• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air Di Pdam Tirtauli Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air Di Pdam Tirtauli Kota Pematangsiantar"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

DI PDAM TIRTAULI KOTA PEMATANGSIANTAR

TRY PERMATA SARI SIAGIAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air di PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar” adalah benar karya penulis dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Try Permata Sari Siagian

(4)

ABSTRAK

Try Permata Sari Siagian. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air di PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan RIZAL BAHTIAR.

Air adalah sumber kehidupan bagi manusia dan semua mahluk hidup. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya air terpadu mempunyai peran yang sangat penting guna meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih bagi masyarakat. PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar merupakan salah satu pengelola air bersih untuk pelanggan air minum. Dalam peningkatan pelayanan, PDAM harus bekerja lebih efektif dan efisien sehingga dapat menjangkau pelayanan yang lebih luas. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji karakteristik pelanggan PDAM Tirtauli di Kelurahan Martoba dan Kelurahan Melayu, mengevaluasi penetapan tarif dasar air bersih PDAM Tirtauli melalui mekanisme Full Cost Recovery, mengestimasi nilai WTP pelanggan Kelurahan Martoba dan Kelurahan Melayu terhadap pelayanan akses air bersih, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih PDAM Tirtauli. Hasil penelitian karakteristik konsumen rumahtangga di Kelurahan Melayu dan Kelurahan Martoba adalah tingkat penghasilan masyarakat adalah Rp 300.000 - Rp 7.300.000 per bulan, jumlah kebutuhan air 10-40 m³/bulan/KK, dan jumlah pengguna air adalah 2-5 orang/KK. Tarif dasar air yang diperoleh berdasarkan mekanisme full cost recovery sebesar Rp 2.945,11/m3 untuk penggunaan konsumen rumahtangga-2 blok-2. Rata-rata nilai WTP rumahtangga-1 adalah Rp 632,5 per m³, rumahtangga-2 sebesar Rp 1.030 per m³, rumahtangga-3 sebesar Rp 2.205 per m³, rumahtangga-4 sebesar Rp 2.565 per m³, rumahtangga-5 sebesar Rp 3.925 tangga per m³. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah umur, jumlah pengguna air, penghasilan, dummy siram tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi produksi adalah air baku, jumlah pegawai, jumlah pelanggan dan tingkat kekeruhan air.

(5)

ABSTRACT

TRY PERMATA SARI SIAGIAN. Economic Analysis Of Water Resources Management in PDAM Tirtauli in Pematangsiantar City. Supervised by

TRIDOYO KUSUMASTANTO and RIZAL BAHTIAR.

Water is a natural resources which useful as a life source for human and all living things. The integrated water resources management has important role to improve water supply services, especially in distributing the water for the household. The aims of this research were to examine the characteristics of PDAM Tirtauli customer in Martoba sub-District and Melayu sub-District, to evaluate the basic tariff of water of PDAM Tirtauli clean water using Full Cost Recovery Pricing, to estimate the WTP value of customer in Melayu sub-District and Martoba sub-District in accessing the clean water services, and to examine the factors that affected the level of PDAM Tirtauli clean water production. The results of this research showed that characteristic of consumer household in the Melayu sub-District and Martoba sub-District are income ranging from Rp 300.000 to Rp 7,3 million per month, the total of water requirement is around 10-40m³ per month per household, and the number of water consumers is 2-5 people/household. Based on full cost recovery mechanism, the water basic tariff is Rp 2.945,11 per m3 for the household consumer-2 block-2. The average of WTP value for the household-1 is Rp 632,5 per m³, the household-2 is Rp 1.030 per m³, the household-3 is Rp 2.205 per m³, the household-4 is Rp 2.565 per m³, and the household-5 is Rp 3.925 per m³. The factors affect significant of WTP are

household income, number of water consumers, and dummy of watering plants. The factors affected the water production function are the water input, the number of employees, the number of customers and water turbidity level.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

TRY PERMATA SARI SIAGIAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan hikmat, kasih dan sukacita sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian adalah pengelolaan sumberdaya air, dengan judul Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air di PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orangtua tercinta, Papa Parlindungan Siagian (Almarhum) dan Mama Retty Saragi, Abang Rewildo Renhard Manakkas Siagian, Kakak Remona Auwinta Siagian dan Adik Harina Octa Iyus Siagian. Terima kasih atas segala kasih sayang, dukungan yang tiada hentinya, doa, saran, serta ketersediaannya menerima segala keluh kesah penulis selama penulisan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan, perhatian dan pelajaran hidup yang diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan sampai penulis berhasil menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Rizal Bahtiar, SPi, MSi sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, perhatian kepada penulis sampai penulis berhasil menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Ibu Arini Hardjanto, SE, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

5. PDAM Tirtauli Pematangsiantar, Bapak Budiman Tanjung selaku Staf Bagian Litbang atas bantuannya dalam proses pengambilan data.

6. Keluarga Besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB para Dosen beserta Staf ESL atas segala dukungan dan bantuan selama masa studi.

(10)

8. Kakak Christabel Sutamba atas doa, perhatian, dukungan serta saran selama penulis kuliah dan penyelesaian skripsi.

9. Keluarga Besar Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (UKM PMK IPB) khususnya komisi diaspora atas doa, semangat, kebersamaan untuk saling bertumbuh. Hosanna in highest.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam rangka pengelolaan sumberdaya air yang lestari.

Bogor, Februari 2015

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Karakteristik Sumberdaya Air ... 7

2.2 Konsep Ekonomi Sumberdaya Air ... 8

2.3 Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air ... 9

2.4 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum ... 9

2.5 Penetapan Tarif Air PDAM Berdasarkan Pemulihan Biaya Penuh ... 10

2.5.1 Penetapan Harga Ramsey ... 10

2.5.2 Penetapan Dua Tarif "Coase" ... 11

2.5.3 Penetapan Penurunan dan Peningkatan Tarif Blok ... 11

2.6 Contingent Valuation Method (CVM) ... 12

2.7 Permintaan dan Penawaran Air Bersih ... 15

2.7.1 Fungsi Permintaan ... 15

2.7.2 Fungsi Penawaran ... 15

2.7.3 Fungsi Produksi ... 16

2.8 Analisis Regresi Berganda ... 19

2.9 Penelitian Terdahulu ... 20

(12)

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 27

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2 Metode Penelitian ... 27

4.3 Jenis dan Sumber Data ... 27

4.4 Metode Pengambilan Sampel ... 28

4.5 Metode Analisis ... 29

4.5.1 Analisis Karakteristik Pelanggan ... 29

4.5.2 Evaluasi Tarif Dasar Air dengan Mekanisme Biaya Pemulihan Penuh ... 29

4.5.3 Kesediaan Membayar Pelanggan PDAM ... 32

4.5.3.1 Estimasi WTP Pelanggan Terhadap Pelayanan Air Bersih ... 32

4.5.3.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP . 34 4.5.4 Pengujian Parameter dalam Regresi Berganda ... 35

4.5.5 Analisis Fungsi Produksi Air PDAM ... 37

4.6 Batasan Penelitian ... 38

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 41

5.1 Gambaran Umum Wilayah Cakupan Pelayanan PDAM Tirtauli Pematangsiantar ... 41

5.2 Gambaran Umum PDAM Tirtauli Pematangsiantar ... 43

5.2.1 Sejarah dan Perkembangan PDAM Tirtauli Pematangsiantar ... 43

5.2.2 Cakupan Pelayanan PDAM Tirtauli Pematangsiantar ... 44

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

6.1 Karakteristik Pelanggan PDAM Tirtauli Pematangsiantar... 51

6.1.1 Usia ... 51

6.1.2 Jenis Kelamin ... 52

6.1.3 Jumlah Anggota Keluarga ... 52

6.1.4 Penghasilan ... 53

6.1.5 Jumlah Pemakaian Air ... 53

(13)

PDAM Tirtauli ... 63

6.3 Estimasi Nilai WTP Terhadap Pelayanan dan Ketersediaan Air Bersih ... 64

6.3.1 Estimasi Nilai WTP Konsumen Rumah Tangga... 64

6.3.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP .... 69

6.3.3 Evaluasi Terhadap Tarif Dasar Aktual, Tarif Dasar Berdasarkan Pemulihan Biaya Penuh dan Willingness To Pay Pelanggan ... 72

6.4 Analisis Ekonomi Fungsi Produksi PDAM Tirtauli ... 74

6.5 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Air PDAM Tirtauli Pematangsiantar ... 78

VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 81

7.1 Simpulan ... 81

7.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 87

(14)

DAFTAR TABEL

1. Matriks Analisis Data ... 28

2. Klasifikasi Responden ... 29

3. Penetapan Tarif Dasar PDAM ... 31

4. Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan dan Penduduk Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan ... 41

5. Curah Hujan, Hari Hujan, Hari Terpanjang Tidak Hujan dan Kelembaban Udara Kota Pematangsiantar ... 42

6. Sumber Air Minum Rumah Tangga di Kota Pematangsiantar Tahun 2012 ... 43

7. Cakupan Pelayanan PDAM Tirtauli Tahun 2013 ... 44

8. Pembagian Wilayah Pelayanan dan Sumber Air ... 45

9. Deskripsi Kelompok Pelanggan PDAM Tirtauli Pematangsiantar ... 46

10. Jumlah Pelanggan PDAM Tirtauli Menurut Kelompok tahun 2013 ... 47

11. Perkembangan Sambungan Pelanggan PDAM Tirtauli ... 48

12. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 53

13. Komponen Pendapatan Usaha PDAM Tirtauli Tahun 2013 ... 56

14. Biaya Usaha PDAM Tirtauli Tahun 2013 ... 57

15. Perhitungan Tarif Dasar PDAM Tirtauli ... 58

16. Perhitungan Tarif Rendah PDAM Tirtauli ... 59

17. Perhitungan Tarif Penuh dan Tarif Khusus PDAM Tirtauli... 61

18. Simulasi Perhitungan Keuntungan Berdasarkan Tingkat Kebocoran Air ... 63

19. Distribusi Nilai Rataan WTP Responden Rumah Tangga-1 ... 65

20. Distribusi Nilai Rataan WTP Responden Rumah Tangga-2 ... 65

21. Distribusi Nilai Rataan WTP Responden Rumah Tangga-3 ... 66

22. Distribusi Nilai Rataan WTP Responden Rumah Tangga-4 ... 66

23. Distribusi Nilai Rataan WTP Responden Rumah Tangga-5 ... 66

24. Total WTP (TWTP) Pelanggan PDAM ... 69

25. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Pelanggan Rumah Tangga Kelurahan Martoba dan Kelurahan Melayu Tahun 2014 ... 70

(15)

26. Perbandingan WTP Responden Terhadap Tarif Aktual... 72

27. Perbandingan Tarif Aktual dan Tarif Berdasarkan Mekanisme FCR . 73 28. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Produksi ... 75

DAFTAR GAMBAR 1. Jumlah Pelanggan PDAM Tirtauli Pematangsiantar... 2

2. Batas Kemungkinan Produksi ... 17

3. Penurunan Produktifitas Rata-Rata Marginal Dari Kurva Produk Total ... 18

4. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 51

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin... 52

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 52

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pemakaian Air ... 54

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 54

10. Kurva WTP Responden Rumah Tangga-1 ... 67

11. Kurva WTP Responden Rumah Tangga-2 ... 67

12. Kurva WTP Responden Rumah Tangga-3 ... 68

13. Kurva WTP Responden Rumah Tangga-4 ... 68

14. Kurva WTP Responden Rumah Tangga-5 ... 68

15. Grafik Uji Heteroskedastisitas Pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ... 71

16. Tarif Dasar Aktual dan Tarif Berdasarkan Full Cost Recovery ... 73

No

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lokasi Penelitian ... 89

2. Kuisioner Pelanggan PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar ... 90

3. Struktur Tarif Air PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar ... 93

4. Data Karakteristik Responden Konsumen Rumah Tangga ... 94

5. Komponen Biaya Usaha Langsung dan Tidak Langsung PDAM Tirtauli Tahun 2013 ... 97

6. Simulasi Tarif Air Terhadap Beberapa Skenario Tingkat Kebocoran Air ... 98

7. Uji Ekonometrika Data Terhadap Nilai WTP ... 98

8. Data Produksi Air PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar ... 100

9. Uji Ekonometrika Data Terhadap Fungsi Produksi ... 101

(17)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya air merupakan sumber kehidupan bagi manusia dan semua mahluk hidup. Pengelolaan sumberdaya air terpadu mempunyai peran yang sangat penting guna meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam penyediaan air untuk keperluan domestik, industri, pariwisata, pembangkit tenaga, dll (Kodoatie et al. 2002). Konsep pengelolaan air dan sumber air pada dasarnya mencakup upaya serta kegiatan pengembangan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya air berupa menyalurkan (redistributing) air yang tersedia dalam konteks ruang dan waktu, dan komponen mutu dan komponen volume (jumlah) pada suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan mahluk hidup.

Gejala krisis kuantitas, kualitas dan kontinuitas air kini dirasakan oleh masyarakat perkotaan akibat lingkungan yang padat serta aktivitas yang sangat tinggi. Masyarakat sulit mengakses air bersih dari sumber alami, seperti air sumur maupun air sungai karena telah tercemar oleh limbah baik dari industri maupun rumah tangga. Dalam perkembangan perkotaan saat ini mekanisme perolehan air bersih ditangani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Kota Pematangsiantar merupakan daerah otonomi yang memiliki sebuah perusahaan daerah yang bergerak didalam bidang pelayanan air bersih yang diberi nama PDAM Tirtauli. PDAM Tirtauli sebagai Perusahaan Daerah Tingkat II Kota Pematangsiantar berdiri pada tahun 1978 yang memiliki fungsi secara umum untuk mengutamakan keuntungan demi terciptanya suatu pembangunan daerah dalam bidang perekonomian serta juga memiliki fungsi secara khusus sebagai fungsi sosial untuk masyarakat.

(18)

PDAM Tirtauli bergerak dalam bidang pengelolaan air bersih serta kedudukannya sebagai perusahaan daerah untuk memberikan jasa pelayanan dan memberikan keuntungannya sebagai pendapatan daerah. Peningkatan pelanggan pemakai jasa PDAM ditandai dengan semakin meningkatnya kebutuhan kuantitas dan kualitas konsumsi air bersih. Konsistensi fungsi PDAM harus tetap terjaga guna menjaga kepercayaan masyarakat sebagai pelanggan jasa PDAM.

PDAM Tirtauli Pematangsiantar Tahun 2005 memiliki pelanggan air bersih sebanyak 50.387 unit pelanggan dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013, jumlah pelanggan air bersih PDAM Tirtauli Pematangsiantar telah mencapai 59.573 pelanggan untuk 2 daerah yakni Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun. Peningkatan jumlah pelanggan air bersih PDAM Tirtauli disajikan pada gambar berikut :

Sumber: PDAM Tirtauli Pematangsiantar (2014)

Gambar 1. Jumlah pelanggan PDAM Tirtauli Pematangsiantar

(19)

1.2 Perumusan Masalah

Kebutuhan air bersih pada masyarakat perkotaan salah satunya dipenuhi oleh PDAM melalui proses pengumpulan, pengolahan, penjernihan hingga pendistribusian air bersih kepada pelanggan. PDAM dihadapkan pada dua fungsi yaitu sebagai perusahaan yang mengemban prinsip-prinsip perusahaan yakni meraih keuntungan usaha serta mengemban fungsi sosial dengan memenuhi kebutuhan masyarakat akan permintaan ketersediaan air bersih.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air bersih. Penggunaan air bersih pelanggan di Kota Pematangsiantar terbagi dalam beberapa golongan berdasarkan jumlah kebutuhan. Oleh karena itu, tingkat ekstraksi yang optimal terhadap sumberdaya air oleh PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar sangat dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan air masyarakat Kota Pematangsiantar. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diketahui berapakah jumlah kebutuhan air bersih masyarakat, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih PDAM Tirtauli.

Pihak PDAM Tirtauli juga mengalami beberapa permasalahan yakni tarif yang belum optimum. Hal ini dibuktikan bahwa pihak PDAM masih mengalami kerugian sebesar Rp 11.092.377.397 per 31 Desember 2012. Tingkat kebocoran air juga tinggi sebesar 31,43 persen per Desember 2013. Adanya kerugian ini mengakibatkan pihak PDAM harus meminjam dana dari Asean Develoment Bank, Kementerian Keuangan serta mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Pola pemanfaatan air masyarakat akan berpengaruh satu sama lain terhadap orang yang memanfaatkan maupun yang tidak memanfaatkannya. Sumberdaya air merupakan barang quasi renewable sehingga diperlukan upaya untuk menjaga ketersediaan dan keberlanjutan air tersebut. Persoalan penyediaan air bersih juga terkait dengan tingkat kebocoran air yang diakibatkan oleh aspek teknis maupun non teknis, evaluasi penerapan tarif dan alokasi sumberdaya air yang efisien. Dengan demikian sumberdaya air memiliki nilai ekonomi yang harus diestimasi sehingga alokasinya dapat memenuhi kriteria keadilan dan keberlanjutan dalam konteks pencapaian pemenuhan kebutuhan air masyarakat Kota Pematangsiantar.

(20)

1. Bagaimana karakteristik pelanggan PDAM Tirtauli di Kelurahan Martoba dan Kelurahan Melayu?

2. Bagaimana evaluasi terhadap penetapan tarif dasar air di PDAM Tirtauli? 3. Berapa nilai kesediaan membayar (Willingness To Pay-WTP) pelanggan dan

faktor-faktor apa yang mempengaruhi nilai WTP pelanggan terhadap pelayanan PDAM Tirtauli?

4. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produksi air PDAM Tirtauli?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji karakteristik pelanggan PDAM Tirtauli.

2. Mengevaluasi penetapan tarif dasar air bersih PDAM Tirtauli.

3. Mengestimasi nilai WTP pelanggan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi WTP pelanggan untuk memperoleh air bersih.

4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air PDAM Tirtauli.

1.4Ruang Lingkup

(21)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti.

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan dipelajari sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan.

2. Bagi PDAM dan Pemerintah Daerah.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam rangka penyediaan air bersih dan pengelolaan air. PDAM dapat meninjau kembali tarif yang diberlakukan agar PDAM dapat memenuhi kedua fungsinya yakni fungsi pelayanan dan menghasilkan keuntungan.

3. Bagi Masyarakat Luas.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dalam melakukan sistem pengelolaan air bersih sehingga dapat melakukan upaya kooperatif dalam penjagaan lingkungan dan penghematan air.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya.

(22)
(23)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Sumberdaya Air

Sumberdaya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.1

Air memiliki nilai intrinsik dan pemanfaatannya memiliki nilai tambah karena ekstraksi sampai pemanfaatan langsung untuk dikonsumsi akan menimbulkan biaya. Pengelolaan sumberdaya air menyangkut alokasi yang optimal yang kemudian didekati dengan berbagai mekanisme, seperti water pricing maupun user based allocation (Sanim 2011).

Menurut Anwar (1992) dalam Fadillah (2011), sumberdaya air memiliki karakteristik-karakteristik khusus sebagai berikut :

1. Mobilitas air. Sifat air yang merupakan zat cair istimewa memiliki ciri-ciri mudah mengalir, menguap, meresap dan keluar melalui suatu media tertentu. Adanya sifat-sifat tersebut menyebabkan sulitnya upaya untuk mewujudkan dan melaksanakan penegasan hak-hak (property rights) atas sumberdaya air tersebut secara eksklusif, agar dapat menjadi komoditas ekonomi yang dapat dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar.

2. Skala ekonomi yang melekat. Dalam penyimpanan, pengolahan, dan distribusi air terjadi skala ekonomi yang melekat pada komoditas air. Ada kalanya sifat yang demikian menyebabkan penawaran air bersifat monopoli alami (natural monopoly), sehingga semakin besar jumlah air yang ditawarkan maka semakin rendah biaya per satuan yang ditanggung oleh produsen.

3. Penawaran air berubah-ubah. Sifat penawaran air berubah-ubah menurut waktu, ruang, dan kualitasnya. Dalam keadaan kekeringan dan banjir, sumberdaya air ini dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum. 4. Kapasitas dan daya asimilasi dari badan air. Zat cair memiliki daya larut untuk

mengasimilasikan berbagai zat-zat padat atau zat-zat tercemar tertentu selama daya asimilasinya tidak terlampaui. Akibatnya, komoditas air mengarah pada

1

(24)

komoditas yang bersifat umum dan setiap orang dapat menganggapnya sebagai tempat pembuangan sampah.

5. Penggunaannya dapat digunakan secara beruntun (sequential use). Penggunaan secara beruntun ini terjadi ketika air mengalir dari hulu ke hilir sampai ke laut dan dengan beruntunnya penggunaan air selama perjalanan alirannya akan mengubah kualitas dan kuantitas air sehingga sering menimbulkan eksternalitas.

6. Penggunaannya yang serba guna (multiple use). Dengan kegunaannya yang banyak tersebut maka pihak individu atau swasta dapat memanfaatkannya dan sisanya menjadi barang umum yang dapat menimbulkan eksternalitas.

7. Berbobot besar dan memakan tempat (bulky). Apabila ditambah dengan biaya yang tinggi untuk mewujudkan hak-hak kepemilikannya, akan menyebabkan air bersifat open access.

8. Nilai kultural yang melekat pada sumberdaya air. Sebagian besar masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menganggap air sebagai barang bebas anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak patut untuk dikomersialkan, sehingga menjadi kendala dalam alokasinya pada sistem pasar.

2.2 Konsep Ekonomi Sumberdaya Air

Ketersediaan air dibedakan oleh kuantitas dan kualitas air. Kuantitas air menyangkut jumlah air yang disediakan oleh alam dan jumlah air yang dibutuhkan untuk menunjang berbagai tujuan. Kualitas air merupakan salah satu aspek yang juga penting dalam pemakaian sumberdaya air. Jumlah air yang berlimpah namun mutunya rendah tidak akan dapat dipergunakan untuk memenuhi utilitas pemakainya.

(25)

untuk menyediakan sumberdaya pada kuantitas, kualitas dan lokasi tertentu (Cech, 2005).

2.3 Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air

Sumberdaya air sebagai salah satu sumberdaya strategis yang dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pertanian, industri, dan kebutuhan rumah tangga dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing pengguna air. Pengguna sumberdaya air juga disebut sebagai konsumen. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dalam kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Beberapa karakteristik konsumen menurut Engel et al. (1994) dalam Nugroho (2006) sebagai berikut: 1) karakteristik demografi merupakan karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, pendapatan per bulan, dan tempat tinggal, dan 2) karakteristik psikografi merupakan karakteristik konsumen berdasarkan profil gaya hidup sebagian pengunjung. Hal tersebut dilakukan dengan mengadaptasi strategi pemasaran produk dan jasa yang bersangkutan sesuai dengan aktivitas, minat, dan opini konsumen.

Semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Oleh karena itu, pemasar harus bisa memilih distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam keputusan untuk menerima sesuatu yang baru.

2.4 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum

(26)

minum yang bersih, sehat dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat di suatu daerah.

Tugas pokok pelayanan umum Perusahaan Daerah Air Minum kepada masyarakat dalam menjalankan fungsinya PDAM yakni harus mampu membiayai dirinya sendiri dan harus mengembangkan tingkat pelayanannya. Disamping itu, PDAM juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pembangunan kepada pemerintah daerah.2 Sedangkan tujuan pendirian PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan akan air bersih masyarakat, serta sebagai salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk mencapainya maka pengelolaan terhadap PDAM harus berdasarkan prinsip-prinsip dan asas ekonomi perusahaan sehat.3

2.5 Penetapan Tarif Air PDAM Berdasarkan Pemulihan Biaya Penuh 2.5.1 Penetapan Harga Ramsey

Ramsey (1927) dalam Syaukat (2000) menyatakan harga Ramsey menunjukan sekumpulan harga yang sama dan memaksimumkan keuntungan sosial bersih yaitu surplus produsen dan surplus konsumen dalam permasalahan penggunaan air yang sama. Ramsey melakukan modifikasi pada analisis efisiensi ekonomi konvensional dengan menambahkan batasan eksplisit yang tidak hanya memaksimumkan keuntungan sosial bersih tetapi juga mencapai kondisi break even. Kondisi batasan pada break even berusaha mencegah kesalahan posisi dari penetapan marginal cost yang optimal, first best price4. Hal yang mendasari metode ini adalah untuk mempertahankan tingkat efisiensi sebanyak mungkin, setiap orang ingin menghindari sesedikit mungkin dari pola konsumsi yang muncul bersamaan dengan marginal cost pricing sementara masih menetapkan harga yang dapat menjamin kecukupan penggunaan namun bukan merupakan penerimaan yang berlebih. Harga Ramsey melakukan hal ini dengan membebankan harga yang berbeda kepada berbagai pasar perusahaan yang diatur untuk berbagai pasar regulasi perusahaan dengan tujuan menjaga kelangsungan sejumlah kontribusi pasar yang memanipulasi harga melebihi MC, sehingga

2Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 690-069 Tahun 1992 tentang Pola Petunjuk Teknis Perhitungan

Tarif Air Minum

3

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 690-327 tahun 1994 tentang Pedoman dan Pemantauan Kinerja Keuangan PDAM

4Harga termasuk pengganda langgrange dijadikan sebagai pembatas dalam Full Cost Recovery sebagai

(27)

mengganggu tingkat konsumsi lebih sedikit dari apa yang akan diberikan oleh harga MC penuh (full marginal cost pricing). Hall dan Hanemann (1996) dalam Syaukat (2000) menyatakan harga Ramsey adalah sebuah contoh dari strategi harga terbaik kedua dengan sebuah instrument kebijakan tunggal untuk menyatukan dua tujuan yaitu efisiensi dan keuntungan pasar monopoli sama dengan nol (keuntungan normal). Solusinya adalah membentuk harga sama dengan MC untuk konsumen (pelanggan) dengan permintaan elastis dan menyatakan hambatan penerimaan melalui penyesuaian beban harga kepada konsumen yang memiliki permintaan inelastis.

2.5.2 Penetapan Dua Tarif “Coase”

Pendekatan alternatif dalam permasalahan marginal cost pricing diperkenalkan oleh Coase (1946) dalam Syaukat (2000) yang mengajukan dua tarif untuk mempertemukan kondisi total dengan total manfaat harus lebih besar dari total biaya. Prinsip penetapan dua tarif tersebut adalah biaya setiap unit konsumsi diatur pada biaya marjinal dari tingkat keluaran yang diperkirakan dari penjumlahan kekurangan disusun dari pengenaan bea lump sum kepada tiap pelanggan. Sistem dua tarif adalah jenis sederhana dari non-uniform price schedule5.

2.5.3 Penetapan Penurunan dan Peningkatan Tarif Blok

Kusuma (2006) menyatakan inti dari sistem penurunan tarif blok adalah keberhasilan penjualan air dalam jumlah rendah dengan harga yang rendah. Biasanya tarif meliputi juga biaya tetap dan biaya minimum berhubungan dengan kriteria ukuran seperti ukuran pipa suplai. Adanya penurunan tarif blok akan kurang memberikan dorongan bagi konsumen untuk melakukan penghematan. Sistem ini banyak digunakan oleh negara maju seperti di Amerika dan Kanada.

Masih menurut Kusuma (2006) pemberlakuan sistem peningkatan tarif blok dapat menyebabkan terjadinya pemerataan pendapatan. Sistem ini banyak dipergunakan di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Konsumen lebih kaya menggunakan air yang lebih banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan juga lebih banyak. Dalam sistem ini diberlakukan tarif progresif yang pada intinya

5Banyak negara menetapkan harga air berdasar bentuk non-uniform price schedule. Brown dan Sibley (1986)

(28)

semua keluarga pengguna baik golongan kaya maupun miskin mempunyai hak dalam penggunaan air dalam jumlah yang sama. Dengan demikian penggunaan air dalam jumlah yang besar akan mengakibatkan pembayaran yang lebih besar.

2.6 Contingent Valuation Method (CVM)

CVM atau metode valuasi kontingensi merupakan metode valuasi SDA dan lingkungan dengan cara menanyakan langsung kepada masyarakat selaku konsumen tentang manfaat SDA dan lingkungan yang mereka rasakan. Teknik metode ini adalah dengan wawancara langsung terhadap responden yang memanfaatkan suatu SDA dan lingkungan yang dimaksud. Teknik ini diharapkan mampu menentukan preferensi masyarakat terhadap SDA, lingkungan dan mengemukakan nilai WTP atau kesanggupan membayar masyarakat dalam bentuk nilai moneter.

Metode valuasi kontingensi merupakan suatu metode yang memungkinkan untuk memperkirakan nilai ekonomi dari suatu komoditi yang tidak diperdagangkan dalam pasar (non market value). Pada hakikatnya, tujuan dari CVM adalah: (1) WTP dari masyarakat terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dan lain-lain) dan (2) Willingness to Accept (WTA) kerusakan suatu lingkungan (Fauzi 2006).

WTP adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan atau penghindaran dari kerusakan lingkungan. Pengukuran dengan konsep WTP dapat menerjemahkan nilai suatu ekosistem ke dalam nilai moneter. Nilai WTP juga menggambarkan berapa besar kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar yang diinginkan (Hanley dan Spash 1993). Pengukuran WTP dapat diterima jika harus memenuhi syarat: (1) WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif, (2) batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan, dan (3) harus ada konsistensi antara keacakan pendugaan dan keacakan penghitungnya.

(29)

lingkungan tersebut tetap terjaga. Asumsi dari metode CVM adalah bahwa masyarakat atau individu memahami tentang pilihan mereka dan mengetahui kondisi lingkungan yang akan dinilai.

Terdapat empat metode dalam penawaran besarnya nilai WTP atau WTA (Hanley dan Spash 1993), yaitu:

1. Metode Tawar Menawar (Bidding Game)

Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia membayar atau menerima sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal (starting point). Jika “ya” maka besarnya nilai uang diturunkan atau dinaikkan sampai ke tingkat yang disepakati.

2. Metode Pertanyaan Terbuka (Open-Ended Question)

Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimal uang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Kelebihan metode ini adalah responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai yang diberikan dan metode ini tidak menggunakan nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan timbul bias titik awal. Kelemahan metode ini adalah kurangnya akurasi nilai yang diberikan dan terlalu besar variasinya.

3. Metode Kartu Pembayaran (Payment Card)

(30)

4. Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi (Close-Ended Referendum)

Metode ini menawarkan responden jumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh kualitas lingkungan tertentu apakah responden mau menerima atau tidak sejumlah uang tersebut sebagai kompensasi atau diterimanya penurunan nilai kualitas lingkungan.

Selanjutnya, beberapa tahap dalam penerapan CVM menurut Hanley dan Spash (1993), yaitu:

1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang atau jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang atau jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai dalam mata uang berapa harga barang atau jasa lingkungan tersebut.

2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)

Setelah kuesioner selesai dibuat, maka dilakukan kegiatan pengambilan sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, dengan perantara telepon atau surat.

3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)

Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut.

4. Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)

Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan kualitas lingkungan.

5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)

Penjumlahan atau mengagregatkan data merupakan proses ketika rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud.

(31)

Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik, berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang atau jasa lingkungan yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang dibuat dapat mencakup semua aspek barang atau jasa lingkungan, dan lain- lain pertanyaan sejenis.

2.7 Permintaan dan Penawaran Air Bersih

2.7.1 Fungsi Permintaan

Kini kebutuhan air meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, taraf hidup dan perkembangan sektor industri. Menurut Sanim (2011), untuk menentukan perkiraan tingkat kebutuhan air bersih nasional ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu melakukan proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan pangan. Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk dikalikan dengan kebutuhan per kapita dapat diperoleh besarnya kebutuhan air domestik. Kebutuhan air untuk rumah tangga dan perkotaan mencakup kebutuhan rumah tangga sehari-hari, pemadam kebakaran, penggunaan komersial, hotel dan industri rumah tangga. Setiap kebutuhan bervariasi dan tergantung kepada besarnya kota, ciri penduduk, tingkat, dan ukuran industri, iklim, dan biaya pemasokan air.

Kebutuhan air bersih di perkotaan berbeda dengan di pedesaan. Di perkotaan kebutuhan akan air bersih terus meningkat, setara dengan semakin meningkatnya urbanisasi ke kota. Peningkatan kebutuhan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam melayani kebutuhan air bersih semakin terbatas. Oleh karena itu, pihak PDAM harus mengetahui secara pasti jumlah permintaan masyarakat agar dapat melakukan upaya untuk meningkatkan produksi air, sehingga tercapai tingkat keseimbangan antara pemintaan dan ketersediaan air.

2.7.2 Fungsi Penawaran

(32)

pengambilan keputusan dalam mengembangkan sumberdaya air, didasarkan atas distribusi kemungkinan. Penanganan air minum atau air bersih di kota-kota di Indonesia dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Bahan baku produksi air minum atau air bersih berasal dari air tanah termasuk sumber air dan air pemukaan (situ, sungai dan danau).

Fungsi penawaran menggambarkan jumlah barang yang ditawarkan penjual kepada konsumen yang memiliki daya beli terhadap barang tersebut. Semakin tinggi permintaan, produsen biasanya akan menyesuaikan produksinya sehingga penawaran akan suatu barang akan turut meningkat.

Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini mengakomodasi kemungkinan adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan atau penawaran (Nicholson, 1995). Penawaran yang akan ditingkatkan oleh pihak PDAM membutuhkan biaya dalam pengembangan dan pelayanan terhadap pelanggan. Biaya-biaya tersebut nantinya akan menjadi biaya produksi air sebagai variabel yang mempengaruhi tarif air.

2.7.3 Fungsi Produksi

Output perusahaan berupa barang-barang produksi tergantung pada jumlah input yang digunakan dalam produksi. Menurut Lipsey et al. (1995), ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang pemanfaatan sumberdaya yang langka untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ekonomi produksi termasuk ke dalam salah satu cabang ilmu ekonomi yang digunakan untuk mengambil keputusan manajemen.

(33)

Ku

an

titas

B

ar

an

g

Y

Kuantitas barang X

dalam produksi. Simbol “f” menunjukan hubungan transformasi antara faktor

produksi dan hasil produksi.

Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu komoditi jumlahnya terbatas sehingga dibutuhkan pengambilan keputusan untuk melakukan pilihan dengan kombinasi tertentu. Setiawan (2005) menyatakan optimalisasi produksi merupakan suatu keadaan perusahaan menghasilkan sejumlah output dengan kombinasi tertentu yang dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal dengan jumlah input yang terbatas inilah yang menjadi permasalahan dari setiap perusahaan.

Pilihan yang dibuat atas sumberdaya yang terbatas kemudian menimbulkan biaya peluang. Lipsey et al. (1995) menyatakan biaya peluang adalah biaya yang dikorbankan untuk menggunakan sumberdaya bagi tujuan tertentu, yang diukur dengan manfaat yang hilang karena tidak menggunakan untuk tujuan lain, dengan kata lain diukur dengan komoditi lain yang seharusnya dapat diperoleh.

Daerah batas kemungkinan produksi memperlihatkan berbagai kombinasi output yang dapat diproduksi dengan menggunakan input-input secara efisien. Produksi di sepanjang batas kemungkinan produksi adalah efisien. Setiap titik di bagian dalam batas kemungkinan produksi dikatakan tidak efisien sebab hasil produksi masih dapat ditingkatkan dan titik di luar batas kemungkinan produksi juga tidak efisien karena melebihi kemampuan faktor produksi yang dimiliki (Nicholson, 1995). Kurva berlereng negatif pada Gambar 2 berikut adalah gambar batas kemungkinan produksi jika diasumsikan memproduksi barang x dan barang y.

Sumber : Nicholson (1995)

(34)

Pendefinisian ekonomi terhadap turunan pertama dari fungsi produksi terkait dengan konsep produk marginal. Produk fisik marginal sebuah masukan adalah keluaran tambahan yang dapat diproduksi dengan menggunakan satu unit tambahan dari masukan tersebut (Nicholson, 1995). Gambar penurunan produktifitas rata-rata marginal dari kurva produk total disajikan pada Gambar 3.

Sumber : Nicholson (1995)

Gambar 3. Penurunan produktifitas rata-rata marginal dari kurva produk total Keterangan :

TP = Total Product (Produksi total) AP = Average Product (Produksi rata-rata)

MP = Marginal Product (produksi marjinal, tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu unit input yang digunakan). X = Input (faktor produksi)

Produk fisik marginal dari sebuah masukan bergantung pada berapa jumlah masukan tersebut yang dipergunakan. Lipsey et al. (1995) menyatakan jika semakin banyak jumlah suatu faktor variabel ditetapkan untuk sejumlah tertentu

MP, AP

MP

X* X** X**

*

AP Jumlah per

periode

X* X** X***

TP

Masukan X per periode

(35)

faktor yang tetap, akhirnya akan mencapai suatu situasi yakni setiap tambahan unit faktor variabel tersebut menghasilkan tambahan produk total yang jumlahnya lebih sedikit dibanding yang dihasilkan unit sebelumnya yang disebut hukum hasil lebih yang makin berkurang (diminishing return).

Pada Gambar 3, kemiringan kurva TP memperlihatkan bagaimana keluaran meningkat sementara faktor produksi ditambah. Produk Marginal menurun sementara faktor produksi ditambah melewati titik ini, produk marginal akan bernilai nol ketika total produksi meningkat. Produksi tidak akan melewati X*** karena penggunaan faktor produksi tambahan akan mengurangi produk yang dihasilkan. Pada titik X** produk marginal akan sama dengan produk rata-rata dan produk rata-rata berada pada tingkat maksimum. Tingkat masukan faktor produksi yang kurang dari X** produk marginal melebihi produk rata-rata akibatnya penambahan satu unit faktor produksi akan meningkatkan produktivitas dari faktor produksi tersebut.

2.8 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi linear digunakan untuk mempelajari hubungan atau peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik. Menurut Supangat (2007), persamaaan garis regresi merupakan model hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu antara variabel bergantung (dependent variable) dengan variabel bebas (independent variable) sedangkan yang dimaksud dengan garis regresi (regression linear) adalah suatu garis yang ditarik di antara titik-titik sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan besarnya variabel yang lain dan data juga digunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya).

Pada regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa peubah tak bebas (respons) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas X1, X2, X3, … … Xk dan komponen sisaan ε (error). Model ini sebenarnya merupakan pengembangan dari model regresi sederhana dengan satu peubah

bebas sehingga asumsi mengenai sisaan ε, peubah bebas X dan peubah tak bebas

(36)

Y

i

= β1 X1i+ β2X2i+ β3 X31… …+ βk Xki + εi

...(1)

Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data populasi atau sampai n untuk data contoh merupakan pengamatan ke-i untuk peubah bebas. Koefisien merupakan intersep model regresi berganda.

Dalam mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square (OLS). Asumsi utama yang mendasari model regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut (Firdaus 2004): 1. Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari tergantung

pada tertentu adalah nol.

2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya dengan tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata- ratanya tidak menunjukan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif.

3. Varian bersyarat dari € adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama asumsi homoskedastisitas.

4. Variabel bebas adalah non-stokastik yaitu tetap dalam penyampelan berulang

jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan €.

5. Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas satu dengan yang lainnya. 6. € didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan

oleh asumsi 1 dan 2.

Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linear terbaik (Best Linear Unbiased Estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak.

2.9 Penelitian Terdahulu

(37)

PDAM Kota Madiun, mengidentifikasi struktur produksi dan biaya pengelolaan air, mengestimasi variabel-variabel yang mempengaruhi fungsi biaya pengelolaan air, menganalisis penetapan tarif air secara ekonomi dan finansial serta menganalisis dampak kenaikan tarif air terhadap keuntungan PDAM Kota Madiun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan tarif air dipengaruhi oleh harga beli listrik/kwh, harga bahan bakar minyak dan tingkat inflasi. Komponen biaya-biaya pengelolaan, produksi air maupun jumlah pelanggan mengalami pertumbuhan positif yang menunjukkan kondisi pengelolaan yang semakin membaik. Biaya variabel, biaya investasi maupun jumlah produksi air berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap total biaya. Penetapan tarif air baik secara ekonomi maupun secara finansial telah dapat memberikan susunan tarif yang sesuai bahkan mampu mencapai Full Cost Recovery. Kebijakan tarif mampu memberikan dampak positif berupa peningkatan penerimaan dan keuntungan PDAM Kota Madiun.

Penelitian lainnya oleh Esanawati (2009) mengenai fungsi produksi, penetapan tarif dan alokasi air minum yang efisien di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air dan memproyeksikan pengembangan kapasitas produksi PDAM Patriot sepuluh tahun yang akan datang dengan menggunakan metode pemulusan dengan teknik eksponensial ganda yang dilakukan dengan analisis kapasitas produksi, analisis deskriptif juga melihat analisis pola pengelolaan sumberdaya air.

Hasil penelitian Esanawati menunjukkan bahwa tingkat kekeruhan air baku berpengaruh nyata dan negatif, penggunaan tarif yang berlaku belum memenuhi besaran tarif dasar dengan mekanisme biaya pemulihan penuh sebesar Rp 2.239 per m3 kemudian proyeksi produksi air dengan model ARIMA 2,1,0, tren produksi air yang meningkat dari tahun ke tahun dengan menggunakan teknik pemulusan data eksponensial ganda menunjukkan hasil yang berfluktuatif yang cenderung meningkat setiap tahunnya.

(38)

kesediaan masyarakat Desa Tamansari untuk membayar air tanah sebagai apresiasi terhadap air tanah dan faktor faktor yang mempengaruhinya, mengestimasi kesediaan membayar masyarakat Desa Tamansari untuk memperoleh pelayanan penyediaan air bersih beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta menganalisis reliabilitas CVM (Contingent Valuation Method) dalam menentukan kesediaan masyarakat Desa Tamansari untuk membayar agar mendapatkan air bersih.

(39)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Sumberdaya air merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan mahluk hidup, sedangkan jumlah komposisi air tawar hanya sebagian kecil dari total volume air yang ada. Air permukaan termasuk di dalam kategori sumberdaya terbarukan karena adanya siklus hidrologi yang melakukan pengisian kembali pada jumlah air permukaan namun apabila kualitasnya tidak memenuhi syarat pemanfaatan maka akan berdampak pada sedikitnya kuantitas air yang dapat dimanfaatkan.

Air permukaan merupakan air baku yang dikelola oleh Perusahaan Air minum milik Pemerintah Daerah untuk dikumpulkan, diolah dan dijernihkan sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sumber air permukaan berasal dari sungai, mata air, sumur artesis dan sumber air lainnya. Masyarakat perkotaan pada khususnya membutuhkan Perusahaan Daerah Air minum (PDAM) sebagai unit pengelola air untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang layak untuk dikonsumsi.

PDAM sebagai pihak yang mengelola dan memanfaatkan air membutuhkan upaya khusus untuk menyediakan suplai bagi masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat pada saat ini dan pada masa yang akan datang dengan berbagai keterbatasan yang menjadi kendala optimisasi komoditi air. Keterkaitan ekonomi antara sumberdaya alam, lingkungan dan manusia dikaji dalam rangka mengoptimalkan produksi sumberdaya dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Sumberdaya dan lingkungan merupakan sistem pendukung kehidupan manusia, manusia melakukan ekstraksi sumberdaya air yang kemudian diproduksi untuk dapat dikonsumsi dalam rangka meningkatkan utilitas. Proses ekstraksi sumberdaya menimbulkan dampak balik bagi keberlangsungan sumberdaya dan lingkungan baik pada kuantitas maupun kualitas.

(40)

Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum. Hasil analisis ini akan diimplementasikan terhadap tarif air yang berlaku terkini sebagai bahan pertimbangan terhadap kebijakan penetapan tarif air PDAM Tirtauli Pematangsiantar. Selanjutnya menganalisis nilai WTP pelanggan terhadap pelayanan akses air bersih dengan metode CVM. Peneliti juga akan mengestimasi kesediaan membayar pelanggan dengan menggunakan metode Willingness to Pay.

Tahap terakhir adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi produksi air PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar dengan menggunakan analisis fungsi produksi regresi linier berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air. Hal ini dilakukan agar diketahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap produksi air PDAM Tirtauli.

(41)

Pengelolaan air bersih oleh PDAM Tirtauli

Pemerintah

PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar

Permasalahan internal dan eksternal : Tarif air yang belum optimum dan tingginya kebocoran air, produksi yang kurang efisien

(42)
(43)

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PDAM Tirtauli Pematangsiantar, Kelurahan Martoba dan Kelurahan Melayu (lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 untuk pengambilan data dan dilanjutkan pengolahan data dan analisis data pada bulan Juni sampai bulan Juli 2014.

4.2 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei yaitu penelitian yang informasinya dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan dalam penelitian survei adalah data dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menjawab tujuan satu yaitu mengkaji karakteristik pelanggan rumahtangga di Kelurahan Martoba dan Kelurahan Melayu, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan kedua, ketiga dan keempat masing-masing yaitu mengevaluasi penetapan tarif dasar air bersih PDAM Tirtauli, mengestimasi besar nilai WTP pelanggan rumahtangga terhadap pelayanan akses air bersih, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air PDAM Tirtauli.

4.3 Jenis dan Sumber Data

(44)

Tabel 1. Matriks analisis data

No Tujuan penelitian Data yang dibutuhkan Sumber data Metode 1. Mengkaji

Pengambilan data terhadap responden dalam penelitian ini dilakukan secara acak bertingkat (multistage sampling) (Parel et al. 1973). Populasi pelanggan PDAM Tirtauli terbagi atas delapan kecamatan, sedangkan jumlah pelanggan terbesar berada pada Kecamatan Siantar Utara. Oleh karena itu, kecamatan tersebut dipilih sebagai unit contoh tingkat pertama yang terdiri dari tujuh kelurahan, maka dipilih dua kelurahan yang mewakili yakni Kelurahan Martoba dan Kelurahan Melayu sebagai unit contoh tingkat kedua.

(45)

Tabel 2. Klasifikasi Responden

Golongan Tarif Rumah Tangga Sub Golongan Rumah Tangga

Rumah Tangga Hunian Keluarga a. Rumah tangga -1 (RT-1)

b. Rumah tangga -2 (RT-2) c. Rumah tangga -3 (RT-3) d. Rumah tangga -4 (RT-4) e. Rumah tangga -5 (RT-5) Sumber: PDAM Tirtauli Pematangsiantar (2014)

4.5 Metode Analisis

Penelitian ini menganalisis data yang telah diperoleh secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excell 2007, SPSS 17.0. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

4.5.1 Analisis Karakteristik Pelanggan

Analisis data pada dasarnya digunakan dalam rangka mengungkap informasi yang relevan di dalam data dan menyajikan hasil dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana. Dalam penelitian dibutuhkan melakukan analisis data dengan menggunakan berbagai cara misalnya dengan menampilkan grafik, diagram serta rakapitulasi data dalam bentuk tabel. Analisis bersifat eksploratif berupaya menelusuri dan mengungkapkan struktur dan pola data mengaitkan secara kaku asumsi-asumsi tertentu (Juanda 2007).

Analisis karakteristik digunakan agar penelitian tidak hanya terbatas pada data statistik yang bersifat kaku, selain itu agar penelitian dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih menarik. Pada penelitian ini, analisis karakteristik digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai karakteristik responden yang merupakan konsumen air bersih pelanggan PDAM Tirtauli seperti tingkat pendidikan responden, pemakaian air, pendapatan responden.

4.5.2 Evaluasi Tarif Dasar Air dengan Analisis Pemulihan Biaya Penuh

(46)

konsumen yang hak-haknya dilindungi peraturan perundang-undangan dengan menyediakan pelayanan yang baik kepada masyarakat pelanggan.

Kepentingan pemerintah daerah terkait dengan fungsinya sebagai regulator, pemilik dan pembina PDAM. PDAM adalah suatu bentuk kelembagaan yang bertugas membantu pemerintah daerah mewujudkan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat. Pihak pemerintah daerah perlu memastikan bahwa tarif yang ditetapkan adalah wajar ditinjau dari kepentingan para pemangku kepentingan dan telah memenuhi prinsip-prinsip keterjangkauan dan keadilan, mutu pelayanan, pemulihan biaya, efisiensi pemakaian air, transparansi dan akuntabilitas, dan prinsip perlindungan air baku. Pertimbangan kepentingan PDAM sebagai badan usaha juga perlu diperhatikan untuk keberlangsungan kegiatan usahanya. Tarif harus menjamin kepentingan PDAM sebagai badan usaha dan penyelenggara dalam mencapai target pemulihan biaya penuh (Full Cost Recovery), mewujudkan visi, mengemban misi dan mencapai tujuan dan sasaran pengembangan yang direncanakan di dalam rencana jangka panjang perusahaan (corporate plan).

Evaluasi penetapan tarif diberlakukan untuk mencapai keberpihakan pada semua pemegang kepentingan dalam pemanfaatan dan pengelolaan air PDAM Titauli yaitu konsumen air bersih, Pemerintah Kota Pematangsiantar, PDAM Tirtauli. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 23 tahun 2006 menyebutkan bahwa pertimbangan kepentingan masyarakat pelanggan berarti bahwa PDAM dan Pemerintah Daerah harus menjamin kepentingan konsumen yang hak-haknya dilindungi peraturan perundang-undangan dengan menyediakan pelayanan yang baik kepada masyarakat pelanggan.

(47)

Perhitungan dengan mekanisme ini akan menghasilkan empat sistem penetapan tarif dasar yaitu tarif dasar, tarif rendah, tarif penuh dan tarif khusus. Tarif yang dianggap Full Cost Recovery adalah tarif rata-rata yang minimal sama dengan tarif dasar yang akan sama dengan biaya dasar per m3 air. Berikut ini Tabel 3 tarif dasar penetapan tarif PDAM .

Tabel 3. Penetapan tarif dasar PDAM

PELANGGAN

Kelompok I Tarif Rendah Tarif Dasar

Kelompok II Tarif Dasar Tarif Penuh

Kelompok III Tarif Penuh Tarif Penuh

Kelompok Khusus Berdasarkan Kesepakatan Berdasarkan Kesepakatan Sumber : Peraturan Menteri Dalam Negeri (2006)

Tarif dasar dihitung dengan cara membagi biaya total usaha dengan volume air yang terproduksi setelah dikurangi volume kehilangan air.

Keterangan:

TBU : Total biaya usaha BD : Biaya dasar TD : Tarif dasar

VAP : Volume air terproduksi VKA : Volume kehilangan air

Tarif rendah adalah tarif bersubsidi, yakni tarif lebih rendah dari proyeksi biaya dasar. Besaran subsidi yang akan diberikan untuk tarif rendah ditetapkan oleh masing-masing PDAM dengan persetujuan pemerintah daerah dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

Keterangan:

TR : Tarif rendah TD : Tarif dasar RSb : Rata-rata subsidi

Tarif penuh nilainya lebih besar dibandingkan biaya dasar dan besarnya dapat bervariasi. Di dalam tarif penuh terkandung komponen tingkat keuntungan (2)

(3) TR = TD – RSb

BD = TD = TBU

(48)

yang wajar dan kontra subsidi silang. Artinya, pelanggan yang dibebani tarif penuh memberikan subsidi silang kepada pelanggan yang membayar tarif rendah.

Keterangan:

TP : Tarif penuh TD : Tarif dasar

RTK : Rata-rata tingkat keuntungan RSbS : Rata-rata subsidi silang

Tarif khusus merupakan tarif yang minimal sama dengan tarif penuh ataupun tarif yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan ditentukan oleh PDAM dengan masing-masing konsumen/pelanggan. Dalam menentukan kesepakatan, diperlukan komunikasi berdasarkan kesukarelaan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Tarif khusus PDAM Tirtauli dikenakan pada kelompok pelanggan industri, niaga, dan instansi pemerintah.

4.5.3 Kesediaan Membayar Pelanggan PDAM (Willingness to Pay-WTP) 4.5.3.1 Estimasi WTP Pelanggan Terhadap Pelayanan Air Bersih

Willingness to Pay atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam. Nilai WTP merupakan kesediaan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memberikan penilaian terhadap air tanah. Adapun tahapan analisis WTP adalah sebagai berikut :

1. Membuat pasar hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Pasar hipotetik WTP air bersih sebagai berikut :

“Pemerintah Kota Pematangsiantar mengadakan program pelayanan penyediaan air bersih berupa air pipa yang bersumber dari mata air dan sumur dalam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pelanggan PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar. Namun, meningkatnya jumlah pemakaian air mengakibatkan beban produksi meningkat sehingga PDAM mengalami kerugian sebesar Rp 11.092.377.397 per 31 Desember 2012. Tingkat kebocoran air juga tinggi sebesar 31,43% per Desember 2013. Adanya kerugian ini mengakibatkan pihak PDAM harus meminjam dana dari ASEAN DEVELOPMENT BANK serta mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Pihak PDAM Tirtauli ingin meningkatkan pelayanan, tidak mengalami kerugian dan menjamin ketersediaan akses air bagi pelanggan. Asumsi yang digunakan yakni jumlah air tidak terbatas, air dapat diakses 24 jam, dengan kualitas air bagus standar PDAM, sehingga seluruh kebutuhan masyarakat Kota Pematangsiantar tidak akan kekurangan terhadap air bersih. Oleh karena itu, pihak PDAM memerlukan kontribusi para pelanggan untuk menunjang kinerja pelayanan melalui pembayaran air bersih sesuai dengan tarif dan jumlah pemakaian air.”

(49)

Skenario yang digunakan yakni responden mengetahui gambaran pasar hipotetik dan apakah masyarakat bersedia membayar sejumlah nominal uang untuk memperoleh akses pelayanan air yang baik.

2. Mendapatkan penawaran Besarnya WTP (Obtaining Bids)

Pada tahap ini dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden apakah mereka mau membayar atau tidak sejumlah uang tertentu untuk memperoleh perbaikan jasa pelayanan PDAM Tirtauli, dalam hal ini digunakan cara Closed-ended Questions. Responden diberikan beberapa nilai WTP yang disarankan kepada mereka untuk dipilih sehingga responden memberi jawaban sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa nilai WTP sebenarnya dari individu yang bersangkutan terletak dalam kelas atau interval antara nilai WTP tertentu dalam bentuk sejumlah uang yang akan dibayarkan setiap penggunaan air per m3 oleh responden.

3. Memperkirakan Nilai rata-rata WTP (Calculating Average WTP)

Tahap ini dilakukan dengan mencari nilai rata-rata yaitu dengan cara menjumlahkan seluruh nilai WTP dibagi dengan jumlah responden.

Keterangan:

EWTP = Dugaan rataan WTP Wi = Nilai WTP ke-i Pfi = Frekuensi Relatif

n = Jumlah responden

i = Responden ke-i yang bersedia membayar WTP 4. Memperkirakan Kurva Permintaan WTP (Estimating Curve)

Perkiraan kurva WTP diperkirakan dengan menggunakan jumlah kumulatif dan jumlah individu yang menjawab suatu nilai WTP. Asumsi cara ini adalah dengan jumlah kumulatif akan semakin sedikit sejalan dengan semakin meningkatnya nilai WTP.

(50)

5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)

Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus:

TWTP = EWTP x P……..………...………. (6)

Keterangan:

TWTP : Kesedian masyarakat untuk membayar EWTP : Nilai rataan WTP

P : Populasi

6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating The CVM Exercise)

Tahap ini merupakan penilaian apakah penggunaan CVM telah berhasil atau tidak. Keberhasilan dalam pengaplikasian CVM bergantung pada seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan, seberapa baik pasar hipotetik yang digunakan. Mengevaluasi pelaksanaan model CVM dilihat dari tingkat keandalan fungsi WTP. Uji yang dilakukan adalah dengan melihat nilai R² dari model regresi.

4.5.3.2 Analisis Faktor –Faktor yang Mempengaruhi WTP

Analisis regresi digunakan untuk mempelajari hubungan atau peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik. Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTP responden dalam hal ini pelanggan PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar. Model yang digunakan adalah persamaan regresi biner. Persamaan regresi berganda nilai WTP penelitian ini adalah sebagai berikut : WTP = β0+ β1U + β2JPA + β3P + β4DST + ε……….……….…...…... (7) Keterangan :

WTP = Nilai WTP pelanggan rumahtangga (Rp per rumahtangga per m3)

β0 = Intersep

β1..β4 = Koefisien regresi U = Usia responden (tahun)

JPA = Jumlah pengguna air (Orang per KK) P = Penghasilan rumah tangga (Rp/bulan)

DST = Dummy penggunaan untuk siram tanaman (m3)

(51)

Berdasarkan model fungsi WTP air diatas, maka dapat disusun hipotesis yang akan dibuktikan melalui penelitian ini, antara lain :

1. Semakin tinggi usia responden maka besarnya WTP akan meningkat

2. Semakin besar jumlah penghuni maka semakin tinggi pula kesediaan membayar responden karena pemanfaatan air akan meningkat.

3. Seiring meningkatnya penghasilan rumah tangga maka WTP responden juga meningkat.

5. Semakin tingginya tingkat penggunaan air terhadap pemenuhan kebutuhan dalam menyiram tanaman maka WTP responden juga meningkat.

Variabel-variabel diatas ditentukan berdasarkan teori-teori ekonomi yang berlaku dan observasi langsung di lokasi penelitian. Besarnya WTP bagi responden penerimaan manfaat sumberdaya air diduga dipengaruhi oleh usia, jumlah pengguna air, penghasilan rumah tangga, dan jenis kebutuhan penggunaan air.

4.5.4 Pengujian Parameter dalam Regresi Berganda

Penaksiran parameter dalam suatu persamaan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (OLS). Dalam hal ini penaksir OLS disebut sebagai penaksir tak bias linear terbaik (best linear unbiased estimators/BLUE). Penaksir BLUE merupakan suatu penaksir yang berbentuk linear, tak bias dan mempunyai varians terendah dalam kelompok penaksir tak bias linear dari sebuah parameter (Gujarati 2006).

Guna memenuhi syarat asumsi klasik, perlu dilakukan uji kebaikan padamodel regresi berganda. Uji kebaikan dapat dilakukan dengan memenuhi tiga kriteria yaitu kriteria uji ekonomi, kriteria uji statistik, dan kriteria uji ekonometrika. Uji ekonomi dilakukan dengan melihat tanda variabel yang menunjukkan apakah hipotesis sesuai atau tidak. Uji statistik dilakukan memperhatikan R2, nilai F-hitung model yang digunakan serta nilai dari t-hitung masing-masing parameter yang diestimasi. Uji ekonometrika dilakukan dengan melakukan uji multikolinearitas, uji heteroskedastistas dan uji autokorelasi.

Gambar

Gambar 1. Jumlah pelanggan PDAM Tirtauli Pematangsiantar
Gambar 2. Batas kemungkinan produksi
Gambar 3. Penurunan produktifitas rata-rata marginal dari kurva produk total
Gambar 4 yang menjelaskan kerangka berpikir dari latar belakang, tujuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Profesi audit dianggap penting bagi para pengguna laporan keuangan dikarenakan fungsi dari profesi audit adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai yang

bahwa untuk melaksanakan maksud pada huruf a, b dan c tersebut di atas pengaturan tentang Retribusi Ijin Usaha Pertambangan Bahan Tambang Galian Golongan C di Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebijakan dividen (dividend payout ratio dan dividend yield) terhadap volatilitas harga saham pada

Imran, Iswandi dan Fajar Hendrik, 2010, Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa, Penerbit ITB, Bandung.. Nawy, Edward, G, 2003, Beton Bertulang, PT

An important factor is the limited range of the memory kernel induced by the limited range of the permeability correlations, which allows us to show that at long times, the

Ket ika suat u l iabil it as keuangan yang ada digant ikan ol eh l iabil it as keuangan l ain dari pemberi pinj aman yang sama dengan persyarat an yang berbeda secara subst ansial ,

Variabel- variabel yang diamati antara lain perbandingan umpan dan pelarut (f/s) dengan menggunakan pelarut heksana dan etil asetat pada proses ekstraksi juga

Adapun data yang dikumpulkan adalah karakteristik sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, statsu bekerja, status menikah, pengawas minum obat (PMO), dan