• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumberdaya Wisata Budaya 1. Komplek Pemakaman Nusa Gede

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

2.3 Nilai Sumberdaya Alam

5.1.2 Sumberdaya Wisata Budaya 1. Komplek Pemakaman Nusa Gede

Komplek Pemakaman Nusa Gede merupakan Komplek Pemakaman khusus keluarga kerajaan. Salah satu makam tersebut adalah Makam Prabu Hariang Kancana. Makam inilah yang menjadi objek utama wisata ziarah. Biasanya pada hari libur pengunjung banyak mendatangi komplek pemakaman ini. Oleh karena itu, pihak kuncen membatasi jumlah kunjungan yang masuk agar suasana di dalam komplek pemakaman ini menjadi baik.

Gambar 10 Komplek Makam Prabu Hariang Kencana.

2. Komplek Pemakaman Hujung Winangun

Komplek Pemakaman Hujung Winangun terletak di bagian Barat Situ Lengkong Panjalu. Awalnya Komplek Pemakaman ini diperuntukan bagi kalangan Abdi Keraton Kerajaan Panjalu. Di dalamnya tedapat beberapa makam keramat. Salah satunya merupakan Makam Patih kerajaan Panjalu. Para peziarah biasanya datang pada malam Kamis Kliwon.

Gambar 11 Komplek Pemakamam Hujung Winangun.

Saat ini Komplek Pemakaman Hujung Winangun telah berubah menjadi komplek pemakaman umum. Pemakaman ini tidak dikhususkan bagi keturunan Abdi Kerajaan Panjalu. Biasanya orang yang dimakamkan di Komplek Pemakaman Pemakaman Hujung Winangun ini merupakan penduduk asli Panjalu atau orang yang masih keturunan Panjalu.

3. Upacara Adat Nyangku

Nyangku memiliki arti nyaangan laku (menerangi perilaku) Nyangku berasal dari bahasa Arab, yanko, yang artinya membersihkan. Di Desa Panjalu Nyangku berarti membersihkan benda-benda pusaka peninggalan para leluhur. Dalam arti yang lebih luas upacara ini bermakna pembersihan diri manusia. Sesungguhnya manusia terlahir dalam keadaan bersih, sehingga harus kembali dalam keadaan bersih pula. Air yang digunakan untuk mencuci pusaka diambil dari sembilan mata air, seluruhnya terletak di sekeliling Desa Panjalu. Kesembilan mata air ini konon tidak pernah kering, walau musim kemarau sekalipun. Hanya kuncen atau juru kunci dan sesepuh desa yang berhak mengambil air dari sumur ini.

Upacara dipusatkan di Bumi Alit, tempat dimana pusaka Prabu Borosngora disimpan. Bumi Alit merupakan bangunan sakral berbentuk bujur sangkar, simbol Ka'bah. Pusaka yang disimpan di dalamnya tak dapat dijamah oleh siapapun, kecuali kuncen dan kerabat keturunan Prabu Borosngora. Warga yang ingin berdoa hanya dapat duduk di luar Bumi Alit. Menjelang puncak upacara Nyangku, kuncen menyiapkan segala kebutuhan untuk mencuci pusaka. Mulai dari jeruk nipis guna menghilangkan karat, arang untuk mengeringkan setelah dicuci, hingga daun kelapa untuk membungkus kembali pusaka, dan kemenyan.

Tidak semua dari ratusan pusaka milik Panjalu, dibawa ke upacara Nyangku. Hanya pusaka pokok, yaitu pedang, stok komando, kujang dan gong kecil milik Prabu

34

Borosngora, dan beberapa keris lainnya yang ikut dalam prosesi. Selama prosesi, suara musik gembyungan khas Panjalu, dimainkan empat belas pria berbusana serba ungu. Inti upacara Nyangku dimulai setelah rombongan kembali dari Nusa Gede.

Pembersihan pusaka dimulai dengan menggosokkan jeruk nipis, untuk menghilangkan karat. Barulah kemudian disiram air suci. Dari balai desa, pusaka kembali diarak menuju Bumi Alit. Seluruh ritual merupakan gambaran proses kehidupan manusia. Mulai dari pusaka dikeluarkan dari Bumi Alit, yang melambangkan kelahiran bayi dari rahim ibunya. Proses arak-arakan perlambang kehidupan itu sendiri, hingga dikembalikannya pusaka ke dalam Bumi Alit yang mengandung arti kembalinya manusia ke dalam liang lahat.

Gambar 12 Iring-iringan Upacara Adat Nyangku.

4. Bumi Alit

Bumi alit merupakan suatu bangunan tempat penyimpanan benda-benda pusaka kerajaan sewaktu kerajaan Panjalu berdiri sampai sekarang. Letak Bumi Alit tidak juh dari Situ Lengkong tempatnya terletak di terminal Panjalu. Bumi Alit adalah suatu bangunan kecil yang ditempatkan pada suatu tempat yang diberi nama Pasucian, nama pasucian diberikan oleh pendirinya yaitu seorang Raja Panjalu yang bernama Prabu Sanghyang Boros Ngora atau Syeh Haji Dul Iman yang meruapakan raja Panjalu, yang memeluk agama Islam pertama.

Bumi Alit atau Pasucian pada awalnya terletak di Buni Sakti, kemudian dipindahkan ke Desa Panjalu oleh Prabu Sanghyang Boros Ngora bersama benda-benda kerajaan Panjalu. Bentuk Bumi Alit yang lama masih berbentuk tradisional tempatnya masih berupa tanaman lumut yang dibatasi oleh batu-batu besar, sedangkan di sekelilingnya dipagari oleh tanaman Waregu. Bumi Alit terbuat dari kayu, bambu dan ijuk. Bagian bawahnya bertiang tinggi, badan bangunan berdinding bilik sedangkan atapnya dari suhunan ijuk berbentuk pelana. Ujung bungbung menciut

berujung runcing dan tutup bungbung ditutup dengan papan kayu berukir. Pada sisi bagian barat terdapat pintu kecil yang depannya terdapat tangga kayu yang terbuat dari balok kayu tebal.

Bumi Alit yang sekarang ini adalah hasil pamugaran pada tahun 1955 yang dilaksanakan oleh warga Panjalu dan sesepuh Panjalu yang bernama R. H. Sewaka (Alm.), sedangkan bentuk bangunan museum Bumi Alit yang sekarang ini adalah campuran bentuk modern dengan bentuk mesjid zaman dulu yang beratapkan susun tiga. Pintu masuk ke museum Bumi Alit terdapat patung ular bermahkota dan di pintu gerbang atau gapura terdapat patung kepala gajah.

Gambar 13 Gerbang Bumi Alit.

5. Benda Pusaka Panjalu

Beberapa benda pusaka dan peninggalan yang tersimpan di musium Bumi Alit diantaranya adalah :

1. Pedang sebagai senjata yang digunakan untuk pembela diri dalam rangka menyebarluaskan agama Islam.

2. Cis sebagai senjata yang digunakan untuk pembela diri dalam rangka menyebarluaskan ajaran agama Islam.

3. Keris Komando, bekas senjata yang digunakan oleh Raja Panjalu sebagai alat komando.

4. Kerispegangan para Bupati Panjalu.

5. Pancaworodigunakan sebagai senjata perang zaman dahulu. 6. Bangrengdigunakan sebagai senjata perang pada zaman dahulu.

36

Gambar 14 Benda Pusaka Panjalu.

5.1.3 Pengelolaan Kawasan Situ Lengkong Panjalu

Cagar Alam Panjalu yang terdapat di tengah Situ Lengkong Panjalu memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi bagi masyarakat Panjalu khususnya. Akan tetapi, nilai ekologinya pun sangat penting bagi kelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Dengan menjaga keutuhan dan kelestarian ekologi Cagar Alam Panjalu sekaligus menjaga keutuhan nilai sejarah Panjalu. Dalam upaya pelestarian Cagar Alam Panjalu ini, BKSDA Jabar II memberikan tanggung jawab kepada pemerintah Desa Panjalu, dalam hal ini diserahkan kepada Yayasan Boros Ngora Panjalu dan BKSDA Jabar II Ciamis tetap melakukan pengawasan setiap bulannya. Pengunjung wisata Situ Lengkong Panjalu didominasi oleh kaum peziarah, dengan maksud kunjungan untuk berziarah ke Makam Prabu Hariang Kancana yang diyakini sebagai penyebar agama Islam di Panjalu. Hal ini menjadikan Situ Lengkong Panjalu memiliki potensi wisata yang besar. Namun, dirasakan perlu adanya penambahan ragam aktivitas wisata selain aktivitas wisata ziarah, seperti wisata alam dan budaya.

Pengunjung wisata cenderung lebih terkonsentrasi di satu objek saja, yaitu Nusa Gede dan Makam Prabu Hariang Kancana. Hal ini kurang sesuai dengan konsep daya dukung dan kelestarian kawasan. Konsentrasi Pengunjung yang melebihi daya dukung pada satu objek dapat mempercepat kerusakan obyek tersebut. Oleh karena itu, Yayasan Boros Ngora Panjalu sebagai penerus dan pelestari sejarah leluhur Panjalu ikut bertanggung jawab dalam pengangkatan juru kunci Nusa Gede atau di wilayah Kerantenan Gunung Sawal Panjalu. Yayasan Boros Ngora Panjalu memberikan tanggung jawab kepada juru kunci Nusa Gede untuk mengelola wilayah Cagar Alam Panjalu sekaligus melakukan upaya pelestarian kawasan tersebut untuk menghindari gangguan ekologinya, seperti mengatur kunjungan peziarah-peziarah yang datang ke Nusa Gede dan menanam pohon di kawasan Cagar Alam Panjalu. Kegiatan pelestarian yang telah dilakukan oleh BKSDA Jabar II Ciamis maupun dari pemerintah Desa Panjalu adalah penanaman pohon di pinggiran Situ Lengkong Panjalu, membuat papan pelestarian, menjaga kebersihan kawasan dari sampah

pengunjung dan menanam ikan di danau/situ. Kawasan Cagar Alam Panjalu beserta seluruh wilayah Situ Lengkong Panjalu sangat disakralkan, seperti terdapatnya makam Raja Panjalu di Nusa Gede. Masyarakat di sana pun ikut berpartisipasi menjaga keutuhan kawasan ini dengan memberikan peringatan kepada pengunjung agar tidak melakukan kerusakan di wilayah. Hal ini disakralkan karena bagian dari upaya pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Terdapat pesan atau wangsit yang sangat disakralkan di Desa Panjalu, yaitu Wangsit Prabu Sanghyang Boros Ngora (Suhendar, 2007). Pesan ini sebagai salah satu aturan hidup di wilayah Panjalu yang sekaligus sebagai upaya pelestarian kawasan Panjalu.

Wangsit Prabu Sanghyang Boros Ngora Gunung teu beunang dilebur Gunung tidak boleh digunduli Lebak teu beunang dirusak Lembah tidak boleh dirusak Larangan teu beunang dirempak Larangan tidak boleh dilanggar Buyut teu beunang dirubah Aturan tidak boleh dirubah Layar teu beunang dipotong Layar tidak boleh dipotong Pondok teu beunang disambung Pendek tidak boleh disambung Nyaur kudu diukur Bertutur kata harus diukur Nyablama kudu diungang Berkata harus yang benar Ulah ngomong sagete-gete Jangan berbicara seenaknya Ulah lemek sadaek-daek Jangan berbicara semaunya Ulah maling papayungan Jangan mencuri perlindungan Ulah zinah papayangan Jangan berzina ketika berpacaran Kudu ngadek sacekna nilas saplasna Harus memotong sewajarnya

Mipit kudu amit ngala kudu menta Menepas sebaiknya memetik harus meminta Ngeduk cikur kudu mihatur Menggali kencur harus berterima kasih Nyokel jahe kudu micarek Menggali jahe harus minta ijin

Ngagedak kudu bewara Memotong harus dengan pernyataan Weduk teu kalawan diajug Sakti bukan dengan kesakitan Bedas teu kalawan dimomotan Kuat bukan berarti diberi jimat Nu lain kudu dilainkeun Yang lain harus dilainkan Nu ulah kudu diulahkeun Yang bukan harus dibukankan Nu enya kudu dienyakeun Yang benar harus dibenarkan Ulah cueut kana beureum Tidak boleh tertarik kepada yang merah Ulah panteng kanu koneng Tidak boleh tertarik kepada yang kuning Karana lamun dirempak Karena kalau dilanggar

Matak burung jadi ratu Berakibat gila menjadi ratu Matak edan jadi menak Berakibat gila menjadi pejabat Matak pupul pangaweruh Berakibat hilang pengetahuan Matak hambar komara Berakibat jatuh nama baik

Matak teu mahi juritna Berakibat kalah dalam pertempuran

Matak teu jaya perangna Berakibat tidak berjaya dalam peperangan Matak sangar ka nagara Berakibat kerugian kepada negara

38

5.2 Nilai Ekonomi Wisata

5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian

1. Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu

Karakteristik responden pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu sangat bervariasi dengan variabel-variabel karakteristik pengunjung, yaitu tingkat pendidikan, status menikah, asal daerah, pekerjaan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga.

Pada umumnya, pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin matang dalam memutuskan sesuatu masalah. Dari hasil penelitian ini, responden/pengunjung yang berwisata ke Situ Lengkong Panjalu sudah berpendidikan. Jumlah responden terbanyak, yaitu pada tingkat pendidikan SLTA sebanyak 86% responden. Mereka sudah mempunyai pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan obyek wisata. Kegiatan wisata yang dilakukan sudah menjadi suatu kebutuhan hidup bagi mereka, sehingga mereka merasa perlu adanya tempat wisata yang dapat mereka nikmati seperti obyek wisata Situ Lengkong Panjalu ini. Mereka setuju apabila obyek wisata Situ Lengkong Panjalu dikembangkan serta dilakukan pengelolaan yang lebih baik ke depannya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sangat membutuhkan obyek wisata ini sebagai tempat untuk mengisi waktu luang ataupun kegiatan berziarah.

Dari hasil pengisian kuesioner, pengunjung kebanyakan memiliki status sudah menikah sebanyak 64%. Pengunjung ini kebanyakan orang yang sudah dewasa. Sedangkan pengunjung dengan status belum menikah sebanyak 36%. Pengunjung tersebut kebanyakan siswa sekolah dan mahasiswa yang berkunjung ke Situ Lengkong Panjalu.

Pengunjung yang datang ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu kebanyakan berasal dari daerah Priangan Timur sebanyak 39 % yang terdiri dari daerah Ciamis Kota Ciamis,Tasikmalaya, Kuningan dan Majalengka. Untuk Ciamis bagian Utara sebanyak 30% yang terdiri dari daerah Kecamatan Panjalu, Panumbangan dan Cihaurbeuti. Sedangkan daerah asal pengunjung yang paling sedikit dari luar Pulau Jawa sebanyak satu persen. Terdapat pula sebanyak 22% pengunjung yang datang berasal dari luar Priangan Timur, seperti dari Cianjur, Depok, Bogor dan Tangerang serta sebanyak delapan persen dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jenis pekerjaan pengunjung yang datang ke lokasi ini cukup bervariasi. Kebanyakan

pengunjung yang datang memiliki pekerjaan menjadi wiraswasta sebanyak 77% dan paling sedikit sebanyak dua persen sebagai mahasiswa dan Pegawai Negeri Sipil. Meskipun jenis pekerjaan tiap responden bervariasi, tetapi mereka datang dengan tujuan untuk mengisi waktu luang dengan berekreasi ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu.

Tingkat pendapatan responden diduga mempengaruhi tingkat kesediaaan membayar bagi pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Oleh karena itu, tingkat pendapatan merupakan hal yang sangat penting dalam karakteristik sosial ekonomi responden. Tingkat pendapatan responden sangat mempengaruhi untuk melakukan kegiatan wisata serta mau membayar untuk kegiatan tersebut. Berdasarkan tingkat pendapatan responden, menunjukkan bahwa yang mengunjungi Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu bukan hanya orang-orang yang mempunyai pendapatan tinggi saja, akan tetapi semua lapisan masayarakat memiliki keinginan untuk menikmati obyek wisata ini. Jumlah responden terbanyak pada tingkat pendapatan antara > Rp.1.000.000 - ” Rp. 1.500.000 sebanyak 53% responden.

Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi alokasi pendapatan responden untuk biaya kegiatan wisata. Sebagian besar responden obyek wisata Situ Lengkong Panjalu mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang kecil, yaitu satu sampai dua orang. Jumlah tanggungan keluarga tentu saja akan mempengaruhi terhadap alokasi pendapatan untuk kegiatan wisata. Semakin banyak tanggungan keluarga, semakin besar tingkat pengeluaran untuk wisata. Pada umumnya, apabila jumlah tanggungan keluarganya kecil, maka pola hidup akan lebih diatur, sehingga mereka mempunyai waktu-waktu khusus untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat obyek wisata.

Adapun motivasi pengunjung datang ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu sangat bervariasi juga. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu memiliki alasan kunjungan yang berbeda. Sebanyak 54% responden pengunjung memiliki alasan untuk mengisi waktu luang saja. Waktu luang ini merupakan hari libur sekolah maupun waktu luang setelah bekerja. Sedangkan sebanyak 46% responden pengunjung memiliki alasan berkunjung yang memang sengaja untuk melakukan ziarah ke Nusa Gede Panjalu. Biasanya pengunjung ini sudah memiliki agenda tiap tahunnya untuk berziarah.

Kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu sangat menarik untuk dikunjungi. Hal tersebut terbukti dengan kedatangan pengunjung yang selalu ada di kawasan ini. Sebanyak 46% responden pengunjung memilih kawasan ini sebagai tempat untuk

40

berziarah dan sebanyak 45% responden pengunjung memilih kawasan ini untuk dikunjungi karena ramai oleh pengunjungnya. Sedangkan sebagian kecil responden pengunjung memilih kawasan ini karena keindahan alamnya yang bagus, yaitu sebanyak sembilan persen. Sebagian besar reponden pengunjung mendapatkan informasi kawasan Situ Lengkong Panjalu dari teman/keluarga mereka sendiri sebanyak 84%. Dan sebagian kecil memperolehnya dari media elektronik, yaitu radio. Penyebarluasan informasi secara langsung melalui teman/keluarga ternyata lebih efektif. Akan tetapi sebaiknya pihak pengelola harus lebih banyak juga menyebarkan informasi mengenai kawasan ini melalui media elektronik, seperti televisi dan internet.

Pada umumnya, jika seseorang semakin tinggi frekuensinya datang ke obyek wisata, maka orang tersebut sangat memahami dan mengenal Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu. Sekitar 71% responden baru pertama kali mengunjungi obyek wisata Situ Lengkong Panjalu. Biasanya mereka berkunjung pada hari libur dan bagi pengunjung yang berziarah pada umumnya datang pada bulan-bulan tertentu yang disakralkan oleh umat muslim. Obyek wisata ini merupakan tujuan utama mereka berkunjung. Sedangkan sekitar tiga persen responden telah empat kali dan bahkan lebih dari empat kali berkunjung ke obyek wisata Situ Lengkong Panjalu.

Sebanyak 89% responden pengunjung melakukan aktivitas wisata di kawasan Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu kurang lebih selama tiga jam dan paling sedikit pengunjung memiliki waktu lebih dari empat jam waktu berkunjungnya sebanyak satu persen. Lamanya kunjungan biasanya tergantung aktivitas yang dilakukan. Misalnya untuk kegiatan memancing pasti akan memerlukan waktu lebih dari tiga jam untuk mendapatkan hasil yang cukup bagus.

Bagi responden/pengunjung yang datang tidak terlalu jauh dari lokasi wisata dengan tujuan untuk mengisi waktu luang pada umumnya berekreasi antara selama tiga sampai lebih dari empat jam. Mereka bisa lebih lama menikmati wisata dibandingkan dengan pengunjung yang datang dari luar daerah Ciamis dengan tujuan selain berwisata juga untuk berziarah ke Nusa Gede rata-rata selama tiga jam lamanya. Keadaan/kondisi kawasan suatu obyek wisata akan mempengaruhi aktivitas pengunjung, seperti di obyek wisata Situ Lengkong Panjalu ada beberapa aktivitas yang pada umumnya dilakukan oleh pengunjung pada saat berwisata ke tempat ini. Aktivitas ini merupakan tujuan mereka datang ke obyek wisata ini, yaitu mengelilingi situ dengan perahu, jalan-jalan di pinggiran situ, berziarah ke Nusa Gede,

berfoto-foto, memancing, belanja souvenir dan makan bersama. Responden pada umumnya beraktivitas wisata di lokasi wisata ini lebih dari satu aktivitas, yaitu :

a. Mengelilingi situ dengan perahu, jalan-jalan di pinggiran situ, belanja souvenir dan berziarah ke Nusa Gede.

b. Mengelilingi situ dengan perahu, jalan-jalan di pinggiran situ dan makan bersama. c. Mengelilingi situ dengan perahu, jalan-jalan di pinggiran situ, berziarah ke Nusa

Gede, belanja souvenir dan berfoto-foto.

d. Mengelilingi situ dengan perahu dan berziarah ke Nusa Gede.

e. Mengelilingi situ dengan perahu, berziarah ke Nusa Gede, belanja souvenir dan berfoto-foto.

f. Mengelilingi situ dengan perahu dan makan bersama. g. Jalan-jalan di pinggiran situ dan memancing

Gambar 15 Aktivitas berperahu.

Gambar 16 Aktivitas berziarah. Gambar 17 Aktivitas belanja souvenir.

Sebagian besar responden beraktivitas mengelilingi situ dengan perahu sebanyak 28% dari total responden, kemudian singgah di Nusa Gede dan melakukan ziarah di sana. Setelah itu mereka berfoto-foto. Kebanyakan yang beraktivitas seperti ini, yaitu responden yang sengaja datang untuk berziarah. Dan sebagian kecil sebanyak satu persen responden beraktivitas jalan-jalan di pinggiran situ dan makan bersama. Sebagian peziarah mengisi waktu luangnya ini untuk berziarah ke Nusa

42

Gede Panjalu dan sebagian pengunjung wisata tidak hanya untuk berziarah, mereka menikmati suasana alam kawasan ini. Oleh karena itu, 100% responden pengunjung menyatakan tujuan kunjungan ke kawasan Situ Lengkong Panjalu ini sebagai tujuan kunjungan yang utama.

Persepsi responden pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu, meliputi : persepsi tentang keindahan alam, kondisi lingkungan, aksesibilitas, fasilitas dan kondisi keamanan. Keindahan kawasan Situ Lengkong Panjalu merupakan salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini. Ditambah lagi, kawasan ini merupakan salah satu tempat ziarah umat muslim. Sehingga selain bagus pemandangan kawasannya, juga ramai dikunjungi pengunjung terutama pada hari libur dan pada bulan-bulan yang dianggap suci oleh umat muslim. Pengunjung yang menjadi responden datang ke kawasan Situ Lengkong Panjalu pada umumnya menganggap keindahan alamnya indah sebanyak 86% dan 14% dari total responden pengunjng berpersepsi cukup indah.. Kawasan ini memiliki danau/situ yang di tengahnya terdapat pulau/nusa. Selain itu, di kawasan ini terdapat jasa perahu yang dapat digunakan bagi pengunjung untuk mengitari sekitar situ sambil melihat pemandangan alam serta satwa liar, yaitu jenis kalong yang banyak terdapat di kawasan ini.

Kondisi lingkungan kawasan wisata sangat mempengaruhi orang untuk berkunjung. Hal ini disebabkan pengunjung menginginkan sesuatu yang indah dipandang dan nyaman di tempat obyek wisata. Pengunjung harus merasakan ada sesuatu yang indah di dalamnya. Walaupun demikian, seseorang akan menilai baik atau buruknya lingkungan sangat tergantung pada cara pandang mereka masing-masing. Berdasarkan persepsi responden, sebagian besar responden menyatakan kondisi lingkungan obyek wisata Situ Lengkong Panjalu baik sebanyak 91% dan sebagian kecil responden menyatakan cukup baik sebanyak sembilan persen dari total responden pengunjung. Responden dapat menilai keadaan sekeliling kawasan. Tempat responden saat mengisi kuisioner sangat mempengaruhi penilaian mereka, karena mereka akan melihat kondisi di sekeliling tempat dia berada saat itu. Dan responden yang sudah berkeliling di sekitar kawasan ini tentu akan lebih mengetahui kondisi lingkungan di Situ Lengkong Panjalu ini.

Untuk mencapai suatu lokasi obyek wisata, aksesibilitas menuju kawasan sangat penting sebagai pertimbangan seseorang untuk mengunjungi tempat tersebut. Sarana jalan menuju kawasan serta transportasi untuk mencapai lokasi wisata menjadi

hal penting. Sebagian besar responden menyatakan aksesibilitas/transportasi untuk mencapai obyek wisata Situ Lengkong Panjalu mudah dijangkau sebanyak 92%, karena jalan bisa dilalui oleh kendaraan roda dua sampai roda enam seperti bus. Akan tetapi jalan menuju kawasan ini sedikit berlubang yang ditambah sarana angkutan umum menuju kawasan ini kurang banyak, sehingga sebagian kecil responden menyatakan aksesibilitas ke kawasan ini cukup mudah sebanyak delapan persen dari total responden pengunjung. Transportasi yang digunakan oleh pangunjung sangat berpengaruh pada pendapatan, mereka yang mempunyai pendapatan tinggi cenderung