• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Penggunaan Media, Video Simulasi, Penguasaan Materi Präposition

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Penggunaan Media, Video Simulasi, Penguasaan Materi Präposition"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO SIMULASI DALAM PENGUASAAN MATERI PRÄPOSITION

CHANDRA RIZKI ERIANA, AZIS, ENDING

Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia

Email: chandra.rizki@student.upi.edu ABSTRAKSI

Terdapat banyak preposisi dalam bahasa Jerman. Salah satu jenis preposisi tersebut adalah Wechselpräpositionen, yaitu preposisi yang diikuti nomina dalam kasus akusatif dan datif. Salah satu kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari materi Wechselpräpositionen yaitu dalam penggunaan kasus akusatif atau datif. Alternatif media yang tepat dapat menjadi solusi. Salah satu media yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan penguasaan materi Wechselpräpositionen adalah media video simulasi. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Penguasaan peserta didik terhadap materi Wechselräpositionen sebelum pembelajaran menggunakan media video simulasi; (2) Penguasaan peserta didik terhadap materi Wechselräpositionen sesudah pembelajaran menggunakan media video simulasi; (3) Keefektifan media video simulasi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menguasai materi Wechselräpositionen. Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI SMA Pasundan 3 Cimahi tahun ajaran 2015/2016 dan sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan peseta didik XI IPA 1 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara hasil pretest dan posttest, dilakukan uji signifikansi dengan menggunakan uji-t. Dari hasil analisis data diketahui bahwa: (1) kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki keterampilan yang sama dalam penguasaan materi Wechselpräpositionen sebelum penggunaan media video simulasi, (2) kelas eksperimen memiliki keterampilan yang meningkat signifikan dalam penguasaan materi Wechselpräpositionen sesudah penggunaan media video simulasi, sedangkan kelas kontrol meningkat namun sedikit, (3) setelah penghitungan data hasil tes akhir kedua kelas diperoleh thitung > ttabel (9,84 > 2,0181) dengan taraf signifikansi (α) 0,05. Ini berarti bahwa hipotesis penelitian terbukti. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media video simulasi dalam pembelajaran efektif dalam meningkatkan penguasan materi Wechselpräpositionen peserta didik. Oleh karena itu, disarankan kepada guru untuk menggunakan media video simulasi sebagai salah satu alternatif media untuk meningkatkan penguasaan materi Wechselpräpositionen bahasa Jerman peserta didik.

(2)

Schlüsselwort: die Video-Simulation Medien, bei der Beherrschung der Präposition

Die Effektivität der Anwendung der Video-Simulation bei der Beherrschung der Präposition

Chandra Rizki Eriana, Azis, Ending

Deutschabteilung der Fakultät für Sprachen und Literatur. Pädagogische Universität Indonesiens.

Email: chandra.rizki@student.upi.edu ABSTRAKT

Es gibt viele Präpositionen in der deutschen Sprache. Eine der Arten von Präpositionen ist Wechselpräposition, die zwei Kasus regiert, den Akkusativ und den Dativ. Eine der Schwierigkeiten bei der Beherrschung der Wechselpräpositionen im Deutschunterricht ist die Anwendung des Kasus Akkusativ oder Dativ. Um diese Schwierigkeiten zu überwinden, kann die Wahl der richtigen Medien ein Ausweg werden. Video-Simulation können als Medien die Beherrschung der Wechselpräpositionen steigern. Die Ziele dieser Untersuchung sind, um folgendes herauszufinden: (1) die Fähigkeit der Schüler bei der Beherrschung der Wechselpräpositionen im Deutschunterricht vor der Anwendung der Video-Simulation Medien, (2) die Fähigkeit der Schüler bei der Beherrschung der Wechselpräpositionen im Deutschunterricht nach der Anwendung der Video-Simulation Medien, (3) die Effektivität der Anwendung der Video-Simulation Medien zur Steigerung der Fähigkeit bei der Beherrschung der Wechselpräpositionen. In dieser Untersuchung wurde die Quasi-Experimentsmethode mit dem Nonequivalent Control Group Design verwendet. Die Population der Untersuchung waren alle Schüler der 11. Klasse an der SMA Pasundan 3 Cimahi vom Jahrgang 2015/2016. und die Probanden waren die Schüler der XI Naturwissenschaft 2 als die Experimentsklasse und XI Naturwissenschaft 1 als die Kontrollklasse. Die Instrumente dieser Untersuchung waren der Test und das Ergänzungsinstrument nämlich der Unterrichtsplan. Um den Unterschied der durchschnittlichen Note vom Vortest und vom Nachtest zwischen Eksperimentsklasse und Kontrollklasse zu wissen, wurde die t-independent-Probe benutzt. Die Ergebnisse der Datenanalyse zeigen folgendes: (1) die Schüler in der Experimentsklasse und der Kontrollklasse haben vor der Anwendung der Video-Simulation Medien gleiche Leistung bei der Beherrschung der Wechselpräpositionen, (2) die Schüler der Experimentsklasse hat nach der Anwendung der Video-Simulation Medien signifikante Steigerung bei der Beherrschung der Wechselpräpositionen, aber die der Kontrollklasse hat nur geringe Steigerung, (3) nach den Datenberechnungen der Nachtest-Ergebnisse von beiden Klassen wurde herausgefunden, dass die Zahl der t-rechnung höher als die Zahl der t-tabelle (9,84 > 2,0181) mit dem (α) 0.05-signifikanten Wert ist. Das heiβt, dass die Hypothese dieser Untersuchung bestätigt ist. Aus den Ergebnissen lässt sich zusammenfassen, dass die Video-Simulation Medien effektif sind, um die deutsche Fähigkeit der Schüler bei der Beherrschung der Wechselpräpositionen zu verbessern. Deshalb wird es vorgeschlagen, dass die Lehrer die Video-Simulation Medien als eine der Alternativen zur Verbesserung der Fähigkeit der Schüler bei der Beherrschung der Wechselpräpositionen verwenden könnten.

(3)

Dalam mempelajari bahasa Jerman terdapat beberapa aspek penting yang harus dikuasai. Aspek-aspek tersebut terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Seluruh aspek tersebut penting dan saling berkaitan. Adapun keterampilan dasar untuk menunjang keempat keterampilan tersebut adalah tata bahasa Jerman (Grammatik) yang harus dikuasai oleh setiap pembelajar bahasa Jerman.

Tata bahasa Jerman memiliki ciri khas tertentu jika dibandingkan dengan tata bahasa lainnya. Beberapa contoh ciri khas tersebut dapat dilihat dari konjugasi verba, pengelompokan kata benda berdasarakan artikel (Artikel des Nomens), dan deklanasi kata sifat (Adjektivdeklanation). Selain itu, dalam bahasa Jerman terdapat pula pembelajaran tata bahasa mengenai materi preposisi (Präposition).

Präposition adalah kata yang secara sintaksis terdapat di depan nomina, adjektiva, dan adverbia. Penguasaan materi Präposition dalam bahasa Jerman dianggap sangat penting, karena materi tersebut sering digunakan dalam konteks percakapan sehari-hari. Präposition dalam bahasa Jerman terbagi menjadi empat kelompok, yaitu Präposition yang diikuti nomina dalam kasus datif (Präpositionen mit Dativ), Präposition yang diikuti nomina dalam kasus akusatif (Präposition mit Akkusativ), Präposition yang diikuti nomina dalam kasus datif dan akusatif (Wechselpräpositionen), dan Präposition yang diikuti nomina dalam kasus genitif (Präpositionen mit Genitiv).

Materi Präposition dianggap sulit untuk dipelajari, khususnya Wechselpräposition, karena terdapat beberapa aturan dalam penggunaannya, seperti halnya dalam

penggunaan kasus yang tepat, apakah itu datif atau akusatif. Dalam penggunaan kasus tersebut peserta didik harus mampu mengetahui

beberapa aspek yang mempengaruhinya, yakni seperti penggunaan verba.

Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat belajar dan berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada peserta didik privat tingkat SMA, banyak peserta didik yang melakukan kesalahan tersebut akibat dari kurangnya pemahaman dan penguasaan materi Wechselpräposition.

Pembelajaran yang kurang menarik dan inovatif dari tenaga pendidik menjadi salah satu faktor berkurangnya motivasi peserta didik untuk mempelajari dan memahami tata bahasa Jerman, terutama dalam

menguasai materi

Wechselpräposition. Pembelajaran dengan metode ceramah cenderung kurang efektif dan kurang interaktif, sehingga peserta didik sulit untuk memahami materi yang disampaikan. Selain itu, kurangnya media pembelajaran yang menarik kerap membuat daya ingat peserta didik terhadap materi Wechselpräposition yang telah diajarkan mudah lupa.

Sedangkan materi Wechselpräposition merupakan

materi yang cukup sulit untuk peserta didik di tingkat SMA. Seringkali peserta didik melakukan kesalahan dalam penggunaannya. Hal tersebut sangat berpengaruh sekali pada ketercapaian tujuan pembelajaran.

(4)

Oleh karena itu, diperlukan suatu media pembelajaran yang menarik dan mampu meningkatkan pemahaman, penguasaan, dan motivasi peserta didik dalam mempelajari materi Wechselpräposition.

Media video simulasi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah video-video yang dibuat dalam bentuk pemeranan dan percakapan sederhana dengan konten inti tertuju pada penguasaan dan

pemahaman materi Wechselpräposition. Video

percakapan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti dengan memperhatikan beberapa aspek dalam pembelajaran bahasa Jerman yang berhubungan dengan materi Wechselpräposition. Video percakapan tersebut dibuat dengan menggunakan kamera berseolusi tinggi dengan kualitas yang baik dan memenuhi standar dalam video pembelajaran, sehingga proses belajar menjadi lebih hidup. Video tersebut dibuat dalam beberapa situasi, konteks, dan keadaan yang berbeda sesuai dengan tema pembelajaran peserta didik di kelas. Aktor dan aktris diperankan oleh mahapeserta didik departemen pendidikan bahasa Jerman Universitas Pendidikan Indonesia yang telah menguasai bahasa Jerman pada tingkat A2-B1. Video ini akan ditampilkan ketika peneliti melakukan treatment di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bandung. Dengan menggunakan media video simulasi ini, diharapkan penguasaan dan pemahaman peserta

didik dalam materi Wechselpräposition menjadi lebih

baik.

Dalam beberapa judul jurnal internasional, media video sudah diangkat dalam penelitian di beberapa bidang. Misalnya penelitian mengenai pengembangan media video tutorial dalam bidang teknik bangunan. Dengan peningkatan grafik pencapaian belajar yang terus menerus, maka pengembangan video ini terus dikembangkan. Selain bidang teknik, video interaktif juga telah dikembangkan dalam bidang pembelajaran bahasa asing. Dalam jurnal yang dibuat oleh tenaga pendidik dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), peneliti tersebut mencoba menggunakan media video interaktif dalam pembelajaran bahasa Inggris, dan grafik pencapaian pembelajaran dalam memahami bahasa Inggris menunjukan peningkatan. Saat ini peneliti akan mencoba melakukan penelitian video tersebut dalam bidang bahasa Jerman, yang dibatasi pada pembelajaran tata bahasa (Grammatik) bahasa Jerman khususnya pada materi Wechselpräposition. Diharapkan hasil yang diperoleh dalam penelitan inipun positif seperti penelitian-penelitan sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan video simulasi pembelajaran dalam penguasaan materi Präposition dengan judul penelitian, “Efektivitas Penggunaan Media video simulasi dalam Penguasaan Materi Präposition”.

Sebagai landasan teori, penulis mengambil beberapa teori yang bersangkutan dengan kedua variabel tersebut. Media digunakan

(5)

dalam pembelajaran sebagai alat bantu atau perantara dalam berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar, Huneke dan Steinig (1997: 158) mengemukakan

bahwa “Um seine Vermittlungsaufgaben effektiv wahrnehmen zu können, bedient sich

der Fremdsprachunterricht einer

großen Bandbereite unterschiedlicher Typen von Medien,

von sächlichen Unterrichtsmitteln.” Kutipan ini berarti bahwa ‘Untuk dapat menjalankan kegiatan pembelajaran yang lebih efektif, pembelajaran bahasa asing harus menggunakan jenis-jenis media yang berbeda.’ Kutipan ini menunjukan bahwa pembelajaran akan lebih efektif, apabila dibantu dengan alat yang berfungsi untuk mempermudah kegiatan belajar mengajar yaitu media pembelajaran.

Media pembelajaran adalah sebuah perantara atau alat bantu yang dapat mempermudah penyampaian informasi dan pesan dari pengajar kepada pembelajar. Dalam pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Jerman, penggunaan media yang kreatif dan inovatif memungkinkan pembelajar untuk belajar lebih baik dan meningkatkan pemahaman sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal tersebut senada dengan pendapat yang diungkapkan oleh Huneke dan Steinig (1997: 159) yaitu:

Vermittlungsfunktion

können Medien wahrnehmen einmal zwischen Lehrern und Lernern, dann zwischen dem

Unterrichtsgesehen und

den einzelnen Lernern

und schließlich zwischen der Zielsprache mit dem

durch sie erschließbaren

Kulturraum und den Lernern.

Kutipan tersebut kurang lebih berarti ‘Media berfungsi sebagai perantara, yaitu sebagai perantara antara pengajar dan pembelajar, lalu perantara antara pembelajaran dengan pembelajar, dan yang terakhir antara bahasa tujuan dengan penyimpulan ruang budaya dan pembelajar.’

Dalam membantu proses kegiatan belajar media pembelajaran memiliki beragam jenis. Pross (dalam Frederking dkk, 2012: 17)

mengklasifikasiakan media pembelajaran menjadi tiga kelompok

yaitu:

a. Primäre Medien: kein Gerät zwischen den Sender und den Empfänger geschaltet ist und die Sinne der Menschen zur Produktion, zum Transport und zum Konsum der Botschaft ausreichen.

b. Sekundäre Medien, bei denen auf der Seite der Produktion, nicht aber auf der Seite der Rezeption ein Gerät erforderlich ist.

c. Tertiäre Medien: die auf seiten des Produzenten wie auf der des

Konsumenten Geräte voraussetzen.

Kutipan tersebut berarti: a. Media primer: Tidak ada alat

yang digunakan sebagai penghubung antara pengirim dan

(6)

penerima pesan dan alat indera cukup untuk menyampaikan pesan untuk memproduksi, menyalurkan, dan menerima pesan.

b. Media sekunder, di mana alat diperlukan bagi pengirim pesan dan penerima pesan.

c. Media tersier: Alat yang diperlukan untuk produsen dan juga konsumen.

Pada kutipan di atas Pross menunjukan klasifikasi media ke dalam tiga kelompok. Kelompok yang pertama adalah media primer, yakni media murni yang termasuk ke dalam panca indera manusia seperti suara, mimik, dan gerak tubuh. Kelompok yang kedua adalah media sekunder, yakni media yang hanya dibutuhkan oleh penyampai pesan atau informasi saja, sedangkan sang penerima pesan atau informasi tidak memerlukannya, seperti gambar, surat, dan buku. Kelompok ketiga adalah media tersier, yakni media atau alat yang dibutuhkan dan digunakan oleh kedua sisi yaitu penyampai dan penerima informasi atau pesan, seperti media yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu media video simulasi. Ketiga klasifiasi tersebut digunakan sesuai kebutuhan dalam proses pembelajaran.

Media video simulasi dalam penelitian ini secara umum dikenal menurut para ahli dengan istilah media audio visual, yaitu media yang terdiri dari unsur gambar dan suara. Namun karena terdapat berbagai jenis media audio visual sepert film kartun, animasi, dan video tutorial pembelajaran, maka istilah media audio visual dalam penelitian ini dispesifikasikan menjadi media

video simulasi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (dalam situs http://kbbi.web.id/simulasi)

memberikan definisi simulasi yaitu “1 metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan sesungguhnya; 2 penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan berupa model statistik atau pemeranan.” Dari definisi simulasi tersebut dapat diketahui bahwa media video simulasi dalam penelitian ini merupakan video yang di dalamnya terdapat unsur pemeranan atau peragaan dari suatu materi. Dalam penelitian ini materi mengenai Wechselpräposition. Kemudian Frederking dkk (2012: 145) mengemukakan pengertian media video, yaitu:

Ähnlich wie die visuellen Medien sollen die Audiovisuellen weniger von der Sinneswahrnehmung

des Rezipienten als von

den verwendeten Zeichencodes her definiert werden. In diesem Sinn lassen sich

AV-Medien als technisch erzeugte Verbindungen von (in der Regel) bewegten Bildern und Tönen begreifen.

Kutipan di atas artinya:

‘Seperti halnya media visual, media audio visual sebaiknya didefinisikan lebih sedikit dari presepsi penerima daripada kode karakter yang digunakan. Dalam hal ini, media audio visual merupakan teknis menghasilkan hubungan

(7)

(umumnya) menggerakann gambar-gambar dan suaru-suara.’ Pendapat menunjukkan bahwa media audio visual merupakan media yang terdapat unsur gambar bergerak dan suaru. Hal tersebut sesuai dengan yang peneliti maksud bahwa dalam media video simulasi pun terdapat gambar bergerak dan suara, yaitu dalam proses pemeranan untuk materi Wechselpräposition.

Seperti halnya media-media pembelajaran yang lain, media video simulasi secara umum memiliki fungsi sebagai perantara untuk menyampaikan informasi penting dalam proses belajar mengajar, selain itu media video juga berfungsi untuk memberikan pembelajaran yang lebih efektif, sehingga pembelajar lebih mudah memahami informasi-informasi penting yang disampaikan pengajar.

Tidak seperti kebanyakan media, media video merupakan bagian dari media audio visual yang di dalamnya terdapat unsur media gambar bergerak dan bunyi, sehingga media video simulasi ini mempunyai kelebihan tersendiri dan dalam pembuatannya dapat menyesuaikan dengan materi bahan ajar. Hoof (1997: 92) memaparkan fungsi media audio visual berjenis video, yaitu sebagai berikut:

Das Video kann folgende Lehr -und Lernziele erreichen helfen: a. dem Training der Fertigkeit

Hörverstehen,

b. der Demonstration von Regeln der Pragmatik,

c. der Vermittlung von Kenntnissen über das Land der Zielsprache, d. seine Sprecher und deren

Haltungen,

e. der Illustration von

Sachverhalten, über welche gesprochen wird,

f. der Weckung und Verstärkung von Verständigungsbereitschaft, g. Lernbereitschaft und Bereitschaft

zur Überprüfung von eigenen Vorurteilen.

Kutipan di atas kurang lebih dapat diartikan sebagai berikut:

Video dapat membantu mencapai tujuan lanjutan belajar mengajar seperti yang disebutkan berikut ini:

a. pelatihan keterampilan mendenga rkan,

b. demonstrasi aturan pragmatik,

c. transfer pengetahuan tentang negara dari bahasa tujuan,

d. penutur dan sikap mereka,

e. ilustrasi fakta, berbicara tentang apa,

f. kebangkitan dan

penguatan dalam pencarian pemahaman,

g. kemauan untuk belajar dan kemauan untuk

memeriksa prasangka mereka sendiri.

Media video memiliki beberapa ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan media-media lainnya. Roche (2008: 110) berpendapat mengenai ciri-ciri dari media video, sebagaiman dikemukakannya bahwa “Bei Videos wird hier das Bild angezeigt, bei Hörtexten bleibt dieses Feld leer oder es wird eine Transkription zum Hörtext angezeigt.” Kutipan tersebut berarti ‘Dalam video gambar ditampilkan, dalam teks-teks audio terdapat bidang yang kosong atau ditampilkan teks-teks dari audio.’ Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa sebuah video bisa menampilkan

(8)

gambar-gambar, bunyi, dan teks-teks dari bunyi yang terdapat dalam video tersebut. Teks-teks dari bunyi tersebut dimaksudkan yaitu contohnya terjemahan dari penutur. Hal tersebut dirancang sedemikian rupa menyesuaikan dengan materi yang akan disampaikan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Video memiliki beragam jenis yang berbeda Huneke & Steinig (1997:158) mengemukakan jenis video menjadi tiga jenis yaitu:

a. spezielle Lehrfilme für den Sprachunterricht bis hin zu dem kompletten Fernsehsprachkurs Alles Gute b. Spielfilme und Videoproduktionen, und c. autentische Fernsehsendungen (Werbspot, Wetterbericht, Nachrichtensendung, Feature..)

Dalam bahasa Indonesia pengkategorian di atas berarti:

a. Film pembelajaran khusus untuk pembelajaran bahasa juga sebagai video pembelajaran.

b. Film dan produksi video, dan c. Siaran televisi (Werbspot, berita

cuaca, siaran berita, dan lainnya..)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya diketahui bahwa media video simulasi adalah video yang dibuat dengan proses simulasi atau peragaan untuk proses pembelajaran tata bahasa Jerman. Dalam pembuatannya, tentu saja menggunakan langkah-langkah

tertentu yang bisa diterapkan dalam sebuah pembelajaran, khusus pembelajaran tata bahasa bahasa

Jerman dengan materi Wechselpräpositionen. Melalui

media video simulasi tersebut pembelajar harus mampu memahami pesan dan materi yang disampaikan sehingga materi dapat dipahami secara keseluruhan. Selain itu, dengan menggunakan media video simulasi tersebut materi diharapkan dapat tersimpan secara permanen dalam ingatan jangka panjang. Untuk memenuhi spesifikasi di atas Riyana (2007: 8) mengemukakan kaidah dan langkah pembuatan video simulasi yang harus terpenuhi dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun tujuan antara;

b. Terdapat materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit/ kegiatan spesifik sehingga memudahkan mahapeserta didik belajar secara tuntas;

c. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejalasan pemaparan materi pembelajaran;

d. Menggunakan penuturan informasi (voice over) dengan

bahasa sederhana dan mudah untuk dipahami. Bahasa yang digunakan lebih bersifat komunikatif, artinya berupaya mengajak penonton untuk terlibat dalam materi yang disajikan.

e. Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan mahapeserta didik; f. Terdapat rangkuman materi

(9)

Dalam Pembelajaran tata bahasa Jerman dipelajari materi mengenai preposisi. Pada pembelajaran bahasa Jerman preposisi adalah kata yang berada di depan nomina, kelompok nominal, dan pronomina. Secara sederhana definisi preposisi dalam Balcik dan Röhe (2008, 181) adalah “Präposition beziehen sich auf ein Nomen oder ein Personalpronomen und regeln die Beziehungen zwischen diesem Wort und dem Rest des Satzes.“ Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa ‘Preposisi mengacu pada kata benda atau kata ganti orang dan mengatur hubungan antara kata dengan kalimat-kalimat tambahan.‘

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa preposisi dapat mempengaruhi kata benda dan ganti orang, dalam hal ini pengaruh tersebut berupa kasus yang menyertai kata benda dan kata ganti orang setelah preposisi tersebut, contoh ‘Deine Schuhe liegen unter dem Tisch direkt neben mir.‘ Artinya yaitu ‘Sepatu kamu terletak di bawah meja tepat di pinggir saya‘

Preposisi juga memiliki fungsi-fungsi sintaksis dari kasus preposisi. Helbig dkk (2001 : 268) menyatakan bahwa kasus preposisi masuk ke dalam fungsi-fungsi sintaksis sebagai berikut:

a. als obligatorischer Aktant von ein-, zwei-, drei-, und vierwertigen Verben.

b. als fakultativer Aktant von zwei-, drei-, und vierwertigen Verben. c. als freie Angabe bei null-, ein-,

zwei-, drei-, und vierwertigen Verben.

d. als fakultativer Aktant eines Adjektivs.

e. als fakultativer Aktant bei Substantiven.

f. als freie Angabe bei Substantiven. Fungsi-fungsi tersebut artinya:

a. Sebagai pelengkap wajib dari kata kerja monovalen, divalen, trivalen, dan tetravalen.

Contoh: Er legt das Buch auf den Tisch. ‘Dia meletakkan buku itu ke atas meja‘

b. Sebagai pelengkap opsional dari kata kerja divalen, trivalen, dan tetravalen.

Contoh: Der Sohn begleitet seinen Vater in die Stadt. ‘Anak itu menemani ayahnya ke kota‘

c. Sebagai keterangan bebas untuk kata kerja bervalensi nol, monovalen, divalen, trivalen, dan tetravalen.

Contoh: Er schneite in der Nacht. ‘Dia bermain salju di malam hari ‘ d. Sebagai pelengkap opsional kata

sifat.

Contoh: Der Student ist froh über die bestandene Prüfung. ‘Para peserta didik senang mengenai keluluan ujian‘

e. Sebagai pelengkap opsional kata benda.

Contoh: Seine Freude über die bestandene Prüfung beflügelte ihn. ‘Kegembiraannya mengenai kelulusan ujian menginspirasi dia‘ f. Sebagai pelengkap bebas kata

benda.

Contoh: Sein Freund im Nachbarort ist gestorben. ‘Temannya di desa sebelah telah meninggal‘

Terdapat beberapa jenis preposisi dalam bahasa Jerman yang harus dipelajari. Secara umum preposisi dalam bahasa Jerman yang sering digunakan baik secara lisan

(10)

maupun tulisan terdapat sekitar 20 preposisi. Hal tersebut dikemukakan dalam Duden (2009:600) bahwa “Allerdings sind es nur etwa 20 Präpositionen, die häufig auftreten: in, mit, von, an, auf, zu, bei, nach, um, für, aus, vor, über, durch, unter, gegen, hinter, bis, neben, zwischen“. Pendapat tersebut dapat diartikan ‘terdapat sekitar 20 preposisi yang digunakan yaitu dalam (in), dengan (mit), dari (von), pada (an), atas (auf), ke (zu), kepada (bei), setelah (nach), sekitar (um), untuk (für), dari (aus), depan (vor), atas (über), melalui (durch), bawah (unter), melawan/pada (gegen), belakang (hinter), sampai (bis), samping/sebelah (neben), antara (zwischen)‘.

Pada pembelajaran materi preposisi dalam bahasa Jerman tentu saja setiap penggunaan preposisi berpengaruh pada kasus nomina yang menyertainya. Hal tersebut dikemukakan oleh Helbig & Buscha (2001:357) bahwa “Präpositionen fordern von dem Substantiv, das von ihnen im Satzt abhängig ist, gewohnlich einen bestimmten Kasus. Wir sprechen hier von der Kasusrektion der Präpositionen”. ‘Preposisi menuntut dari nomina yang dalam suatu kalimat tergantung pada preposisi tersebut, biasanya tergantung terhadap suatu kasus tertentu. Dalam hal ini kita membahas mengenai aturan kasus dari preposisi’. Kutipan tersebeut menjelaskan bahwa setiap preposisi dalam suatu kalimat berpengaruh pada kasus yang terjadi pada kata yang terletak setelahnya. Dalam hal ini, kata tersebut adalah nomina. Kasus-kasus tersebut bisa dalam

kasus datif, Akkusativ, Dativ-Akkusativ, dan Genitiv.

Wechselpräpositionen adalah preposisi yang memiliki kasus ganda. Dalam hal ini kasus tersebut terjadi pada preposisi yang diikuti nomina dalam kasus akusatif dan datif. Beberapa preposisi yang termasuk ke dalam Wechselpräposition dikemukakan oleh Helbig & Buscha (2001:358) yaitu “an, auf, hinter, in, neben, über, unter, vor, zwischen.” Preposisi tersebut diikuti dengan nomina yang berkasus akusatif atau datif.

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa preposisi yang termasuk ke dalam kelompok Wechselpräposition merupakan preposisi yang bisa diikuti oleh nomina dalam kasus datif dan akusatif. Penggunaan kasus tersebut bergantung pada makna verba, apabila verba menunjukan makna tempat atau merujuk pada kata tanya “dimana (Wo)” maka disertai dengan kasus datif dan apabila verba menunjukan makna arah atau pergerakan atau juga dengan merujuk pada kata tanya “kemana (Wohin)” maka diikuti dengan nomina dekat kasus akusatif. Berikut ini adalah penggunaan preposisi yang termasuk ke dalam Wechselpräpositionen yaitu:

1. an

Preposisi an dalam Wechselpräposition menyatakan sesuatu yang menempel/melekat atau menempelkan/melekatkan pada sesuatu.

Contohnya:

Der Schrank steht an der Wand. (Nicht zielgerichtet/Dativ)

(11)

Sie schieben den Schrank an die Wand. (Zielgerrichtet/Akkusativ) ‘Mereka mendorong lemari itu ke dinding‘

2. Auf

Preposisi auf dalam Wechselpräpositionen menyatakan sesuatu yang berada di atas atau menuju ke atas.

Contohnya:

Das Buch liegt auf dem Tisch. (Nicht zielgerichtet/Dativ)

‘Buku itu terletak di atas meja‘ Sie legt das Buch auf den Tisch. (Zielgerrichtet/Akkusativ)

‘Dia meletakkan buku itu ke atas meja‘

3. hinter

Preposisi hinter dalam Wechselpräpositionen menyatakan sesuatu yang berada di belakang atau ke belakang.

Contohnya

Hinter dem Haus befindet sich eine Garage. (Nicht zielgerichtet/Dativ) ‘Di belakang rumah terdapat sebuah garasi‘

Das Wörterbuch ist hinter das Bücherregal gefallen. (Zielgerrichtet/Akkusativ)

‘Kamus itu jatuh ke belakang lemari buku‘

4. in

Preposisi in dalam Wechselpräposition menyatakan sesuatu yang berada di dalam atau menuju ke dalam.

Contohnya:

Das Buch liegt im Schrank. (Nicht zielgerichtet/Dativ)

‘Buku itu terletak di dalam lemari‘

Sie legt das Buch in den Schrank. (Zielgerrichtet/Akkusativ)

‘Dia meletakkan buku itu ke dalam lemari‘

5. neben

Preposisi neben dalam Wechselpräpositionen menyatakan sesuatu yang ada di samping/sebelah atau menuju ke samping/sebelah. Contohnya:

Dia Lampe steht neben dem Schrank. (Nicht zielgerichtet/Dativ) ‘Lampu itu terletak di samping lemari‘

Sie stellt die Lampe neben den Schrank. (Zielgerrichtet/Akkusativ) ‘Dia meletakkan lampu itu ke samping lemari‘

6. über

Preposisi über dalam Wechselpräpositionen menyatakan sesuatu yang terletak di atas atau menuju ke atas secara menggantung/tidak melekat.

Contohnya:

Das bild hängt über dem Schreibtisch. (Nicht zielgerichtet/Dativ)

‘Gambar itu tergantung di atas meja tulis‘

Sie hängt das Bild über den Schreibtisch.

(Zielgerrichtet/Akkusativ)

‘Dia menggantungkan gambar itu ke atas meja tulis‘

7. unter

Preposisi unter dalam Wechselpräpositionen menyatakan sesuatu yang berada di bawah atau menuju ke bawah.

Contohnya:

Unter dem Tisch liegt ein Teppich. (Nicht zielgerichtet/Dativ)

‘Sebuah karpet terletak di bawah meja‘

(12)

Sie legt den Teppich unter den Tisch. (Zielgerrichtet/Akkusativ) ‘Dia meletakkan permadani itu ke bawah meja‘

8. vor

Preposisi vor dalam Wechselpräpositionen menyatakan sesuatu yang berada di depan atau menuju ke depan.

Contohnya:

Das Taxi steht vor dem Hoteleingang. (Nicht zielgerichtet/Dativ)

‘Taksi itu berada di depan jalan masuk hotel‘

Das Taxi fährt vor den Hoteleingang.

(Zielgerrichtet/Akkusativ)

‘Taksi itu berjalan ke depan jalan masuk hotel‘

9. zwischen

Preposisi zwischen dalam Wechselpräpositionen menyatakan sesuatu yang berada di antara atau menuju ke antara sesuatu yang lebih dari dua nomina/hal.

Contohnya:

Zwischen dem Schrank und dem Bett steht ein Tisch. (Nicht zielgerichtet/Dativ)

‘Sebuah meja terletak di antara lemari dan tempat tidur ‘

Sie haben den Tisch zwischen den Schrank und das Bett gestellt. (Zielgerrichtet/Akkusativ)

‘Dia telah meletakkan sebuah meja di antara lemari dan tempat tidur‘

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu penggunaan media video simulasi dalam pembelajaran diduga dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran

Wechselpräposition peserta didik SMA.

METODE

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Penelitian yang mengangkat judul “Efektivitas Media Simulasi Video Terhadap

Penguasaan Materi Präposition

menggunakan metode kuantitatif

eksperimen semu (quasi experiment)

dengan desain Nonequivalent

Control Group Design. Penelitian ini melibatkan dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan (treatment) berupa pembelajaran bahasa Jerman dengan menggunakan media video simulasi, dan satu kelas kontrol sebagai pembanding yang tidak dikenai perlakuan tetapi di kelas tersebut pembelajaran dilakukan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah ditentukan.. Sebelum menggunakan media simulasi video, terlebih dahulu penulis melakukan pretest (tes awal). Setelah melakukan pretest, penulis melakukan treatment (perlakuan) sebanyak empat kali dengan menggunakan media simulasi video. Selanjutnya penulis melakukan posttest (tes akhir). Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan cara membandingkan hasil pretest keterampilan menulis peserta didik sebelum penerapan media simulasi video dengan postest setalah penerapan media video simulasi.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group

Design yang merupakan

pengembangan dari true experimental design. Desain ini

(13)

mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang memengaruhi pelaksanaan eksperimen. Jika dalam true experimental design, kelas eksperimen dan kelas kontrol melibatkan sampel secara random, maka desain ini melibatkan sampel yang sebelumnya telah ditentukan dalam sebuah kelas.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI SMA Pasundan 3 Cimahi. Salah satu syarat metode penelitian eksperimen semu yakni tidak mengambil sampel penelitian secara acak (Sugiono, 2013: 342). Oleh karena itu, teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel purposif yang artinya subjek penelitian diambil dengan pertimbangan tertentu. Pengambilan sampel dilihat dari karakteristik peserta didik yang hampir sama. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan peserta didik

kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan secara statistik nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen pada saat tes awal sebesar 61,13 dan kelas kontrol sebesar 57,27 menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki

penguasaan materi Wechselpräpositionen yang sama.

Setelah penerapan media pembelajaran video simulasi pada kelas eksperimen, nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik kelas eksperimen meningkat menjadi 82,72, sedangkan kelas kontrol yang

tidak diberikan perlakuan memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda pada saat tes awal yaitu 59,09. Perbedaan tingkat penguasaan materi Wechselpräposition juga terlihat dari hasil uji t independen yang menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (9,84 > 2,0181). Dengan demikian terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol. Artinya peningkatan

penguasaan materi Wechselpräpositionen peserta didik

yang mendapatkan perlakuan dengan media pembelajaran video simulasi (kelas eksperimen) lebih tinggi dari peserta didik yang tidak mendapatkan perlakuan.

Di dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa penggunaan media video simulasi dalam pembelajaran materi Wechselpräpositionen berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik dalam memahami materi tersebut. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa keunggulan yang terdapat dalam media video simulasi tersebut. Pertama, dalam video tersebut terdapat seorang pemandu yang interaktif dalam mengajak peserta didik untuk belajar materi Wechselpräpositionen yang didukung dengan suara yang jelas dan instrumen musik yang menarik perhatian peserta didik.

Selain itu, dalam konten video simulasi ini terdapat hal yang bersifat komedi yang dibawakan oleh pemandu dalam video ini, hal tersebut membuat peserta didik tidak bosan dalam melihat video simulasi ini karena diselingi dengan beberapa konten yang bersifat komedi. Namun konten yang paling penting dalam

(14)

video ini adalah terdapat uraian materi Wechselpräpositionen yang sangat detail, yaitu di mulai dari penjelasan kesembilan preposisi yang termasuk kedalam kelompok Wechselpräpositionen hingga pada proses peragaan dan pemeranan materi Wechselpräpositionen dalam kasus akusatif dan datif oleh pemandu dalam video tersebut.

Dari semua keunggulan yang teradapat dalam media pembelajaran video simulasi yang telah disebutkan di atas merupakan beberapa manfaat yang berpengaruh terhadap proses belajar peserta didik, yaitu peserta didik tertarik dan berkonsentrasi penuh terhadap video simulasi yang akan di putar, peserta didik tidak bosan saat proses pemutaran video pembelajaran tersebut karena mengandung konten yang bersifat lucu dan terdapat juga instrument musik terkini yang mengiringi proses pembelajaran, dan yang terpenting peserta didik dapat memahami dengan baik materi Wechselpräpositionen dangan proses pemeranan dan peragaan yang sebelumnya peserta didik mendapat kesulitan dalam menentukan kasus akusatif atau datif.

Satu dari tiga keunggulan yang telah disebutkan di atas sesuai dengan fungsi media video simulasi video yang termasuk ke dalam bagian media audio visual yang diungkapkan Niegmann (dalam Falke, 2009:51) “Hinwendungs- und Orientierungsreaktionen:

Audiovisuelle Medien bewirken durch spontane Verändurengen im

Handlungsverlauf psychische Reaktionen, die zur Aktivierung und

Aufmerksamkeits steigung vorteilhaft sind.” Kutipan tersebut kurang lebih

berarti ‘reaksi ke pembalikan dan reaksi orientasi: media audio visual mengakibatkan reaksi tindakan psikis mealaui perubahan spontan, untuk mengaktifkan dan meningkatkan perhatian.‘ Dari kutipan tersebut dapat dibuktikan dalam implementasinya di kelas bahwa media video simulasi dapat meningkatkan perhatian peserta didik.

Media video simulasi yang teramasuk kedalam media audio visual merupakan media yang sudah lama ada, namun dalam implementasinya, sangat jarang tenaga pendidik menggunakan media ini. Oleh karena itu, penggunaan media video simulasi ini merupakan pengalaman pertama bagi beberapa peserta didik dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran bahasa Jerman di bidang tata bahasa (Grammatik)

dengan materi Wechselpräpositionen.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa media video simulasi merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran Grammatik bahasa

Jerman dalam materi Wechselpräpositionen di SMA.

SIMPULAN

Setelah melakukan penelitian mengenai efektivitas penggunaaan media video simulasi dalam penguasaan materi Präposition, maka dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut:

1. Pada tes awal, siswa kelas eksperimen memperoleh nilai tertinggi sebesar 75 (dalam skala 1-100) dan nilai terendah sebesar 40 dengan rata-rata 61,13,

(15)

sedangkan siswa kelas kontrol memperoleh nilai tertinggi sebesar 70 dan nilai terendah 40 dengan rata-rata 57,27. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki tingkat penguasaan tata bahasa Jerman materi Wechselpräpositionen hampir sama dengan siswa kelas kontrol. 2. Pada tes akhir, siswa kelas

eksperimen memperoleh nilai tertinggi sebesar 90 (dalam skala 1-100) dan nilai terendah sebesar 65 dengan rata-rata 82,72, sedangkan siswa kelas kontrol memperoleh nilai tertinggi sebesar 75 dan nilai terendah 40 dengan rata-rata 59,09. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki tingkat penguasaan tata bahasa Jerman materi Wechselpräpositionen yang lebih baik daripada siswa kelas kontrol.

3. Berdasarkan selisih nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai uji t independen sebesar 9,84. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa thitung > ttabel (9,84 > 2,0181). Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat penguasaan tata bahasa Jerman materi Wechselpräpositionen siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol setelah menerima perlakuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media video simulasi efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran tata bahasa

Jerman materi

Wechselpräpositionen.

SARAN

Untuk meningkatkan tingkat penguasaan tata bahasa (Grammatik) bahasa Jerman siswa khususnya dalam materi Wechselpräpositionen, diperlukan media yang tepat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disampaikan beberapa saran, yakni sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penghitungan uji-t diketahui bahwa penggunaan media video simulasi dapat meningkatkan

kemampuan penguasaan Grammatik bahasa Jerman pada

materi Wechselpräpositionen. Oleh karena itu, media ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk mengajarkan Grammatik dalam

materi penguasaan Wechselpräpositionen.

2. Berdasarkan kendala yang ditemukan di lapangan, pengguanaan media video simulasi tentu harus didukung oleh peralatan penunjang lainnya seperti LCD Projektor dan speaker. Alangkah lebih baik dan lebih mudah jika diterapkan pada kelas yang di dalamnya sudah tersedia alat-alat penunjang tersebut.

3. Selain diterapkan di kelas sebagai media pembelajaran, media video simualsi juga dapat dipelajari oleh siswa di rumah. Dengan

memanfaatkan kemajuan teknologi, media video simulasi

dapat dilihat dan dipelajari di telepon genggam atau pada laptop. Oleh karena itu guru harus mempunyai soft file media tersebut agar bisa dibagikan

(16)

kepada seluruh siswa untuk dipelajari di rumah.

4. Tidak ada alasan bagi siswa yang enggan untuk belajar menggunakan media video simulasi. Media video ini dapat di unduh dan diputar di internet (youtube) secara gratis.

5. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti bidang yang sama, penggunaan media audio visual dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan tata bahasa Jerman (Grammatik) lainnya. Tidak menutup kemungkinan media video simulasi ini juga dapat diterapkan

untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan

berbicara.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [online]. Tersedia: http://kbbi.web.id/sim ulasi. [17 Maret 2015]

Balcik dan Röhe. (2008). Deutsche

Grammatik und Rechtschreibung. Stuttgart:

Ernst Klett Sprachen GmbH Barsch, A. 2006. Mediendidaktik

Deutsch. Paderborn: Ferdinand Schönigh GmbH.

Becker dan Georg. (1991). Medien

wählen und den Medieneinsatz planen. Weinheim und Basel: Beltz Verlag

Duden. (2009). Die Grammatik. Mannheim: Bibliographisches Institut AG.

Dreyer, Hilke & Schmidt, Richard. (1985). Lehr- und Übungsbuch der deutschen Grammatik. München: VERLAG FÜR DEUTSCH

Falke, T. 2009. Audiovisuellen Medien in E-Learning-Szenarien. Masterarbeit bei der Masterstudiengang Medienwissenschaft

Hochschüle für Film und Fernsehen „Konrad Wolf“ : tidak diterbitkan

Frederking, V., Krommer, A & Maiwald, K.. (2008). Mediendidaktik Deutsch eine Einführung. Berlin: Ericht Schmidt Verlag

Hecke dan Surkamp. (2010). Bilder im Fremdsprachenunterricht. Tübingen: Narr Francke Attempto Verlag

Helbig, Gerhard & Buscha, Joachim. (2001). Deutsche Grammatik. Berlin und München: Langenscheidt KG.

Hentschel dan Weydt. (2003). Handbuch der deutschen Grammatik. Berlin: Walter de Gruyter GmbH & Co Hoof, D. 1997. Medien im Fremdsprachenunterricht Hardware, Software und Methodik. [online]http://rzbl04.biblio.et c.tu-bs.de:8080/docportal/servlets/ MCRFileNodeServlet/DocPo rtal_derivate_00001158/Docu ment.pdf [17 Maret 2015]

Huneke dan Steinig. (1997). Grundlagen der Germanistic. Berlin: Danuvia Druckhaus Neubold. (2011). Grammatik kurz

und bündig Deutsch. Jakarta: Katalis

Neuner, G & Hunfeld, H. 2002. Methoden des Fremdsprachlichen

Deustchunterrichts eine Einführung. Berlin: Langendscheit

(17)

Riyana. (2007). Pedoman Pengembangan Media Video.

Bandung. Diakses dari www.Indonesia.com/pedom an+pengembangan+media+video +program+P3AI+UPI.pdf [13 Januari 2015] Roche. (2008). Handbuch Mediendidaktik. Ismaning: Hueber Verlag

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta merupakan sebuah instansi yang bergerak di bidang pelestarian dan pengembangan pariwisata serta sumber

Dari hasil penelitian terdapat hubungan antara teman sebaya dengan perilaku seksual, hal ini dikarenakan sosialisasi dan dampak yang dihasilkan oleh teman sebaya

Panduan Pusilkom Agile Unified Process (atau PAUS) merupakan suatu metodologi pengembangan perangkat lunak yang ditujukan untuk industry kecil dan menengah.

Semua dosen dan staf Fakultas Ekonomi yang telah banyak membantu dalam kelancaran studi penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Dilihat dari ketercapaian fungsi sosial, seluruh pesan pengaduan tersebut terpahami sebagai aktivitas pengaduan, sebagaimana tercermin dalam respon yang didapatkan

Objektif kajian ini telah mengambil kira kesan kursus program i-think kepada semua pelajar yang terlibat, sebagai satu teknik alternative kepada pelajar sama ada

Variabel independen dalam penelitian ini adalah koneksi politik dan good corporate governance .Variabel koneksi politik menggunakan dummy , angka 1 untuk mengindikasikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung kencur melalui air minum pada ayam petelur jantan memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap potongan sayap, leher