• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DESAIN PEKERJAAN TERHADAP KINERJA

PERAWAT PELAKSANA

DI RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

Yutiva Irnanda

071101021

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EFFECT OF JOB DESIGN ON EXECUTING NURSE

PERFORMANCE

AT ISLAMIC MALAHAYATI HOSPITAL MEDAN

THESIS

By : Yutiva Irnanda

071101021

NURSING FACULTY

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

MEDAN

(3)
(4)

Judul : Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Peneliti : Yutiva Irnanda

Program : Sarjana Keperawatan

Tahun Akademik : 2010/2011

ABSTRAK

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan merupakan sebuah organisasi institusi pelayanan kesehatan yang memiliki banyak tenaga kesehatan seperti perawat pelaksana. Perawat pelaksana tersebut memiliki tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang bermutu dapat dilihat dari kinerja yang dimiliki perawat pelaksana. Kinerja yang baik dapat tercapai jika perawat pelaksana bekerja berdasarkan desain pekerjaan yang ditetapkan. Desain pekerjaan merupakan rincian pekerjaan yang dimiliki perawat agar pekerjaan menjadi terarah, teratur dan efektif. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari - Maret menggunakan deskriptif korelasi dengan jumlah sampel 88 orang perawat pelaksana. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisa menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95 % ( =0,05). Hasil analisis univariat didapat desain pekerjaan yang dijalankan perawat dalam kategori baik (89,8%), dan kinerja perawat dalam kategori baik (87,5%). Hasil uji Exact Fisher diperoleh nilai p (=0,013) < alpha (=0,05) berarti terdapat pengaruh desain pekerjaan terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Disarankan bagi perawat pelaksana untuk bekerja berdasarkan desain pekerjaan yang ditetapkan rumah sakit agar kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dapat ditingkatkan.

(5)

Title : Effect Of Job Design On Executing Nurse Performance at Islamic Malahayati Hospital Medan

Researcher : Yutiva Irnanda

Program : Bachelor Of Nursing

Academic Year : 2010/2011

ABSTRACT

Islamic malahayati hospital medan is a institute organization of health service has many medising staff like executing nurse. The executing nurse has big responsibility to increase health service at hospital. Quality of health service can be looked from executing nurse performance. Best performance can be achieved if the executing nurse work on job design. Job design is job desk of executing nurse in order to aimed, regular an effektif working. The research carried out on january to march use correlation descriptive with 88 respondent. Data using quisioner has been validity and reliability. Analytic with Chi-Square with alpha 0,05. Result of this research shows good job design of executing nurse is 89,8% , good performance is 87,5% and test Exact Fisher p(=0,013) < alpha (0,05). It shows that job design has effect on executing nurse performance at Islamic Malahayati Hospital Medan. Recommended to executing nurse to work on job design of hospital in order to performance can be increased.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, peneliti panjatkan kepada Allah Swt, Rob semesta

alam yang telah menganugerahkan segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap

Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan“.

Skripsi ini merupakan buah karya yang tercipta dengan penuh perjuangan

dan pengorbanan pikiran, tenaga, waktu dan materi, baik peneliti sendiri maupun

pihak-pihak lain yang terlibat. Peneliti menyadari akan besarnya partisipasi dari

berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan skripsi ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti

mengucapkan banyak terima kasih dengan penuh penghargaan kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I.

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan II.

4. Ikhsanuddin A Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III dan

Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing dan memberi

motivasi selama menjalani perkuliahan.

5. Salbiah,S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi kepada peneliti dari awal hingga akhir penulisan

skripsi ini.

6. Diah Arruum, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji I yang telah memberikan

(7)

7. A.Fathi, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji II yang telah memberikan

bimbingan dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

8. Segenap staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang telah

menyumbangkan ilmu dan pemikirannya kepada peneliti yang menjadi

bekal dalam penulisan skripsi.

9. Kak Irna dan Segenap petugas perpustakaan Fakultas Keperawatan USU

dan Perpustakaan USU yang telah banyak membantu peneliti dalam

pencarian literatur untuk menunjang penulisan skripsi ini.

10.Segenap staf Tata Usaha Fakultas Keperawatan USU yang telah

memberikan pelayanan administrasi untuk menunjang kelancaran studi

peneliti.

11.Segenap staf laboratorium Fakultas Keperawatan USU yang membantu

peneliti saat meminjam alat – alat yang diperlukan saat praktikum,

khususnya buat kak sofi, kak lastri dan kak lili.

12.Liberta Lumbantoruan, S.Kp, M.Kep yang telah bersedia untuk

memvalidasi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini.

13.Halimatusakdiah selaku Kepala Sie Personalia RS Islam Malahayati

Medan yang telah memberikan izin dan membantu peneliti dalam

mengakses data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

14.Para Karu, perawat pelaksana dan staf lainnya di RS Islam Malahayati

Medan khususnya om udin yang telah melayani dan memfasilitasi peneliti

dalam pengumpulan data-data yang diperlukan.

15.Abah dan umak tercinta yang telah memberikan do’a, motivasi dan

dukungan baik moral maupun materi kepada peneliti sehingga skrispsi ini

(8)

16.Kakak, nenek, bunda dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan peneliti

dalam menyelesaikan studi.

17.Special one Robi Erianto, S.P (Retiva) yang selalu memotivasi,

menasehati, menyemangati peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi.

18.Sahabat-sahabatku Dwi Rizkina Busa, S.Kep, Kurcaci, Dhavius Vaniesta,

khususnya Genk AdQ (melati ikatan,wina kasih, rianti sayang, tiva cinta,

deChay putih, novi suci dan rini murni) yang telah membuat peneliti lebih

hidup dalam menjalani perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

19.Teman – teman PSIK A 2007 Fakultas Keperawatan USU khususnya Arif,

mba dew, semi, veza, eghi, nesia, yoga yang telah membantu peneliti

dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.

20.Segenap penghuni Kamboja 48, khususnya Ayud, kak nonik, kak yeni, kak

elfi, kak eka, bela, Irma dan kak ilyani yang telah menemani dan

menyemangati peneliti dalam mengerjakan skripsi.

21.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu peneliti dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya, peneliti menghaturkan permohonan maaf atas segala kesalahan dan

kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Besar harapan peneliti atas saran dan kritik

yang membangun dari segenap pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

diimplikasikan oleh semua pihak.

Medan , Juni 2011

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN……… i

ABSTRAK………... ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SKEMA ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 5

3. Pertanyaan Penelitian... 5

4. Manfaat Penelitian ... 6

4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan... 6

4.2. Bagi Penelitian Keperawatan ... 6

4.3. Bagi Rumah Sakit. ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Desain Pekerjaan ... 7

1.1. Pengertian Desain Pekerjaan ... 9

1.2. Unsur-Unsur Desain Pekerjaan... 10

1.3. Pedoman dalam Desain Pekerjaan ... 11

1.4. Pertimbangan dalam Menyusun Desain Pekerjaan ... 12

1.5. Manfaat Desain Pekerjaan ... 13

2. Kinerja ... 14

2.1. Pengertian Kinerja ... 14

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 15

2.3. Penilaian Kinerja... 16

2.4. Kinerja Perawat... 18

2.5. Indikator Kinerja Perawat... 19

2.6. Cara Menilai Kinerja Perawat... 20

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual... 30

2. Defenisi Operasional ... 32

3. Hipotesa Penelitian... 34

BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 35

2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4. Pertimbangan Etik ... 37

5.Instrumen Penelitian ... 38

6.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

7.Pengumpulan Data ... 43

(10)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil……….. 47

1.1. ... Analisi Univariat……… 47 1.1.1. ... Distri

busi Karakteristik Responden……… 47

1.1.2. ... Desai aruh Desain Pekerjaan Terhadap Kinerja Perawat

Pelaksana………. 50

Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Kinerja Perawat

Pelaksana……… 56

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan……… 60

2. Saran……….. 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden 5. Distribusi Frekuensi Desain Pekerjaan dan Kinerja Perawat 6. Hasil Uji Chi-Square Desain Pekerjaan dengan Kinerja Perawat 7. Distribusi Frekuensi Persentase Jawaban Setiap Indikator Desain

Pekerjaan dan Kinerja Pelaksana 8. Riwayat Hidup

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tabel defenisi operasional instrumen penelitian………. 32

Tabel 5.1. Karakteristik Demografi……….. 48

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Desain Pekerjaan……….... 49

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat……….. 49

(12)

DAFTAR SKEMA

(13)

Judul : Pengaruh Desain Pekerjaan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Peneliti : Yutiva Irnanda

Program : Sarjana Keperawatan

Tahun Akademik : 2010/2011

ABSTRAK

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan merupakan sebuah organisasi institusi pelayanan kesehatan yang memiliki banyak tenaga kesehatan seperti perawat pelaksana. Perawat pelaksana tersebut memiliki tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang bermutu dapat dilihat dari kinerja yang dimiliki perawat pelaksana. Kinerja yang baik dapat tercapai jika perawat pelaksana bekerja berdasarkan desain pekerjaan yang ditetapkan. Desain pekerjaan merupakan rincian pekerjaan yang dimiliki perawat agar pekerjaan menjadi terarah, teratur dan efektif. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari - Maret menggunakan deskriptif korelasi dengan jumlah sampel 88 orang perawat pelaksana. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisa menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95 % ( =0,05). Hasil analisis univariat didapat desain pekerjaan yang dijalankan perawat dalam kategori baik (89,8%), dan kinerja perawat dalam kategori baik (87,5%). Hasil uji Exact Fisher diperoleh nilai p (=0,013) < alpha (=0,05) berarti terdapat pengaruh desain pekerjaan terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Disarankan bagi perawat pelaksana untuk bekerja berdasarkan desain pekerjaan yang ditetapkan rumah sakit agar kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dapat ditingkatkan.

(14)

Title : Effect Of Job Design On Executing Nurse Performance at Islamic Malahayati Hospital Medan

Researcher : Yutiva Irnanda

Program : Bachelor Of Nursing

Academic Year : 2010/2011

ABSTRACT

Islamic malahayati hospital medan is a institute organization of health service has many medising staff like executing nurse. The executing nurse has big responsibility to increase health service at hospital. Quality of health service can be looked from executing nurse performance. Best performance can be achieved if the executing nurse work on job design. Job design is job desk of executing nurse in order to aimed, regular an effektif working. The research carried out on january to march use correlation descriptive with 88 respondent. Data using quisioner has been validity and reliability. Analytic with Chi-Square with alpha 0,05. Result of this research shows good job design of executing nurse is 89,8% , good performance is 87,5% and test Exact Fisher p(=0,013) < alpha (0,05). It shows that job design has effect on executing nurse performance at Islamic Malahayati Hospital Medan. Recommended to executing nurse to work on job design of hospital in order to performance can be increased.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Salah satu pusat dimana pelayanan kesehatan, pendidikan serta

penelitian diselenggarakan adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan

tempat orang mencari dan menerima pelayanan kesehatan serta tempat

pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan berbagai profesi

kesehatan lainnya diselenggarakan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di

rumah sakit memerlukan masyarakat pengelola rumah sakit yang terdiri dari

para penentu kebijakan, para pelaksana pelayanan medis dan para pelaksana

pelayanan non medis. Pencapaian tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit

bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi dalam menugaskan setiap orang

yang terlibat diperlukan organisasi (Azwar, 1999).

Organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara

orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan

sumber daya yang dimiliki. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk

organisasi institusi pelayanan kesehatan yang tenaganya multi disiplin, sarat

dengan dana dan teknologi sehingga tidak menutup kemungkinan adanya

konflik antar pihak yang berkepentingan, baik antara konsumen dengan

pelayanan, maupun antara pemilik dengan pengelola atau pengelola dengan

stafnya. Terkait dengan hal tersebut diperlukan peran organisasi yang mampu

mengatur pembagian seluruh tugas ke dalam berbagai kerja personil dengan

(16)

Salah satu unsur organisasi yang terkandung pada tiap personil adalah

desain pekerjaan. Dasar pemikiran pengelompokkan pekerjaan atau desain

pekerjaan terletak pada keperluan terhadap menyelesaikan berbagai masalah

yang dihadapi (Gibson, 1987). Sulipan (2000) menjelaskan bahwa desain

pekerjaan merupakan penetapan kegiatan atau aktivitas kerja seseorang atau

sekelompok karyawan secara organisasional yang tujuannya adalah untuk

mengatur penugasan kerja agar dapat memenuhi kebutuhan informasi.

Desain pekerjaan dapat juga diartikan rincian tugas dan cara pelaksanaan

tugas atau kegiatan yang mencakup siapa yang mengerjakan tugas, bagaimana

tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil apa yang diharapkan

(Herjanto,2001). Desain pekerjaan akan memberikan ketegasan dan standar

tugas yang harus dicapai oleh setiap karyawan, apabila desain pekerjaan yang

diberikan kurang jelas akan mengakibatkan karyawan kurang mengetahui

tugas dan tanggung jawabnya. Hal tersebut akan mempengaruhi kinerja

karyawan (Gibson, 1987).

Kinerja perawat merupakan kemampuan melaksanakan proses

keperawatan yang mengandung arti penerapan proses pemecahan masalah

keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasikan masalah-masalah

proses, merencanakan secara sistematis, dan melaksanakan serta mengevaluasi

tindakan keperawatan yang dilakukan (Mariner, 2004). Sejalan dengan

Effendy (1995) yang menyatakan bahwa kinerja seorang perawat dapat dilihat

dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

(17)

keperawatan dengan standar asuhan keperawatan, evaluasi persepsi pasien

terhadap mutu asuhan keperawatan, evaluasi kesesuaian tindakan perawat

dengan standar operasional prosedur. Mengacu pada peraturan Menkes RI

No.749 a tahun 1989 mengenai rekam medis, maka tenaga perawat

berkewajiban mendokumentasikan setiap asuhan keperawatan yang diberikan

kepada pasien disarana pelayanan kesehatan, dengan demikian dokumentasi

asuhan keperawatan adalah sesuatu yang mutlak dan harus ada disetiap

pelayanan kesehatan rumah sakit (Depkes, 2001).

Gibson (1987) menjelaskan terdapat tiga variabel yang mempengaruhi

perilaku dan kinerja seseorang perawat yaitu variabel individu, variabel

psikologi dan variabel organisasi. Variabel individu dikelompokkan pada sub

variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis.

Variabel psikologi terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian,

belajar dan motivasi. Variabel organisasi digolongkan dalam sub variabel

sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi dan desain

pekerjaan. Ketiga variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang

akhirnya akan berpengaruh pada kinerja personil dalam mencapai tujuan

pekerjaan. Berdasarkan pendapat Gibson tersebut, maka unsur desain

pekerjaan yang merupakan substansi dari variabel organisasi memiliki

pengaruh terhadap pencapaian hasil kinerja seorang perawat.

Pembuktian hubungan desain pekerjaan terhadap kinerja perawat telah

diteliti oleh Firmansyah (2009) yang menunjukkan bahwa variabel desain

pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja perawat

(18)

ada di rumah sakit dalam kategori baik, kinerjanya juga baik yaitu sebanyak

90,7% . Sejalan dengan penelitian Vera (2009) tentang pengaruh desain

pekerjaan terhadap gairah kerja menyatakan bahwa desain pekerjaan

berpengaruh signifikan terhadap gairah kerja dengan koefisien regresi sebesar

0,942. Hal ini berarti dengan adanya kejelasan desain pekerjaan yang

diberikan perusahaan kepada karyawan akan meningkatkan gairah kerja

karyawan. Meningkatnya gairah karyawan membuat kinerja karyawan

menjadi lebih baik.

Penelitian Hotmida (2009) juga menyimpulkan bahwa kinerja perawat

memang dipengaruhi oleh desain pekerjaan dan beberapa unsur lain seperti

umur, lama kerja, pendidikan,status pernikahan, status kepegawaian, persepsi

seorang perawat terhadap kepemimpinan, imbalan, fasilitas kerja , struktur

organisasi, supervisi dan penghargaan.

Penelitian yang disebutkan diatas memperlihatkan bahwa desain pekerjaan

memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja perawat. Rumah

sakit Islam Malahayati Medan sebagai suatu organisasi yang bergerak dalam

bidang kesehatan memiliki desain pekerjaan yang dijalankan perawat

pelaksana. Desain pekerjaan yang dijalankan perawat pelaksana menurut

Gibson (1996) akan mempengaruhi kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan

hal tersebut peneliti merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini adalah

bagaimana pengaruh desain pekerjaan terhadap kinerja perawat di Rumah

(19)

2. Tujuan Penelitian

2.1. Tujuan Umum

Tujuan Umum penelitian ini untuk melihat bagaimana pengaruh desain

pekerjaan terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan.

2.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitan ini adalah:

2.2.1. Mengidentifikasi karakteristik data demografi perawat pelaksana di

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

2.2.2. Mengidentifikasi desain pekerjaan perawat pelaksana di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan.

2.2.3. Mengidentifikasi kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan.

2.2.4. Mengidentifikasi pengaruh desain pekerjaan terhadap kinerja perawat

pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

3. Pertanyaan Penelitian

3.1. Bagaimana desain pekerjaan perawat pelaksana di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan?

3.2. Bagaimana kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam

Malahyati Medan?

3.3. Bagaimana pengaruh desain pekerjaan terhadap kinerja perawat

(20)

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi pendidikan keperawatan. Penelitian ini bisa dijadikan sebagai

masukan untuk menambah wawasan keilmuan keperawatan bidang

manajemen tentang desain pekerjaan dan kinerja perawat.

4.2. Bagi penelitian keperawatan. Penelitian ini dapat digunakan untuk

penelitian berikutnya yang berkaitan dengan disain pekerjaan dan kinerja

perawat.

4.3. Bagi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Hasil penelitian ini

diharapkan mampu memberi informasi terkait pentingnya pengaruh

desain pekerjaan dengan peningkatan kinerja perawat di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Desain Pekerjaan

1.1. Pengertian Desain Pekerjaan

Desain pekerjaan atau job design merupakan faktor penting dalam

manajemen terutama manajemen operasi karena selain berhubungan dengan

produktifitas juga menyangkut tenaga kerja yang akan melaksanakan kegiatan

operasi perusahaan. Desain pekerjaan adalah suatu alat untuk memotivasi dan

memberi tantangan pada karyawan. Oleh karena itu perusahaan perlu memiliki

suatu sistem kerja yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan secara

efektif dan efisien yang dapat merangsang karyawan untuk bekerja secara

produktif, mengurangi timbulnya rasa bosan dan dapat meningkatkan kepuasan

kerja, desain pekerjaan terkadang digunakan untuk menghadapi stress kerja yang

dihadapi karyawan (Sulipan, 2000 ).

Herjanto (2001) menjelaskan bahwa desain pekerjaan adalah rincian tugas

dan cara pelaksanaan tugas atau kegiatan yang mencakup siapa yang mengerjakan

tugas, bagaimana tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil apa

yang diharapkan. Sulipan (2000) menambahkan desain pekerjaan adalah fungsi

penetapan kegiatan kerja seorang atau sekelompok karyawan secara

organisasional. Tujuannya untuk mengatur penugasan kerja supaya dapat

memenuhi kebutuhan organisasi. Definisi diatas menjelaskan bahwa desain

pekerjaan dibuat oleh perusahaan untuk mengatur tugas-tugas yang tepat sasaran,

(22)

dimiliki untuk mengerjakan tugas tersebut demi mencapai sasaran dari

perusahaan.

Sejalan dengan Dessler (2004) desain pekerjaan merupakan pernyataan

tertulis tentang apa yang harus dilakukan oleh pekerja, bagaimana orang itu

melakukannya, dan bagaimana kondisi kerjanya. Desain pekerjaan meliputi

identifikasi pekerjaan, hubungan tugas dan tanggung jawab, standar wewenang

dan pekerjaan, syarat kerja harus diuraikan dengan jelas, penjelasan tentang

jabatan dibawah dan diatasnya.

Desain pekerjaan menguraikan cakupan, kedalaman, dan tujuan dari setiap

pekerjaan yang membedakan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang

lainnya. Tujuan pekerjaan dilaksanakan melalui analisis kerja, dimana para

menejer menguraiakan pekerjaan sesuai dengan aktifitas yang dituntut agar

membuahkan hasil (Gibson, 1987).

Handoko (2000) menyatakan bahwa desain pekerjaan adalah fungsi

penetapan kegiatan-kegiatan kerja seseorang individu atau kelompok karyawan

secara organisasional yang bertujuan untuk mengatur penugasan-penugasan kerja

yang memenuhi kebutuhan organisasi, teknologi, dan keperilakuan. Selain itu,

menurut Dwiningsih (2009) desain pekerjaan adalah sebuah pendekatan yang

menentukan tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi seseorang

(23)

1.2. Unsur-Unsur Desain Pekerjaan

Handoko (2000) menjelaskan unsur-unsur desain pekerjaan meliputi unsur

organisasi, unsur lingkungan dan unsur perilaku. Unsur organisasi terdiri dari

pendekatan mekanik, aliran kerja dan praktek-praktek kerja. Unsur lingkungan

menyangkut tersedianya tanaga kerja yang potensial. Unsur perilaku meliputi

otonomi, variasi tugas, identitas tugas, dan umpan balik.

1.2.1. Unsur-Unsur Organisasi

Unsur organisasi menurut Handoko (2000) mempunyai kaitan erat dengan

desain pekerjaan yang efisien untuk mencapai output maksimum dari

pekerjaan-pekerjaan karyawan. Dengan adanya efisiensi di dalam pelaksanaan kerja akan

menentukan spesialisasi yang merupakan kunci dalam desain pekerjaan.

Karyawan yang melakukan pekerjaan secara kontinyu menyebabkan karyawan

terspesialisasi yang selanjutnya dapat memperoleh output lebih tinggi. Unsur

organisasi terdiri dari :

a. Pendekatan mekanik berupaya mengidentifikasi setiap tugas dalam suatu

pekerjaan guna meminimumkan waktu dan tenaga. Hasil pengumpulan

identifikasi tugas akan menentukan spesialisasi. Pendekatan ini lebih

menekankan pada faktor efisiensi waktu, tenaga, biaya, dan latihan.

b. Aliran kerja dipengaruhi oleh sifat komoditi yang dihasilkan oleh suatu

organisasi atau perusahaan guna menentukan urutan dan keseimbangan

(24)

c. Praktek–praktek kerja yaitu pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan, ini bisa

berdasarkan kebiasaan yang berlaku dalam perusahaan, perjanjian atau kontrak

serikat kerja karyawan.

1.2.2. Unsur – Unsur Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi desain pekerjaan adalah

tersedianya tenaga kerja yang potensial, yang mempunyai kemampuan dan

kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan pengharapan –

pengharapan sosial, yaitu dengan tersedianya lapangan kerja serta memperoleh

kompensasi dan jaminan hidup yang layak (Handoko, 2000).

1.2.3. Unsur – Unsur Perilaku

Unsur perilaku menurut Sondang (2003) perlu diperhitungkan dalam

mendesain pekerjaan. Unsur perilaku tersebut terdiri dari :

a. Otonomi bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Bawahan diberi

wewenang untuk mengambil keputusan atas pekerjaan yang dilakukan.

b. Variasi merupakan pemerkayaan pekerjaan yang bertujuan untuk

menghilangkan kejenuhan atas pekerjaan yang rutin, sehingga kesalahan –

kesalahan dapat diminimalkan.

c. Identitas tugas untuk memepertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan

pekerjaan, maka pekerjaan harus diidentifikasikan, sehingga kontribusinya

terlihat yang selanjutnya akan menimbulkan kepuasan.

d. Umpan balik diharapakan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan mempunyai

umpan balik atas pelaksanaan pekerjaan yang baik, sehingga akan memotivasi

(25)

1.3. Pedoman Dalam Desain pekerjaan

Dessler (2004) menerangkan bahwa sebuah desain pekerjaan merupakan

pernyataan tertulis tentang apa yang harus dilakukan oleh pekerja, bagaimana

orang itu melakukannya, dan bagaimana kondisi kerjanya. Desain pekerjaan

mencakup hal-hal berikut ini :

1.3.1. Identitas pekerjaan. Identitas pekerjaan merupakan jabatan pekerjaan yang

berisi nama pekerjaan seperti penyelengara operasional dan manajer

pemasaran. Handoko (2000) menambahkan bila pekerjaan tidak

mempunyai identitas, karyawan tidak akan atau kurang bangga dengan

hasil-hasilnya. Ini berarti kontribusi mereka tidak tampak.

1.3.2. Hubungan tugas dan tanggung jawab, yakni perincian tugas dan tanggung

jawab secara nyata diuraikan secara terpisah agar jelas diketahui. Rumusan

hubungan hendaknya menunjukkan hubungan antara pelaku organisasi.

1.3.3. Standar wewenang dan pekerjaan, yakni kewenangan dan standar

pekerjaan yang harus dicapai oleh setiap pejabat harus jelas.

Pekerjaan-pekerjaan yang memberikan kepada para karyawan wewenang untuk

mengambil keputusan-keputusan, berarti menambah tanggung jawab. Hal

ini akan cendrung meningkatkan perasaan dipercaya dan dihargai.

1.3.4. Syarat kerja harus diuraikan dengan jelas, seperti alat-alat, mesin, dan

bahan baku yang akan dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tersebut.

1.3.5. Ringkasan pekerjaan atau jabatan harus menguraikan bentuk umum

(26)

1.3.6. Penjelasan tentang jabatan dibawah dan diatasnya, yaitu harus dijelaskan

jabatan dari mana petugas dipromosikan dan kejabatan mana petugas akan

dipromosikan.

1.4. Pertimbangan dalam Menyusun Desain Pekerjaan

Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai cara tersendiri dalam

membuat desain pekerjaan untuk setiap karyawannya sesuai bagiannya

masing-masing, dalam membuat desain pekerjaan komunikasi antara atasan dan bawahan

harus diperhatikan karena desain pekerjaan dalam suatu organisasi dan proses

komunikasi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan (Sunarto, 2005).

Inti dalam membuat desain pekerjaan adalah bagaimana membuat semua

pekerjaan yang ada disusun secara sistematis. Desain pekerjaan membantu dalam

menjelaskan pekerjaan apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakan

pekerjaan tersebut, berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan bagaimana

ketentuan yang harus dijalankan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan (Sunarto,

2005). Para penyusun desain pekerjaan harus mempertimbangkan hal-hal beriku

( Herjanto, 2000) :

1.4.1. Perluasan tugas (job enlargement) meliputi pemberian tugas yang lebih

besar secara horizontal, dimana pekerjaan tambahan itu berada pada

tingkat kecakapan dan tanggung jawab yang setara dengan pekerjaan

semula. Gibson (1983) mengatakan perluasan pekerjaan membuat

karyawan mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar.

1.4.2. Pengayaan tugas (job enrichmant) mencakup penambahan tugas dengan

(27)

1.4.3. Perputaran tugas (job rotation) yaitu melakukan penukaran tugas antar

pekerja secara periodik untuk menghindari seseorang bekerja secara

monoton mengerjakan tugas yang sama setiap hari. Perputaran tugas ini

memberikan kesempatan kepada pekerja untuk memperbanyak

pengalaman dan memungkinkan seorang pekerja untuk menggantikan

pekerja lain yang tidak masuk.

1.5. Manfaat Desain Pekerjaan

Desain pekerjaan merupakan faktor penting dalam manajemen terutama

manajemen operasi karena selain berhubungan dengan produktifitas juga

menyangkut tenaga kerja yang akan melaksanakan kegiatan perusahaan (Sulipan,

2000). Desain pekerjaan mutlak dimiliki oleh setiap perusahaan karena dalam

desain pekerjaan yang dilakukan adalah merakit sejumlah tugas menjadi sebuah

pekerjaan agar pekerjaan yang dilakukan menjadi terarah dan jelas. Menurut

(Sunarto, 2005) desain pekerjaan memiliki tujuan agar :

1.5.1. Efisiensi operasional, produktifitas dan kualitas pelayanan menjadi

optimal.

1.5.2. Fleksibilitas dan kemampuan melaksanakan proses kerja secara horizontal

dan hirarki.

1.5.3. Minat, tantangan, dan prestasi menjadi optimal.

1.5.4. Tanggung jawab tim ditetapkan sedemikian rupa, sehingga bisa

meningkatkan kerja sama dan efektifitas tim.

(28)

2. Kinerja

2.1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah penampilan karya personil baik kuantitas maupun kualitas

dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun

kelompok kerja personil. Penampilan hasil karya tidak terbatas pada personil yang

memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga pada keseluruhan

jajaran personil dalam organisasi. Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh

seseorang sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Kinerja ini ditentukan oleh

sikap, pengetahuan dan keterampilan (Guilbert, 1977). Menurut Simamora (1999)

kinerja adalah tingkat kemampuan para karyawan dalam mencapai persyaratan –

persyaratan pekerjaan.

Kinerja secara umum sebagai suatu catatan keluaran hasil suatu fungsi

jabatan kerja atau seluruh aktifitas kerjanya, dalam periode tertentu. Secara lebih

singkat kinerja disebutkan sebagai suatu kesuksesan didalam melaksanakan suatu

pekerjaan. Kinerja sendiri dalam pekerjaan yang sesungguhnya tergantung pada

kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan. Kinerja dapat diukur

melalui keluaran atau hasilnya (As’ad, 2000). Stoner (1993) berpendapat bahwa

kinerja merupakan fungsi komponen sumber daya manusia, seleksi, motivasi,

latihan, dan pengembangan. Sedangkan menurut Steer dan Porter (1991),

menyatakan bahwa kinerja adalah hasil pekerjaan yang merupakan gabungan dari

karakteristik pribadi dan pengorganisasian seseorang.

Ilyas (1999) menjelaskan bawa kinerja adalah penampilan hasil karya

(29)

menurut Soeprihanto (1996), kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya

mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral dan etika.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Gibson (1987) mengatakan terdapat tiga variabel yang mempengaruhi

perilaku dan kinerja seseorang yaitu : variabel individu, variabel psikologi dan

variabel organisasi. Ketiga variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang

akhirnya akan berpengaruh pada kinerja personil. Perilaku yang berhubungan

dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan

untuk mencapai tujuan pekerjaan. Variabel individu dikelompokkan pada sub

variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Sub

variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Sedangkan variabel demografis

mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu (Gibson,

1987).

Variabel psikologi terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian,

belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat

sosial, pengalaman kerja sebelumnya, dan variabel demografis. Variabel

psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar merupakan hal yang

komplet dan sulit diukur, karena seorang individu masuk dan bergabung dalam

organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya, dan keterampilan

(30)

tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi

digolongkan dalam sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur

organisasi dan desain pekerjaan. Setiap sub variabel dalam variabel organisasi

memiliki pengaruh terhadap kinerja seorang individu (Gibson, 1987).

2.3 . Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah proses yang mengukur kinerja pegawai, pada

umumnya mencakup baik aspek kualitatif maupun kuantitas (Simamora, 1999).

Tujuan pokok penilaian kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat dan

valid berkenaan dengan perilaku dan kinerja anggota organisasi. Tujuan khusus

tersebut secara mendasar dapat digolongkan kepada dua golongan besar yaitu

evaluasi dan pengembangan.

Sejalan dengan Soeprihanto (1996), penilaian kinerja adalah suatu sistem

yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang pegawai telah

melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan. Sedangkan

Furtwengler (2002), mengatakan bahwa kinerja dapat dinilai melalui empat aspek

kinerja yaitu kecepatan, kualitas, pelayanan dan nilai.

Penilaian kinerja pegawai merupakan suatu pedoman dalam bidang

kepegawaian yang diharapkan dapat menunjukkan prestasi kerja para pegawai

secara rutin dan teratur sehingga sangat bermanfaat bagi pengembangan karir

pegawai yang dinilai (Simamora, 1999). Secara rinci Soeprihanto (1996)

(31)

2.3.1. Mengetahui keadaan keterampilan dan kemampuan setiap pegawai secara

rutin.

2.3.2. Dasar perencanaan bidang kepegawaian khususnya penyempurnaan

kondisi kerja.

2.3.3. Dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai seoptimal mungkin.

2.3.4. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan

dan bawahan.

2.3.5. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang

kepegawaian, khususnya prestasi pegawai dalam bekerja.

2.3.6. Pegawai dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing

sehingga dapat memacu perkembangannya. Sebaliknya bagi atasan yang

menilai akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahannya, sehingga

dapat membantu untuk memotivasinya dalam bekerja.

2.3.7. Hasil penilaian dapat bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan di

bidang kepegawaian secara keseluruhan.

Penilaian kinerja dapat dilakukan melalui atasan, teman, peneliti, atau diri

sendiri dengan tingkat pencapaian, inisiatif, loyalitas dan kerjasama dalam

kelompok, disiplin, dan pengembangan diri. Tujuan penilaian kinerja pegawai

adalah untuk memudahkan proses pemberian imbalan dan hukuman,

mengidentifikasi pegawai untuk mendapatkan promosi, mengidentifikasi pegawai

untuk mendapatkan pelatihan yang lebih tinggi dan membimbing tumbuh

(32)

2.4. Kinerja Perawat

Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 adalah mereka yang

memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan

berdasarkan ilmu yang dimiliki melalui pendidikan keperawatan. International

Council of Nursing (ICN) tahun 1965 menambahkan bahwa perawat adalah

seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi

syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan

keperawatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan

penyakit dan pelayanan penderita penyakit.

Keperawatan menurut model konseptual Nightingale adalah Profesi untuk

wanita dengan tujuan menemukan dan menggunakan hukum alam dalam

pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang memerlukan pendidikan

formal untuk merawat orang yang sakit. Pelayanan kesehatan yang diberikan

tersebut terlihat dari kinerja perawat (Hidayati, 2010).

Kinerja perawat merupakan kemampuan melaksanakan proses

keperawatan yang mengandung arti penerapan proses pemecahan masalah

keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasikan masalah-masalah proses,

merencanakan secara sistematis, dan melaksanakan serta mengevaluasi tindakan

keperawatan yang dilakukan (Mariner, 2004). Sejalan dengan hal itu Kusnanto

(2003) menyebutkan bahwa kinerja seorang perawat merupakan suatu bentuk

pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,

didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan

(33)

dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia.

Pelayanan keperawatan adalah tindakan mandiri perawat sebagai

pelayanan profesional yang bersifat humanistik, terintegrasi di dalam pelayanan

kesehatan, dapat bersifat independen dan interdependen serta dilaksanakan dengan

berorientasi kepada kebutuhan objektif klien (Kusnanto, 2003). Tugas seorang

perawat dalam pelayanan profesional meliputi pengkajian, penetapan diagnosa

keperawatan, perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan serta evaluasi

keperawatan. Tindakan ini menjadi kewenangan professional yang melekat dalam

diri perawat yang dapat digunakan untuk melihat kinerja perawat (Yahwono,

2002). Selain itu, menurut Depkes (2001) untuk melihat kinerja perawat dapat

digunakan beberapa indikator yang terdiri dari kesesuaian asuhan keperawatan

dengan standar asuhan keperawatan, evaluasi persepsi pasien terhadap mutu

asuhan keperawatan, evaluasi kesesuaian tindakan perawat dengan standar

operasional prosedur.

2.5 Indikator Kinerja Perawat

Berdasarkan Direktorat pelayanan dan Dirjen Pelayanan Medik Departemen

Kesehatan Tahun 2001 menyatakan bahwa penilaian kinerja perawat terhadap

mutu asuhan keperawatan dilakukan pada studi dokumentasi penerapan Standar

Asuhan Keperawatan (SAK), Evaluasi persepsi pasien terhadap mutu asuhan

keperawatan dan evaluasi tindakan perawat berdasarkan Standar Operasional

(34)

Berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Nomor:

YM.00.03.2.3.7637 perawat harus melaksanakan standar asuhan keperawatan di

rumah sakit yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan, dan

catatan asuhan keperawatan. Evaluasi persepsi pasien/keluarga terhadap mutu

asuhan keperawatan di rumah sakit terdiri dari data umum, data pelayanan

keperawatan, saran pasien/ keluarga untuk perbaikan. Sedangkan evaluasi

tindakan perawat berdasarkan SOP yang dinilai yaitu persiapan dan pelaksanaan

tiap kegiatan keperawatan (Depkes, 2001).

2.6. Cara Menilai Kinerja Perawat

Penilaian kinerja perawat merupakan komponen utama dari evaluasi untuk

mengendalikan fungsi manajemen keperawatan. Jika digunakan dengan tepat dan

seksama proses penilaian kinerja perawat akan mengatur perilaku perawat untuk

memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi (Swansburg, 1999). Kinerja

perawat dinilai berdasarkan kesesuaian asuhan keperawatan dengan standar

asuhan keperawatan, evaluasi persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan,

evaluasi kesesuaian tindakan perawat dengan standar operasional prosedur

(Depkes, 2001).

2.6.1. Kesesuaian asuhan keperawatan dengan Standar Asuhan Keperawatan

(SAK) dinilai berdasarkan Depkes (2001)

Kesesuaian asuhan keperawatan dengan Standar Asuhan Keperawatan

(SAK) meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan

(35)

keperawatan ini memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidentifikasi

ukuran dan penilaian hasil akhir, dengan demikian standar dapat meningkatkan

dan memfasilitasi perbaikan dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan (Sitorus,

2005).

a. Standar 1 : Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses

keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data dan informasi tentang

klien yang dibutuhakan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa

keperawatan. Pengkajian keperawatan terdiri dari 3 tahap yaitu pengumpulan data,

pengorganisasian atau pengelompokan data serta menganalisa data untuk

merumuskan diagnosa keperawatan. Instrumen penilaian kinerja perawat pada

proses pengkajian keperawatan menurut Depkes (2001) terdiri dari :

1) Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian

2) Data dikelompokkan berdasarkan biopsikososialspiritual

3) Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang

4) Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan

norma dan pola kehidupan.

b. Standar 2 : Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau

masalah kesehatan aktual dan potensial. Proses diagnostik mencakup analisis

(36)

keperawatan. Instrumen penilaian kinerja perawat pada proses diagnosa

keperawatan menurut Depkes (2001) terdiri dari :

1) Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan

2) Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES

3) Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial

c. Standar 3 : Perencanaan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan

klien. Rencana perawatan tertulis mendokumentasikan kebutuhan perawatan

kesehatan klien, tujuan, hasil yang diharapkan dan aktifitas dan starategi

keperawatan spesifik. Selama perencanaan perawat berkolaborasi dengan klien

dan keluarganya juga berkonsultasi dengan tim perawat lainnya, menelaah

literatur yang berkaiatan, memodifikasi asuhan dan mencatat informasi yang

relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan klinik (Kusnanto,

2003). Instrumen penilaian kinerja perawat pada proses perencanaan keperawatan

menurut Depkes (2001) terdiri dari :

1) Perencanaan bardasarkan diagnosa keperawatan

2) Disusun menurut urutan prioritas

3) Rumusan tujuan mengandung komponen pasien, subyek, perubahan, perilaku,

kondisi pasien dan kriteria waktu

4) Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien keluarga

5) Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan

jelas

(37)

d. Standar 4 : Tindakan Keperawatan

Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa selama implementasi, perawat

mengkaji kembali klien, memodifikasi rencana asuhan keperawatan,

mengidentifikasi area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan dan

mengkomunikasikan intervensi. Instrumen penilaian kinerja perawat pada proses

implementasi keperawatan menurut Depkes (2001) terdiri dari :

1) Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan

2) Perawat mengobsevasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan

3) Revisi tindakan berdasarkan evaluasi

4) Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas.

e. Standar 5 : Evaluasi Keperawatan

Menurut Depkes (2001), kriteria proses dalam evaluasi keperawatan

adalah menyusun perencanaan evaluasi dari hasil intervensi secara komperehensif,

tepat waktu dan terus menerus, menggunakan data dasar dan respon klien dalam

mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan, memvalidasi dan

menganalisis data baru dengan teman sejawat, bekerja sama dengan klien dan

keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan dan

mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.Instrumen

penilaian kinerja perawat pada proses evaluasi keperawatan menurut Depkes

(2001) terdiri dari :

1) Evaluasi mengacu pada tujuan

(38)

f. Standar 6 : Catatan Asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang

dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam catatan asuhan

keperawatan ini pencatatan yang dilakukan harus sesuai dengan yang dikerjakan

dan yang ditulis dengan jelas sehingga dapat digunakan antar tim

kesehatan.Instrumen penilaian kinerja perawat pada proses catatan asuhan

keperawatan menurut Depkes (2001) terdiri dari :

1) Menulis pada format yang baku

2) Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan

3) Pencatatan ditulis dengan jelas

4) Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan paraf/nama jelas,

dan tanggal jam dilakukannya tindakan

5) Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Pedoman kesesuaian asuhan keperawatan dengan SAK digunakan untuk

mengumpulkan data agar dapat menilai kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Penilaian dilakukan dengan cara

membandingkan asuhan keperawatan yang ditemukan dalam rekam medik pasien

dengan asuhan keperawatan yang ditentukan dalam SAK. Dimana pengisian

Pedoman asuhan keperawatan berdasarkan SAK dilakukan oleh perawat dengan

kriteria sebagai berikut: (a). Perawat terpilih dari ruangan tempat dilakukan

evaluasi, (b). Perawat yang telah menguasai/memahami proses perawatan, (c).

(39)

Rekam medik pasien yang dinilai harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

(a). Rekam medik pasien yang telah dirawat minimal 3(tiga) hari diruangan yang

bersangkutan, (b). Data dikumpulkan sebelum berkas medik pasien dikembalikan

pada bagian Medical Recors RS, (c). Khusus untuk kamar operasi dan IGD,

penilaian dilakukan setelah pasien dipindahkan ke ruangan lain/pulang, (d).

Rekam medik pasien yang memenuhi kriteria selama periode evaluasi berjumlah

20 untuk setiap ruangan. Adapun bentuk instrumen dari kesesuaian asuhan

keperawtan berdasarkan SAK terdiri dari:

1) Kolom 1: No.Urut yang dinilai

2) Kolom 2: Aspek yang dinilai

3) Kolom 3: No. Kode rekam medik yang dinilai

4) Kolom 4: Keterangan

Dibawah ini terdapat rumus dari persentase kinerja perawat berdasarkan

Depkes (2001) yaitu :

T

P= ──── x 100% JB x JA

Keterangan: P : Prosentase

T: Total (Jumlah Rekam medik pasien) JB: Jumlah berkas

JA: Jumlah aspek yang dinilai (pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, evaluasi, catatan askep)

2.6.2. Evaluasi perspepsi pasien/ keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan

(40)

a. Data Umum

Data umum terdiri dari latar belakang pendidikan, latar belakang

pekerjaan, dan lama dirawat. Perawat pengumpul data harus memenuhi

kriteria: kepala ruangan/perawat terpilih dari ruangan tempat dilakukan

evaluasi, perawat yang telah memahami cara pengisian dari data tentang

perspepsi pasien/keluarga. Responden (pasien/keluarga yang terpilih) harus

memenuhi kriteria sebagai berikut: sukarela, dapat membaca dan menulis,

pasien yang telah ditetapkan pulang dan telah dirawat minimal 3 hari, pada

periode evaluasi, jumlah responden minimal 20 orang ditiap ruangan (Depkes,

2001).Adapun rumus prosentase tiap tingkat pendidikan dihitung dengan cara

sebagai berikut (Depkes, 2001):

JRP

P= ────── x 100%

JR

Keterangan:

P : Prosentase

JR: Jumlah responden dengan pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA, PT)

JR : Jumlah seluruh responden

Sedangkan rumus prosentase tiap macam pekerjaan dihitung dengan cara

sebagai berikut(Depkes, 2001) :

JRP

P= ─────── x 100%

(41)

Keterangan:

P : Prosentase

JRP: Jumlah responden dengan pekerjaan tertentu (PNS, ABRI, POLISI, Swasta, dll)

JR : Jumlah seluruh responden

Dibawah ini juga terdapat rumus prosentase pasien yang dirawat dirumah

sakit 3-7 hari dihitung dengan cara (Depkes, 2001):

JPR

P=─────── x 100%

JP

Keterangan:

P: Prosentase

JPR: Jumlah pasien yang lama dirawat 3-7 hari

JR: Jumlah seluruh Responden

b. Data Pelayanan keperawatan terdiri dari 4 kolom yaitu

1) Kolom 1: nomor urut pertanyaan

2) Kolom 2: daftar pertanyaan tentang pelayanan keperawatan

3) Kolom 3: kolom jawaban

4) Kolom 4: keterangan

Data Pelayanan keperawatan merupakan hasil persepsi pasien/keluarga

yang terpilih terhadap mutu pelayan keperawatan. Dibawah ini terdapat rumus

prosentase persepsi pasien/keluarga dihitung yang dengan cara (Depkes,

2001):

JY

P= ───────x 100%

(42)

Keterangan:

P :Prosentase

JY: Jumlah jawaban ya

JT: Jumlah jawaban tidak

c. Kesan dan saran dari pasien/ keluarga merupakan pertanyaan terbuka.

2.6.3. Evaluasi tindakan perawat berdasarkan SOP

Evaluasi kesesuaian tindakan perawat berdasarkan SOP dinilai dari

persiapan dan pelaksanaan tiap kegiatan keperawatan yang dilakukan oleh

perawat penilai (observer) dan Observee. Perawat penilai mempunyai kriteria

sebagai berikut: (a). Perawat terpilih dari ruangan lain, (b). Perawat yang

telah memahami SOP, (c). Perawat yang telah mengikuti pelatihan penerapan

standar asuhan keperawatan, (d). Untuk masing-masing ruangan di RSU kelas

C:2-4 orang, RSU kelas B: 4-6 orang, RSU kelas A: 6-8 orang. Dan Observee

harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a). Perawat sedang bertugas

diruangan yang sedang dilakukan evaluasi, (b). Perawat dengan latar belakang

pendidikan minimal SPK dan pengalaman kerja minimal 2 tahun. Bentuk

penilaian SOP terdiri dari (Depkes, 2001):

a. Kolom 1: berisi nomor kegiatan keperawatan,

b. Kolom 2: berisi jenis kegiatan keperawatan yang diobservasi,

c. Kolom 3: berisi aspek yang dinilai pada saat observasi,

(43)

e. Kolom 5: berisi keterangan tentang hal-hal yang terkait dengan situasi dari

aspek yang dinilai. Adapun rumus dari prosentase tiap kegiatan dihitung

dengan cara sebagai berikut (Depkes, 2001):

T

P= ─────── x 100%

JO+JA

Keterangan:

P : Prosentase

T : Total (Jumlah dari sub total observasi)

JO: Jumlah observasi

(44)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini menggambarkan kinerja perawat

berdasarkan indikator yang dijelaskan Depkes (2001) yang terdiri dari

kesesuaian asuhan keperawatan dengan standar asuhan keperawatan, evaluasi

persepsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan dan evaluasi kesesuaian

tindakan perawat berdasarkan standar operasional prosedur. Kinerja perawat

ini salah satunya dipengaruhi oleh desain pekerjaan yang dimiliki oleh

perawat. Kerangka konseptual ini membantu peneliti dalam menghubungkan

hasil penemuan dengan teori. Dalam penelitian ini penilaian kinerja perawat

hanya dilihat dalam pemberian asuhan keperawatan berdasarkan standar

asuhan keperawatan (SAK). Menurut peraturan Menkes RI No.749 a tahun

1989 mengenai rekam medis, menjelaskan bahwa upaya peningkatan

pelayanan kesehatan yang utama dinilai dari penerapan standar asuhan

keperawatan (SAK) pada pedoman pendokumentasian asuhan keperawatan.

Hal ini sejalan dengan Effendy (1995) dalam Zulfahmi (2009) yang

menyebutkan bahwa penerapan standar asuhan keperawatan ini mengandung

proses keperawatan yang diberikan kepada pasien diberbagai tatanan

pelayanan kesehatan yang terstruktur dan sistematis sehingga harus selalu

ditingkatkan dan dapat dijadikan sebagai tolak ukur evaluasi kinerja perawat.

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka kerangka konseptual

(45)

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

Skema 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Desain Pekerjaan dengan

Kinerja Perawat Pelaksana

- Mengetahui hak dan tanggung jawab

- Tugas teratur

- Hubungan kerja baik - Evaluasi hasil kerja

c. Evaluasi kesesuaian tindakan

(46)

2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No. Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

(47)

No. Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

2. Variabel

Hipotesis adalah dugaan sementara dan masih harus diuji kebenarannya

melalui penelitian. Tujuan hipotesis yaitu untuk menjembatani teori dan

kenyataan (Nursalam, 2003). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah hipotesa alternative (Ha) yaitu adanya pengaruh desain pekerjaan terhadap

(48)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh desain pekerjaan

terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif

korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh antar variabel, meliputi

variabel bebas (desain pekerjaan) dan variabel terikat (kinerja perawat), peneliti

mencari, menjelaskan suatu pengaruh, memperkirakan, menguji berdasarkan teori

yang ada.

2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan sampel

2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek yang akan diteliti (Arikunto, 2006).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan yang berjumlah 112 orang (RS Islam Malahayati, 2011).

2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2003). Penentuan besar sampel ditentukan

dengan menggunakan rumus Slovin (Hasan, 2002) sehingga diperoleh besar

sampel sebanyak 88 perawat pelaksana. Pengambilan sampel dilakukan pada 11

ruangan rawat inap di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Hal ini berdasarkan

rumus Slovin seperti berikut :

Rumus Slovin: n =

2+ N

(49)

112

n = = 88

112(0.05)2 + 1

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

d : Taraf signifikansi (alpha=0,05)

2.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probability

sampling jenis simple random sampling yaitu dengan memilih kelompok subjek

yang dipilih secara acak atau random sehingga setiap subjek yakni perawat

pelaksana dalam populasi di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan mempunyai

kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih menjadi sampel

(Nursalam, 2003). Adapun syarat bagi perawat pelaksana untuk menjadi

responden yaitu bersedia dan tidak cuti. Peneliti memilih calon responden dengan

teknik ordinal (tingkatan sama) (Arikunto, 2006).

Berdasarkan Notoatmojo (2002) untuk mengantisipasi tidak kembalinya

kuisioner dan data yang tidak lengkap, peneliti menambahkan jumlah kuisioner

sebanyak 10% dari sampel penelitian yang akan diberikan kepada perawat diluar

sampel penelitian sehingga total kuisioner yang dipersiapkan yaitu sebanyak 97

buah.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan yang

beralamat di jalan Diponegoro No. 2-4 Medan. Alasan peneliti memilih Rumah

(50)

pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan

desain pekerjaan dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Malahayati

Medan. Selain itu, lokasi rumah sakit ini strategis dan memiliki jumlah perawat

yang memadai untuk dijadikan sebagai responden penelitian. Penelitian ini akan

dilakukan kurang lebih tiga bulan mulai Januari sampai Maret 2011.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebelum dilakukan penelitian atau

pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengurus prosedur penelitian mulai

dari izin dari pihak Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Hal ini dikarenakan

peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakekatnya

sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam

pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia

bersedia menjadi subjek atau tanpa ada sanksi apapun dan responden tidak

mengalami kerugian. Peneliti juga harus memberikan penjelasan dan informasi

secara lengkap dan rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi

kepada responden.

Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk melanjutkan

menjadi subjek penelitian. Kerahasiaan data responden dijaga, untuk itu perlu

adanya anonymity (tanpa nama) dan confidentiality (rahasia), lembar tersebut

hanya diberi nomor dan kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan

responden dijamin oleh peneliti dan data-data yang diperoleh dari responden

(51)

5. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dari responden yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah kuisioner yang sesuai variabel penelitian. Kuisioner yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi

mengenai identitas perawat pelaksana, kuisioner desain pekerjaan dan kinerja

perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Kuisioner data

demografi dan desain pekerjaan dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan tinjauan

pustaka, sedangkan kuisioner kinerja perawat pelaksana dibuat berdasarkan

instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit oleh

Depkes (2001).

Metode kuisioner yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan

daftar pertanyaan yang dibagikan pada responden, untuk memperoleh informasi

tentang hal-hal yang akan diidentifikasi. Secara rinci instrumen dalam penelitian

ini akan dijelaskan di bawah ini:

5.1. Data demografi

Kuisioner data demografi meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan,

pendidikan, dan lama kerja sebagai perawat di Rumah Sakit Islam Malahayati.

Data demografi responden hanya untuk menggambarkan karakteristik responden.

5.2. Kuisioner desain pekerjaan

Kuisioner tentang desain pekerjaan ini dibuat oleh peneliti sendiri yang berisi

tentang desain pekerjaan yang dijalankan perawat pelaksana. Kuisioner ini

menggunakan skala Likert yang terdiri dari 21 pernyataan dengan 3 pilihan

jawaban yaitu jawaban “S atau setuju” diberi nilai 3, jawaban “KS atau kurang

(52)

demikian skor maksimum yang dapat diperoleh yaitu 21 x 3 = 63 dan skor

minimum yang dapat diperoleh yaitu 21 x 1 = 21. Berdasarkan rumus statistika

menurut Sudjana (1992)

p = rentang kelas / banyak kelas, dimana p merupakan panjang kelas dengan

rentang sebesar 42 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas 2

(desain pekerjaan baik dan desain pekerjaan kurang baik). Maka didapatkan p=21

dan dikategorikan interval sebagai berikut:

21-42 = desain pekerjaan kurang baik

43-63 = desain pekerjaan baik.

Kuisioner telah disusun sedemikian rupa dengan tujuan untuk mendorong

responden agar lebih menganalisis dan teliti dalam memberikan jawaban untuk

setiap pernyataan.

5.3. Kuisioner kinerja perawat pelaksana

Kuisioner tentang kinerja perawat pelaksana dibuat berdasarkan instrumen

evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit oleh Depkes

(2001). Kuisioner ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari 24 kriteria mulai

dari pengkajian sebanyak 4 kriteria (kriteria nomor 1, 2, 3 dan 4), diagnosa

keperawatan 3 kriteria (kriteria nomor 5, 6, dan 7), perencanaan 6 kriteria (kriteria

nomor 8.9, 10,11,12, dan13), tindakan 4 kriteria (kriteria nomor 14,15, 16 dan

17), evaluasi 2 kriteria (kriteria nomor 18 dan 19), dan catatan asuhan

keperawatan 5 kriteria (kriteria nomor 20, 21, 23, dan 24). Bila telah dilaksanakan

sepenuhnya dengan tepat diberi nilai skor 4 dengan memberi tanda check list pada

(53)

memberi check list pada kolom 3, bila dilaksanakan hanya sebagian diberi nilai 2

dengan memberi check list pada kolom 2, dan bila hanya sedikit yang

dilaksanakan diberi nilai 1 dengan memberi check list pada kolom 1. Nilai

tertinggi yang diperoleh adalah 96, maka dapat dikategorikan atas kelas interval

sebagai berikut :

24-60= kinerja perawat yang kurang baik

61-96= kinerja perawat yang baik

Kuisioner telah disusun sedemikian rupa dengan tujuan untuk mendorong

responden agar lebih menganalisis dan teliti dalam memberikan jawaban untuk

setiap pernyataan.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Data dalam penelitian merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan

berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, benar atau tidaknya

data sangat menentukan bermutu atau tidaknya hasil penelitian yang juga sangat

tergantung oleh baik tidaknya instrumen sebagai alat pengumpul data. Instrumen

yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.

Jumlah responden yang digunakan untuk pengujian validitas dan reliabilitas

instrumen sebanyak 30 perawat pelaksana diluar sampel penelitian.

Umar (2008) menjelaskan bahwa besar sampel untuk uji reliabilitas

dilaksanakan minimal 30 orang diluar sampel, dengan jumlah minimal 30 orang

ini distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Uji validitas dan

realibilitas pada penelitian ini dilakukan pada perawat pelaksana di Rumah Sakit

Haji Medan yang terdiri dari 30 perawat pelaksana di Rumah Sakit Haji Medan

(54)

Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau keshahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Suatu instrumen

dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dengan mengungkap

variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas digunakan untuk mengetahui

apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang di ukur

(Notoatmodjo, 2002). Kuisioner desain pekerjaan dibuat sendiri oleh peneliti

berdasarkan studi literatur sedangkan kuisioner kinerja perawat berdasarkan

Depkes (2001).

Kuisioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content

validity) yaitu instrumen dibuat berdasarkan isi dan menjelaskan isi. Kemudian

pengujian validitas isi dilakukan dengan memberikan konsep yang digunakan

kepada seorang yang ahli dibidangnya (Arikunto, 2003). Proses validasi dilakukan

dengan memberikan keterangan mengenai tujuan penelitian dan selanjutnya

dengan bantuan ahli akan menelaah lanjut isi proposal. Instrumen ini kemudian

dikatakan valid seorang yang ahli dibidangnya setelah peneliti melakukan

perubahan sesuai saran dan perbaikan yang disampaikan (Lampiran 3).

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap variabel

yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama ( Notoatmodjo, 2002).

Instrumen yang reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau

benar sesuai kenyataannya (Polit & Hungler, 1999). Uji reliabilitas dilakukan

sebelum pengumpulan data secara random terhadap 30 orang perawat di Rumah

Sakit Haji Medan karena memiliki tipe dan situasi yang sama dengan Rumah

(55)

komputerisasi untuk analisa cronbach alpha. Polit & Hungler (1999) menjelaskan

bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari

0,70.

Hasil uji reliabilitas pada desain pekerjaan didapatkan dengan nilai 0,97

dan uji reliabilitas pada kinerja perawat didapatkan dengan nilai 0,97. Sesuai

dengan pendapat Polit & Hungler (1999) instrumen yang memiliki nilai lebih dari

0,70 dikatakan reliabel atau dapat diterima (Lampiran 3).

7. Pengumpulan data

Pengumpulan data akan dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada

responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

7.1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada bagian pendidikan

Fakultas Keperawatan.

7.2. Mengirim surat permohonan izin penelitian dari fakultas ke tempat

penelitian (RS Islam Malahayati Medan).

7.3. Peneliti mendapatkan surat balasan untuk izin pengumpulan data dari RS

Islam Malahayati Medan.

7.4. Peneliti mendatangi RS Islam Malahayati Medan untuk bertemu kepala

bidang keperawatan dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian.

7.5. Peneliti meminta daftar absensi perawat pelaksana kepada kepala bidang

keperawatan dan mengacak 112 perawat pelaksana dengan melompat setelah

8 subjek sehingga diperoleh 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17

(56)

7.6. Peneliti dengan didampingi kepala bidang keperawatan mendatangi setiap

unit ruangan dan menjumpai kepala ruangannya lalu menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian.

7.7. Peneliti mendatangi calon responden yang telah ditentukan dan menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian serta cara mengisi kuisioner.

7.8. Peneliti meminta kesediaan calon responden untuk megikuti penelitian

dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan mengisi

kuisioner sesuai dengan petunjuk.

7.9. Peneliti kemudian memberikan lembar kuesioner kepada perawat pelaksana

untuk diisi.

7.10. Pengumpulan data dimulai setelah responden mengisi kuisioner.

7.11. Peneliti memeriksa kuisioner untuk memastikan apakah responden sudah

mengisi semua pernyataan.

7.12. Peneliti menganalisa data.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul maka peneliti akan melakukan pengolahan data

atau analisa data berdasarkan Arikunto (2006) sebagai berikut :

8.1. Persiapan, yaitu mengecek kelengkapan identitas, kelengkapan data yang

telah dikumpulkan.

8.2. Tabulasi data dengan memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang

perlu diberi skor.

8.3. Modifikasi data dan disesuaikan dengan teknik analisa yang digunakan.

8.4. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden di Rumah  Sakit Islam Malahayati Medan
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi perawat bekerja berdasarkan desain pekerjaan Rumah Sakit Islam Malahayati Medan
Tabel 5.4. Hubungan Desain Pekerjaan dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan bahwa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan budaya organisasi dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Medan.. Penelitian ini menggunakan

terapeutik antara perawat pelaksana dengan pasien di Rumah Sakit Umum

Judul Tesis Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Imelda Medan.. Nama Mahasiswa

Dari data akumulasi kendaraan parkir Rumah Sakit Islam Malahayati medan memerlukan areal parkir yang lebih luas agar dapat menampung parkir pengunjung maupun

5.2 Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Perawat Pelaksana dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

yang diberikan oleh perawat dengan kepuasan pasien diabetes melitus di Rumah. Sakit

Segala puji dan syukur, peneliti panjatkan kepada Allah Swt, Rob semesta alam yang telah menganugerahkan segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan