• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cost of Capital (COC)/Biaya Modal sebagai Komponen EVA

Tanggal Lulus:

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Analisis Sistem Du Pont

2.6.2. Cost of Capital (COC)/Biaya Modal sebagai Komponen EVA

Semua sumber dana yang digunakan perusahaan baik berasal dari hutang maupun modal sendiri (ekuitas) yang digunakan untuk investasi atau membiayai operasional perusahaan dikenakan suatu biaya disebut modal. Baik hutang maupun modal sendiri memiliki biaya modal. Hanya saja kalau dalam modal sendiri biaya tersebut bersifat implicit atau opportunistic, sedangkan untuk hutang yang bersifat eksplisit karena memang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. Biaya tersebut harus mencerminkan rata-rata tertimbang berbagai sumber dana yang digunakan (Husnan dalam Budiharti, 2006).

Total biaya modal menunjukan besarnya tingkat dari pengembalian yang diharapkan oleh penyedia dana atas modal yang diinvestasikan perusahaan. Besarnya kompensasi tergantung pada tingkat resiko perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat resiko perusahaan, maka semakin tinggi

19

pula tingkat pengembalian yang dituntut oleh investor (Utama dalam Budiharti, 2006).

Weighted Average Cost of Capital (WACC) / Biaya Modal Rata- Rata Tertimbang

Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) adalah tingkat pengembalian minimum yang dibobot berdasarkan proporsi masing-masing instrument pembiayaan dalam struktur permodalan perusahaan yang harus dihasilkan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi kreditor dan pemegang saham. Pembobotan perlu karena setiap bentuk pembiayaan yang berbeda baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak sama resikonya bagi investor. Maka tiap- tiap bentuk pembiayaan yang dipergunakan perusahaan bermacam-macam, ettapi secara umum dapat diklasifikasikan dalam dua bagian besar yaitu hutang dan ekuitas (Tunggal dalam Budiharti 2006).

Menurut Rousana dalam Budiharti (2006), WACC terdiri dari komponen biaya hutang dan biaya ekuitas. Biaya hutang (Kd) adalah rate yang harus dibayar perusahaan di dalam pasar sekarang untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru. Biaya hutang terjadi pada perusahaan akibat adanya penggunaan dana pinjaman. Hutang disini mencakup semua hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang yang di dapat dari kelompok di luar perusahaan.

Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang (weighted). Adanya pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak, maka Kd harus dikoreksi dengan factor (1-T), dengan T adalah tingkat pajak yang dikenakan. Hal tersebut serupa dengan pernyataan Brigham dan Houston (2001) yang menyatakan bahwa adanya biaya bunga yang wajib dibayarkan dikurangi dengan penghematan pajak yang timbul. Bunga dalam perhitungan pajak ini bersifat tax deductible sehingga dikalikan dengan (1-T), dimana T adalah tariff pajak marjinal dari perusahaan.

Sedangkan biaya ekuitas (Ke) adalah biaya yang timbul akibat investor menyerahkan dananya berupa ekuitas kepada perusahaan. Mereka berhak untuk mendapatkan pembagian deviden di masa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial perusahaan tersebut. Besarnya deviden tidak ditentukan

20

pada saat investor menyerahkan dananya, tetapi bersifat tidak tentu tergantung pada kinerja perusahaan tersebut di masa yang akan dating. Hal ini sangat berbeda dengan modal hutang yang sudah memperhitungkan kepastian tingkat suku bunga yang disetujui. Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan return yang diharapkan oleh pemegang saham. Untuk itu harus berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku.

Struktur Modal

Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi financial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjangdan modal sendiri yang menjadi pembiayaan suatu perusahaan. Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat bersumber dari internal dan ekternal, dengan ketentuan sumber dana yang dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman (safety position) dan jika dipergunakan memiliki nilai dorong dalam memperkuat struktur modal keuangan perusahaan. Dalam artian ketika dana tersebut dipakai untuk memperkuat struktur modal perusahaan, maka perusahaan mampu mengendalikan modal tersebut secara efektif dan efisien serta tepat sasaran (Fahmi, 2011).

Invested Capital (IC) / Modal yang Diinvestasikan

Menurut Tunggal dalam Budiharti (2006), Invested Capital (IC) adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga atau non interest bearing liabilities. Yang termasuk dalam kategori non interest bearing liabilities yaitu hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak dan uang muka pelanggan.

Ada dua cara untuk menentukan IC, yaitu dengan pendekatan operasional dan pendekatan keuangan. Menurut pendekatan operasional, IC diperoleh dari penjumlahan aktiva tetap, kas dan working capital requirement, yaitu total aktiva dikurangi hutang dagang dan hutang beban lainnya. Sedangkan menurut pendekatan keuangan, IC diperoleh dari penjumlahan interest bearing liabilities (pinjaman jangka pendek dan jangka panjang) dengan ekuitas pemegang saham.

21

Adapun teori-teori yang telah dijelaskan tersebut sebelumnya memiliki hubungan antara satu dengan lainnya. Secara ringkas dapat digambarkan dalam Gambar 2.

22

Gambar 2. Bagan Economic Value Added (EVA) EVA NOPAT COC IC WACC Asset Hutang Beban Proporsi Hutang (Wd) Biaya Hutang (Kd) Proporsi Investasi Thdp Modal (We) Tingkat Pengembalian (Ke) Hutang Biaya Bunga Ekuitas Laba Bersih

23

2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan

Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor- faktor internal tersebut misalnya pada pos-pos laporan keuangan itu sendiri seperti pada laporan neraca dan laba rugi yang memperlihatkan tingkat likuiditas, solvabilitas dan aktifitas perusahaan dengan memperhitungkan dan memperbandingkan rasio-rasio yang ada dengan suatu formula perhitungan yang dipakai sebagai alat pengujian karena formula maka bisa saja hasil yang diperoleh belum tentu benar-benar sesuai untuk dijadikan alat prediksi. Sehingga dibutuhkan pendekatan lain untuk melihat permasalahan itu secara lebih terang yaitu dengan melihat kondisi non keuangan, seperti kondisi kualitas SDM karyawan dan manajer perusahaan baik di bidang administrasi, pemasaran, produksi dan keuangan (Fahmi, 2011). Akan tetapi melalui perhitungan laporan keuangan tersebut beserta komponen yang menyertainya dapat diperoleh kinerja keuangan secara keseluruhan dan dapat diketahui pula faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Selain daripada itu adapun faktor ekternal seperti faktor ekonomi, faktor sosial budaya, politik dan teknologi. Faktor eksternal tersebut tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.

Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukan perlu ditindak lanjuti, sehingga faktor-faktor tersebut tidak menjadi pemberat bagi kehidupan ekonomi masyarakat dan dapat menarik minat investor untuk kemudian digunakan sebagai perbaikan bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

2.8. Penelitian terdahulu

Penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan, khususnya bank telah banyak dilakukan. Umumnya kinerja keuangan bank dianalisis dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan Economic Value Added.

Imamah (2005) meneliti kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2003 – 2004 dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan EVA serta mencari pengaruh rasio-rasio keuangan yang digunakan yang terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Net Interest Margin (NIM), Return On Asset (ROA),

24

Return On Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Asset Utilization Ratio (AUR). Dalam penelitian ini tidak di analisis penilaian kinerja perusahaan dari sisi nilai tambah pasar (Market Value Added/MVA) juga pengaruh EVA terhadap MVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dari tahun 2003-2004 pada umumnya menjadi lebih baik. Hasil analisis rasio-rasio keuangan dan EVA menunjukan kinerja yang berbeda. Artinya, kinerja keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk menurut rasio keuangan pada tahun 2004 lebih baik dari tahun 2003 karena sebagian besar pengukuran kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan. Akan tetapi, apabila diukur dengan EVA, pada tahun 2004 kinerja keuangan perusahaan kurang baik daripada tahun 2003 karena EVA mengalami penurunan. Hal etrsebut terjadi karena pada tahun 2004 pendayagunaan sumberdaya perusahaan menurun dari tahun 2003 bila ditinjau dari AUR. Artinya, Bank Mandiri mengalami penurunan kinerja dalam hal pengelolaan asset perusahaan.

Budiharti (2006) meneliti kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk antara tahun 2004 – 2005 dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, EVA dan MVA. Rasio-rasio keuangan yang digunakan antara lain Net Profit Margin (NPM), Net Interest Margin (NIM), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Asset Utilization Ratio (AUR). Dalam penelitian ini dianalisis Dalam penelitian ini dianalisis pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA dan pengaruh EVA terhadap MVA. Analisis dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, EVA dan MVA, serta permodelan regresi dan korelasi. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA dan pengaruh EVA terhadap MVA perusahaan, sedangkan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara rasio-rasio keuangan dengan EVA dan hubungan antara EVA dengan MVA perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kesehatan Bank BRI pada tahun 2005 lebih baik dari pada tahun 2004 jika ditinjau dari EVA dan MVA Bank BRI.

Suseno (2010) yang meneliti Analisis Kinerja Keuangan pada PT. Bimatama Indonesia Estetika selama periode 2004-2008 menggunakan analisis terhadap rasio-rasio keuangan, analisis trend, analisis per komponen serta analisis

25

Du Pont system. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan perusahaan pada kondisi keuangan jangka pendek menunjukan bahwa hutang lancar dan aktiva lancar mengalami peningkatan secara fluktuatif. Sementara kondisi keuangan jangka panjang menunjukan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen total hutang dan diikuti oleh total aktiva dan modal sendiri. Berdasarkan analisis rasio, kondisi keuangan perusahaan menunjukan keadaan kurang likuid dan solvable. Walaupun begitu, perusahaan masih tetap dapat menghasilkan keuntungan dan perusahaan sudah memanfaatkan aktivanya dengan baik. Berdasarkan hasil analisis Du Pont, kinerja perusahaan selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal yaitu, harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan yang cukup besar. Sedangkan competitor atau perusahaan sejenis dan kondisi perekonomian merupakan faktor eksternalnya.

Permana Putra (2010) meneliti tentang Analisis Kinerja Keuangan PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan dengan melihat tingkat ROA dan ROE serta EPS (Earning Per Share) PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. dari hasil analisis tersebut tingkat ROE pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk. mengalami peningkatan setiap tahunnya begitupun halnya dengan tingkat ROA yang mengalami peningkatan pula setiap tahunnya. Adapun nilai EPS juga mengalmi peningkatan setiap tahunnya antara tahun 2007-2009, begitu pun halnya dengan nilai EVA yang mengalami peningkatan setiap tahunnya.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukan seberapa berhasil suatu perusahaan dalam menjalankan roda usahanya. Dengan begitu, perusahaan dapat membuat keputusan atau kebijakan yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan pada khususnya dan kondisi perekonomian pada umumnya.

Melalui pengukuran kinerja keuangan pada Bank Jabar Banten menggunakan analisis Rasio-rasio Keuangan dan analisis economic value added (EVA) serta analisis Du Pont dapat diketahui informasi mengenai kinerja keuangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Evaluasi kinerja keuangan berasal dari data yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan dan telah di audit. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca Bank Jabar Banten pada periode 2008 sampai dengan 2010.

Metode analisis rasio keuangan dan EVA memberikan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan, sedangkan apabila analisis Du Pont digunakan untuk dapat melihat faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Diharapkan dengan mengetahui kinerja keuangan secara keseluruhan akan membantu perusahaan meningkatkan kinerja sekarang dan masa yang akan datang. Khususnya dalam penelitian ini yaitu Bank Jabar Banten dalam menciptakan nilai bagi para pemegang saham.

Secara ringkas alur pemikiran konseptual yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

27

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian

PT. Bank Jabar Banten, Tbk.

Laporan Keuangan

Laporan Laba Rugi Neraca

Analisis Kinerja Keuangan

Analisis Rasio keuangan • Solvabilitas • Aktifitas • Profitabilitas Analisis Du Pont Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan

Saran dan atau Perbaikan Investor

Analisis EVA Initial Public Offering (IPO)

28

Untuk dapat melihat nilai tambah ekonomis atas rasio-rasio keuangan dan faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi kinerja keuangan yang digunakan adalah analisis EVA dan analisis Du Pont. Dengan mengetahui unsur- unsur identitas rasio keuangan, EVA dan analisis Du Pont maka akan diperoleh hubungan dari ketiganya.

EVA secara sederhana didefinisikan sebagai Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dikurangi Cost of Capital (COC) yaitu hasil perkalian antara Weighted Average Cost of Capital (biaya modal rata-rata tertimbang) dengan seluruh modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut (Invested Capital/IC). IC diperoleh dari penjumlahan hutang dan ekuitas dikurangi non interest bearing liabilities (hutang beban). Sedangkan hutang dan ekuitas merupakan asset (total aktiva) yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio antara ekuitas dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) menghasilkan CAR. NOPAT sendiri diperoleh dari net income ditambah interest (beban bunga).

Perbandingan net income dengan asset menghasilkan ROA. Net income diperoleh dari operating income dikurangi tax. Penjumlahan antara operating income dan non operating income income disebut total income. Perbandingan antara total income dengan asset menghasilkan Total Asset Turn Over Ratio, sedangkan perbandingan antara total income dengan aktiva tetap menghasilkan fixed asset turnover. Net income berbanding pendapatan memunculkan NPM. Sedangkan pada analisis Du Pont nilai ROE Du Pont didapat dari perbandingan antara ROA dengan 1 (satu) dikurangi rasio total hutang terhadap aktiva yang didapat dari perbandingan antara total hutang dengan total asset atau aktiva. Teori dan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya memiliki hubungan antara satu dengan lainnya. Secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4.

29

Gambar 4. Perhitungan Nilai EVA dan hubungannya dengan rasio-rasio keuangan serta analisis Du Pont EVA

NOPAT COC

IC WACC

Asset Hutang Beban

Proporsi Hutang (Wd) Biaya Hutang (Kd) Proporsi Investasi Thdp Modal (We) Tingkat Pengembalian (Ke) Hutang Biaya Bunga Ekuitas Laba Bersih 1(Rasio Hutang) Total Debt To Equity

Ratio Equity To Total Asset

Ratio ATMR

CAR

Rasio Perputaran Total Aktiva Operating Income NPM ROA ROE Du Pont Aktiva Tetap

Rasio Perputaran Total Aktiva Tetap

30

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data yang merupakan data sekunder. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang ada. Terakhir ditarik kesimpulan dan saran. 3.2.1. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan Mei 2011. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan Bank Jabar Banten, Tbk tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dan laporan saham perusahaan yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca perusahaan.

3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini, data-data yang diolah berasal dari data sekunder. Menurut Nazir (2005), analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data dan informasi yang telah dikumpulkan, kemudian diolah baik secara manual menggunakan kalkulator maupun dengan Ms. Excel 2007. Alat analisis yang digunakan dalam mengolah data dalam penelitian ini adalah analisis trend, analisis persentase per komponen, rasio-rasio keuangan dan analisis economic value added (EVA) serta analisis Du Pont.

3.2.2.1. Analisis Rasio-rasio Keuangan 3.2.2.1.1 Rasio Solvabilitas

Total Debt to Total Asset Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Aktiva)

Total Debt to Total Asset Ratio= ... (1)

Total Debt to Equity Ratio(Rasio Hutang terhadap Ekuitas) Total Debt to equity Ratio= ... (2)

31

Equity to Total Asset Ratio(Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva) Equity to Total Asset Ratio = ... (3)

Capital Adequacy Ratio(CAR)

CAR = ... (4) 3.2.2.1.2. Rasio Aktifitas

Rasio aktifitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya, yang terdiri dari :

Rasio Perputaran Total Aktiva /Total Asset Turnover Ratio

Total Asset Turnover Ratio= ... (5)

Rasio Perputaran Aktiva Tetap / Fixed Asset Turnover Ratio Fixed Asset Turnover= ... (6) 3.2.2.1.3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukan hasil akhir dari sebuah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan perusahaan, yang terdiri dari :

NPM = ... (7)

ROA = ... (8) ROE = ... (9)

32

3.2.2.2. Analisis Du Pont

Persamaan Du Pont menunjukan bahwa tingkat pengembalian atas aktiva dapat diperoleh dari perkalian marjin laba dengan perputaran total aktiva, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

ROA = Margin Laba x Perputaran Total Aktiva

= ... (10) Pengendalian atas ekuitas (ROE) perusahaan tergantung pada penggunaan kewajiban (leverage). ROA harus di bagi dengan 1 – rasio hutang untuk mendapatkan ROE, adapun rumus ROE yaitu :

ROE = ... (11) 3.2.2.3. Analisis Economic Value Added (EVA)

Proses mendapatkan EVA berbeda dengan mendapatkan nilai rasio keuangan. Perhitungan rasio keuangan membandingkan pos keuangan tertentu dengan pos yang lainnya, sedangkan dalam menghitung EVA ada beberapa tahapan. EVA dihitung setelah semua komponen pembentuknya diketahui. Selanjutnya dimasukan ke dalam rumus perhitungan EVA.

Dalam menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT) digunakan pendekatan keuangan di mana laba bersih ataunet incomedijumlahkan dengan interest (biaya bunga). Pada perhitungan NOPAT ini diasumsikan telah dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan menambahkan perubahan periodik ekuivalen ekuitas pada laba tersebut.

Biaya hutang (Kd) dihitung dengan membagi antara biaya bunga yang terjadi pada tahun tersebut dengan total hutang. Pajak atas biaya modal yang pada penelitian ini dinotasikan dengan Kd* adalah berdasarkan peraturan kebijaksanaan yang diterapkan oleh masing-masing perusahaan. Besar pajak yang dikenakan tercantum secara implicit dalam perhitungan laba bersih setelah pajak yang terdapat dalam laporan keuangan atau prospectus tahunan di mana tariff yang dikenakan berbeda untuk tiap perusahaan.

Dalam penelitian ini, untuk menghitung biaya ekuitas (Ke), digunakan pendekatanDiscounted Cash Flow Model. Dimana, model ini melihat Ke sebagai nilai deviden per harga saham ditambah dengan persentase pertumbuhan dari

33

harga saham tersebut, hal ini dilakukan pada periode 2010 dimana nilai harga saham pasar telah diketahui. Berbeda dengan tahun 2010, pada tahun 2008 dan 2009 digunakan pendekatan tingkat pengembalian ekuitas perusahaan kepada para pemilik perusahaan dikarenakan perusahaan belum go publik.

Struktur modal perusahaan merupakan persentase yang seimbang dari tiap-tiap komponen hutang dan modal yang dimiliki perusahaan. Persentase komponen hutang dilambangkan dengan Wd, sedangkan persentase komponen modal yaitu We.

Perhitungan WACC dengan menggunakan penjumlahan hasil kali antara bobot tertimbang atas komponen hutang dan komponen modal ekuitas perusahaan dari keseluruhan struktur modal perusahaan dengan persentase masing-masing biaya hutang dan biaya ekuitas.

Invested Capital (IC) emrupakan modal perusahaan (hutang dan ekuitas) dalam mengelola usahanya dikurangi dengan non interest bearing liabilities. Perhitungan biaya modal merupakan perkalian antara biaya rata-rata tertimbang dengan modal yang diinvestasikan. Economic Value Added (EVA) dihitung setelah komponen pembentuk EVA (NOPAT/Net Operating Profit After Tax dan COC/Cost of Capital) diketahui selanjutnya dimasukan ke dalam rumus perhitungan EVA, yaitu dengan mengurangkan antara NOPAT dengan COC.

34

Tabel 2. Langkah-langkah perhitungan EVA :

Tahapan Perhitungan Sumber

1. NOPAT NOPAT = Laba Bersih + Biaya Bunga Laba Rugi 2. Kd* Kd = Biaya Bunga Hutang Kd* = Kd (1-T) Laba Rugi Neraca 3. Ke Dividen Ke = +Growth Harga Saham Dihitung dari L/R dan Informasi Harga Saham 4. Struktur Modal Wd = Hutang Asset We = Ekuitas Asset Neraca

5. WACC WACC = [(Kd* x Wd) + (Ke x We)] Dihitung

berdasarkan hasil sebelumnya 6. IC IC = Asset Non Interest Bearing

Liabilities

Neraca

7. COC COC = WACC x IC Dihitung

berdasarkan hasil sebelumnya

8. EVA EVA = NOPAT - COC Dihitung

berdasarkan hasil sebelumnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Bank Jabar Banten 4.1.1. Sejarah Bank Jabar

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. yang dikenal dengan nama bank bjb, adalah bank umum yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Banten, pemerintah kota/kabupaten se-Jawa Barat dan Banten, dan publik.

Awal berdirinya bank bjb bermula dari NV DENIS (De Erste Nederlansche Indische Shareholding), yang berkedudukan di Bandung dan bergerak di bidang hipotek. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia (RI) Nomor 33 Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan di Indonesia Milik Belanda yang dinasionalisasi.

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah

Provinsi Jawa Barat mendirikan “PT Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa

Barat” dengan modal dasar dari kas daerah sebesar Rp 2.500.000, berdasarkan Akta Pendirian No.125 tanggal 19 November 1960 juncto. Akta Perubahan No.152 tanggal 21 Maret 1961 dan Akta Perubahan No.84 tanggal 13 Mei 1961, keduanya dibuat di hadapan Noezar, Notaris di Bandung. serta dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 tertanggal 20 Mei 1961 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah PT Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat.

Dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuk hukum Perseroan diubah dari Perseroan Terbatas Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Djawa Barat No.11/PDDPRD/1972 tanggal 27 Juni 1972 tentang Penyempurnaan Kedudukan Hukum Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa-Barat. Nama PD Bank Karja Pembangunan Daerah Jawa Barat selanjutnya diubah menjadi BPD Jabar sesuai Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1/DP-040/PD/1978 Tanggal 27 Juni 1978. Pada

❏6

tahun 1992 sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No.25/84/KEP/DIR

Dokumen terkait