• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ekonomi Fungsi Produksi PDAM Tirtauli

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.4 Analisis Ekonomi Fungsi Produksi PDAM Tirtauli

Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan tingginya jumlah kebutuhan air bersih. PDAM Tirtauli sebagai salah satu penyedia air bersih di Kota Pematangsiantar dituntut untuk dapat melayani pelanggan air bersih yang meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pengembangan infrastruktur di Kota Pematangsiantar. Proses yang higienis dan efisien dibutuhkan dalam penyediaan air bersih untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat dan faktor pendorong kehidupan ekonomi.

Disamping adanya keterbatasan dana, PDAM juga dihadapkan pada masalah efisiensi sehingga belum dapat melayani masyarakat secara optimal. Peluang penyediaan air di masa yang akan datang semakin besar namun tantangannya juga semakin berat. Keadaan dan sifat kualitas air membatasi pemanfaatan sumber daya air walaupun ketersediaan air permukaan dari waktu kewaktu relatif tetap. Konsumen air PDAM saat ini tidak hanya menuntut kuantitas air yang dihasilkan tetapi juga dari segi kualitas.

Model produksi air PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar dibangun oleh beberapa variabel yaitu air baku (m3), tingkat kekeruhan air baku (nephelometric

turbidity unit/NTU), jumlah pegawai (Orang), dan jumlah pelanggan (unit) dengan menggunakan taraf nyata 5 persen. Model produksi air yang merupakan model regresi berganda yaitu

PA=β0 + β1AB + β2TKA +β4JP + β5JPE + εi………..……..(9) Pengujian hipotesis regresi berganda dari hasil SPSS dapat dilakukan dengan melihat korelasi yang diperoleh. Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat korelasi yang tinggi antara variabel dan menyebabkan pelanggaran asumsi kenormalan. Untuk mengatasi pelanggaran asumsi maka dilakukan transformasi model persamaan (9) menjadi persamaan (10):

lnPA= β0+ β1lnAB + β2lnJP + β3lnJPE +β4TKA + εi……….……… (10) Keterangan :

lnPA = Produksi Air dalam logaritma natural (m3)

lnAB = Pemakaian Air baku dalam logaritma natural (m3) lnJP = Jumlah Pegawai dalam logaritma natural (Orang) lnJPE = Jumlah Pelanggan dalam logaritma natural (unit)

lnTKA = Tingkat kekeruhan air baku dalam logaritma natural (NTU)

Hasil analisis fungsi produksi air PDAM Tirtauli dapat dilihat pada Tabel 28 berikut.

Tabel 28. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi produksi Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

Konstanta 8.043 5.053 1.592 .125 lnAir Baku (m3) 1.880*** .201 1.191 9.334 .000 .456 2.192 lnTKA (NTU) .140** .077 .207 1.813 .083 .571 1.751 lnJP (Orang) 1.643*** .261 .834 6.300 .000 .424 2.357 lnJPE (Orang) -.788** .387 -.231 -2.036 .053 .576 1.737 R-squared .829 Durbin-Watson 2.114

Adjusted R-squared .799 F-Statistic 27.903

Kolmogorov-Smirnov Z .814 Prob(F-Statistic) .000a

Asymp.Sig.(2-tailed) .522 Uji Glejser .865

Keterangan :

*** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 1% ** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 10% Sumber: Hasil Analisis Data (2014)

Berdasarkan hasil regresi, model yang dihasilkan dalam penelitian ini baik. Nilai Adjusted R-square sebesar 79,90 persen. Artinya melalui model yang

dibangun variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 79,90 persen sedangkan sisanya 20,10 persen diterangkan oleh variabel independen lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil uji F diperoleh nilai F- hitung sebesar 27.903 dengan nilai probability 0,000 < alpha 5 persen menunjukkan variabel-variabel independen dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden.

Model regresi linear berganda harus bersifat BLUE (Best Linear Unbias Estimator). Beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar bersifat BLUE adalah tidak terjadi multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas, serta asumsi normalitas (uji ekonometrika data disajikan pada Lampiran 9). Hasil masing-masing uji tersebut adalah:

1. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dalam model dapat dilihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF). Hasil regresi pada Tabel 28 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki nilai VIF < 10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi pelanggaran multikolinearitas pada model.

2. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dalam model dapat dilakukan dengan Uji Durbin Watson (DW). Nilai DW yang didapatkan adalah sebesar 2,11. Menurut Walpole (1982) apabila nilai statistik DW berada pada selang 1,55 sampai 2,46 maka tidak terjadi autokorelasi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dalam model dilakukan dengan Uji Glejser (G) yang dapat dilihat bahwa p-value yang dihasilkan adalah sebesar 0,558 > 0,05 yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Z. Pada Tabel 28 menunjukkan p-value yang dihasilkan sebesar 0,865 > alpha 5 persen yang artinya asumsi residual menyebar normal terpenuhi.

Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah:

lnProduksi = 8,043 + 1,880 lnAir Baku + 0,140 lnTingkat Kekeruhan Air + 1,643 lnJumlah Pegawai – 0,788 lnJumlah Pelanggan

Interpretasi yang didapatkan untuk variabel menggunakan logaritma natural. Sehingga apabila ln setiap variabel meningkat maka produksi air akan berubah sebesar parameter parameternya. Hal ini juga dapat berarti apabila rata-rata ln setiap variabel meningkat sebesar 1 persen maka akan merubah besarnya produksi air sebesar parameter dikalikan dengan 1/100. Interpretasi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dari model di atas adalah sebagai berikut: a. Air baku

Variabel air baku (X1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0 yang lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,1, artinya variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf alpha 0,1. Variabel air baku memiliki koefisien yang bertanda positif (+) sebesar 1,880, artinya setiap kenaikan jumlah air baku sebesar 1 m3 maka akan meningkatkan produksi air sebesar 1,880/100 yakni 0,0188 m3. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena air baku cenderung mempengaruhi jumlah produksi air sebagai bahan baku produksi. b. Tingkat Kekeruhan Air

Variabel tingkat kekeruhan air (X2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,083 yang lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,1, artinya variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf alpha 0,1. Variabel tingkat kekeruhan air memiliki koefisien yang bertanda positif (+) sebesar 0,140, artinya setiap kenaikan jumlah air baku sebesar 1 m3 maka akan meningkatkan produksi air sebesar 0,140/100 yakni 0,0014 m3. Hal ini disebabkan tingkat kekeruhan akan mempengaruhi kualitas air.

c. Jumlah Pegawai

Variabel jumlah pegawai(X3) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0 yang lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,1, artinya variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf alpha 0,1. Variabel jumlah pegawai memiliki koefisien yang bertanda positif (+) sebesar 0,1643, artinya setiap jumlah pegawai sebanyak 1 orang maka akan meningkatkan produksi air sebesar 1,643/100 yakni 0,01643 m3. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena banyaknya pegawai akan mendukung kinerja dalam produksi air.

d. Jumlah Pelanggan

Variabel jumlah pelanggan (X3) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,053 yang lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,1, artinya variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi pada taraf alpha 0,1. Variabel jumlah pegawai memiliki koefisien yang bertanda negatif (-) sebesar 0,788, artinya setiap kenaikan jumlah pelanggan sebesar 1 pelanggan maka akan menurunkan produksi air sebesar 0,788 m3. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis, karena terbatasnya daya dukung prasarana dan sarana perusahaan berupa sumber air seperti mata air maupun sumur resapan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Dengan demikian, perusahaan seyogyanya menambah sumber air dan mengelola lingkungan hulu agar persediaan air memenuhi peningkatan permintaan pelanggan.

6.5 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air PDAM Tirtauli