• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Jabar Banten (Persero), Tbk. Periode 2008-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Jabar Banten (Persero), Tbk. Periode 2008-2010"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan kondisi perekonomian dunia yang semakin cepat menuntut dunia usaha untuk terus selalu mengikuti perubahan-perubahan yang ada. Bagi perusahaan go public atau telah mengeluarkan saham dan mencatatkannya di bursa efek, angka–angka atau indikator kinerja yang dihasilkannya harus melalui proses penilaian yang objektif, sehingga secara efektif bisa memberikan gambaran tentang perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Angka – angka kinerja itu menjadi masukan penting bagi investor untuk membeli atau melakukan transaksi saham atas perusahaan yang bersangkutan.

Dengan semakin baiknya pertumbuhan perekonomian tersebut mengakibatkan pula persaingan pada dunia usaha menjadi semakin kompetitif. Para pelaku di dunia usaha tersebut memiliki kepentingan yang berbeda-beda sehingga pengambilan keputusan yang tepat akan sangat diperlukan demi mencapai tujuan masing-masing. Dengan perbedaan kepentingan tersebut pengukuran kinerja keuangan digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan.

Tingkat pengukuran kinerja serta kesehatan suatu perusahaan merupakan sesuatu hal yang saling berhubungan. Tingkat kesehatan perusahaan akan berdampak pada pengambilan keputusan, baik bagi kreditur, pemegang saham, maupun pihak internal perusahaan itu sendiri. para calon kreditur dan pemegang saham sangat berkepentingan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya dalam perusahaan agar dana yang diinvestasikan cukup aman dan mendapat tingkat pengembalian yang akan menentukan investasi yang ditanamkan. Bagi pihak manajemen, penilaian kinerja keuangan perusahaan akan mempengaruhi dalam penyusunan rencana perusahaan yang akan diambil untuk masa depan demi kelangsungan hidup perusahaan.

(2)

2

tingkat inflasi yang sebesar 6,96%. Membaiknya kondisi perekonomian di Indonesia juga terlihat dari semakin stabilnya nilai rupiah pada kisaran Rp. 9.000 per dolar AS. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh kuatnya permintaan domestik terutama konsumsi dan investasi (Biro Pusat Statistik : 2010).

Membaiknya kondisi perekonomian nasional seiring dengan membaiknya stabilitas sistem keuangan yang didukung oleh kondisi sektor perbankan yang sehat dan kuat. Sepanjang tahun 2010, wajah industri perbankan nasional mencerminkan kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun 2009. Indikator asset, laba, perolehan dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit menunjukan tren peningkatan yang lebih baik dimana masing-masing pertumbuhannya sebesar 18,73%, 26,77%, 18,50% dan kredit sebesar 22,80% (Statistik Perbankan Indonesia, BI : 2010).

Dalam hal menilai suatu kinerja perusahaan tentunya diperlukan informasi yang akurat dan penentuan alat ukur kinerja perusahaan yang tepat. Laporan keuangan merupakan salah satu dasar pengukuran kinerja perusahaan. Dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan akan diperoleh informasi yang benar dan lengkap atas kinerja perusahaan bagi para penyandang dana atau investor.

Kinerja keuangan perusahaan tersebut selain diukur menggunakan analisis rasio-rasio keuangan yang menghitung berdasarkan periode tertentu, adapun kinerja keunagn tersebut dapat dilihat dari apakah suatu perusahaan tersebut memiliki nilai tambah ekonomis yang berguna sebagai informasi bagi para penyandang dana atau investor.

Semakin ketatnya persaingan yang dihadapi bank dewasa ini memicu beberapa bank konvensional baik swasta, bank pemerintah maupun bank milik daerah dituntut untuk memiliki kinerja keuangan yang bagus. Hal tersebut dapat tercermin dalam nilai seperti Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM), serta Asset Turnover Ratio.

(3)

3

pertumbuhan ekonomi yang telah ada, maupun untuk menangkap peluang di area-area pertumbuhan baru, termasuk di luar propinsi Jawa Barat dan Banten. Pada saat yang sama, jalur-jalur distribusi juga terus diperkuat antara lain melalui perluasan jaringan ATM.

Adapun total jumlah asset, penyaluran dana kredit, pendapatan bunga bersih dan saldo rugi/laba yang dimiliki adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Asset Bank Jabar Banten (Rp Juta) Tahun Jumlah Asset Penyaluran Sumber : Bank Jabar Banten, Laporan Tahunan/Annual Report tahun 2010

Dilihat dari jumlah total asset, seperti terlihat pada tabel dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Begitu pun halnya dengan penyaluran kredit dan pendapatan bunga bersih serta laporan saldo rugi/laba. Akan tetapi hal berbeda terjadi setelah semester kedua tahun 2010 dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya dimana pada semester kedua tahun 2010 perusahaan telah mencatatkan sahamnya pada bursa efek melalui initial public offering (IPO) pada tanggal 8 Juli 2010. Maka untuk memberikan informasi kepada para investor atau penyandang dana tentang bagaimana perubahan kinerja Bank BJB dimana merupakan Bank Pembangunan Daerah (BPD) pertama kali yang mengeluarkan sahamnya kepada publik, dilakukan suatu analisis kinerja keuangan melalui alat ukur kinerja keuangan seperti analisis rasio-rasio keuangan untuk dapat melihat tingkat solvabilitas, aktifitas, dan tingkat profitabilitas perusahaan.

(4)

4

dikarenakan nilai saham yang ada adalah kekayaan para pemegang sahamnya. Dengan berpedoman pada pencapaian nilai yang maksimal berarti perusahaan dapat mengolah sumber daya yang terbatas untuk menghasilkan nilai yang maksimal, itu mengapa perlu dikaji mengenai kinerja keuangan sebelum dan setelah go public serta penciptaan nilai tambah ekonomis bagi pemegang saham atau investor, serta apakah dengan penjualan saham pada publik akan mempengaruhi kinerja secara keseluruhan dengan dilihat melalui analisis Du Pont maka indikator atau komponen-komponen yang mempengaruhi tingkat profitabilitasrasio keuangan akan didapat dan dapat diketahui pula faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kinerja Bank Jabar Banten sebelum dan setelahgo public? 2. Bagaimana perubahan kinerja tersebut memberikan kebaikan nilai tambah

ekonomis/Economic Value Added (EVA) ?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan ? 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui perkembangan kinerja keuangan PT. Bank Jabar Banten sebelum dan setelahgo public.

2. Mengetahui perubahan kinerja yang memberikan pengaruh terhadap nilai tambah ekonomis.

3. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja keuangan PT. Bank Jabar Banten, Tbk.

1.4. Manfaat Penelitian

(5)

5

kinerja keuangan perusahaan serta sebagai informasi untuk para investor untuk dapat berinvestasi pada Bank Jabar Banten.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

Kasmir (2003) mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Arti lembaga keuangan itu sendiri adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya baik hanya menghimpun dana atau keduanya menghimpun dan menyalurkan dana.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2.1.1. Bank-bank Umum

Berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 1967 yang dimaksud dengan bank umum ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.

Bank-bank umum terdiri dari bank-bank umum pemerintah, bank-bank umum swasta, bank-bank umum asing dan bank umum koperasi. (Suyanto, 1994). 2.1.2. Bank-bank Pembangunan

Berdasarkan Undang-undang No. 14/1967, yang dimaksud dengan bank pembangunan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan/atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan.

(7)

7

dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan. (Suyanto, 1994).

2.2. Definisi Kinerja Keuangan

Menurut Fahmi (2011) Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standard an ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Accepted Accounting Principle), dan lainnya.

Pengertian pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilaksanakan oleh seseorang untuk mengevaluasi secara kuantitatif hasil dari aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penilaian itu sendiri. pengukuran kinerja bagi manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian bagi pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran kinerja bagi pihak di luar manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas suatu prestasi yang dicapai oleh suatu satuan organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat hasil pelaksanaan kegiatannya.

2.3. Laporan Keuangan

Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2011).

(8)

8

Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan catatan atas laporan keuangan dan laporan kas. Masing-masing laporan memiliki komponen keuangan tersendiri, tujuan dan maksud tersendiri.

2.3.1. Neraca

Menurut James C Van Horne dalam Kasmir (2011) neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan ringkasan laporan keuangan. Artinya, laporan keuangan disusun secara garis besarnya saja dan tidak mendetail. Kemudian, neraca juga menunjukan posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu. Artinya neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi (jumlah dan jenis) harta, utang, dan modal perusahaan. Maksud pada tanggal tertentu adalah neraca dibuat dalam waktu tertentu setiap saat dibutuhkan, namun neraca dibuat biasanya akhir tahun atau kuartal.

2.3.2. Laporan laba Rugi

Menurut James C Van Horne dalam Kasmir (2011) pengertian laba rugi yaitu ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu diakhiri dengan laba atau rugi pada periode tersebut. Laporan laba rugi terdiri dari penghasilan biaya perusahaan pada periode tertentu, biasanya untuk satu tahun atau tiap semester enam bulan atau tiga bulan.

2.4. Rasio Keuangan

Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne dalam Kasmir (2011) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.

(9)

9

membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.

Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.

Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. Atau kebijakan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap orang-orang yang duduk dalam manajemen ke depan.

2.4.1. Rasio Keuangan Bank

Rasio keuangan yang digunakan oleh bank dengan perusahaan non bank sebenarnya relatif tidak jauh berbeda. Perbedaannya terutama terletak pada jenis rasio yang digunakan untuk menilai suatu rasio yang jumlahnya lebih banyak. Hal ini wajar saja karena komponen neraca dan laba rugi yang dimiliki bank berbeda dengan laporan neraca dan laba rugi perusahaan non bank. Bank merupakan perusahaan keuangan yang bergerak dalam memberikan layanan keuangan yang mengandalkan kepercayaan dari masyarakat dalam mengelola dananya. Resiko yang dihadapi bank jauh lebih besar ketimbang perusahaan non bank sehingga beberapa rasio dikhususkan untuk memperhatikan rasio ini.

(10)

10

2.4.2. Rasio Solvabilitas

Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang, rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman.

2.4.2.1. Debt Ratio(Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva)

Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi. Atau beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang (Riyanto, 1995).

2.4.2.2. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Total Hutang dengan Modal Sendiri)

Rasio ini menunjukan perbandingan antara jumlah seluruh hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri perusahaan. Atau bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang (Riyanto, 1995).

2.4.2.3. Equity to Total Aktiva (Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva) Disamping menunjukan keamanan bagi kreditur rasio modal sendiri terhadap total aktiva menunjukan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai oleh modal sendiri.

2.4.2.4. Capital Adequacy Ratio(CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga (Martono dalam Imamah, 2005).

(11)

11

sekuritasnya. Sedangkan menurut ketentuan Bank Indonesia, CAR diperoleh dari perbandingan antara Total Modal dengan Aktiva tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

2.4.3. Rasio Aktifitas

Rasio aktifitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya.

2.4.3.1. Total Asset Turnover Ratio

Menurut Riyanto (1995) Rasio perputaran total aktiva atau Total Asset Turnover adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkanrevenue.

2.4.3.2. Fixed Asset Turnover Ratio

Fixed Asset Turnovermerupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini, caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam satu periode. (Kasmir, 2011).

2.4.4. Rasio Rentabilitas

Rasio Rentabilitas sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Kasmir, 2011). Sedangkan menurut Martono juga dalam Imamah (2005), Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Beberapa rasio tersebut antara lain :

Net Profit Margin(Margin Laba Bersih)

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income (laba bersih) dari kegiatan operasi pokoknya, atau disebut juga tingkat kemampulabaan suatu perusahaan.

Return On Asset(ROA)

(12)

12

mengindikasikan perusahaan menggunakan seluruh asset yang tersedia dengan baik. ROA digunakan untuk mengevaluasi aktifitas keseluruhan perusahaan.

Return on Equity(Pengembalian atas Ekuitas)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2011).

2.5. Analisis Sistem Du Pont

Analisis du Pont merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan. Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit margin dengan menunjukan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan serta tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang dihasilkan. Analisis ini memfokuskan pada ROE perusahaan karena dalam analisis Du Pont menganggap bahwa keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari perkembangan ROE yang dimiliki, semakin tinggi ROE suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan dalam mengelola manajemennya (Sawir dalam Suseno, 2010).

Analisis ini dikembangkan dalam suatu bagan Du Pont. Bagan Du Pont merupakan bagan yang dirancang untuk menunjukan hubungan diantara tingkat pengembalian atas investasi, perputaran aktiva, marjin laba, dan hutang (Brigham dan Houston, 2001).

(13)

13

(14)

14

dibagi

dikali

dibagi dibagi

dikurangi

(15)

15

2.6. Economic Value Added(EVA)

Konsep EVA merupakan suatu konsep penilaian kinerja keuangan perusahaan yang dikembangkan oleh Stem Stewart & Co, sebuah perusahaan konsultan manajemen keuangan di Amerika Serikat. Konsep EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai perusahaan dan menilai kinerja keuangan perusahaan secara adil yang diukur dengan mempergunakan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal awal yang ada (Widayanto, 1994).

Dengan penghitungan EVA diharapkan dapat memperoleh hasil perhitungan pada upaya penciptaan nilai perusahaan (Creating a Firms value) yang lebih realistis. Hal ini disebabkan karena EVA dihitung berdasarkan kepentingan kreditur dan terutama para pemegang saham dan bukan berdasar nilai buku yang bersifat historis. Karena seorang investor yang rasional tentu akan mendasarkan keputusannya pada data keuangan yang paling up to date, bukan pada data yang bersifat historis.

Konsep EVA merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan secara adil yang maksudnya konsep EVA memperhatikan sepenuhnya para penyandang dana dalam hal kepentingan, harapan dan derajat keadilan, yang diukur dengan mempergunakan ukuran tertimbang (weighted) dan struktur modal awal yang ada.

Sedangkan pengertian Economic Value Added menurut Widayanto adalah EVA dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan kita harus dengan adil mempertimbangkan harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal yang ada. Untuk itulah perlu pemahaman mengenai konsep ongkos modal (cost of capital) karena nilai tambah ekonomis memang berangkat dari sini.

(16)

16

melalui perhitungan biaya modal tertimbang dari struktur modal perusahaan. Konsep EVA merupakan suatu konsep baru yang berangkat dari konsep lama yaitu biaya modal (cost of capital). Konsep ini merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari penggunaan dana untuk pembelian barang dan modal ataupun modal kerja.

Untuk dapat melihat apakah dalam perusahaan telah terjadi EVA atau tidak, dapat ditentukan dengan kriteria yang dikemukakan oleh Widayanto (1994) sebagai berikut:

1. EVA > 0, maka telah tejadi nilai tambah ekonomis (NITAMI) dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik.

2. EVA < 0, maka menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis (NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak ada nilai tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik.

3. EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas karena semua laba yang telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur dan pemegang saham.

(17)

17

Menurut MH Armitage dan Vijay Jog, EVA menarik karena tiga faktor yaitu (Armitrage, Jog, 1996):

1. Dalam membandingkan metode arus kas yang didiskontokan akan memberikan suatu nilai yang diharapkan pada suatu waktu dari investasi di masa depan, EVA menyediakan suatu pengukuran tahunan dari kinerja penciptaan nilai yang sebenarnya (bukan ramalan).

2. Hasil EVA (positif/negatif) menelusuri lebih dekat ke kesejahteraan para pemegang saham dibandingkan dengan ukuran-ukuran tradisional yang lain. 3. EVA meluruskan strategi-strategi organisasi yang diinginkan dengan

pengukuran kinerja yang akuran dan prosedur-prosedur kompensasi.

Berbagai paparan tersebut jelas terlihat, bahwa EVA terutama digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaaan nilai (value creation) yang merupakan salah satu kelebihan EVA.

(18)

18

konsep EVA berorientasi pada kinerja operasional akan tetapi sangat berpengaruh untuk dipertimbangkan dalam penentuan arah strategi perkembangan portofolio perusahaan.

Dengan demikian konsep EVA mampu mendorong manajer untuk memaksimumkan EVA jika ingin meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu sebagai pengukur kinerja perusahaan, EVA juga secara langsung menunjukkan seberapa besar perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal, hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya kesadaran manajer bahwa tugasnya adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta meningkatkan nilai pemegang saham dan bukannya untuk mencapai tujuan lain.

2.6.1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)/Laba Bersih Setelah pajak sebagai Komponen EVA

Menurut pendekatan operasional, NOPAT merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setalah dikurangi pajak penghasilan. Sedangkan menurut pendekatan keuangan, NOPAT didapat dari laba bersih setelah pajak ditambah beban bunga. Perhitungan NOPAT tidak mengikutsertakan kegiatan operasional rutin perusahaan yang tidak ada keterangan jelas dalam catatan laporan keuangan (Tunggal dalam Budiharti, 2006).

2.6.2. Cost of Capital(COC)/Biaya Modal sebagai Komponen EVA

Semua sumber dana yang digunakan perusahaan baik berasal dari hutang maupun modal sendiri (ekuitas) yang digunakan untuk investasi atau membiayai operasional perusahaan dikenakan suatu biaya disebut modal. Baik hutang maupun modal sendiri memiliki biaya modal. Hanya saja kalau dalam modal sendiri biaya tersebut bersifat implicit atau opportunistic, sedangkan untuk hutang yang bersifat eksplisit karena memang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. Biaya tersebut harus mencerminkan rata-rata tertimbang berbagai sumber dana yang digunakan (Husnan dalam Budiharti, 2006).

(19)

19

pula tingkat pengembalian yang dituntut oleh investor (Utama dalam Budiharti, 2006).

Weighted Average Cost of Capital (WACC) / Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang

Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) adalah tingkat pengembalian minimum yang dibobot berdasarkan proporsi masing-masing instrument pembiayaan dalam struktur permodalan perusahaan yang harus dihasilkan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi kreditor dan pemegang saham. Pembobotan perlu karena setiap bentuk pembiayaan yang berbeda baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak sama resikonya bagi investor. Maka tiap-tiap bentuk pembiayaan yang dipergunakan perusahaan bermacam-macam, ettapi secara umum dapat diklasifikasikan dalam dua bagian besar yaitu hutang dan ekuitas (Tunggal dalam Budiharti 2006).

Menurut Rousana dalam Budiharti (2006), WACC terdiri dari komponen biaya hutang dan biaya ekuitas. Biaya hutang (Kd) adalah rate yang harus dibayar perusahaan di dalam pasar sekarang untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru. Biaya hutang terjadi pada perusahaan akibat adanya penggunaan dana pinjaman. Hutang disini mencakup semua hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang yang di dapat dari kelompok di luar perusahaan.

Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang (weighted). Adanya pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak, maka Kd harus dikoreksi dengan factor (1-T), dengan T adalah tingkat pajak yang dikenakan. Hal tersebut serupa dengan pernyataan Brigham dan Houston (2001) yang menyatakan bahwa adanya biaya bunga yang wajib dibayarkan dikurangi dengan penghematan pajak yang timbul. Bunga dalam perhitungan pajak ini bersifat tax deductible sehingga dikalikan dengan (1-T), dimana T adalah tariff pajak marjinal dari perusahaan.

(20)

20

pada saat investor menyerahkan dananya, tetapi bersifat tidak tentu tergantung pada kinerja perusahaan tersebut di masa yang akan dating. Hal ini sangat berbeda dengan modal hutang yang sudah memperhitungkan kepastian tingkat suku bunga yang disetujui. Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan return yang diharapkan oleh pemegang saham. Untuk itu harus berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku.

Struktur Modal

Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi financial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjangdan modal sendiri yang menjadi pembiayaan suatu perusahaan. Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat bersumber dari internal dan ekternal, dengan ketentuan sumber dana yang dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman (safety position) dan jika dipergunakan memiliki nilai dorong dalam memperkuat struktur modal keuangan perusahaan. Dalam artian ketika dana tersebut dipakai untuk memperkuat struktur modal perusahaan, maka perusahaan mampu mengendalikan modal tersebut secara efektif dan efisien serta tepat sasaran (Fahmi, 2011).

Invested Capital (IC) / Modal yang Diinvestasikan

Menurut Tunggal dalam Budiharti (2006), Invested Capital (IC) adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga atau non interest bearing liabilities. Yang termasuk dalam kategori non interest bearing liabilities yaitu hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak dan uang muka pelanggan.

(21)

21

(22)

22

Gambar 2. Bagan Economic Value Added (EVA) EVA

NOPAT COC

IC WACC

Asset Hutang

Beban Proporsi

Hutang (Wd) Biaya

Hutang (Kd) Proporsi Investasi

Thdp Modal (We) Tingkat

Pengembalian (Ke)

Hutang Biaya Bunga

(23)

23

2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor-faktor internal tersebut misalnya pada pos-pos laporan keuangan itu sendiri seperti pada laporan neraca dan laba rugi yang memperlihatkan tingkat likuiditas, solvabilitas dan aktifitas perusahaan dengan memperhitungkan dan memperbandingkan rasio-rasio yang ada dengan suatu formula perhitungan yang dipakai sebagai alat pengujian karena formula maka bisa saja hasil yang diperoleh belum tentu benar-benar sesuai untuk dijadikan alat prediksi. Sehingga dibutuhkan pendekatan lain untuk melihat permasalahan itu secara lebih terang yaitu dengan melihat kondisi non keuangan, seperti kondisi kualitas SDM karyawan dan manajer perusahaan baik di bidang administrasi, pemasaran, produksi dan keuangan (Fahmi, 2011). Akan tetapi melalui perhitungan laporan keuangan tersebut beserta komponen yang menyertainya dapat diperoleh kinerja keuangan secara keseluruhan dan dapat diketahui pula faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Selain daripada itu adapun faktor ekternal seperti faktor ekonomi, faktor sosial budaya, politik dan teknologi. Faktor eksternal tersebut tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.

Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukan perlu ditindak lanjuti, sehingga faktor-faktor tersebut tidak menjadi pemberat bagi kehidupan ekonomi masyarakat dan dapat menarik minat investor untuk kemudian digunakan sebagai perbaikan bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

2.8. Penelitian terdahulu

Penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan, khususnya bank telah banyak dilakukan. Umumnya kinerja keuangan bank dianalisis dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan Economic Value Added.

(24)

24

Return On Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Asset Utilization Ratio (AUR). Dalam penelitian ini tidak di analisis penilaian kinerja perusahaan dari sisi nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA) juga pengaruh EVA terhadap MVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dari tahun 2003-2004 pada umumnya menjadi lebih baik. Hasil analisis rasio-rasio keuangan dan EVA menunjukan kinerja yang berbeda. Artinya, kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk menurut rasio keuangan pada tahun 2004 lebih baik dari tahun 2003 karena sebagian besar pengukuran kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan. Akan tetapi, apabila diukur dengan EVA, pada tahun 2004 kinerja keuangan perusahaan kurang baik daripada tahun 2003 karena EVA mengalami penurunan. Hal etrsebut terjadi karena pada tahun 2004 pendayagunaan sumberdaya perusahaan menurun dari tahun 2003 bila ditinjau dari AUR. Artinya, Bank Mandiri mengalami penurunan kinerja dalam hal pengelolaan asset perusahaan.

Budiharti (2006) meneliti kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk antara tahun 2004 – 2005 dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, EVA dan MVA. Rasio-rasio keuangan yang digunakan antara lain Net Profit Margin (NPM), Net Interest Margin (NIM), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Asset Utilization Ratio (AUR). Dalam penelitian ini dianalisis Dalam penelitian ini dianalisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA dan pengaruh EVA terhadap MVA. Analisis dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, EVA dan MVA, serta permodelan regresi dan korelasi. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA dan pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan, sedangkan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara rasio-rasio keuangan dengan EVA dan hubungan antara EVA dengan MVA perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kesehatan Bank BRI pada tahun 2005 lebih baik dari pada tahun 2004 jika ditinjau dari EVA dan MVA Bank BRI.

(25)

25

Du Pont system. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan perusahaan pada kondisi keuangan jangka pendek menunjukan bahwa hutang lancar dan aktiva lancar mengalami peningkatan secara fluktuatif. Sementara kondisi keuangan jangka panjang menunjukan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen total hutang dan diikuti oleh total aktiva dan modal sendiri. Berdasarkan analisis rasio, kondisi keuangan perusahaan menunjukan keadaan kurang likuid dan solvable. Walaupun begitu, perusahaan masih tetap dapat menghasilkan keuntungan dan perusahaan sudah memanfaatkan aktivanya dengan baik. Berdasarkan hasil analisis Du Pont, kinerja perusahaan selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal yaitu, harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan yang cukup besar. Sedangkan competitor atau perusahaan sejenis dan kondisi perekonomian merupakan faktor eksternalnya.

(26)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukan seberapa berhasil suatu perusahaan dalam menjalankan roda usahanya. Dengan begitu, perusahaan dapat membuat keputusan atau kebijakan yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan pada khususnya dan kondisi perekonomian pada umumnya.

Melalui pengukuran kinerja keuangan pada Bank Jabar Banten menggunakan analisis Rasio-rasio Keuangan dan analisis economic value added (EVA) serta analisis Du Pont dapat diketahui informasi mengenai kinerja keuangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Evaluasi kinerja keuangan berasal dari data yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan dan telah di audit. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca Bank Jabar Banten pada periode 2008 sampai dengan 2010.

Metode analisis rasio keuangan dan EVA memberikan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan, sedangkan apabila analisis Du Pont digunakan untuk dapat melihat faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Diharapkan dengan mengetahui kinerja keuangan secara keseluruhan akan membantu perusahaan meningkatkan kinerja sekarang dan masa yang akan datang. Khususnya dalam penelitian ini yaitu Bank Jabar Banten dalam menciptakan nilai bagi para pemegang saham.

(27)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

PT. Bank Jabar Banten, Tbk.

Laporan Keuangan

Laporan Laba Rugi Neraca

Analisis Kinerja Keuangan

Analisis Rasio keuangan • Solvabilitas • Aktifitas • Profitabilitas

Analisis Du Pont

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

perusahaan

Saran dan atau Perbaikan Investor

(28)

✂8

Untuk dapat melihat nilai tambah ekonomis atas rasio-rasio keuangan dan faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi kinerja keuangan yang digunakan adalah analisis EVA dan analisis Du Pont. Dengan mengetahui unsur-unsur identitas rasio keuangan, EVA dan analisis Du Pont maka akan diperoleh hubungan dari ketiganya.

EVA secara sederhana didefinisikan sebagai Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dikurangi Cost of Capital (COC) yaitu hasil perkalian antara Weighted Average Cost of Capital (biaya modal rata-rata tertimbang) dengan seluruh modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut (Invested Capital/IC). IC diperoleh dari penjumlahan hutang dan ekuitas dikurangi non interest bearing liabilities (hutang beban). Sedangkan hutang dan ekuitas merupakan asset (total aktiva) yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio antara ekuitas dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) menghasilkan CAR. NOPAT sendiri diperoleh dari net income ditambah interest (beban bunga).

(29)

29

(30)

30

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data yang merupakan data sekunder. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang ada. Terakhir ditarik kesimpulan dan saran. 3.2.1. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan Mei 2011. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan Bank Jabar Banten, Tbk tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dan laporan saham perusahaan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca perusahaan.

3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini, data-data yang diolah berasal dari data sekunder. Menurut Nazir (2005), analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data dan informasi yang telah dikumpulkan, kemudian diolah baik secara manual menggunakan kalkulator maupun dengan Ms. Excel 2007. Alat analisis yang digunakan dalam mengolah data dalam penelitian ini adalah analisis trend, analisis persentase per komponen, rasio-rasio keuangan dan analisis economic value added (EVA) serta analisis Du Pont.

3.2.2.1. Analisis Rasio-rasio Keuangan 3.2.2.1.1 Rasio Solvabilitas

Total Debt to Total Asset Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Aktiva)

Total Debt to Total Asset Ratio= ... (1)

(31)

31

Equity to Total Asset Ratio(Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva) Equity to Total Asset Ratio = ... (3)

Capital Adequacy Ratio(CAR)

CAR = ... (4) 3.2.2.1.2. Rasio Aktifitas

Rasio aktifitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya, yang terdiri dari :

Rasio Perputaran Total Aktiva /Total Asset Turnover Ratio

Total Asset Turnover Ratio= ... (5)

Rasio Perputaran Aktiva Tetap / Fixed Asset Turnover Ratio Fixed Asset Turnover= ... (6) 3.2.2.1.3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukan hasil akhir dari sebuah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan perusahaan, yang terdiri dari :

NPM = ... (7)

ROA = ... (8)

(32)

32

3.2.2.2. Analisis Du Pont

Persamaan Du Pont menunjukan bahwa tingkat pengembalian atas aktiva dapat diperoleh dari perkalian marjin laba dengan perputaran total aktiva, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

ROA = Margin Laba x Perputaran Total Aktiva

= ... (10) Pengendalian atas ekuitas (ROE) perusahaan tergantung pada penggunaan kewajiban (leverage). ROA harus di bagi dengan 1 – rasio hutang untuk mendapatkan ROE, adapun rumus ROE yaitu :

ROE = ... (11) 3.2.2.3. Analisis Economic Value Added (EVA)

Proses mendapatkan EVA berbeda dengan mendapatkan nilai rasio keuangan. Perhitungan rasio keuangan membandingkan pos keuangan tertentu dengan pos yang lainnya, sedangkan dalam menghitung EVA ada beberapa tahapan. EVA dihitung setelah semua komponen pembentuknya diketahui. Selanjutnya dimasukan ke dalam rumus perhitungan EVA.

Dalam menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT) digunakan pendekatan keuangan di mana laba bersih ataunet incomedijumlahkan dengan interest (biaya bunga). Pada perhitungan NOPAT ini diasumsikan telah dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan menambahkan perubahan periodik ekuivalen ekuitas pada laba tersebut.

Biaya hutang (Kd) dihitung dengan membagi antara biaya bunga yang terjadi pada tahun tersebut dengan total hutang. Pajak atas biaya modal yang pada penelitian ini dinotasikan dengan Kd* adalah berdasarkan peraturan kebijaksanaan yang diterapkan oleh masing-masing perusahaan. Besar pajak yang dikenakan tercantum secara implicit dalam perhitungan laba bersih setelah pajak yang terdapat dalam laporan keuangan atau prospectus tahunan di mana tariff yang dikenakan berbeda untuk tiap perusahaan.

(33)

33

harga saham tersebut, hal ini dilakukan pada periode 2010 dimana nilai harga saham pasar telah diketahui. Berbeda dengan tahun 2010, pada tahun 2008 dan 2009 digunakan pendekatan tingkat pengembalian ekuitas perusahaan kepada para pemilik perusahaan dikarenakan perusahaan belum go publik.

Struktur modal perusahaan merupakan persentase yang seimbang dari tiap-tiap komponen hutang dan modal yang dimiliki perusahaan. Persentase komponen hutang dilambangkan dengan Wd, sedangkan persentase komponen modal yaitu We.

Perhitungan WACC dengan menggunakan penjumlahan hasil kali antara bobot tertimbang atas komponen hutang dan komponen modal ekuitas perusahaan dari keseluruhan struktur modal perusahaan dengan persentase masing-masing biaya hutang dan biaya ekuitas.

(34)

34

Tabel 2. Langkah-langkah perhitungan EVA :

Tahapan Perhitungan Sumber

(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Bank Jabar Banten 4.1.1. Sejarah Bank Jabar

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. yang dikenal dengan nama bank bjb, adalah bank umum yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Banten, pemerintah kota/kabupaten se-Jawa Barat dan Banten, dan publik.

Awal berdirinya bank bjb bermula dari NV DENIS (De Erste Nederlansche Indische Shareholding), yang berkedudukan di Bandung dan bergerak di bidang hipotek. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia (RI) Nomor 33 Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan di Indonesia Milik Belanda yang dinasionalisasi.

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah

Provinsi Jawa Barat mendirikan “PT Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa

Barat” dengan modal dasar dari kas daerah sebesar Rp 2.500.000, berdasarkan Akta Pendirian No.125 tanggal 19 November 1960 juncto. Akta Perubahan No.152 tanggal 21 Maret 1961 dan Akta Perubahan No.84 tanggal 13 Mei 1961, keduanya dibuat di hadapan Noezar, Notaris di Bandung. serta dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 tertanggal 20 Mei 1961 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah PT Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat.

(36)

✄6

tahun 1992 sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No.25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 status BPD Jabar meningkat menjadi bank umum devisa. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1995, BPD Jabar memiliki sebutan Bank Jabar dengan logo baru.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No.22 Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT). Bentuk hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat berubah yang semula Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas. Perda tersebut dituangkan lebih lanjut pada Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 juncto Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 keduanya dibuat di hadapan Popy Kuntari Sutresna, S.H., Notaris di Bandung yang telah memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman RI berdasarkan Surat Keputusan No.C2-7103.HT.01.01.TH.99 tanggal 16 April 1999, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kab/Kodya Bandung di bawah No.871/BH.10.11/IV/99 tanggal 24 April 1999, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.39 tanggal 14 Mei 1999, Tambahan No.2811, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa layanan perbankan yang berlandaskan syariah, sesuai dengan izin BI Nomor 2/18/ DpG/DPIP Tanggal 12 April 2000 maka sejak tanggal 15 April 2000 Bank Jabar menjadi BPD pertama di Indonesia yang menjalankandual banking system, yaitu memberikan layanan perbankan dengan sistem konvensional dan sistem syariah.

(37)

☎✆

Pada bulan November 2007, sebagai tindak lanjut SK Gubernur BI Nomor 9/63/kep.gbi/2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten,dilaksanakan penggantiancall name

dari “Bank Jabar” menjadi “Bank Jabar Banten”.

Sehubungan dengan kegiatan usaha perbankan syariah, Bank Jabar Banten melakukan pemisahan (spin off) unit usaha syariah menjadi bank syariah dengan nama PT Bank Jabar Banten Syariah. Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas, PT Bank Jabar Banten Syariah No.4 tanggal 15 Januari 2010, dibuat oleh Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, bank bjb memiliki penyertaan sebanyak 1.980.000.000 (satu miliar sembilan ratus delapan puluh juta) saham yang merupakan 99% (Sembilan puluh sembilan persen) dari seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh dalam Anak Perusahaan. Bank Jabar Banten Syariah memperoleh izin usaha dari Bank Indonesia sesuai dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/35/KEP.GBI/2010 tanggal 30 April 2010 Tentang Pemberian Izin Usaha PT Bank Jabar Banten Syariah.

(38)

✝8

(39)

✞✟

Gambar 5. Sejarah Perkembangan Bank Jabar Banten, Tbk. Sumber : Annual Report Bank Jabar Banten 2010

1961 1972 1978 1991 1992 1999 2000 2007 2009 2010

(40)

✠✡

4.1.2. Visi Misi Bank Jabar Banten Visi Bank Jabar Banten

“Menjadi 10 Bank terbesar dan berkinerja baik di Indonesia”.

Merupakan penjabaran dari keinginan yang kuat dari segenap stakeholder bank bjb untuk membawa bank bjb tumbuh berkembang menjadi salah satu 10 bank terbesar dan berkinerja baik di kancah nasional.

Misi Bank Jabar Banten

• Penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah.

•Melaksanakan penyimpanan uang daerah.

• Salah satu sumber pendapatan asli daerah.

4.1.3. Nilai–Nilai Perusahaan

Tabel 3. Nilai-nilai perusahaan :

Corporate Value Perilaku Utama Main Behavior

Service 5. Memahami dan melaksanakan

ketentuan perusahaan

3. Quick, Precisely, accurate

4. Competent and responsible

5. Understand and follow company provisions Integrity 6. Konsisten, disiplin, dan penuh

semangat

7. Menjaga citra bank melalui perilaku terpuji dan menjunjung etika

6. Consistent, discipline, and exuberant

7. Keeping the image of the bank through ethical Inteligence 10. Selalu memberikan solusi yang

terbaik

11. Berkeinginan kuat untuk mengembangkan diri

kebersamaan dan kerjasama yang sehat

(41)

☛☞

4.2. Perkembangan Kondisi Keuangan Perusahaan 4.2.1. Perkembangan Neraca

Perkembangan neraca yang terjadi sebelum go public, yaitu antara tahun 2008 sampai dengan semester pertama tahun 2010 menunjukan tren peningkatan setiap pertriwulan pertahunnya. Hal tersebut dapat terlihat pada triwulan pertama pada tahun 2008 total aktiva yang sebesar Rp. 23.792.708.000.000 meningkat sebesar 21,97% menjadi Rp. 29.020.102.000.000 pada tahun 2009 dan meningkat sekitar 23,44% pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 35.824.272. Padatriwulan kedua peningkatan yang terjadi antara tahun 2008 dah tahun 2009 adalah sebesar 24,81% dimana pada tahun 2008 total aktiva sebesar Rp. 24.258.270.000.000 meningkat menjadi sebesar Rp. 30.278.700.000.000 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 39.339.795.000.000 atau meningkat pula sekitar 29,92%. Untuk triwulan ketiga dan keempat atau pada semester kedua tahun 2008 dan 2009 persentase kanaikan pada semester pertama tidak dapat dipertahankan, pada semester dua ini justru mengalami penurunan sekitar 25,67% pada triwulan ketiga turun menjadi sekitar 24,46% pada triwulan keempat atau sebesar Rp. 32.410.329.000.000 pada tahun 2009 dimana pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 26.040.869.000.000.

Sedangkan apabila dilihat seletah go public perbandingan neraca dengan tahun sebelumnya pada semester kedua atau triwulanketiga dan keempat pada tahun 2009 dan 2010 dapat terlihat peningkatan pada jumlah aktiva dimana pada tahun 2009 jumlah aktiva yang sebesar Rp. 32.364.703.000.000 meningkat menjadi sebesar Rp. 41.388.361.000.000 atau meningkat sekitar 27.88% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi apabila dilihat pada tahun yang sama yaitu 2010triwulan kedua dan ketiga persentasenya justru mengalami penurunan sekitar 2,04%. Sedangkan pada triwulan keempat peningkatan jumlah aktiva terjadi sekitar 34,05% dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 43.445.700.000.000 pada tahun 2010 dibandingna dengan jumlah aktiva yang sebesar Rp. 32.410.329.000.000 pada tahun 2009.

(42)

✌✍

sekitar 20,88% atau sebesar Rp. 21.726.884.000.000 pada tahun 2008 meningkat menjadi sebesar 26.264.600.000.000 pada tahun 2009 dan meningkat sekitar 23,82% pada triwulan pertama tahun 2010 atau sebesar Rp. 32.522.499.000.000. Pada triwulan kedua persentase kenaikan yang terjadi yaitu sekitar 25,52% dimana pada tahun 2008 jumlah kewajiban yang sebesar Rp. 22.046.461.000.000 meningkat menjadi Rp. 27.673.774.000.000 pada tahun 2009 dan sebesar Rp. 36.166.811.000.000 pada tahun 2010 atau meningkat sekitar 30,68% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2009. Pada semester terakhir tahun 2008 dan 2009 atau pada triwulan ketiga dan keempat persentase jumlah kewajiban mengalami fluktuasi dimana pada triwulan ketiga persentase meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sekitar 26,68% atau sebesar Rp. 23.342.587.000.000 pada tahun 2008 menjadi Rp. 29.570.403.000.000, akan tetapi pada triwulan keempat terjadi penurunan persentase sekitar 24,45% atau sebesar Rp. 23.558.999.000.000 pada tahun 2008 menjadi Rp. 29.318.786.000.000 pada tahun 2009.

Setelah go public yaitu pada semester kedua tahun 2010 jumlah persentase kewajiban mengalami penurunan pada triwulan ketiga tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sekitar 23,55% dimana pada tahun 2009 sebesar Rp. 29.570.403.000.000 menajdi sebesar Rp. 36.535.403.000.000. Apabila dilihat pada triwulan keempat jumlah persentase kewajiban mengalami peningkatan sebesar 31,16% dimana pada tahun 2009 sebesar Rp. 29.3183786.000.000 menajdi sebesar Rp. 38.454.707.000.000 pada tahun 2010.

(43)

✎✏

daripada triwulan kedua, atau sebesar Rp. 2.411.328.000.000 menjadi sebesar Rp. 2.794.300.000.000. Pada triwulankeempat persentase jumlah ekuitas mengalami peningkatan daripada triwulan ketiga yaitu sebesar 24,56% dimana pada tahun 2008 jumlah ekuitas sebesar Rp. 2.481.870.000.000 meningkat menjadi sebesar Rp. 3.091.543.000.000.

Setelah go public persentase ekuitas pada triwulan ketiga dan keempat pada tahun 2010 yaitu pada triwulan ketiga tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengantriwulankedua pada tahun yang sama dimana persentasenya sekitar 27,88% atau sebesar Rp. 4.852.958.000.000. Akan tetapi tetap mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun 2009 yang sebesar Rp. 2.794.300.000.000. Pada triwulan keempat persentase kanaikan jumlah ekuitas mengalami kenaikan yang terbesar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sekitar 34.05% atau sebesar Rp. 4.990.993.000.000 pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar Rp. 3.091.543.000.000.

(44)

✑✑

Tabel 4. Ringkasan Neraca PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Periode 2008–

2010 (dalam jutaan rupiah)

Komponen 2008 2009 2010

I II III IV I II III IV I II III IV

Aktiva 23.792.708 24.258.270 25.753.915 26.040.869 29.020.102 30.278.700 32.364.703 32.410.329 35.824.272 39.339.795 41.388.361 43.445.700

Kewajiban 21.726.884 22.046.461 23.342.587 23.558.999 26.264.600 27.673.774 29.570.403 29.318.786 32.522.499 36.166.811 36.535.403 38.454.707

Ekuitas 2.065.824 2.211.809 2.411.328 2.481.870 2.755.502 2.604.926 2.794.300 3.091.543 3.301.773 3.172.984 4.852.958 4.990.993

Total ekuitas dan Kewajiban

23.792.708 24.258.270 25.753.915 26.040.869 29.020.102 30.278.700 32.364.703 32.410.329 35.824.272 39.339.795 41.388.361 43.445.700

Tabel 5. Selisih Nilai dan Persentase Neraca PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Periode 2008–2010 (dalam juta rupiah)

Komponen Selisih 2008-2009 Persentase Selisih 2009-2010 Persentase

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Aktiva 5.227.394 6.020.430 6.610.788 6.369.460 21,97 24,84 25,67 24,46 6.804.170 9.061.095 9.023.658 11.035.371 23,44 29,92 27,88 34,05 Kewajiban 4.537.716 5.627.313 6.227.816 5.759.787 20,88 25,52 26,68 24,45 6.257.899 8.493.037 6.965.000 9.135.921 23,82 30,68 23,55 31,16 Ekuitas 689.678 393.117 382.972 609.673 33,38 17,77 15,88 24,56 546.271 568.058 2.058.658 1.899.450 19,82 21,80 73,67 61,44

Total ekuitas dan Kewajiban

(45)

✒✓

4.2.2. Perkembangan Laporan Laba/Rugi

(46)

✔6

Tabel 6. Ringkasan Laba/Rugi PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Periode 2008–

2010 (dalam jutaan rupiah)

Komponen 2008 2009 2010

I II III IV I II III IV I II III IV

Pendapatan

Bunga 644.394 1.372.152 2.186.882 3.079.494 905.413 1.972.732 3.019.118 3.944.548 1.560.790 2.237.363 3.506.789 4.894.312 Beban Bunga (264.061) (550.677) (854.477) (1.253.624) (398.784) (833.176) (1.298.264) (1.841.510) (883.207) (961.077) (1.538.012) (2.254.731) Pendapatan

Bunga Bersih 380.333 821.475 1.332.405 1.825.870 506.629 1.139.556 1.720.854 2.103.038 677.583 1.276.286 1.968.777 2.639.581 Pendapatan

Operasional Lainnya

28.310 75.939 117.422 174.708 51.489 46.064 83.285 262.083 110.420 254.221 365.887 277.712

Beban Operasional Lainnya

282.419 557.693 842.528 1.200.443 247.714 639.635 1.001.723 1.410.138 289.465 814.793 1.296.527 1.726.755

Pendapatan (Beban) Operasional Lainnya

160.929 339.721 607.299 1.025.735 275.699 545.985 802.416 954.983 277.698 715.714 1.038.137 1.190.538

Pendapatan Non Operasional

3.021 14.146 19.200 29.510 5.995 13.067 19.915 40.601 2.609 12.790 17.764 42.316

Beban Non

Operasional (3.400) (5.483) (9.516) (10.699) (2.739) (5.223) (7.566) (10.207) - (153) - (13.226) Laba Sebelum

Pajak 160.550 348.384 616.983 818.946 278.955 553.829 814.765 985.377 280.307 728.351 1.055.901 1.219.628 Pajak (48.148) (104.498) (185.007) (276.784) (78.107) (155.072) (228.134) (276.271) (70.077) (182.759) (264.603) (329.403) Laba Bersih 112.402 243.886 431.906 542.162 200.848 398.757 586.631 709.106 210.230 545.592 791.298 890.171

Selisih 88.446 154.871 154.725 166.944 9.382 146.835 204.667 181.065

(47)

✕✖

4.3. Kinerja Keuangan Perusahaan

Analisis kinerja keuangan perusahaan terutama rasio keuangan menjelaskan dan memberikan gambaran tentang baik buruknya keadaan serta posisi keuangan perusahaan. Begitu pun halnya dengan analisis Du Pont menunjukan bagaimana rasio aktivitas dan profit margin berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan serta tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang dihasilkan. Sedangkan nilai EVA pada perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah ekonomis.

4.3.1. Rasio-rasio Keuangan

Analisis rasio dapat dipahami sebagai hasil yang diperoleh antara satu jumlah dengan jumlah yang lainnya. Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Atau secara sederhana rasio disebut sebagai perbandingan jumlah dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan.

Analisis rasio keuangan merupakan instrument analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indicator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut untuk kemudian menujukan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan.

(48)

✗8

4.3.1.1. Rasio Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau memenuhi kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.

Bagi para pemegang saham tingkat solvabilitas ini sangat penting karena akan menunjukan kemampuan perusahaan dalam menanggung seluruh beban hutang dan jaminan untuk para pemegang saham jika perusahaan dilikuidasi. Data-data pada pos aktiva, hutang serta ekuitas digunakan untuk mengetahui tingkat stabilitas keuangan jangka panjang.

(49)

✘✙

Tabel 7. Perkembangan nilai rasio solvabilitas PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Periode 2008–2010

Indikator

2008 2009 2010

Rata-rata

per

tahun

I II III IV I II III IV I II III IV

Rasio

Total

Hutang

dengan

Aktiva

91,32 90,88 90,64 90,47 90,50 91,40 91,37 90,46 90,78 91,93 88,27 88,51 89,81

Rasio

Total

Hutang

dengan

Modal

1051,73 996,76 968,04 949,24 953,17 1062,36 1058,24 948,35 985,00 1139,84 752,85 770,48 889,36

Rasio

Modal

dengan

Aktiva

8,68 9,12 9,36 9,53 9,50 8,60 8,63 9,54 9,22 8,07 11,73 11,49 10,18

(50)

✚✛

a. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aktiva

Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukan banyaknya aktiva yang dibiayai dari pinjaman (hutang). Selama tiga periode analisis yaitu antara tahun 2008 – 2010 dianalisis per triwulan, nilai rata-rata rasio total hutang terhadap total aktiva adalah sebesar 89,81 persen per akhir tahunnya. Hal tersebut menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang adalah sebesar 89,81 persen atau dengan kata lain sebesar Rp. 89,81,- dari setiap 100 rupiah aktiva digunakan untuk menjamin utang.

Pada umumnya nilai standar untuk rasio ini adalah maksimal 50 persen. Rasio rata-rata yang diperoleh pada analisis rasio total hutang terhadap total aktiva sebesar 89,81 persen menunjukan nilai resiko yang relatif besar ditanggung oleh perusahaan karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman (hutang).

Pada sebelumgo publicyaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun 2010. Tingkat rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukan tren yang fluktuatif dimana, pada triwulan pertama tahun 2008 tingkat rasio ini mengalami tren penurunan setiap triwulannya sebesar 91,32% pada triwulan pertama tahun 2008 turun menjadi sebesar 90,88% padatriwulankedua dan 90,64 pada triwulan ketiga serta 90,47% padatriwulan keempat. Pada tahun 2009 tren rasio total hutang terhadap aktiva mengalami fluktuasi setiap triwulannya dimana, pada triwulan pertama tahun 2009 rasio ini sebesar 90,50% meningkat menjadi sebesar 91,39% pada triwulan kedua dan mengalami penurunan lagi padatriwulan ketiga menjadi sebesar 91,36% serta turun lagi pada triwulan keempat menjadi sebesar 90,46%. Pada semester pertama tahun 2010 atau pada triwulan pertama dan kedua tingkat rasio ini mengalami peningkatan dimana pada triwulan pertama yang sebesar 90,78% meningkat menjadi sebesar 91,93%.

(51)

✜✢

b. Rasio Total Hutang Terhadap Modal Sendiri

Rasio total hutang terhadap modal sendiri menunjukan proporsi hutang yang dapat dijamin dengan modal sendiri. perkembangan rasio ini menunjukan tren yang berfluktuatif setiap tahunnya.

Nilai rata-rata untuk rasio ini pada akhir tahun selama tiga periode adalah 889,36 persen yang berarti setiap Rp. 1,00,- modal perusahaan digunakan untuk menjamin seluruh utang sebesar Rp. 8,89,-. Rata-rata nilai rasio ini lebih besar daripada standarnya yaitu 100 persen, ini menunjukan rendahnya kemampuan modal sendiri untuk menjamin kewajiban perusahaan dan rendahnya tingkat keamanan keuangan perusahaan karena besarnya komponen dana yang berasal dari luar. Akibatnya perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan apabila memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasikan.

Apabila dilihat dari sebelum go public, tingkat rasio ini menunjukan tingkat yang berfluktuatif setiap tahunnya. Akan tetapi pada tahun 2008 tingkat rasio memiliki tren yang menurun, dimana triwulan pertama rasio ini sebesar 1051,73% turun menjadi sebesar 996,76% pada triwulan kedua dan 968,03% pada triwulan ketiga serta 949,24% pada triwulan keempat. Hal berbeda terjadi pada tahun 2009 dimana rasio ini menunjukan tren yang berfluktuatif setiap triwulannya, pada triwulan pertama tahun 2009 rasio ini sebesar 953,16% meningkat menjadi sebesar 1062,36% pada triwulan kedua dan mengalami penurunan pada triwulan ketiga dan keempat secara berturut-turut menjadi sebesar 1058,24% dan 948,35% di tahun 2009. Pada tahun 2010 semester pertama rasio ini menunjukan tren peningkatan dimana pada triwulan pertama tahun 2010 sebesar 985,00% meningkat menjadi 1139,83% pada triwulan kedua.

(52)

✣✤

c. Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aktiva

Rasio perbandingan antara modal sendiri dengan total aktiva mencerminkan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai dari pinjaman dan modal sendiri, disamping pula memberikan tingkat keamanan bagi kreditur. Nilai standar untuk rasio ini minimal 50 persen. nilai rasio modal sendiri terhadap total aktiva perusahaan menunjukan perkembangan peningkatan setiap tahunnya. Rata-rata nilai rasio modal sendiri terhadap total aktiva pada akhir tahun adalah sebesar 10,18 persen. Angka ini menunjukan bahwa selama tiga periode tersebut aktiva yang dibiaya dengan modal sendiri rata-rata sekitar 10,18 jauh dibandingkan total aktiva yang dibiayai oleh pinjaman (hutang) yang rata-rata sebesar 89,81. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai tersebut masih berada pada standar pada umumnya yang minimal sebesar 50 persen yang berarti pula menunjukan tingkat keamanan yang kurang baik bagi perusahaan.

Sebelum go public pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun 2010 rasio ini menunjukan tren yang berfluktuatif setiap tahunnya. Akan tetapi apabila dilihat pada tahun 2008 tren yang terjadi pada rasio ini menunjukan peningkatan dimana pada triwulan pertama tahun 2008 sebesar 8,68% meningkat menjadi sebesar 9,11% dan 9,36% pada triwulan ketiga serta 9,53% pada triwulan keempat tahun 2008. Pada tahun 2009 triwulan pertama rasio ini sebesar 9,49% terjadi penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar 8,60% dan pada triwulan ketiga pada tahun yang sama terjadi peningkatan menjadi sebesar 8,63% serta 9,53% pada triwulan keempat. Pada semester pertama tahun 2010 tren rasio ini mengalami penurunan dimana pada triwulan pertama sebesar 9,21% mengalami penurunan menjadi sebesar 8,06%.

(53)

✥✦

d. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital adequacy ratio(CAR) mengukur kemampuan permodalan bank untuk menutup kemungkinan-kemungkinan resiko yang terjadi di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Bank Indonesia menetapkan nilai CAR minimum bagi setiap bank sebesar 8 persen dan Bank Jabar Banten telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan tersebut.

Nilai rasio CAR per tahun baik pada tahun 2008, tahun 2009 maupun tahun 2010 menunjukan tren peningkatan setiap tahunnya yaitu masing-masing sebesar 15,06 persen, 21,19 persen, dan 22,85 persen, dengan nilai rata-rata setiap tahunnya yang sebesar 19,90 persen. Kenaikan nilai CAR tersebut disebabkan karena persentase kenaikan modal lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan dibandingkan terhadap persentase kenaikan ATMR (Aktiva tertimbang Menurut Resiko).

Kenaikan nilai rasio CAR setiap tahun menunjukan semakin membaiknya kemampuan perusahaan dalam hal permodalan untuk menutup kemungkinan resiko yang terjadi di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.

Sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun 2010 tingkat kecukupan modal menunjukan bahwa pada tahun 2008 triwulan pertama nilai CAR yang sebesar 16,62% mengalami penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar 16,01% dan kembali menurun menjadi sebesar 15,53% pada triwulan ketiga dan 15,06% pada triwulan keempat. Pada tahun 2009 triwulan pertama nilai CAR sebesar 17,43% mengalami penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar 14,46%, akan tetapi pada triwulan ketiga nilai CAR mengalami peningkatan menjadi sebesar 18,17% diikuti pula pada triwulan terakhir tahun 2009 atau pada triwulan keempat yang sebesar 21,19%. Pada semester pertama tahun 2010 dimana nilai CAR pada triwulan pertama sebesar 23,59% mengalami penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar 17,33%.

(54)

✧★

sama dengan tahun yang berbeda yaitu sebesar 27,62%, akan tetapi pada triwulan keempat justru mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu menjadi sebesar 22,85% dan lebih bagus dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2009.

4.3.1.2. Rasio Aktifitas

(55)

✩✩

Tabel. 8 Perkembangan Rasio Aktifitas PT. Bank Jabar Banten (Persero), Tbk.

Indikator

2008 2009 2010

Rata-rata per tahun

I II III IV I II III IV I II III IV

Rasio Perputaran Total Aktiva

0,03 0,06 0,09 0,12 0,03 0,07 0,10 0,13 0,05 0,06 0,09 0,12 0,12

Rasio Perputaran Total Aktiva Tetap

1,50 2,87 4,81 6,52 1,98 4,00 6,58 7,97 3,54 5,39 8,46 9,42

Gambar

Tabel 1. Jumlah Asset Bank Jabar Banten (Rp Juta) Tahun Jumlah Asset Penyaluran
Gambar 1. Kerangka Analisis Du Pont (Sawir dalam Suseno 2010)TingkatPengembalianEkuitas (ROE)TingkatPengembalianAktiva (ROA)1Rasio Hutang(Debt Ratio)
Gambar 2. Bagan Economic Value Added (EVA)
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberdayaan masyarakat miskin ini berdasarkan konsep-konsep pemberdayaan yang dikemukakan oleh banyak ahli, yang intinya bahwa pemberdayaan masyarakat pada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan

merupakan salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Strata-1, Program Studi dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi

Bahan dasar mesin aduk (penampung adonan) didesain terbuat dari stainless steel, motor penggerak menggunakan motor AC ½ HP, dan sistem kontrol kerja mesin

Dari semua keunggulan yang teradapat dalam media pembelajaran video simulasi yang telah disebutkan di atas merupakan beberapa manfaat yang berpengaruh terhadap proses

(3) Perubahan atau pergeseran rincian anggaran belanja untuk penyelesaian kegiatan-kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur serta rehabilitasi dan rekonstruksi

dapat diperoleh, maka dapat digunakan metode adisi standar, yaitu dengan menambahkan standar ke dalam larutan sampel yang diukur dengan konsentrasi yang meningkat

kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Berdasarkan teori tersebut NHT merupakan salah satu teknik