1.441.883.000.000,-. Sama halnya yang terjadi pada tahun 2008, untuk tahun 2009 nilia EVA pun memiliki kecenderungan meningkat setiap triwulan, dimana pada awal tahun nilai EVA perusahaan yang hanya Rp. 161.886.000.000,- meningkat menjadi Rp. 775.144.000.000,- pada triwulan kedua dan sebesar Rp. 1.396.862.000.000,- pada triwulan ketiga serta meningkat pula pada triwulan keempat menjadi sebesar Rp. 2.061.571.000.000,-. Tren peningkatan nilai EVA setiap triwulan sebenarnya terjadi pula pada tahun 2010, akan tetapi terjadi penurunan nilai dibandingkan dengan tahun 2009. Dimana pada tahun 2010 triwulan pertama dan kedua nilai EVA yang sebesar Rp. - 736.288.000.000,- dan Rp. - 502.611.000.000,- maka nilai EVA < 0 yang berarti tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis bagi perusahaan yang dikarenakan laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana terutama para pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak ada nilai tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik. Hal tersebut terjadi dikarenakan akumulasi perhitungan biaya ekuitas (Ke) perusahaan yang dihitung selama satu tahun menyebabkan nilai EVA pada triwulan pertama dan kedua mengalami minus serta kebijakango publicperusahaan yang baru terjadi pada triwulan ketiga tahun 2010, tapatnya pada bulan Juli 2010.

Sedangkan apabila nilai EVA dilihat setelah go public yaitu pada triwulan ketiga dan keempat pada tahun 2010, dimana peningkatan yang cukup

✶✷

signifikan terjadi yaitu sebesar 354,38 persen yang pada triwulan ketiga sebesar Rp. 221.011.000.000,- meningkat menjadi sebesar Rp. 1.004.237.000.000,-. Peningkatan nilai EVA yang terjadi tersebut tidak terlepas dari penutupan penawaran harga saham perusahaan pada akhir tahun yang juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingan dengan penawaran umum perdana. Secara ringkas dapat terrlihat pada tabel :

Tabel 12. EVA Triwulan Bank Jabar Banten, Tbk. periode 2009 - 2010

Triwulan EVA (dalam juta rupiah)

2008 2009 2010

I 53.034 161.886 - 736.288

II 464.869 775.144 - 502.611

III 936.347 1.396.862 221.011

IV 1.441.883 2.061.571 1.004.237

Keterangan : Angka perhitungan EVA terakumulasi setiap triwulannya. Hasil perhitungan NOPAT pada tahun 2008 dan 2009 serta 2010 dari triwulan I sampai triwulan IV terus mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan karena laba bersih dan juga biaya bunga setiap triwulan baik pada tahun 2008 maupun pada tahun 2009 serta pada tahun 2010 mengalami peningkatan. Hal ini berakibat pada peningkatan nilai NOPAT. Peningkatan laba bersih dan biaya bunga pada tahun 2010 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2008 sehingga hasil perhitungan NOPAT pada tahun 2010 lebih besar daripada tahun 2009 dan 2008. (lihat lampiran 1)

Biaya hutang (Kd*) perusahaan mengalami kenaikan dari 3,72 persen pada tahun 2008 meningkat menjadi 4,32 persen pada tahun 2009 dan untuk tahun 2010 meningkat menjadi 4,38 (lihat lampiran 2). Sedangkan untuk biaya ekuitas (Ke) pada tahun 2008 dan 2009 digunakan pendekatan tingkat pengembalian ekuitas kepada para pemilik perusahaan dengan tingkat pengembalian ekuitas pada tahun 2008 yaitu sebesar 21,84 persen meningkat menjadi sebesar 22,93 persen pada tahun 2009 (lihat lampiran 3). Sedangkan untuk tahun 2010 digunakan pendekatan Discounted Cash Flow (DCF), dimana nilai biaya ekuitas perusahaan untuk tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 144,04 persen, yang

✸✹

juga salah satunya yaitu disebabkan oleh meningkatnya harga saham perusahaan dari penawaran umum perdana sampai dengan penutupan (lihat lampiran 4).

Proporsi hutang mengalami penurunan setiap tahunnya, dimana untuk tahun 2008 yang sebesar 90,47 persen terjadi penurunan walaupun kecil menjadi 90,46 persen pada tahun 2009 serta kembali terjadi penurunan untuk tahun 2010 menjadi sebesar 88,51 persen. Hal sebaliknya terjadi pada proporsi ekuitas, dimana tingkat proporsi ekuitas mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut dapat terlihat untuk tahun 2008 proporsi ekuitas yang sebesar 9,53 persen meningkat menjadi 9,54 persen pada tahun 2009 dan bahkan pada tahun 2010 meningkat menjadi sebesar 11,49 persen. Peningkatan proporsi ekuitas yang terjadi pada tahun 2010 tidak terlepas dari adanya kebijakan perusahaan dengan melakukan privatisasi menjual sahamnya pada publik, maka oleh sebab itu jumlah ekuitas meningkat ddibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perhitungan proporsi hutang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5.

Nilai WACC perusahaan mengalami kenaikan yang pada tahun 2008 adalah 5,45 persen meningkat menjadi 6,05 persen pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi sebesar 20,43 persen. Hal ini disebabkan karena besarnya peningkatan biaya ekuitas (Ke) diikuti oleh peningkatan biaya hutang (Kd*) yang memiliki tren meningkat setiap tahunnya. Biaya ekuitas perusahaan meningkat sebesar 144,04 persen pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar 22,93 persen serta tahun 2008 yang sebesar 21,84 persen, sedangkan biaya hutang (Kd*) perusahaan meningkat dari 3,72 pada tahun 2008 menjadi sebesar 4,32 persen pada tahun 2009 dan untuk tahun 2010 menjadi 4,38 persen (lihat pada lampiran 6).

Nilai Invested Capital (IC) untuk triwulan pertama dan kedua pada tahun 2010 terjadi over value, hal tersebut dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh untuk triwulan pertama dan kedua pada tahun 2010 laporan keuangan yang dirilis berupa newspaper form dan unaudited yang tidak menjelaskan dari hutang beban atau beban yang masih harus dibayarkan, maka perhitungan Invested Capital (IC) terjadi over value. Sementara itu hasil yang dihasilkan memiliki kecenderungan meningkat setiap triwulannya dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Peningkatan tersebut disebabkan karena peningkatan jumlah

✺✻

hutang dan ekuitas perusahaan lebih besar daripada kecenderungan fluktuasi yang terjadi pada hutang beban yang merupakan bagian dari non interest bearing liabilitiessebagai pengurang dari modal yang diinvestasikan. Maka oleh sebab itu secara umum perhitungan nilai IC mengalami peningkatan setiap tahunnya (lampiran 7).

Persentase peningkatan WACC yang pada tahun 2008 adalah sebesar 5,45 persen menjadi sebesar 6,05 persen pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi sebesar 20,43 persen mengakibatkan nilai Cost of Capital (COC) ikut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Peningkatan yang terjadi pada struktur modal perusahaan diakbitkan salah satunya oleh penjualan sebagian saham pada publik dengan melakukan privatisasi yang mengakibatkan nilai EVA pada tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2008 (lihat pada lampiran 8).

Nilai EVA perusahaan sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 menunjukan nilai EVA > 0, maka telah tejadi nilai tambah ekonomis (NITAMI) dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik. Sedangkan untuk semester pertama tahun 2010 atau dalam hal ini adalah pada triwulan pertama dan kedua tahun 2010 nilai EVA < 0, maka menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis (NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak ada nilai tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik.

Sedangkan nilai EVA perusahaan setelah go public, yaitu dilihat berdasarkan pada semester kedua tahun 2010 atau pada triwulan ketiga dan keempat nilai EVA menunjukan EVA > 0, maka telah terjadi nilai tambah ekonomis (NITAMI) dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang

✼6

dihasilkan maka harapan para penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik.

Dokumen terkait