• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ekonomi Sistem Usaha Tani Analisis Usahatani Padi pada Musim

BAB III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

4.4 Analisis Ekonomi Sistem Usaha Tani Analisis Usahatani Padi pada Musim

Pertama (Rendengan)

Musim rendengan merupakan musim pertama tanam padi pada saat curah hujan cukup banyak, biasanya penanaman dimulai pada bulan Oktober, November atau Desember dan Januari.

Pada gambar 10 dapat dilihat bahwa responden lebih banyak memilih untuk menanam padi musim rendengan adalah bulan November dan Desember.

Responden yang memilih melakukan penanaman pada bulan Oktober adalah sebanyak 7 orang, November 20 orang dan Desember sebanyak 27 orang dan Januari 6 orang.

Dilihat dari rata-rata curah hujan pada sepuluh tahun belakangan (Gambar 11). Puncak curah hujan terjadi pada bulan Januari, sehingga sekurang-kurangnya dua bulan sebelum bulan Januari petani telah menanam tersebut curah hujan cukup tinggi sehingga padi. Petani mulai menanam sekitar bulan November dan Desember. Pada bulan-bulan petani yakin bahwa tanaman mereka akan mendapatkan air yang cukup agar dapat tumbuh dengan baik.

Gambar 10. Persentase Responden yang Melakukan Penanaman Pada Bulan Oktober, November dan Desember

Okt 12% Nov 33% Des 45% Jan 10%

Gambar 11. Rata-rata Curah Hujan Periode Tahun 1994 – 2003 di Kabupaten Indramayu

Sumber : Subag Perencanaan dan Evaluasi Laporan Tahunan 2003 0 50 100 150 200 250 300 350

Okt Nov Des Jan Feb M ar Apr M ei Juni Juli Agust Sept

17

Analisis biaya tanaman padi pada musim rendengan di Indramayu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Analisis Biaya Pada saat Musim Rendengan ( 1 ha )

Komponen No

Biaya Satuan Harga satuan Jumlah nilai (Rp)

Sarana Produksi - Benih 25 kg Rp 2500 62500 - Pupuk Urea 2 kw Rp 110000 220000 SP 36 1 kg Rp 150000 150000 KCL 1 kw Rp 200000 200000 1 PPC 6ltr/18btl Rp 7500 135000 Pestisida Spontan 4 btl Rp 35000 140000 2 Furadan 1 box Rp 150000 150000

3 Upah Tenaga Kerja

- Pengolahan tanah Borongan 1 ha 300000

- Persemaian 5 orang Rp 20000 100000

- Tanam Borongan 1 ha 375000

- Gegaleng 6 orang Rp 25000 150000

- Ngoyos/ Nyiang 15 orang Rp 20000 300000

-Penyemprotan 7 hari Rp 20000 560000 Biaya Lain - Sewa Tanah 2000 kg Rp 1200 2400000 - Air 1 ha MT 60000 - PBB 1 ha Thn 50000 - Swadaya Desa 70 kg Ha 84000 4 - Lain-lain 22500 Biaya Total Rp 5.459.000 PENERIMAAN TOTAL 5 Hasil 6500 kg Rp 1200 Rp 7.800.000 PENERIMAAN BERSIH 6 Tanah Milik Rp 4.741.000 7 Tanah Sewa Rp 2.341.000

Pada saat penanaman dilakukan secara borongan oleh buruh tani yang berkisar antara 15 – 20 orang, biaya upah yang dikeluarkan untuk satu hari Rp 20.000 - Rp 25.000 tanpa diberi makan, sedangkan jika pemilik lahan memberi makan kepada buruh tani maka biaya yang dibayarkan kepada buruh Rp 15.000 – Rp 20.000.

Waktu yang dibutuhkan untuk penyemprotan hanya setengah hari dengan biaya untuk buruh tani sekitar Rp 10.000 - Rp 15.000 dengan buruh tani 2- 4 orang perhektarnya.

Biaya yang dikeluarkan oleh penyewa lahan sekitar Rp 1.200.000 per-hektar setiap musim tanam. Biasanya petani di Indramayu melakukan pencocokan harga gabah dengan harga sewa lahan sehingga setiap tahunnya

harga sewa lahan ini akan berubah menurut harga gabah.

Pembagian air irigasi telah diatur oleh lembaga yang berkepentingan, namun di Indramayu ada yang disebut sebagai “mitra cai” yaitu orang yang bertugas menjaga air yang masuk ke sawah-sawah ketika dialiri air irigasi. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 60.000 perhektar setiap musim tanam. Selain biaya di atas terdapat biaya swadaya desa antara lain untuk masjid dan desa berkisar sekitar Rp 84.000 per-hektar sawah.

Panen dilakukan dengan cara borongan dengan cara bagi hasil yang disebut 6 : 1 yaitu jika hasil panen per hektar diperoleh sebesar lima bagian, maka satu bagian lainnya diberikan kepada yang memanen.

18

Hasil panen untuk 1 ha sekitar 6.5 ton maka setelah dibagi

pemilik hanya mendapat 5.5 ton dan yang memanen sebesar 1 ton.

Pada musim rendengan ini keuntungan rata-rata untuk tanah milik sendiri adalah sekitar Rp 4.741.000 dengan harga gabah Rp 1200 per Kg dan hasil panen untuk 1 ha sekitar 6.5 ton. Sedangkan untuk tanah sewa petani hanya akan memperoleh keuntungan sekitar Rp 2.341.000.

Analisis Usahatani Padi pada Musim Kedua (Padi Gadu)

Musim gadu merupakan musim kedua yang dilakukan petani pada saat musim kemarau. Pada musim ini petani lebih berani untuk mengambil resiko, karena pada saat musim gadu iklim sangat tidak dapat diramalkan oleh petani. Petani di Indramayu sering mengalami kerugian pada saat musim gadu ini namun hal itu tidak membuat

mereka berhenti menanam karena memang tidak ada pilihan lain. Sebagian besar penduduk Indramayu merupakan petani dan mata pencarian mereka hanya bergantung pada hasil tani.

Jika dilihat dari rata-rata curah hujan selama sepuluh tahun belakangan (gambar 11) ini dapat dilihat bahwa pada bulan Mei hingga Oktober jumlah curah hujan tidak mencukupi untuk pertumbuhan padi (100-150 mm). Sehingga dapat disimpulkan keberhasilan untuk menanam pada musim kedua sangat sedikit.

Analisis biaya tanaman padi pada musim gadu di Indramayu dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Analisis Biaya Pada saat Musim Gadu ( 1 ha )

No Komponen

Biaya Satuan Harga satuan Jumlah nilai (Rp)

Sarana Produksi - Benih 30 kg Rp 2500 75000 - Pupuk Urea 2 kw Rp 110000 220000 SP 36 1 kg Rp 150000 150000 ΚCL 1 kw Rp 200000 200000 1 PPC 6ltr/18btl Rp 7500 135000 Pestisida Spontan 4 btl Rp 35000 140000 2 Furadan 1 box Rp 150000 150000

Upah Tenaga Kerja

Pengolahan tanah Borongan 1 ha 300000

- Persemaian 5 orang Rp 20000 100000 - Tanam Borongan 1 ha 375000 - Gegaleng 6 orang Rp 25000 150000 - Ngoyos/Nyiang 15 orang Rp 20000 300000 3 - Penyemprotan 7 hari Rp 20000 560000 Biaya Lain - Air 1 ha MT 60000 Swadaya Desa 70 kg Ha 84000 4 - Lain-lain 22500 Biaya Total Rp 3.021.500 PENERIMAAN TOTAL 5 Hasil 5000 kg Rp 1200 Rp 6000000 Penerimaan Bersih Rp 2.978.500

Pada musim gadu ini keuntungan rata-rata yang diperoleh petani sekitar Rp 2.978.500 dengan harga gabah Rp 1200 per Kg dan hasil panen untuk 1 ha sekitar 5 ton. Pada saat

musim tanam kedua ini petani penyewa telah membayar uang sewa pada saat musim tanam pertama (rendengan) sehingga keuntungan yang diperoleh oleh petani

19

penyewa dan petani pemilik akan sama, tetapi untuk petani bagi hasil biasanya modal dikeluarkan oleh penggarap yang melakukan bagi hasil dan hasilnya akan dibagi sama besar (50:50).

Berdasarkan data yang diperoleh, para petani bagi hasil biasanya tidak menanam pada saat musim gadu, hal ini kemungkinan besar dikarenakan oleh modal yang dibutuhkan cukup besar namun hasilnya tidak pasti.

Pada musim gadu ini keuntungan rata-rata yang diperoleh petani sekitar Rp 2.978.500 dengan harga gabah Rp 1200 per Kg dan hasil panen untuk 1 ha sekitar 5 ton. Pada saat musim tanam kedua ini petani penyewa telah membayar uang sewa pada saat musim tanam pertama (rendengan) sehingga keuntungan yang diperoleh oleh petani penyewa dan petani pemilik akan sama, tetapi untuk petani bagi hasil biasanya modal dikeluarkan oleh penggarap yang melakukan bagi hasil dan hasilnya akan dibagi sama besar (50:50).

Berdasarkan data yang diperoleh, para petani bagi hasil biasanya tidak menanam pada saat musim gadu, hal ini kemungkinan besar dikarenakan oleh modal yang dibutuhkan cukup besar namun hasilnya tidak pasti.

4.5 Bantuan dan Kesesuaian Bantuan

Dokumen terkait