• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Kinerja Keuangan Perusahaan

4.3.1. Rasio-rasio Keuangan

4.3.1.3. Rasio Profitabilitas

Analisis rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Selain itu juga dapat mengetahui efisiensi perusahaan dalam penggunaan atau pengelolaan modal yang dimiliki. Profitabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi perusahaan serta memperkecil kemungkinan kebangkrutan.

Analisis rasio profitabilitas Bank Jabar Banten dilakukan dengan menggunakan rasio Margin Laba Bersih/Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan return On Equity (ROE). Secara ringkas rasio profitabilitas dapat terlihat pada tabel 9:

✮✯

Tabel. 9 Ringkasan Rasio Profitabilitas PT. Bank Jabar Banten (Persero), Tbk. Indikator 2008 2009 2010 Rata- rata per tahun

I II III IV I II III IV I II III IV

Net Profit Margin (NPM) 16,71 16,84 18,74 16,66 20,99 19,75 18,91 16,86 12,58 21,90 20,43 17,21 16,90 ROA 0,47 1,01 1,68 2,08 0,69 1,32 1,81 2,19 0,59 1,39 1,91 2,05 2,1 ROE 5,44 11,03 17,91 21,84 7,29 15,31 20,99 22,94 6,37 17,19 16,31 17,84 20,87

60

a. Rasio Margin Laba Bersih/Net Profit Margin(NPM)

Rasio margin laba bersih atau net profit margin (NPM) menunjukan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan perusahaan. Selama tiga periode pengamatan analisis nilai rasio ini menunjukan tingkat kecenderungan yang terus meningkat dengan rata-rata selama tiga periode tersebut sebesar 16,90 persen. Nilai ini menunjukan bahwa dari setiap Rp. 1,00,- pendapatan yang diperoleh, perusahaan mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 0,16,.

Pada tahun 2010 rasio ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 17,21 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut tidak terlepas dari kebijakan manajemen Bank Jabar Banten dalam melakukan initial public offering (IPO) pada Juli 2010. Dimana pendapatan tersebut diantaranya diperoleh dari jumlah saham perusahaan yang dibeli oleh masyarakat. Akan tetapi peningkatan yang terjadi pada pendapatan belum tentu dapat meningkatkan marjin laba bersih ini karena harus memperhitungkan factor- faktor pengurang yang biasanya turut mengalami kenaikan seiring dengan naiknya nilai pendapatan. Apabila perusahaan tidak meningkatkan efisiensi dalam hal segi biaya atau beban yang ditimbulkan maka kenaikan pendapatan justru akan memperbesar beban atau biaya yang timbul.

Sebelumgo publicyaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta pada semester pertama tahun 2010 tingkat NPM menunjukan bahwa pada tahun 2008 triwulan pertama tingkat rasio NPM yakni sebesar 16,71% meningkat menjadi sebesar 16,84% pada triwulan kedua dan 18,74% pada triwulan ketiga akan tetapi pada triwulan keempat tingkat rasio NPM justru mengalami penurunan menjadi sebesar 16,66%. Pada tahun 2009 tren NPM justru mengalami penurunan setiap triwulannya hal tersebut dapat terlihat pada triwulan pertama tahun 2009 tingkat NPM sebesar 20,99% mengalami penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar 19,75% dan 18,91% serta bahkan pada triwulan keempat menjadi sebesar 16,86%. Pada semester pertama tahun 2010 yaitu pada triwulan pertama tingkat NPM sebesar 12,58% dan terjadi peningkatan pada triwulan kedua menjadi sebesar 21,90%.

61

Setelah go public yatu pada semester kedua tahun 2010 tingkat NPM menunjukan tren peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya akan tetapi terjadi penurunan apabila dibandingkan dengan semester pertama pada tahun yang sama. Dimana tingkat NPM pada triwulan ketiga tahun 2010 adalah sebesar 20,43% terjadi penurunan menjadi sebesar 17,21%.

b. Return On Asset (ROA)

Rasio tingkat pengembalian aktiva menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dan juga untuk melihat bagaimana efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Nilai rasio ini cenderung berfluktuasi setiap tahunnya dengan nilai rata-rata sebesar 2,1 persen, yang berarti dalam setiap Rp. 1,00,- aktiva yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,02,-. Rasio ini terbesar dicapai pada tahun 2009, hal tersebut disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang berkaitan dengan naiknya nilai pendapatan usaha dan pendapatan lain-lain. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang telah go public, tingkat ROA pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 yang belum go public lebih baik. Sehingga tingkat rentabilitas pada tahun 2008 dan 2009 pun lebih baik dibandingkan dengan tahun 2010.

Standar yang digunakan dalam rasio ini biasanya dibandingkan dengan bunga bank yang berlaku pada saat itu, jika lebih besar maka akan semakin menarik, sedangkan apabila rasio yang didapatkan lebih kecil dari bunga bank maka investor akan lebih baik menanamkan modalnya pada bank dibandingkan perusahaan. ROA merupakan rasio yang umumnya ingin diketahui oleh para investor sehingga besar kecilnya nilai ROA merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan investasi dalam usaha.

Sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun 2010 tingkat ROA menunjukan tren peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2008 triwulan pertama tingkat ROA tersebut sebesar 0,47% meningkat pada triwulan kedua menjadi sebesar 1,01% dan 1,68% pada triwulan ketiga serta meningkat pula menjadi 2,08% pada triwulan keempat. Pada tahun 2009 triwulan pertama tingkat ROA sebesar 0,69% meningkat menjadi sebesar 1,32% dan 1,81% pada triwulan ketiga serta meningkat menjadi sebesar 2,19%

62

pada triwulan keempat. Pada semester pertama tahun 2010 tingkat ROA triwulan pertama sebesar 0,59% meningkat menjadi sebesar 1,39% pada triwulan kedua.

Setelah go public yaitu pada semester kedua tahun 2010 dimana pada triwulan ketiga tingkat ROA adalah sebesar 1,19% meningkat menjadi sebesar 2,05% pada triwulan keempat, akan tetapi apabila dibandingkan dengan tahun 2009 lalu tingkat ROA ini mengalami penurunan.

c. Return On Equity (ROE)

Rasio tingkat pengembalian ekuitas digunakan untuk mengukur sejauh mana besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal sendiri yang ditanamkan untuk pembiayaan usaha. Dalam tiga periode pengamatan analisis, nilai rasio ini berfluktuasi setiap tahunnya dengan nilai rata-rata sebesar 20,87 persen. Hal tersebut berarti dalam setiap satu rupiah modal sendiri yang ditanamkan, perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,20,-.

Pada rasio ini peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009 menjadi sebesar 22,93 persen. Hal ini menunjukan semakin meningkatnya kemampuan modal sendiri perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sehingga pendapatan yang diterima perusahaan pun meningkat. Akan tetapi pada tahun 2010 peningkatan laba bersih tidak lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah ekuitas yang memang pasti bertambah dikarenakan masuknya atau di jualnya beberapa saham bank jabar banten ke publik, hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah nilai rasio atas modal sendiri atau atas ekuitas ini. Hal tersebut menunjukan semakin menurunnya kemampuan modal sendiri (ekuitas) perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Sehingga jika ditinjau dari nilai ROE ini tingkat rentabilitas perusahaan pada tahun 2009 dan 2008 lebih baik daripada tahun 2010 yangnotabenebaru menjajal pasar dengan penawaran umum saham perdananya.

Sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun 2010 dapat terlihat tren perubahan ROE setiap tahun pertriwulan dimana pada tahun 2008 triwulan pertama tingkat ROE sebesar 5,44% meningkat pada triwulan kedua menjadi sebesar 11,03% dan 17,91% pada triwulan ketiga serta menjadi sebesar 21,84% pada triwulan keempat. Pada tahun 2009 tingkat ROE triwulan pertama sebesar 7,29% meningkat pada triwulan kedua menjadi

63

15,33% dan 20,99% pada triwulan ketiga meningkat pula pada triwulan keempat menjadi sebesar 20,99%. Pada semester pertama tahun 2010, yaitu pada triwulan pertama, tingkat ROE adalah sebesar 6,37% dan meningkat menjadi sebesar 17,19% pada triwulan kedua.

Setelah go public pada semester kedua tahun 2010 tingkat ROE perusahaan dimana pada triwulan ketiga adalah sebesar 16,31% meningkat menjadi sebesar 17,84%. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan tahun 2009 lalu tingkat ROE pada akhir 2010 ini justru mengalami penurunan sebesar 22,24%.

Dokumen terkait