• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Ekonomi Wisata Berdasarkan Metode Kontingensi melalui Pendekatan Kesediaan Membayar dan Dibayar

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

2.3 Nilai Sumberdaya Alam

5.2.2 Analisis Nilai Ekonomi Wisata Berdasarkan Metode Kontingensi melalui Pendekatan Kesediaan Membayar dan Dibayar

Untuk mengetahui kesediaan membayar/dibayar responden penelitian membayar retribusi yang sesuai dalam rangka pemeliharaan dan pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu, responden pengunjung dan masyarakat diberikan kuesioner yang diisi untuk mengetahui pandangan mereka tentang keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu. Pendugaan nilai ekonomi ini merupakan besarnya tingkat kesediaan membayar responden atas kepuasan/pengalaman wisata selama di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu yang bisa diartikan juga sebagai keinginan responden

46

membayar sejumlah uang untuk peningkatan lingkungan atau untuk menghindari penurunan kualitas lingkungan kawasan Situ Lengkong Panjalu.

1. Pendugaan Kesediaan Membayar Responden Penelitian

Responden pengunjung yang bersedia membayar retribusi masuk obyek wisata Situ Lengkong Panjalu untuk pengelolaan dan pelestarian kawasan senilai Rp. 2.500 0(sesuai harga tiket yang diberlakukan pada waktu penelitiaan) sebanyak 66 orang. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesediaan yang lain, yaitu Rp. 3.750 sebanyak 33 orang, Rp. 7.500 sebanyak 25 orang dan Rp. 12.500 sebanyak lima orang. Nilai kesediaan membayar pengunjung ini dipengaruhi oleh karakteristik responden sendiri, seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Mereka yang tergolong memiliki pendapatan yang tinggi dan jumlah tanggungan keluarga yang rendah cendurung bersedia membayar lebih dari harga tiket masuk. Faktor pendidikan juga memiliki pengaruh terhadap pola pikir responden dalam mengalokasikan kesediaan membayarnya. Pendapatan dari penerimaan tiket masuk Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu pada tahun 2006 sebesar Rp. 548.490.000,00. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai kesediaan membayar pengunjung, yaitu sebesar Rp. 701.147.640,51. Dengan nilai kesediaan membayar pengunjung yang lebih besar itu, maka dapat disimpulkan bahwa pengunjung memiliki tingkat kepuasan wisata yang besar dan memahami pentingnya kawasan Situ Lengkong Panjalu untuk dijaga kelestariannya.

Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini seluruhnya memiliki kesediaan membayar bagi pengelolaan dan pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Mereka sepenuhnya menyadari betapa pentingnya kawasan ini sebagai sumber pendapatan mereka, apalagi mereka berharap lebih baik ekonominya dari hasil usaha di kawasan ini. Jenis usaha responden masyarakat berbeda-beda, yaitu berdagang, jasa perahu, jasa fotografi, jasa penginapan dan jasa parkir. Kebanyakan masyarakat memiliki usaha berdagang. Semua jenis usaha tersebut mempengaruhi terhadap kesediaan membayarnya, karena setiap jenis usaha memiliki pendapatan yang berbeda-beda. Pendapatan tertinggi dimiliki oleh tukang jasa perahu. Jasa perahu setiap harinya selalu banyak dipakai oleh pengunjung, berbeda dengan jenis usaha lain yang terkadang tidak selalu menghasilkan pendapatan tinggi per harinya. Responden masyarakat memiliki kesediaan membayar yang paling besar senilai Rp.3.750 sebanyak delapan orang atau 50% dari total responden mayarakat.

Sedangkan yang terendah senilai Rp. 12.500 dan Rp. 17.500 sebanyak satu orang atau delapan persen responden. Keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu harus dijaga seutuhnya dan dilestarikan supaya tetap tidak terjadi kerusakan lingkungan. Tidak hanya pemerintah saja, tetapi masyarakat dan pengunjung juga harus memiliki kontribusi yang sangat tinggi dalam upaya pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan nilai total kesediaan membayar responden masyarakat dan pengunjung sebesar Rp. 701.147.640,51 per tahun dan rata-rata nilai kesediaan membayar setiap responden sebesar Rp. 3.193,92.

2. Pendugaan Kesediaan Dibayar Responden Penelitian

Dengan metode kontingensi ini juga, responden pengunjung dan masyarakat menentukan kesediaan untuk dibayar sebagai kompensasi bila tidak diperbolehkan melakukan aktivitas wisata atau tidak diperbolehkan beraktivitas lainnya di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu karena terjadi penurunan kualitas lingkungan di kawasan ini.

Berdasarkan penelitian ini, nilai kesediaan dibayar responden pengunjung dan masyarakat lebih besar dari nilai kesediaan membayarnya, yaitu Rp. 877.092.044,13 dengan rata-rata per responden sebesar Rp. 3.995,37. Nilai kesediaan untuk dibayar ini merupakan nilai yang diharapkan oleh responden apabila tidak diperbolehkan masuk ke kawasan Situ Lengkong Panjalu karena terjadi kerusakan lingkungannya. Jika pengelola harus membayar dengan sejumlah uang tersebut, maka pengelola akan mengalami kerugian dan kekurangan untuk membiayai perbaikan kualitas ekologi kawasan ini. Dengan nilai kesediaan dibayar yang lebih besar tersebut, kawasan Situ Lengkong Panjalu sangat penting sekali bagi kepentingan pengunjung untuk berwisata dan bagi masyarakat untuk mencari nafkah di kawasan ini.

Nilai ekonomi melalui pendekatan nilai kesediaan membayar dan dibayar pengunjung dan masyarakat sangat penting sekali sebagai pertimbangan dalam pengelolaan kawasan yang lebih baik lagi untuk masa yang akan datang. Pengelolaan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah tidak maksimal, karena dalam upaya pengelolaaan dan pelestarian kawaan Situ Lengkong Panjalu ini harus memiliki alokasi dana yang tidak sedikit. Retribusi yang dibayar pengunjung untuk melakukan pengelolaan kawasan berjalan dengan baik. Tiket masuk yang diberlakukan oleh pemerintah daerah sebesar Rp. 2.500 per orangnya. Biaya retribusi yang ditetapkan tersebut apabila dibandingkan dengan keindahan yang dinikmati dan upaya pelstarian

48

keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu yang memiliki sejarah dan budaya yang tinggi masih kurang memadai. Perbaikan lingkungan kawasan Situ Lengkong Panjalu harus dilakukan untuk menjaga kelestariannya. Kegiatan yang harus dilakukan adalah dengan melakukan pengelolaan yang optimal.

Dari seluruh responden pengunjung, sekitar enam persen atau 15 orang respondennya tidak bersedia untuk membayar atau pun bersedian untuk dibayar. Mereka berpendapat apabila kawasan tersebut mengalami penurunan kualitas lingkungan, maka yang harus memperbaikinya adalah pemerintah. Kesediaan untuk dibayar pun mereka tidak mengharapkannya, karena mereka sadar datang ke kawasan ini tidak mengeluarkan atau mendapatkan sejumlah uang. Responden tersebut merupakan pengunjung yang berasal dari daerah Panjalu dan dekat dengan kawasan ini, sehingga untuk masuk ke kawasan wisata tersebut mereka masuk melalui jalur ilegal atau tidak membayar tiket masuk. Pengunjung yang bersedia membayar sebanyak 229 orang atau 94% dari total responden, menginginkan adanya perubahan dalam penataan lingkungan obyek wisata Situ Lengkong Panjalu ke arah yang lebih baik dari kondisi yang mereka lihat saat itu. Responden yang memiliki kesediaan membayar sangat memahami pentingnya keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu. Pendapatan pemerintah dari tiket masuk pengunjung ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu pada tahun 2006 sebesar Rp. 548.490.000. Sedangkan pendapatan dari masyarakat melalui pajak usaha Paguyuban Kawula Muda Cukangpadung Panjalu (PKMC) yang merupakan komunitas pedagang di Desa Panjalu pada tahun 2006 sebesar Rp.39.300.000,00. Sehingga total pendapatan melalui retribusi wisata Situ Lengkong Panjalu pada tahun 2006 sebesar Rp. 587.790.000,00 (Kantor Desa Panjalu,2007). Adanya perbedaan nilai kesediaan membayar yang lebih besar dari pendapatan wisata akan terjadi surplus konsumen. Surplus konsumen ini merupakan selisih nilai total kesediaan membayar responden dengan pendapatan wisata (retribusi wisata).

Surplus Konsumen = (WTP) – (Pendapatan wisata)

= (Rp. 701.147.640,51) – (Rp. 587.790.000,00) = Rp. 113.357.640,51

Dengan adanya surplus konsumen, maka dirasakan sangat penting sekali arti dari keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu. Selain untuk kegiatan wisata alam atau wisata budaya, kawasan tersebut sangat penting fungsi ekologinya sebagai pengatur tata air Situ Lengkong Panjalu yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti penambak/pencari ikan, petani dan penyedia jasa perahu wisata. Pemerintah dapat mempertimbangkan alokasi dana untuk kegiatan penghijauan/pelestarian kawasan dengan menaikkan sedikit lebih tinggi harga tiket masuk dan atau pajak usaha masyarakat di obyek wisata ini. Dana pelestarian tersebut harus benar-benar untuk kegiatan peningkatan kualitas lingkungan kawasan Situ Lengkong Panjalu agar terjaga keutuhannya.

Hasil pendugaan nilai ekonomi ini merupakan hasil perhitungan berdasarkan pada data tahun pelaksanaan penelitian. Hasil kesediaan membayar atau pun kesediaan untuk dibayar responden dapat berubah pada tahun-tahun berikutnya. Salah satu faktor yang berbengaruh, yaitu tingkat ekonomi responden serta tingkat pemahaman responden terhadap fungsi keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu. Tetapi hasil pendugaan ini dapat menjadi pertimbangan dan sebagai bahan acuan bagi pengelolaan kawasan Situ Lengkong Panjalu di masa yang akan datang. Baik bagi pengelola, pengunjung maupun masyarakat sekitar diharapkan dapat lebih tinggi tingkat pengetahuan terhadap lingkungan supaya dapat membantu, sehingga keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu ini tidak terjadi penurunan kualitas lingkungannya.

Penelitian nilai ekonomi wisata kawasan Situ Lengkong Panjalu ini dirasakan belum maksimal. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut lagi mengenai nilai ekonomi wisata di kawasan ini baik menggunakan metode kontingensi maupun dengan menggunakan metode-metode lain yang mendukung terhadap pengelolaan bagi pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa nilai ekonomi kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu dengan menggunakan metode kontingensi melalui pendekatan kesediaan membayar masyarakat di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu, yaitu sebesar Rp. 701.147.640,51 per tahun. Sedangkan melalui pendekatan kesediaan dibayar masyarakat di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu, yaitu sebesar Rp. 877.092.044,13.

6.2 SARAN

Adapun beberapa saran yang dapat dijadikan pedoman bagi pengelolaan dalam upaya pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu, yaitu :

1. Berdasarkan hasil penelitian nilai ekonomi kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu ini, pengelola dapat menaikkan sedikit lebih besar tiket masuk pengunjung dari Rp.2.500,00 menjadi sebesar Rp.3.500,00 yang alokasi dari nilai kenaikan tersebut digunakan untuk keperluan pengelolaan dan pelestariaan kawasan Situ Lengkong Panjalu.

2. Pengelola wisata dapat membuat paket-paket wisata alam ataupun wisata ziarah secara terpadu.

3. Pengelola harus lebih memperhatikan kepentingan lingkungan dengan melakukan penghijauan di sekitar pinggiran situ dan mengatur banyaknya jumlah pengunjung yang dapat masuk ke Nusa Gede.