• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA

Analisis efisiensi tataniaga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi saluran tataniaga ayam broiler di lokasi penelitian. Menurut Sulvadewi (2000) efisiensi tataniaga dapat di lihat dari besarnya biaya tataniaga, marjin tataniaga, farmer’s share dan market share yang diperoleh dari masing- masing lembaga tataniaga.

Analisis Volume Distribusi

Analisis volume distribusi dilakukan untuk menentukan saluran tataniaga yang akan menjadi pilihan utama bagi lembaga-lembaga tataniaga. Pada tabel 15 dapat di lihat hasil perhitungan volume distribusi pada setiap saluran tataniaga di lokasi penelitian. Pangsa pasar yang digunakan pada tiap saluran tataniaga merupakan pangsa pasar maksimum. Nilai pangsa pasar setiap saluran diperoleh dari jumlah ayam maksimum yang dipelihara di tiap saluran dikalikan dengan batas maksimal kematian yang dapat ditoleransi yaitu sebesar 5% kemudian dikalikan dengan bobot hidup rata-rata ayam ketika panen. Adapun jumlah maksimum ayam yang dapat dipelihara pada saluran I adalah 3.000 ekor dengan bobot panen rata-rata 1,4 kg, saluran II 7.000 ekor dengan bobot panen rata-rata 1,6 kg, saluran III 40.000 ekor dengan bobot panen rata-rata 1,8 kg, saluran IV 6.000 ekor dengan bobot panen rata-rata 1,6 kg, dan saluran V 400.000 ekor dengan bobot panen rata-rata 1,8 kg.

Tabel 15. Volume Distribusi Saluran Tataniaga Ayam Broiler diKecamatan Parung Tahun 2014

Saluran Tataniaga Pangsa Pasar (Kg) Persentase (%)

Saluran I 3.990 0,5 Saluran II 10.640 1,4 Saluran III 68.400 8,8 Saluran IV 9.120 1,2 Saluran V 684.000 88,1 Total 776.150 100

Berdasarkan tabel 15 pangsa pasar saluran V mendominasi dengan mendistribusikan 684.000 kg ayam broiler hidup yang didistribusikan dari peternak produsen hingga kepada konsumen akhir atau sebesar 88,1% dari total ayam broiler yang didistribusikan di Kecamatan Parung. Saluran tataniaga V mendistribusikan volume ayam broiler yang sangat besar karena pada saluran ini yang menjadi produsen adalah peternakan milik pedagang besar dengan jumlah ayam yang dipelihara masing-masing adalah 400.000 ekor milik PT.CSA dan 100.000 ekor milik Sahabat Poultry Shop.

Analisis Marjin Tataniaga

Analisis marjin tataniaga merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi tataniaga suatu produk. Analisis marjin tataniaga merupakan balas jasa atas fungsi tataniaga yang dilakukan oleh suatu lembaga tataniaga. Marjin tataniaga ayam broiler merupakan hasil dari

penjumlahan antara biaya tataniaga dan keuntungan tataniaga, atau selisih antara harga jual dan harga beli. Menurut Safitri (2009) harga jual peternak untuk suatu komoditas berbeda-beda untuk setiap jalur. Hal tersebut karena setiap jalur mempunyai daerah dan target pemasaran yang berbeda-beda sehingga pedagang pun membeli dengan harga yang berbeda pula sesuai dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Besarnya biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga tataniaga sesuai dengan saluran-saluran tataniaga yang dilalui. Adapun biaya- biaya yang dikeluarkan antara lain biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya pengolahan, biaya pemanenan, biaya sortasi, biaya retribusi dan biaya sewa kios, sementara dari sisi keuntungan dapat diukur dari besarnya imbalan jasa yang diterima atas biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan penyaluran ayam broiler. Marjin tataniaga digunakan untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima oleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat, semakin besar nilai marjin tataniaga maka semakin besar pendapatan lembaga tataniaga dan semakin kecil

farmer’s share yang diterima oleh peternak atas harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir.

Tabel 16. Marjin Tataniaga Ayam Broiler di Kecamatan Parung Tahun 2014 (Rp/kg) Uraian Saluran I II III IV V Peternak - - - - - Pedagang Pengumpul 1.750 1.500 - - - Pedagang Besar - - - - - RPA - - 1.000 - 1.000 Pedagang Pengecer - 14.500 13.500 12.500 13.500 Total 1.750 16.000 14.500 12.500 14.500

Berdasarkan tabel 16 dapat dijelaskan berapa besar marjin tataniaga di setiap saluran. Total nilai marjin tataniaga terbesar terdapat pada saluran II yaitu sebesar Rp 16.000/kg yang terdiri nilai marjin pedagang pengumpul dan pedagang pengecer masing-masing sebesar Rp 1.500/kg dan Rp 14.500/kg, dimana nilai marjin Rp 1.500/kg terdiri dari cost margin sebesar Rp 788,1/kg dan profit margin

sebesar Rp 711,9/kg, sedangkan nilai marjin Rp 14.500/kg terdiri dari cost margin

sebesar Rp 478,8/kg dan profit margin sebesar Rp 14.021,2/kg.

Nilai marjin tataniaga dapat dianalisis dengan membandingkan nilai marjin tataniaga antar saluran tataniaga yang terdapat di lokasi penelitian. Nilai marjin tataniaga yang tinggi pada suatu saluran tataniaga akan memengaruhi tingkat ketertarikan lembaga-lembaga tataniaga untuk menyalurkan ayam broiler melalui saluran tersebut. Namun, saluran II sebagai saluran yang dianggap efisien dengan menggunakan pendekatan analisis marjin tataniaga memiliki pangsa pasar yang kecil, hanya sebesar 1,4% dari total keseluruhan pangsa pasar ayam broiler yang ada di Kecamatan Parung. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan lain dengan menggunakan analisis-analisis lainnya.

Adapun pembentuk nilai marjin tataniaga adalah cost margin dan profit margin. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Marjin Tataniaga, Cost Margin dan Profit Margin (Rp/kg)

Uraian Marjin Tataniaga Cost Margin Profit Margin Pedagang Pengumpul Saluran I 1.750 579 1.171 Pedagang Pengumpul Saluran II 1.500 788,1 711,9 RPA Saluran III 1.000 175 825

RPA Saluran V 1.000 175 825 Pedagang Pengecer Saluran II 14.500 478,8 14.021,2 Pedagang Pengecer Saluran III 13.500 333 13.167 Pedagang Pengecer Saluran IV 12.500 478,7 12.021,3 Pedagang Pengecer Saluran V 13.500 333 13.167 Marjin Biaya

Efisiensi tataniaga dapat di nilai dari marjin biaya atau cost margin. Semakin rendah marjin biaya yang dikeluarkan maka semakin efisien saluran tataniaga tersebut. Menurut Ibniyah (2002) jumlah biaya tataniaga yang dikeluarkan berbeda-beda untuk setiap tingkatan lembaga tataniaga, tergantung pada tambahan nilai dari ternak ayam ayam broiler seperti guna tempat, guna waktu, guna bentuk dan guna kepemilikan. Adapun komponen biaya lembaga tataniaga ayam broiler di lokasi penelitian antara lain biaya pengangkutan, biaya pakan yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul selama kegiatan penyimpan ayam broiler hidup dilakukan di kandang penampungan milik mereka, biaya bongkar muat pickup dan truk, biaya pengolahan yang dikeluarkan oleh RPA dan pedagang pengecer untuk mengolah ayam broiler hidup menjadi karkas siap jual serta biaya retribusi. Hasil perhitungan biaya tataniaga pada tabel 18 dapat dilihat pada lampiran 1.

Tabel 18. Biaya Tataniaga Ayam Broiler di Kecamatan Parung Tahun 2014 (Rp/kg) Uraian Saluran I II III IV V Peternak Tenaga Kerja Borongan - - - - - Total - - - - - Pedagang Pengumpul Tenaga Kerja 357 313 - - - Pengangkutan 143 406,3 - - - Pakan 78,6 68,8 - - - Total 578,6 788,1 - - - Pedagang Besar Tenaga Kerja Borongan - - - - - Total - - - - - RPA Pengangkutan - - 138,9 - 138,9 Bongkar Muat - - 13,9 - 13,9 Pengolahan - - 22,2 - 22,2 Total - - 175 - 175 Pedagang Pengecer Pengangkutan - 260,4 138,9 260,4 138,9 Retribusi - 104,2 92,6 104,1 92,6 Sewa Kios - 114,2 101,5 114,2 101,5 Total - 478,8 333 478,7 333 Total Biaya 578,6 1.266,9 508,0 478,7 508,0

Dari tabel 18 dapat di lihat besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga tataniaga di lokasi penelitian. Biaya tataniaga terendah yaitu Rp 175/kg yang terdapat pada saluran III dan V yaitu biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh RPA, sementara biaya tataniaga terbesar yaitu Rp 788,1/kg yang terdapat pada saluran II yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Saluran II memiliki total biaya terbesar yaitu Rp 1.266,9/kg. Total biaya terendah terdapat pada saluran IV dengan total biaya sebesar Rp 478,7/kg.

Berdasarkan analisis marjin biaya yang dilakukan, saluran IV merupakan saluran yang efisien karena rendahnya total biaya pada saluran ini. Rendahnya total marjin biaya pada saluran IV dikarenakan hanya terdapat 1 lembaga tataniaga yang terlibat yaitu pedagang pengecer, biaya yang dikeluarkan sangat sedikit, bahkan pada saluran ini biaya pengolahan tidak dikeluarkan karena pengolahan dilakukan sendiri oleh pedagang pengecer yang membeli langsung ayam broiler hidup dari peternak. Namun, berdasarkan pangsa pasar yang ada saluran ini hanya menyumbang 1,2 % dari pangsa pasar ayam broiler di Kecamatan Parung. Oleh karena itu, efisiensi tataniaga ayam broiler di Kecamatan Parung perlu dikaji lagi dengan alat analisis lainnya.

Marjin Keuntungan

Marjin keuntungan atau profit margin sangat berguna ketika membandingkan perusahaan-perusahaan pada industri yang sama. Marjin keuntungan yang tinggi mengindikasikan perusahaan memiliki keuntungan yang

tinggi karena memiliki kontrol yang lebih baik terhadap biaya yang digunakan dibandingkan dengan perusahaan lain. Efisiensi tataniaga tercapai jika penyebaran marjin keuntungan merata di tiap lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses tataniaga, sehingga semua lembaga yang terlibat merasakan keuntungan dari kegiatan tataniaga yang dilakukan.

Tabel 19. Keuntungan di tiap Lembaga Tataniaga

Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Saluran V Rp/kg % Rp/kg % Rp/kg % Rp/kg % Rp/kg % Peternak - - - - Pedagang Pengumpul 1.171 5,8 711,9 2,2 - - - - Pedagang Besar - - - - RPA - - - - 825 2,4 - - 825 2,4 Pedagang Pengecer - - 14.021,2 42,5 13.167 37,6 12.021,3 37,6 13.167 37,6

Dari tabel 19 dapat di lihat besarnya keuntungan yang diperoleh tiap-tiap lembaga tataniaga. Adapun penyebaran marjin keuntungan terdapat pada saluran II, III dan V karena pada ketiga saluran ini melibatkan 2 lembaga tataniaga yang menyalurkan ayam broiler dari peternak kepada konsumen akhir.

Berdasarkan tabel 19 penyebaran marjin keuntungan pada saluran II dapat dikatakan tidak merata, karena keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer terpaut cukup jauh yaitu 2,2% dan 42,5%. Dapat dikatakan pedagang pengumpul pada saluran II merupakan lembaga tataniaga yang paling menikmati kegiatan tataniaga yang dilakukannya.

Adapun pada saluran III dan V penyebaran marjin keuntungan tidak terpaut jauh seperti pada saluran II. Lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat pada kedua saluran ini adalah RPA dengan marjin keuntungan sebesar 2,4% dan pedagang pengecer dengan marjin keuntungan sebesar 37,6%. Dapat dikatakan pihak RPA pada saluran III dan V masih menikmati sebaran keuntungan dari kegiatan tataniaga yang dilakukan. Oleh karena itu penyebaran marjin keuntungan pada saluran III dan V dapat dikatakan lebih merata dari saluran II.

Analisis Farmer’s Share

Menurut Safitri (2009) farmer’s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima oleh peternak dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, dan pada umumnya dinyatakan dalam persentase. Analisis farmer’s share dilakukan dengan membagi harga jual yang di terima oleh peternak dengan harga di tingkat konsumen akhir dan ditentukan dalam persentase (%), dimana farmer’s

share memiliki hubungan negatif dengan marjin tataniaga, semakin tinggi marjin tataniaga maka farmer’s share yang diperolah peternak akan semakin kecil, sebaliknya jika marjin tataniaga semakin kecil maka farmer’s share yang diperoleh peternak semakin besar. Farmer’s share pada sistem tataniaga ayam broiler di Kecamatan Parung dapat dilihat pada tabel 20.

Tabel 20. Farmer’s share di Kecamatan Parung Tahun 2014 Saluran Tataniaga Harga di Tingkat Peternak (Rp/Kg) Harga di Tingkat Konsumen Akhir (Rp/Kg)

Farmer’s Share (%) Market Share (%)

I 18.500 20.250 91,4 0,5 II 19.000 33.000 57,6 1,4 III 20.500 35.000 58,6 8,8 IV 19.500 32.000 60,1 1,2 V 20.500 35.000 58,6 88,1

Nilai farmer’s share yang tinggi pada suatu saluran tataniaga dibandingkan dengan saluran-saluran tataniaga lainnya menunjukkan bahwa saluran tataniaga tersebut efisien secara operasional. Pada tabel 20 dapat di lihat bahwa nilai famer’s share terbesar pada saluran tataniaga ayam broiler di Kecamatan Parung terdapat pada saluran I yaitu sebesar 91,46% lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai farmer’s share pada saluran-saluran tataniaga yang lainnya, sementara nilai farmer’s share terendah terdapat pada saluran tataniaga II yaitu sebesar 57,6% dimana saluran ini memiliki nilai marjin tertinggi. Saluran tataniaga I menurut analisis farmer’s share merupakan saluran yang tergolong efisien, namun volume distribusi pada saluran ini hanya sebesar 0,5%, dengan kata lain saluran tataniaga I bukan saluran tataniaga utama ayam broiler di Kecamatan Parung. Adapun saluran V merupakan saluran tataniaga utama ayam broiler di Kecamatan Parung dengan volume distribusi sebesar 88,1% dan nilai

farmer’s share 58,6%, masih dapat dikatakan efisien secara operasional karena nilai farmer’s share pada saluran ini cukup baik ditambah pangsa pasar yang besar.

Berdasarkan analisis farmer’s share yang dilakukan, nilai farmer’s share

pada saluran III dan IV berturut-turut adalah 58,6% dan 60,1% dan dapat dikatakan masih lebih efisien jika dibandingkan dengan saluran tataniaga II secara operasional.

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Analisis rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengukur penyebaran keuntungan pada setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam setiap saluran tataniaga yang terbentuk, merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli kemudian dikurangi dengan biaya tataniaga dimana biaya tataniaga adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga tataniaga dalam sistem tataniaga untuk menyalurkan ayam broiler hasil panen peternak hingga ke konsumen akhir. Analisis rasio keuntungan dan biaya merupakan salah satu indikator efisiensi operasional dari sistem tataniaga dimana efisiensi dapat di lihat dari penyebaran nilai rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga di setiap lembaga tataniaga yang terlibat. Hal ini mengindikasikan keuntungan yang diterima oleh suatu lembaga tataniaga sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan. Analisis rasio keuntungan dan biaya ayam broiler lembaga-lembaga tataniaga pada masing-masing saluran tataniaga di Kecamatan Parung dapat dilihat pada tabel 21. Perhitungan keuntungan dan rasio keuntungan dan biaya dapat dilihat pada lampiran 2.

Tabel 21.Rasio Keuntungan dan Biaya Tataniaga Ayam Broiler di Kecamatan Parung Tahun 2014

Lembaga Tataniaga Saluran Tataniaga

I II III IV V

Dokumen terkait