• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Desain Pekerjaan dan Kompensasi terhadap Kinerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Desain Pekerjaan dan Kompensasi terhadap Kinerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DESAIN PEKERJAAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA STAF PUSKESMAS KABUPATEN SIMALUNGUN

Studi Kasus Pada Puskesmas Dengan Cakupan Kinerja Terendah

TESIS

Oleh :

IMAS WIRDANINGSIH 107032010/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF JOB DESIGN AND COMPENSATION ON THE PERFORMANCE OF PUSKESMAS HEALTH WORKERS

IN SIMALUNGUN DISTRICT

A Case Study at Puskesmas with the Lowest Coverage of Performance

THESIS

By :

IMAS WIRDANINGSIH 107032010/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH DESAIN PEKERJAAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA STAF PUSKESMAS KABUPATEN SIMALUNGUN

Studi Kasus Pada Puskesmas Dengan Cakupan Kinerja Terendah

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

IMAS WIRDANINGSIH 107032010/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si)

Ketua Anggota

(Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal lulus : 28 Agustus 2012

Judul Tesis : PENGARUH DESAIN PEKERJAAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA STAF PUSKESMAS KABUPATEN SIMALUNGUN Studi Kasus Pada Puskesmas Dengan Cakupan Kinerja Terendah

Nama Mahasiswa : Imas Wirdaningsih Nomor Induk Mahasiswa : 107032010

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 28 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si Anggota : Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

Dr. Juanita, S.E, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH DESAIN PEKERJAAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA STAF PUSKESMAS KABUPATEN SIMALUNGUN

Studi Kasus Pada Puskesmas Dengan Cakupan Kinerja Terendah

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2012

Imas Wirdaningsih

(7)

ABSTRAK

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Seiring dengan diberlakukannya puskesmas pelayanan 24 jam, hal tersebut sangat mempengaruhi kinerja staf puskesmas dalam hal pemberian pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung. Dari 34 puskesmas yang tersebar di 31 kecamatan, terdapat 3 (tiga) puskesmas dengan cakupan kinerja yang rendah yaitu Puskesmas Serbelawan, Puskesmas Gunung Maligas, Puskesmas Raja Maligas. Kondisi lain yang mencerminkan rendahnya kinerja adalah adanya desain pekerjaan yang dijalankan oleh staf puskesmas tersebut.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh desain pekerjaan dan kompensasi terhadap kinerja staf puskesmas Kabupaten Simalungun. Jenis Penelitian bersifat analitik dengan tipe explanatory research. Populasi dalam penelitian ini seluruh staf puskesmas yang bertugas di Puskesmas Serbelawan, Puskesmas Gunung Maligas dan Puskesmas Raja Maligas yang berjumlah 91 orang dan keseluruhannya dijadikan sampel penelitian. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain pekerjaan dan kompensasi memiliki pengaruh terhadap kinerja staf puskesmas Kabupaten Simalungun, dengan desain pekerjaan sebagai variabel dominannya.

Diperlukan peningkatan pembinaan dan pengawasan bagi staf puskesmas agar mereka menjalankan desain pekerjaan yang sesuai dengan unit kerja agar tugas yang dibebankan kepada staf dapat tercapai dengan baik sehingga meningkatkan kinerja. Selain itu diperlukan pemberian kompensasi tidak langsung berupa insentif secara berkesinambungan,uang lembur serta kemudahan untuk melanjutkan pendidikan kepada staf puskesmas agar kinerja staf puskesmas lebih baik. Pihak Puskesmas Serbelawan, Puskesmas Gunung Maligas dan Puskesmas Raja Maligas agar memberikan uraian tugas yang detail dan terukur bagi tiap unit kerja serta melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kinerja staf puskesmas sesuai unit kerjanya.

Kata kunci : Desain Pekerjaan, Kompensasi, Kinerja Staf Puskesmas

(8)

ABSTRACT

Puskesmas (Public health Center) is responsible for implementing health development in its working area. The 24 hour service by Puskesmas will influence the performance of Puskesmas health workers in providing health service inside and outside the building. Of 24 puskesmas, spread in 31 subdistricts, three of them had low coverage of performance; they are Serbelawan Puskesmas, Gunung Maligas Puskesmas, and Raja Maligas Puskesmas.

The aim of the research was to analyze the influence of job design and compensation on the performance of the puskesmas health workers at Simalungun District. The type of the research was analytic with explanatory research design. The population was 91 health workers who were on duty at Serbelawan Puskesmas, at Gunung Maligas Puskesmas, and at Raja Maligas Puskesmas, and all of them were used as the samples. The data were gathered by conducting interviews, using questionnaires and analyzed with multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that work design and compensation had influence on the performance of the staff of the Puskesmas of Simalungun District with work design as the dominant variable.

It is recommended that upgrading and supervision are needed for the staff of Puskesmas in order to make them able to apply the work design in accordance with their working unit that the task assigned to the staff can be done well and improve their work performance. In addition, indirect compensation such as continuous incentives, overtime payment, and permission to continue their education are needed to be rewarded to the staff of Puskesmas that they can develop better performance. The management of Puskesmas Serbelawan, Puskesmas Gunung Maligas, and Puskesmas Raja Maligas needs to provide detailed and measurable job description and to carry out periodic evaluations to improve the performance of the staff of Puskesmas in their own working unit.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata`ala, karena

atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

tesis ini dengan judul ``Pengaruh Desain Pekerjaan dan Kompensasi terhadap Kinerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun``.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi

Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terlaksana dengan baik

tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena

itu pada kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima

kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu. DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(10)

4. Ibu Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

5. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

penuh perhatian, kesabaran, ketelitian dalam memberikan bimbingan dan arahan

serta meluangkan waktu sejak penyusunan proposal hingga selesai tesis ini.

6. Ibu Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang penuh perhatian, kesabaran, ketelitian dalam memberikan bimbingan dan

arahan serta meluangkan waktu sejak penyusunan proposal hingga selesai tesis

ini.

7. Ibu Dr. Juanita, S.E, M.Kes selaku Anggota Komisi Penguji yang telah

memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

8. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, S.E, Ak, M.B.A, MAPPI (Cert) selaku

Anggota Komisi Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi

kesempurnaan tesis ini.

9. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu

yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

10. Ibu dr. Saberina, MARS selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun

(11)

Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

11. Dr. Paola N Purba selaku Kepala Puskesmas Perdagangan, dr. Sorta Tinambunan

selaku Kepala Puskesmas Serbelawan, dr. Lidya Rayawati Saragih selaku Kepala

Puskesmas Raja Maligas, dr. Bima Barus selaku Kepala Puskesmas Gunung

Maligas yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan seluruh staf

Puskesmas yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian ini.

12. Kedua orang tua tercinta Bapak H. Uyung Sudrajat dan Ibu Hj. Zunaidah dan

keluarga besar yang telah memberikan dukungan serta doanya.

13. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Angkatan 2010 yang telah membantu penulis dalam

penyusunan tesis ini hingga selesai.

Hanya Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan

yang telah diperbuat. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak

kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Oktober 2012 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Imas Wirdaningsih, lahir di Bahapal pada tanggal 10

Desember 1975, anak ke dua dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak H. Uyung

Sudrajat dan Ibu Hj. Zunaidah. Penulis menikah pada tahun 2005.

Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Alwashliyah Bandar

Huluan pada tahun 1982 - 1988, selanjutnya Sekolah Menengah Pertama di SMP

Muhammadiyah-17 Serbelawan pada tahun 1988 - 1991, kemudian melanjutkan

SMA Negeri 1 Serbelawan pada tahun 1991 - 1994, tahun 1994 melanjutkan

pendidikan di Universitas Kedokteran Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan masa bakti Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Dinas

Kesehatan Kota Medan pada tahun 2003 - 2004, kemudian melanjutkan PTT di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Provinsi Banten dan di tempatkan di Puskesmas

Periuk Jaya Ciledug pada tahun 2005 - 2008. Sejak tahun 2009 – sekarang penulis

memulai karier sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Kesehatan Kabupaten

Simalungun dan di tempatkan di Puskesmas Bandar Huluan.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2010 dan menyelesaikan studi

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

2.1.1. Pengertian Desain Pekerjaan………... 11

2.1.2. Komponen Desain Pekerjaan...………... 14

2.1.3. Unsur-unsur Desain Pekerjaan... 17

2.2. Kompensasi... ... 20

2.2.1. Pengertian Kompensasi... 20

2.2.2. Fungsi dan Tujuan Pemberian Kompensasi... 24

2.2.3. Kompensasi Insentif... 26

2.2.4. Tujuan Insentif... 27

2.3. Kinerja ... 30

2.3.1.Kinerja Staf Puskesmas...………... ... 30

2.3.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja... .. 32

2.3.3. Penilaian Kinerja... .... 32

2.3.4. Tujuan Penilaian Kinerja... .... 32

2.3.5. Manfaat Penilaian Kinerja... ... 33

2.3.6. Metode Penilaian Kinerja... ... 33

2.4. Landasan Teori ... 35

2.5. Kerangka Konsep ... 38

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 39

3.1. Jenis Penelitian ... 39

(14)

3.2.1. Lokasi Penelitian... ... 39

3.4.2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... . 42

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 44

3.5.1. Variabel... 44

3.5.2. Definisi Operasional... ... 44

3.6. Metode Pengukuran ... 47

3.6.1. Pengukuran Variabel Bebas... ... 48

3.6.2. pengukuran Variabel Terikat... ... 52

3.7. Metode Analisis Data ... 52

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... ... 53

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Simalungun... 53

4.1.1. Gambaran Geografis dan Demografis Kabupaten ... Simalungun ... 53

4.1.2. Situasi Derajat Kesehatan di Kabupaten Simalungun .. 55

4.1.3. Sumber Daya Kesehatan di Kabupaten Simalungun .... 60

4.2. Karakteristik Responden ... 62

4.3. Analisis Univariat ... 65

4.3.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Desain Pekerjaan Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun.... 65

4.3.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kompensasi Staf Puskemas Kabupaten Simalungun... 68

4.3.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kinerja Staf Puskesmas kabupaten Simalungun... 69

4.4. Analisis Bivariat ... 70

4.4.1. Hubungan Desain Pekerjaan Dengan Kinerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun... .... 70

4.4.2. Hubungan Kompensasi Dengan Kinerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun... ... 71

4.5. Analisis Multivariat ... 72

BAB 5. PEMBAHASAN ... 76

(15)

5.2. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Staf Puskesmas

Kabupaten Simalungun ... 79

5.5. Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

6.1. Kesimpulan... ... 84

6.2. Saran... ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN... ... 90

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1. Indikator akupan Kinerja Puskesmas ... 5

1.2. Standar Biaya Tahun Anggaran 2011-2012 ... 7

3.1. Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 48

3.2. Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 51

4.1. Jumlah Kasus 10 Jenis Penyakit Terbesar di Kabupaten Simalungun Tahun 2010 ... 55

4.2. Rincian Tenaga Kesehatan Kabupaten Simalungun Tahun 2010 ... 61

4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kabupaten Simalungun ... 62

4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tanggung jawab Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun ... 65

4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Prosedur Kerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun ... 66

4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Standar Kualitas Kerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun ... 66

4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kompensasi Langsung Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun ... 67

4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kompensasi Tidak Langsung Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun ... 68

4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kinerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun ... 69

(17)

4.11. Tabulasi Silang Variabel Kompensasi Dengan Kinerja Staf Puskesmas Kabupaten Simalungun ... 71

(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Rancang Pekerjaan Input – Output ... 18

2.2. Gambar Skematis Teori Kinerja Dari Gibson ... 37

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 90

2. Hasil Output Uji Validitas dan Reliabilitas... 117

3. Hasil Output Analisis Data Karakteristik Responden ... 129

4. Hasil Distribusi Frekuensi Responden Desain Pekerjaan, Kompensasi dan Kinerja ... 132

5. Hasil Output Analisis Univariat ... 163

6. Hasil Output Uji Chi Square ... 165

(20)

ABSTRAK

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Seiring dengan diberlakukannya puskesmas pelayanan 24 jam, hal tersebut sangat mempengaruhi kinerja staf puskesmas dalam hal pemberian pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung. Dari 34 puskesmas yang tersebar di 31 kecamatan, terdapat 3 (tiga) puskesmas dengan cakupan kinerja yang rendah yaitu Puskesmas Serbelawan, Puskesmas Gunung Maligas, Puskesmas Raja Maligas. Kondisi lain yang mencerminkan rendahnya kinerja adalah adanya desain pekerjaan yang dijalankan oleh staf puskesmas tersebut.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh desain pekerjaan dan kompensasi terhadap kinerja staf puskesmas Kabupaten Simalungun. Jenis Penelitian bersifat analitik dengan tipe explanatory research. Populasi dalam penelitian ini seluruh staf puskesmas yang bertugas di Puskesmas Serbelawan, Puskesmas Gunung Maligas dan Puskesmas Raja Maligas yang berjumlah 91 orang dan keseluruhannya dijadikan sampel penelitian. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain pekerjaan dan kompensasi memiliki pengaruh terhadap kinerja staf puskesmas Kabupaten Simalungun, dengan desain pekerjaan sebagai variabel dominannya.

Diperlukan peningkatan pembinaan dan pengawasan bagi staf puskesmas agar mereka menjalankan desain pekerjaan yang sesuai dengan unit kerja agar tugas yang dibebankan kepada staf dapat tercapai dengan baik sehingga meningkatkan kinerja. Selain itu diperlukan pemberian kompensasi tidak langsung berupa insentif secara berkesinambungan,uang lembur serta kemudahan untuk melanjutkan pendidikan kepada staf puskesmas agar kinerja staf puskesmas lebih baik. Pihak Puskesmas Serbelawan, Puskesmas Gunung Maligas dan Puskesmas Raja Maligas agar memberikan uraian tugas yang detail dan terukur bagi tiap unit kerja serta melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kinerja staf puskesmas sesuai unit kerjanya.

Kata kunci : Desain Pekerjaan, Kompensasi, Kinerja Staf Puskesmas

(21)

ABSTRACT

Puskesmas (Public health Center) is responsible for implementing health development in its working area. The 24 hour service by Puskesmas will influence the performance of Puskesmas health workers in providing health service inside and outside the building. Of 24 puskesmas, spread in 31 subdistricts, three of them had low coverage of performance; they are Serbelawan Puskesmas, Gunung Maligas Puskesmas, and Raja Maligas Puskesmas.

The aim of the research was to analyze the influence of job design and compensation on the performance of the puskesmas health workers at Simalungun District. The type of the research was analytic with explanatory research design. The population was 91 health workers who were on duty at Serbelawan Puskesmas, at Gunung Maligas Puskesmas, and at Raja Maligas Puskesmas, and all of them were used as the samples. The data were gathered by conducting interviews, using questionnaires and analyzed with multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that work design and compensation had influence on the performance of the staff of the Puskesmas of Simalungun District with work design as the dominant variable.

It is recommended that upgrading and supervision are needed for the staff of Puskesmas in order to make them able to apply the work design in accordance with their working unit that the task assigned to the staff can be done well and improve their work performance. In addition, indirect compensation such as continuous incentives, overtime payment, and permission to continue their education are needed to be rewarded to the staff of Puskesmas that they can develop better performance. The management of Puskesmas Serbelawan, Puskesmas Gunung Maligas, and Puskesmas Raja Maligas needs to provide detailed and measurable job description and to carry out periodic evaluations to improve the performance of the staff of Puskesmas in their own working unit.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan pasca reformasi yang digulirkan menciptakan perubahan yang

mendasar terhadap pemerintahan dan dimensi kehidupan. Terjadinya transisi

pemerintahan yang berkali-kali, menyebabkan terjadinya perubahan sistem dan

struktur ke pemerintahan baik pusat maupun daerah. Perubahan ini membawa

tuntutan yang lebih tinggi dimana segala sesuatu dituntut untuk berjalan dengan

cepat, lancar, terarah dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk mencapai tujuan

tersebut memerlukan sumber daya manusia yang mempunyai kinerja yang baik dalam

melaksanakan pekerjaannya. Salah satu organisasi pemerintahan yang ikut

mengalami perubahan sistem dan struktur adalah organisasi yang bergerak dalam

bidang pelayanan kesehatan yaitu pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah satuan organisasi fungsional

yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat secara menyeluruh, terpadu,

merata, dapat di terima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif

masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

tepar guna, dengan biaya yang dapat di pikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya

kesehatan tersebut menitik beratkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna

(23)

perorangan (Depkes RI, 2009).

Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas, diantaranya adalah meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan

dasar. Di sini peran puskesmas dan jaringanannya sebagai institusi yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat langsung

dengan masyarakat menjadi sangat penting. Puskesmas bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Dengan demikian

akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat ditingkatkan melalui

peningkatan kinerja puskesmas (Sulistiani, 2011).

Kinerja (Performance) merupakan suatu hasil fungsi pekerjaan/ kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor untuk mencapai tujuan dalam waktu tertentu (Tika, 2006). Menurut Keban

(1995) kinerja dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishment. Hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari

tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan

yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Kinerja seorang pegawai baik, jika mempunyai keahlian tinggi, kesediaan

untuk bekerja, adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan masa depan

(Prawirosentono, 1999). Secara teoritis ada 3 kelompok variabel yang memengaruhi

perilaku kinerja dan kinerja individu, menurut Gibson et al. (1997) yaitu :

(24)

2. Organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan

desain pekerjaan

3. Psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.

Untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas banyak hal yang

mempengaruhinya diantaranya adalah desain pekerjaan dan kompensasi. Berkaitan

dengan desain pekerjaan yang dijalankan oleh staf puskesmas secara

berkesinambungan diharapkan staf mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya

sebagai pelaksana kegiatan unit kerja. Desain pekerjaan adalah rincian tugas dan cara

pelaksanaan tugas atau kegiatan yang mencakup siapa yang mengerjakan tugas,

bagaimana tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan, dan hasil apa yang

diharapkan (Herjanto, 2011).

Rendahnya kompensasi yang diterima oleh staf puskesmas dapat

megakibatkan staf kesulitan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Menurut

Kartiwa (2003) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan kinerja

Pegawai Negeri Sipil sedemikian buruknya diantaranya penghasilan PNS masih

kurang layak dan penegakan aturan yang masih lemah. Gomes dalam bukunya

Manajemen Sumber Daya Manusia (1995), memberikan defenisi kompensasi ialah

sesuatu yang diterima oleh pekerja sebagai balas jasa atas kerja mereka. Menurut

Rivai dan Sagala (2010) Kompensasi di bagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu

kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi finansial terdiri dari

2 (dua ) yaitu kompensasi finansial langsung dan kompensasi finansial tidak

(25)

pembayaran prestasi, pembayaran Insentif (komisi, bonus, bagian keuntungan, opsi

saham), pembayaran tertangguh (tabungan hari tua, saham kumulatif). Kompensasi

finansial tidak langsung (tunjangan) meliputi proteksi, asuransi, pesangon,sekolah

anak, pensiun, komisi luar jam kerja (lembur,hari besar, cuti sakit, cuti hamil),

fasilitas (rumah, biaya pindah, kenderaan). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil

kompensasi finansial yang mencakup kompensasi langsung dan kompensasi tidak

langsung.

Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan yang merata di seluruh

kabupaten Simalungun, tanggal 8 September 2011 Bupati Simalungun mengeluarkan

surat nomor 188.45/4206-Dinkes/2011 tentang pelayanan puskesmas 24 jam.

kebijakan ini diambil dalam rangka mendukung penyelenggaraan pembangunan

kesehatan menuju masyarakat sehat, mandiri dan adil sehingga ditetapkanlah

pelayanan puskesmas 24 jam.

Berdasarkan adanya pertimbangan bahwa masyarakat di daerah Kabupaten

Simalungun mayoritas petani atau masyarakat yang berprofesi lain, tetapi tidak

mempunyai waktu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi dirinya sendiri atau

anggota keluarganya, akibat ke ladang atau bekerja dari pagi hingga menjelang

malam. Alasan lain karena memperhatikan kondisi bahwa sejak dulu seringkali

masyarakat golongan ekonomi tidak mampu kewalahan saat diserang penyakit, tetapi

tidak punya uang untuk berobat ke rumah sakit swasta pada tengah malam. Kemudian

pertimbangan biaya yang lebih terjangkau oleh masyarakat kecil, maka keputusan

(26)

Seiring dengan diberlakukannya puskesmas pelayanan 24 jam, hal tersebut

sangat mempengaruhi kinerja staf puskesmas dalam hal pemberian pelayanan

kesehatan di dalam dan luar gedung. Dari 34 puskesmas yang tersebar di 31

kecamatan, terdapat 3 (tiga) puskesmas dengan cakupan kinerja yang rendah yaitu

Puskesmas Serbelawan, Puskesmas Gunung Maligas, Puskesmas Raja Maligas.

Untuk melihat keberhasilan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas

diperlukan adanya indikator-indikator sebagai pedoman tingkat keberhasilan

pelayanan kesehatan. Indikator yang digunakan saat ini adalah menggunakan

indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 bidang kesehatan menurut

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 yaang berisi

urusan wajib 9 program, jenis pelayanan 31 jenis dan indikator kinerja 54 indikator.

Survei awal pada 3 (tiga) puskesmas dapat dilihat dari hasil cakupan kinerja

puskesmas pada tahun 2011 seperti pada Tabel 1.1 di bawah ini :

Tabel 1.1 Indikator Cakupan Kinerja Puskesmas

Cakupan Kinerja

Indikator cakupan Kinerja Puskesmas Serbelawan Gunung Kunjungan Neonatus 3 kali (KN lengkap)

Pelayanan Balita Bawah Garis Merah

Rumah atau bangunan bebas jentik nyamuk Aedes

Pelayanan rawat jalan masyarakat miskin dan umum Jumlah bayi yang diberi ASI-Eksklusif

(27)

Telah di lakukan survei pendahuluan pada tanggal 24 Februari 2012, dapat

dilihat bahwa desain pekerjaan yang disampaikan kepala puskesmas sejak

diberlakukannya puskesmas 24 jam kepada staf puskesmas sering terjadi

kesalahan-kesalahan yang dilakukan staf puskesmas dalam melakukan pekerjaannya. Dimana

desain pekerjaan yang dibuat oleh pimpinan tidak menjelaskan tanggung jawab,

prosedur kerja, dan standar kualitas kerja secara tertulis. Sehingga kenyataan di

lapangan staf tidak mengetahui tanggung jawabnya dalam melakukan pekerjaan

tersebut. Selain itu juga adanya desain pekerjaan yang monoton karena selama ini

pekerjaan yang dilakukan merupakan pembentuk dari struktur organisasi yang telah

ditetapkan. Dimana staf hanya perlu menjalankan tugas yang telah diberikan kepada

masing-masing staf.

Bertambahnya beban kerja bagi staf puskesmas diperlukan adanya

kompensasi yang sesuai dalam arti adil dan layak sehingga staf dapat bekerja dengan

lebih baik. Semenjak di berlakukannya puskesmas pelayann 24 jam, tidak ada

kompensasi uang lembur dan uang makan lembur yang seharusnya diberikan kepada

staf puskesmas. Pemberian kompensasi Rp 10.000 (extra fooding) per setiap kali jaga malam yang dirasakan staf tidak sesuai dengan beban kerja yang bertambah.

Tidak sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.02/2011 tentang standar biaya tahun

(28)

Tabel 1.2 Standar Biaya Tahun Anggaran 2011-2012

No Uraian Biaya Tahun

2011

1. Satuan Biaya Uang Makan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

20.000 Orang

• Golongan I dan II 25.000 Orang

• Golongan III 27.000 Orang

• Golongan IV 29.000 Orang

2. Satuan Biaya Uang Lembur dan Uang Makan Lembur

Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.02/2010 dan Nomor 84/PMK.02/2011

Kompensasi lain yang diharapkan oleh staf seperti insentif dan lauk pauk

sebelumnya ada menjadi tidak ada yaitu insentif triwulan ke empat dan lauk pauk

triwulan ke empat tidak terbayarkan kepada staf puskesmas yang merupakan hak dari

staf puskesmas sebagai Pegawai Negeri Sipil (Sur, 2011).

Sebagai perbandingan dari kompensasi, telah dilakukan survei pendahuluan

pada tanggal 8 Maret 2012, dimana untuk kompensasi yang diterima staf puskesmas

pelayanan 24 jam di Dinas Kesehatan kota Medan. Seorang dokter, diberi kompensasi

(29)

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan tersebut dengan adanya

desain pekerjaan dan kompensasi yang tidak sesuai mengakibatkan kinerja staf

puskesmas menjadi menurun, ditandai dengan kehadiran dan pulang yang tidak tepat

waktu, tingginya tingkat absensi dengan berbagai alasan, sehingga mereka lebih

mengutamakan mencari penghasilan tambahan di luar pekerjaan utama mereka yaitu

Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Beberapa penelitian terdahulu yang menunjukan ada pengaruh desain

pekerjaan dan kompensasi terhadap kinerja. Penelitian terdahulu tentang desain

pekerjaan yaitu Sembiring (2011) dengan judul pengaruh desain pekerjaan terhadap

prestasi kerja pegawai pada regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan,

menunjukan bahawa variabel desain pekerjaan (X) berpengaruh yang positif dan

signifikan terhadap prestasi kerja (Y) pegawai pada regional VI Badan Kepegawaian

Negara Medan.

Penelitian Dito (2010) dengan judul pengaruh kompensasi terhadap kinerja

karyawan PT. Slamet Langgeng Purbalingga, menunjukan kompensasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja. Warsidi (2004) dengan judul pengaruh

kompensasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru menunjukan kompensasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, perlu dilakukan studi tentang

pengaruh desain pekerjaan dan kompensasi terhadap kinerja staf puskesmas

kabupaten Simalungun, sehingga dapat memberikan kontribusi pemikiran untuk

(30)

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah apakah desain pekerjaan (tanggung jawab, prosedur kerja, standar kualitas

kerja) dan kompensasi (kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung)

berpengaruh terhadap kinerja staf puskesmas kabupaten Simalungun.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh desain pekerjaan

(tanggung jawab, prosedur kerja, standar kualitas kerja) dan kompensasi (kompensasi

langsung dan kompensasi tidak langsung) terhadap kinerja staf puskesmas kabupaten

Simalungun.

1.4 Hipotesis

Terdapat pengaruh signifikan desain pekerjaan (tanggung jawab, prosedur

kerja, standar kualitas kerja) dan kompensasi (kompensasi langsung dan kompensasi

tidak langsung) terhadap kinerja staf puskesmas kabupaten Simalungun

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan

Kabupaten Simalungun dalam upaya peningkatan kinerja staf puskesmas

kabupaten Simalungun untuk mencapai tujuan organisasi

2. Dapat memberi masukan bagi puskesmas kabupaten Simalungun

(31)

3. Sebagai khasanah menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desain Pekerjaan

2.1.1 Pengertian Desain Pekerjaan

Suatu penyebab utama kinerja pekerjaan yang efektif adalah perancangan

pekerjaan. Dalam pengertian tekhnis, perancangan pekerjaan merujuk pada proses

dimana manajer menetapkan tugas dan otoritas karyawan. Perancangan pekerjaan

berusaha mengidentifikasikan kebutuhan karyawan dan organisasi yang paling

penting, menyingkirkan penghalang di tempat kerja yang membuat kebutuhan

tersebut menemui jalan buntu (Ivancevich et al, 2007).

Desain pekerjaan dihubungkan dengan proses dimana manajer

menspesifikasikan isi, metode dan hubungan pekerjaan untuk memiliki kepentingan

organisasi dan individu. Dan harus menjelaskan isi dan tugas serta posisi pimpinan

unit serta hubungan posisi masing-masing anggota timnya. Kemudian yang dimaksud

dengan desain pekerjaan adalah cara tugas-tugas digabungkan untuk menciptakan

pekerjaan individu, tingkat fleksibilitas (keluwesan) yang dimiliki karyawan dalam

pekerjaan mereka, dan ada atau tidaknya sistem pendukung organisasi (seperti

perawatan di tempat kerja dan cuti keluarga). Semuanya berpengaruh langsung pada

kinerja dan kepuasan karyawan (Rivai dan Sagala, 2010)

(33)

pekerjaan yang dilakukan dengan mengandalkan, mempertimbangkan job enlargment

yaitu praktek untuk memperluas isi daripada suatu pekerjaan yang meliputi jenis dan

tugas dalam tingkat yang sama dan jobenrichment yaitu praktek yang memberikan karyawan tingkat kebebasan yang lebih tinggi terhadap perencanaan dan

pengorganisasian melalui implementasi kerja dan evaluasi kerja (Greenberg dan

Baron,1996)

Handoko (2011) menyatakan desain pekerjaan adalah fungsi penetapan

kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau kelompok karyawan secara

organisasional. Tujuannya adalah untuk mengatur penugasan-penugasan kerja yang

memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi, tekhnologi dan keprilakuan. Sejalan

dengan Rivai (2004) rancang pekerjaan adalah proses penentuan tugas-tugas yang

akan dilaksanakan, metode-metode yang digunakan untuk melaksanakan tugas ini,

dan bagaimana pekerjaan tersebut berkaitan dengan pekerjaan lainnya di dalam

perusahaan. Menurut Irawan (2003) desain pekerjaan adalah struktur bangunan

pekerjaan yang disusun sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dikerjakan

dengan cara yang efisien dan efektif. Desain pekerjaan yang ideal selalu

memperhatikan :

1. Tanggung jawab

Serentetan pernyataan tertulis tentang tugas yang akan dikerjakan oleh

pegawai atau pekerja yang berisi informasi tentang tanggung jawab yang

(34)

2. Urutan kegiatan/ prosedur kerja (SOP)

Informasi yang rinci tentang urutan kegiatan atau prosedur kerja, yang

dilengkapi dengan informasi yang lebih rinci seperti langkah-langkah tekhnis,

alternatif jalan keluar yang mungkin timbul dalam pelaksanaan pekerjaan.

3. Standar kualitas pekerjaan

Merupakan derajat ukur kerja, dengan derajat inilah suatu kinerja dinilai baik

atau buruk, sesuai dengan prosedur atau tidak, sah atau melanggar aturan,

layak jual atau tidak. Standar kualitas kerja biasanya mengacu pada produk

akhir suatu pekerjaan, tetapi kadangkala standar kualitas ini dibuat untuk

menilai suatu proses pekerjaan

Desain pekerjaan atau rancang pekerjaan merupakan pengembangan dari

analisis pekerjaan terkait dengan upaya untuk memperbaiki efisiensi, efektifitas,

produktifitas, dan kinerja perusahaan. Dalam merancang pekerjaan hendaknya

memperhatikan hubungan antara teknologi dengan manusia. Selain itu juga harus

memfasilitasi pencapaian tujuan perusahaan serta mengetahui kapasitas dan

kebutuhan karyawan yang melaksanakan pekerjaan tersebut.

Desain pekerjaan menguraikan cakupan, kedalaman, dan tujuan dari setiap

pekerjaan yang membedakan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang

lainnya. Tujuan pekerjaan dilaksanakan melalui analisis kerja, dimana para manejer

menguraikan pekerjaan sesuai dengan aktifitas yang dituntut agar membuahkan hasil

(Gibson, 1987). Dalam rancang pekerjaan (job design) ada tiga hal penting untuk

(35)

1. Rancangannya harus mencerminkan pemenuhan tuntutan lingkungan.

2. Mencapai hasil dan kepuasan pekerjaan yang maksimal.

3. Para pelaksana harus mampu berperan sebagai umpan balik.

2.1.2 Komponen Desain Pekerjaan

Ada 7 (tujuh) komponen dari desain pekerjaan yang harus diperhatikan yaitu

(Hatani, 2008) :

1. Spesialisasi tenaga kerja

Spesialisasi tenaga kerja,Adam Smith (1876) mengemukakan bahwa

spesialisasi tenaga kerja dan pekerja akan membantu menekan biaya tenaga

kerja dengan beberapa cara :

a. Karyawan mengalami pengembangan keterampilan dan proses belajar

yang lebih cepat karena adanya pengulangan pekerjaan.

b. Berkurangnya waktu yang terbuang karena karyawannya tidak

berganti-ganti pekerjaan atau peralatan.

c. Peralatan yang terspesialisasi berkembang dan investasi akan berkurang

karena karyawan memiliki hanya sedikit peralatan yang dibutuhkan untuk

tugas-tugas tertentu.

d. Charles Babbage (1832) menetapkan bahwa pertimbangan keempat juga

penting dalam rangka efisiensi tenaga kerja yaitu menyarankan agar

perusahaan membayar upah yang disesuaikan dengan keahlian tertentu

(36)

2. Perluasan pekerjaan

Perluasan pekerjaan,dalamupaya meningkatkan mutu kerja maka terjadi

perubahan pola dari sistem spesialisasi pekerjaan kearah desain pekerjaan

yang lebih bervariasi. Teori yang melatar belakangi hal tersebut adalah bahwa

variasi membuat pekerjaan menjadi lebih baik sehingga mutu kerja para

karyawan meningkat. Artinya hal tersebut akan menguntungkan karyawan dan

organisasi. Modifikasi pekerjaan dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

a. Job enlargment dimana pada pekerjaan yang bersangkutan ditambahkan tugas-tugas yang membutuhkan keahlian yang sama.

b. Job rotation merupakan versi job enlargement yang terjadi bila tidak dilakukan penambahan tugas tetapi dilakukan dengan cara memberikan

karyawan pengalaman dengan pekerjaan lain, dimana karyawan dapat

berpindah dari satu pekerjaan terspesialisasi kepekerjaan lainnya.

c. Job enrichment adalah job dimana pekerjaan ditambah unsur perencanaan dan

pengendalian. Job enrichment dapat dianggap perluasan vertikal sedangkan job enlargment adalah perluasan horizontal.

3. Unsur kejiwaan

Unsur kejiwaan suatu desain pekerjaan,strategi sumber daya manusia yang

efektif juga memberikan unsur kejiwaan (psikologi) dari desain pekerjaan.

Unsur kejiwaan dari desain pekerjaan memfokuskan bagaimana mendisain

(37)

4. Kelompok kerja yang mandiri

Kelompok kerja yang mandirimerupakan suatu kelompok kerja yang terdiri

dari orang-orang yang berdaya guna yang bekerja untuk mencapai tujuan yang

sama. Kelompok kerja tersebut efektif karena dapat dengan mudah

memberdayakan karyawan melaksanakan karakteristik pekerjaan inti dan

memberikan banyak dari kebutuhan kejiwaan anggota kelompok. Pendekatan

kelompok dan pendekatan peluasan pekerjaan lainnya harus tidak hanya

meningkatkan mutu kerja dan kepuasan kerja tetapi juga harus bisa

memotivasi karyawan untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi.

5. Motivasi dan sistem insentif

Motivasi dan sistem insentif, selain faktor kejiwaan, uang sering berfungsi

sebagai pemberi motivasi jiwa maupun kerja. Penghargaan dalam bentuk uang

biasanya meliputi :

a. Bonus biasanya dalam bentuk uang tunai.

b. Pembagian laba untuk dibagikan kepada para karyawan.

c. Sistem insentif yang berdasarkan produktivitas individu ataupun

kelompok yang mendasarkan pada pencapaian produksi di atas standar

yang ditentukan.

6. Ergonomis dari metoda kerja

Ergonomi dan metode kerja,manajer operasi tertarik untuk membangun

hubungan baik antara manusia dengan mesin. Rancangan peralatan dan

(38)

7. Tempat kerja yang visual (visual workplace)

Tempat kerja yang visual (visual workplace) merupakan penggunaan beragam teknik komunikasi visual untuk mengkomunikasikan informasi secara cepat

bagi semua pihak yang berkepentingan. Tampilan grafik yang dirancang

secara baik akan menghilangkan kebingungan dan menjadikan cetakan serta

pekerjaan administrasi yang dimengerti. Sistem visual juga

mengkomunikasikan gambaran yang lebih besar membantu karyawan untuk

memahami keterkaitan antara aktifitas harian mereka dan kinerja organisasi

secara keseluruhan.

2.1.3 Unsur-Unsur Desain Pekerjaan (Job Design)

Untuk memahami kegiatan desain pekerjaan Gambar 2.1 dibawah ini

memberikan suatu kerangka yang mengidentifikasikan sasaran-sasaran desain

pekerjaan dan tantangan-tantangan yang dihadapinya (Handoko, 2011). Perancangan

suatu pekerjaan mencerminkan elemen organisasi, lingkungan, dan tingkah laku.

Menurut Rivai dan Sagala (2010) para ahli perancang pekerjaan mengambil

elemen-elemen ini sebagai bahan pertimbangan menciptakan pekerjaan yang

memuaskan dan produktif. Setiap elemen rancang pekerjaan mempunyai nilai penting

yang berbeda-beda tergantung orang yang merancang. Produktifitas karyawan dan

kepuasan kerja akan memberikan umpan balik, seberapa baik suatu pekerjaan

dirancang. Rancang pekerjaan yang kurang baik akan memberikan produktifitas

rendah, karyawan sering berpindah, ketidakhadiran, keluhan, sabotase, perpecahan

(39)

Input Proses Output yang Transformasi diharapkan

Gambar 2.1 Rancang Pekerjaan Input-Output

Sumber : Rivai dan Sagala 2010

Menurut Rivai dan Sagala (2010) penjelasan selengkapnya unsur-unsur yang

memengaruhi dalam rancang pekerjaan (job design) dari Gambar 2.1 adalah sebagai

berikut:

1. Unsur organisasi

Elemen organisasi berkaitan dengan maslah efisiensi. Pekerjaan dirancang secara

efisien untuk mendorong karyawan yang mampu dan termotivasi untuk mencapai

produktifitas maksimum dengan cara-cara yang terbaik. Upaya tersebut

menunjukan bahwa spesialisasi merupakan kunci dalam rancang pekerjaan.

Unsur organisasi (organizational element) dalam rancang pekerjaan menggunakan

pendekatan :

a. Mekanistik (mechanistic approach) di sini peningkatan efisiensi kerja

dijadikan dasar dalam memahami manajemen sebagai salah satu disiplin ilmu

sosial.

Unsur Organisasi

Rancang Pekerjaan

Produktivitas dan Kepuasan Kerja

Unsur Lingkungan

Unsur Perilaku

(40)

b. Aliran kerja (work flow) memengaruhi sifat produk dan hasil jasa

c. Pendekatan Ergonomik (ergonomic) melakukan optimalisasi produk dengan

memperbaiki hubungan karyawan dengan lingkungan kerja.

2. Unsur lingkungan

Aspek kedua dalam rancang pekerjaan berhubungan dengan elemen lingkungan

seperti kemampuan dan ketersediaan tentang potensi karyawan potensial dan

harapan sosial mereka serta sikap fisik karyawan (ergonomic). a. Kemampuan dan ketersediaan karyawan.

b. Pertimbangan efisiensi harus seimbang dengan kemampuan dan ketersediaan

orang yang akan melakukan pekerjaan itu.

c. Harapan sosial dan budaya.

d. Kemampuan menerima suatu rancang pekerjaan juga dipengaruhi oleh

harapan budaya dan sosial.

e. Sikap tubuh karyawan.

f. Kinerja optimal memerlukan hubungan sikap fisik antara pekerja dan

pekerjaannya yang harus dipertimbangkan dalam merancang pekerjaan.

3. Unsur keprilakuan

Pekerjaan tidak bisa dirancang hanya dengan menggunakan elemen-elemen yang

mengarah pada efisiensi. Sebagai gantinya, para perancang pekerjaan

menggunakan riset perilaku untuk menyediakan suatu lingkungan pekerjaan yang

membantu mencukupi kebutuhan individu. Tingkat kebutuhan tertentu menjadi

(41)

Ada beberapa elemen keperilakuan yang perlu dipertimbangkan dalam desain

pekerjaan, yaitu

a. Otonomi

Yang berarti mempunyai tanggung jawab atas apa yang dilakukan dengan

memberi wewenang mengambil keputusan untuk pekerjaan.

b. Variasi

Penggunaan dari keterampilan dan kemampuan yang berbeda, selain itu

kurangnya variasi menimbulkan kebosanan sehingga sering melakukan

kesalahan

c. Identitas

Apabila tidak mempunyai identitas, maka kurang tanggung jawab dan

kepuasan kerja menurun

d. Hubungan tugas

Informasi atas kinerja

e. Umpan balik

Perlunya penilaian tugas dengan mengontrol keempat unsur diatas

2.2 Kompensasi

2.2.1 Pengertian Kompensasi

Untuk menarik orang supaya memasuki organisasi, mengusahakan supaya

karyawan datang bekerja, dan untuk memotivasi mereka supaya bekerja lebih baik

(42)

menukarkan waktu mereka, kemampuan, keterampilan dan usaha mereka dengan

kompensasi yang dihargai.

Menurut Dessler (2007) kompensasi adalah setiap bentuk pembayaran atau

kompensasi yang diberikan kepada karyawan yang berasal dari pekerjaan mereka.

Kompensasi karyawan mempunyai dua komponen utama yaitu :

1. Kompensasi langsung dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi, bonus.

2. Kompensasi tidak langsung dalam bentuk tunjangan keuangan lainnya seperti

asuransi dan liburan, pelatihan yang dibayarkan oleh perusahaan.

Berdasarkan pendapat Sikula (1981) bahwa proses administrasi upah atau gaji

(kadang-kadang disebut kompensasi) melibatkan pertimbangan atau keseimbangan

perhitungan. Pemberian upah merupakan kompensasi, pembayaran untuk pelayanan

yang telah diberikan oleh pegawai sangat banyak bentuk-bentuk pembayaran upah,

baik yang berupa uang (financial) maupun yang bukan berupa uang (non financial). Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas

jasa untuk kerja mereka. Kompensasi berkaitan dengan kompensasi internal dan

eksternal. Kompensasi internal berkaitan dengan konsep penggajian relatif dalam

organisasi sedang kompensasi eksternal berkaitan dengan tingkat relatif struktur

penggajian dalam suatu organisasi dibanding dengan struktur penggajian yang

berlaku diluar organisasi (Handoko, 2011) .

Menurut Simamora (2006) kompensasi meliputi kembalian-kembalian

finansial dan jasa-jasa serta tunjangan-tunjangan yang diterima oleh karyawan

(43)

diterima oleh karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada organisasi.

Kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat

dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yang dapat

berupa gaji, upah, bonus, insentif, dan tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti,

dan lain-lain (Hariandja, 2005).

Menurut Mangkuprawira (2003) secara garis besar program kompensasi dapat

dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

Berdasarkan bentuknya kompensasi dibagi atas :

1. Kompensasi finansial (financial compensastion)

a. Kompensasi finansial langsung terdiri atas bayaran langsung (pay) yang

diperoleh seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus, atau komisi.

b. Kompensasi finansial tidak langsung merupakan tunjangan, meliputi semua

imbalan finasial yang tidak tercakup dalam kompensasi finansial tidak

langsung.

2. Kompensasi non finansial (non financial compensastion)

Kompensasi non finasial merupakan kompensasi dalam bentuk kepuasan

seseorang yang diperoleh dari pekerjaan itu sendiri, atau dari lingkungan baik

secara fisik atau psikologis dimana orang tersebut bekerja. Ciri dari kompensasi

non finansial ini meliputi kepuasan yang didapat dari pelaksanaan tugas-tugas

(44)

Berdasarkan cara pemberiannya dibagi atas (Samsudin, 2010):

1. Kompensasi langsung (direct compensation) adalah penghargaan yang berupa gaji/ upah yang dibayar secara tetap berdasarkan tenggang waktu yang tetap.

Ada beberapa cara penghitungan dalam melakukan penyusunan upah dan gaji

yaitu :

a. Upah menurut prestasi kerja

Upah dan gaji yang diberikan semakin tinggi bila karyawan berprestasi. Oleh

karena itulah perlu dilakukan penilaian prestasi kerja karyawan.

b. Upah menurut lama kerja

Semakin lama seseorang bekerja, semakin tinggi upah dan gaji yang

diperoleh.

c. Upah menurut senoritas

Semakin senoritas seorang karyawan, semakin tinggi upah dan gaji yang

diperoleh.

d. Upah menurut kebutuhan

Upah yang diberikan kepada karyawan yang belum berkeluarga akan berbeda

upah dan gajinya dibandingkan dengan karyawan yang sudah berkeluarga

karena adanya tanggungan anak dan istri.

2. Kompensasi tidak langsung (indirect compensation)

Kompensasi tidak langsung adalah pemberian bagian keuntungan/ manfaat lainnya

(45)

tidak angsung mempunyai banyak jenis dan bentuknya, untuk itu dikelompokan

menjadi tiga kelompok besar yaitu:

a. Jaminan keamanan dan kesejahteraan bekerja

b. Pembayaran upah selama tidak bekerja

c. Pelayanan dan penyediaan fasilitas bagi pekerja

Kompensasi pelengkap termasuk kedalam kompensasi tidak langsung.

Kompensasi pelengkap (fringe benefit) merupakan salah satu bentuk pemberian kompensasi berupa penyediaan paket dan program pelayanan karyawan, dengan

maksud mempertahankan keberadaan karyawan dalam jangka panjang.

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Pemberian Kompensasi

1. Fungsi pemberian kompensasi

Menurut Samsudin (2010) fungsi pemberian kompensasi adalah sebagai

berikut :

a. Pengalokasian sumber daya manusia secara efesien

b. Fungsi ini menunjukan pemberian kompensasi pada karyawan yang

berprestasi akan mendorong mereka untuk bekerja lebih baik.

c. Penggunaan sumber daya manusia secara lebih efisien dan efektif

d. Dengan pemberian kompensasi kepada karyawan mengandung implikasi

bahwa organisasi akan menggunakan tenaga karyawan dengan seefisien dan

seefektif mungkin.

(46)

f. Sistem pemberian kompensasi dapat membantu stabilisasi organisasi dan

mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

2. Tujuan pemberian kompensasi

Pemberian kompensasi bertujuan sebagai berikut :

a. Pemenuhan kebutuhan ekonomi

b. Karyawan menerima kompensasi berupa upah, gaji atau bentuk lainnya adalah

untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau dengan kata lain,

kebutuhan ekonominya.

c. Meningkatkan produktivitas kerja

d. Pemberian kompensasi yang makin baik akan mendorong karyawan bekerja

secara produktif.

e. Memajukan organisasi atau perusahaan

f. Semakin berani suatu perusahaan atau organisasi memberikan kompensasi

yang tinggi, semakin menunjukan betapa makin suksesnya suatu perusahaan,

sebab pemberian kompensasi yang tinggi hanya mungkin apabila pendapatan

perusahaan yang digunakan untuk itu makin besar.

g. Menciptakan keseimbangan dan keadilan

Ini berarti berhubungan dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh

karyawan pada jabatan sehingga tercipta keseimbangan antara “input"

(47)

2.2.3 Kompensasi Insentif

Insentif diartikan sebagai bentuk pembayaran yang dikaitkan dengan kinerja

dan gainsharing, sebagai pembagian keuntungan bagi karyawan akibat peningkatan produktifitas atau penghematan biaya (Rivai dan Sagala, 2010). Menurut Moekiyat

(2010) insentif sering dipergunakan untuk menunjukan pembayaran jasa yang baik

pada pekerja kasar atau administratif yang memadukan pengawas upah yang

dirumuskan termasuk gaji, tradisi makan minuman dan perumahan dalam arti input, insentif, merupakan balas jasa, yang dibayar atas kesatuan hasil.

Nitisemito (2002 ) insentif adalah penghasilan tambahan yang diberikan pada

pekerja atau pegawai yang dapat memberikan prestasi yang telah diberikan. Beberapa

sifat dasar dalam sistem pengupahan insentif adalah :

1. Sistem pembayaran agar diupayakan cukup sederhana, sehingga mudah

dimengerti dan dihitung oeh pegawai yang bersangkutan sendiri.

2. Upah insentif yang diterima benar-benar dapat menaikan motivasi kerja

mereka, sehingga output dan efisiensi kerjanya juga meningkat.

3. Pelaksanaan pengupahan insentif hendaknya cukup cepat, sehingga pegawai

yang berprestasi lebih cepat pula merasakan nikmatnya berprestasi.

4. Penentuan standar kerja atau standar produksi hendaknya secermat mungkin

dalam arti tidak terlalu tinggi, sehingga terjangkau oleh umumnya pegawai,

atau tidak terlalu rendah, sehingga tidak terlalu mudah dicapai pegawai.

5. Besarnya upah normal dengan standar kerja per jam hendaknya cukup

(48)

2.2.4 Tujuan Insentif

Tujuan utama dari insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan

dorongan kepada karyawan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil

kerjanya (Rivai dan Sagala, 2010).

Menurut Sarwoto (2000) secara garis besar jenis insentif dapat digolongkan

menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Insentif material

Ada bermacam-macam cara dalam memberikan balas jasa kepada karyawan

untuk pekerjaan yang telah dilaksanakan. Balas jasa seseorang pekerja dapat

didasarkan pada:

a. Waktu

Berwujud gaji dengan jumlah tertentu yang dibayarkan perbulan kepada

seorang karyawan. Cara ini dapat digunakan bilamana sulit atau mahal

biayanya untuk mengukur hasil pekerjaan karyawan yanng bersangkutan.

b. Hasil pekerjaan

Diwujudkan dalam bentuk pembayaran yang dibayarkan berdasarkan besar

kecilnya hasil pekerjaan.

c. Gabungan waktu

Diwujudkan dalam bentuk kombinasi antara waktu dengan hasil pekerjaan

(49)

Insentif material dapat diberikan dalam bentuk:

a. Uang

Insentif material yang berbentuk uang dapat diberikan dalam berbagai macam,

antara lain:

b. Bonus

Uang yang dibayar sebagai balas jasa atas hasil pekerjaan yang telah

dilaksanakan. Diberikan secara selektif dan khusus kepada pekerja yang

berhak menerimanya. Diberikan sekali terima tanpa sesuatu ikatan dimasa

yang akan datang.

2. Komisi

a. Merupakan sejenis bonus yang dibayarkan kepada pihak yang menghasilkan

pekerjaan yang baik.

b. Lazimnya dibayarkan sebagai bagian dari pada penjualan dan diterima kepada

pekerja bagian penjualan.

3. Profit sharing

Merupakan pembagian keuntungan kepada karyawan dari laba perusahaan sebesar

prestasi yang ditentukan dan pembayaran preminya bisa dibayar tunai pada akhir

tahun atau bisa juga ditunda sampai dengan waktu pensiun seorang karyawan.

4. Kompensasi yang ditangguhkan

Merupakan jenis pembayaran balas jasa yang mencakup pembayaran di kemudian

(50)

a. Bantuan hari tua

Secara umum akan dapat merealisir pada perusahaan yang kondisi

keuangannya cukup kuat dengan memiliki masa depan yang cukup baik.

b. Pensiun

Di Indonesia program ini hanya diperuntukkan pada pegawai negeri. Dana

pensiun ini dibiayai oleh karyawan karena diperoleh dengan pemotongan gaji

karyawan tiap bulan sewaktu karyawan tersebut masih aktif bekerja.

c. Jaminan sosial

Biasanya diberikan secara kolektif, tidak ada unsur kompetitif dan setiap

karyawan dapat memperoleh secara rata dan otomatis, berupa :

pemberian rumah dinas, pengobatan secara cuma-cuma, pemberian kredit

kepada pekerja atas barang-barang yang dibeli dan ditanggung oleh

kompensasi perusahaan, pemberian status pelajar.

2. Insentif non-material dapat diberikan dalam berbagai macam bentuk, antara lain:

a. Pemberian gelar (title) secara resmi b. Pemberian balas jasa

c. Pemberian piagam penghargaan

d. Pemberian promosi

e. Pemberian hak untuk menggunakan sesuatu atribut dan fasilitas perusahaan

(51)

2.3 Kinerja

2.3.1 Kinerja Staf Puskesmas

Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu

organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukan kinerja yang memuaskan dan

memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi

tersebut. Kinerja adalah tingkat keberhasilan atau kelompok orang dalam

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan

dan standar yang telah tetapkan (Sulistiani, 2011)

Istilah kinerja berasal dari job performance atau actual performance (prestasi

kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Pengertian kinerja adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

(Mangkunegara, 2009). Menurut Prawirosentono (2004) Kinerja/ Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam

rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Menurut Gibson (2005) kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut

ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Sedangkan kinerja juga

merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok dalam suatu

(52)

rangka mencapai tujuanorganiasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral etika.

Sutrisno (2011) mengartikan kinerja sebagai tingkat keberhasilan individu

dalam melaksanakan pekerjaannya. mengemukakan secara umum dapat dinyatakan

empat aspek dari kinerja yaitu :

a. Kualitas yang dihasilkan

Menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu, dan ketepatan dalam

melakukan tugas.

b. Kuantitas yang dihasilkan

c. Berkenaan dengan berapa jumlah produk atau jasa yang dihasilkan.

d. Waktu kerja

e. Menerangkan akan berapa jumlah absen, keterlambatan, serta masa kerja yang

telah dijalani individu pegawai tersebut.

f. Kerja sama

g. Merupakan ikatan jangka panjang bagi semua komponen perusahaan dalam

melakukan berbagai aktifitas kerja. Kerjasama merupakan tuntutan bagi

keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, sebab

dengan adanya kerjasama yang baik akan memberikan kepercayaan (trust) pada berbagai pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak

(53)

2.3.2 Faktor- faktor Yang Memengaruhi Kinerja

Menurut Gibson et al dalam dalam Ilyas (2001) ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja (kinerja) yaitu :

1. Variabel individual meliputi kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik),

latar belakang (keluarga, tingkat sosial, penggajian) dan demografis (umur,

asal-usul, jenis kelamin)

2. Variabel organisasional meliputi sumber daya, kepeminpinan, imbalan,

struktur, dan desain pekerjaan

3. Variabel psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan

motivasi.

2.3.3 Penilaian Kinerja ( Prestasi Kerja)

Penilaian kinerja (Prestasi kerja) adalah proses oleh organisasi untuk

mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan (Samsudin, 2010). Penilaian

kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk

mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan,

perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran (Rivai, 2004).

2.3.4 Tujuan Penilaian Kinerja

Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua alasan

pokok yaitu :

1. Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan pada

masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan dibidang SDM dimasa

(54)

2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu

karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan,

mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk perkembangan karier

dan memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang bersangkutan dengan

karyawannya.

2.3.5 Manfaat Penilaian Kinerja (Prestasi kerja)

Menurut Samsudin (2010),terdapat 10 (sepuluh) manfaat yang dapat dipetik

dari penilaian kerja, yaitu sebagai berikut :

1. Perbaikan Prestasi Kerja

2. Penyesuaian kompensasi

3. Keputusan penempatan

4. Kebutuhan latihan dan pengembangan

5. Perencanaan dan pengembangan karier

6. Penyimpanan proses staffing 7. Ketidakakuratan informasional

8. Kesalahan desain pekerjaan

9. Kesempatan kerja yang adil

10. Tantangan eksternal

2.3.7 Metode Penilaian Kinerja

Menurut Dessler (2001) Ada beberapa metode penilaian kinerja yaitu :

a. Rating Scales (skala rating)

(55)

c. Work Standar (standar kerja)

d. Ranking, Forced Distribution (distribusi yang dipaksakan)

e. Forced-choice and Weighted Checklist Performance Report (pemilihan yang

dipaksakan dan laporan pemeriksaan kinerja tertimbang)

f. Behaviorally Anchored Scales

g. Metode Pendekatan Management By Objective

Sementara itu menurut Antonioni (1996) pendekatan penilaian kinerja 360

derajat merupakan bentuk pendekatan yang diharapkan dapat mengurangi bias dan

subjektifitas dari penilaian kinerja dengan pendekatan atas-bawah. Secara defenisi

penilaian kinerja 360 derajat dapat diartikan sebagai proses yang melibatkan kegiatan

pengumpulan data-data perihal persepsi atas perilaku seseorang atau individu serta

dampak perilaku tersebut kepada atasan (pimpinan), kolega (peers), bawahan dan anggota-anggota lain dalam satu tim. Ada 4 (empat) elemen yang mendasari sisitem

penilaian kinerja 360 derajat :

1. Penilaian ke atas (upward appraisal)

Penilaian yang dilakukan bawahan terhadap hasil dan pencapaian atasannya.

2. Penilaian mengarah kebawah (downward appraisal)

Format penilaian tradisional dimana atasan menilai bawahan.

3. Penilaian setara (peer appraisal)

Penilaian yang diberikan kepada seorang karyawan oleh rekan sekerjanya.

(56)

Penilaian yang diberikan oleh pribadi tiap pegawai mengenai hasil

pencapaiannya sekarang dan rencana jangka panjang.

2.4 Landasan Teori

. Menurut Irawan (2003) desain pekerjaan adalah struktur bangunan pekerjaan

yang disusun sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dengan

cara yang efisien dan efektif. Desain pekerjaan yang ideal selalu memperhatikan :

1. Tanggung jawab

Serentetan pernyataan tertulis tentang tugas yang akan dikerjakan,

mengandung informasi tentang tanggung jawab yang diemban oleh pegawai/

pekerja yang bersangkutan.

2. Urutan kegiatan/ prosedur kerja (SOP)

Informasi yang rinci tentang urutan kegiatan atau prosedur kerja, yang

dilengkapi dengan informasi yang lebih rinci seperti langkah-langkah tekhnis,

alternatif jalan keluar yang mungkin timbul dalam pelaksanaan pekerjaan.

3. Standar kualitas pekerjaan

Merupakan derajat ukur kerja, dengan derajat inilah suatu kinerja dinilai baik

atau buruk, sesuai dengan prosedur atau tidak, sah atau melanggar aturan,

layak jual atau tidak. Standar kualitas kerja biasanya mengacu pada produk

akhir suatu pekerjaan, tetapi kadangkala standar kualitas ini dibuat untuk

(57)

Menurut Dessler (2007) kompensasi adalah setiap bentuk pembayaran atau

kompensasi yang diberikan kepada karyawan yang berasal dari pekerjaan mereka.

Kompensasi karyawan mempunyai dua komponen utama yaitu :

1. Kompensasi langsung dalam bentuk upah, gaji, insentif, komisi, bonus

2. Kompensasi tidak langsung dalam bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi

dan liburan yang dibayarkan oleh perusahaan.

Sutrisno (2011) mengartikan kinerja sebagai tingkat keberhasilan individu

dalam melaksanakan pekerjaannya. Secara umum dapat dinyatakan 4 (empat) aspek

dari kinerja yaitu :

1. Kualitas yang dihasilkan

Menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu, dan ketepatan dalam

melakukan tugas.

2. Kuantitas yang dihasilkan

Berkenaan dengan berapa jumlah produk atau jasa yang dihasilkan.

3. Waktu kerja

Menerangkan akan berapa jumlah absen, keterlambatan, serta masa kerja yang

telah dijalani individu pegawai tersebut.

4. Kerja sama

Merupakan ikatan jangka panjang bagi semua komponen perusahaan dalam

melakukan berbagai aktifitas kerja. Kerjasama merupakan tuntutan bagi

keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, sebab

(58)

pada berbagai pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak

langsung dengan perusahaan.

Gibsonet al. (1997) model teori kinerja individu terdiri dari variabel

kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku

kerja dan kinerja individu. Sedangkan variabel demografis mempunyai pengaruh

tidak langsung. Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap,

kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson banyak dipengaruhi

oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis..

Variabel organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,imbalan, struktur dan

desain pekerjaan. Berdasarkan hal di atas, maka gambaran skematis landasan teori

kinerja dari Gibson dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:

(59)

2.5 Kerangka Konsep

Dari telaah pustaka di atas, maka disusun suatu kerangka konsep yang

menyatakan pengaruh antara variabel dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya

gambaran skematis dari kerangka konsep dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam

penelitian ini, kerangka konsep terdiri dari 2 (dua) variabel yaitu :

1. Variabel bebas yaitu :

a. Desain pekerjaan

b. Kompensasi

2. Variabel terikat yaitu :

Kinerja yang diasumsikan variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.

Desain Pekerjaan

1. Tanggung Jawab 2. Urutan Pekerjaan 3. Standar Kualitas Kerja

Kinerja Staf Puskesmas

1. Kualitas 2. Kuantitas 3. Waktu Kerja 4. Kerja Sama Kompensasi

1. Kompensasi Langsung

2. Kompensasi tidak

Gambar

Gambaran Umum Kabupaten Simalungun.............................
Tabel 1.1  Indikator Cakupan Kinerja Puskesmas
Tabel 1.2  Standar Biaya Tahun Anggaran 2011-2012
Gambar 2.1  Rancang Pekerjaan Input-Output
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disarankan bagi perawat pelaksana untuk bekerja berdasarkan desain pekerjaan yang ditetapkan rumah sakit agar kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Majikan secara khusus, harus memastikan bahwa mereka telah menyediakan sarana kerja lingkungan tempat kerja yang baik dan menyenangkan kepada karyawan agar mereka

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KINERJA DENGAN KETIDAKPASTIAN PEKERJAAN DAN KOMITMEN PROFESIONAL SEBAGAI PEMODERASI (Studi Pada Staf Auditor Junior Kantor Akuntan Publik di

kerja staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-mula

Kinerja karyawan adalah hasil kerja karyawan dalam menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepada semua karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah

Peningkatan kinerja dalam organisasi merupakan tujuan pada semua unit-unit dengan melakukan penilaian terhadap karyawannya, sehingga diperlukan suatu analisis

4 Sepengetahuan Bapak/Ibu bidan memberikan penjelasan yang diperlukan tentang penyakit dan pengobatannya. 5 Sepengetahuan Bapak/Ibu bidan di puskesmas dapat diandalkan

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengawasan, disiplin kerja dan motivasi terhadap kinerja pegawai di UPTD Puskesmas Klotok Kabupaten Tuban baik secara