• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMPENGARUHI USAHATANI PADI SISTEM SUBAK

4.2. Analisis Elastisitas Produksi dan Skala Usaha

Dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas, besaran koefisien regresi merupakan elastisitas produksi dari variabel-variabel tersebut. Tabel 36 menunjukkan besaran koefisien regresi usahatani padi sistem Subak di Desa Jatiluwih.

78

Tabel 36. Besaran Koefisien Regresi Usahatani Padi Sistem Subak di Desa Jatiluwih Tahun 2013

Model I Model II Model III Model IV

Benih (X1) 0.34127* 0.33904* 0.35352* 0.35358* Pupuk kandang (X2) 0.0043* 0.0045* 0.0050* 0.0051* Urea (X3) 0.0043* 0.0044* 0.0055* 0.0055* KCl (X4) -0.0112* -0.0108* -0.0119* -0.0117* NPK (X5) -0.0003 -0.0001 0.0012 0.0013 Pestisida cair (X6) 0.0036 0.0434** 0.0054** 0.0056** Pestisida padat (X7) -0.0001 -0.0002 -0.0003 -0.0004 Hari orang kerja (X8) 0.0862* 0.0935* 0.1246* 0.1265* Biaya transaksi (X9) 0.0113 0.0099 0.0028 0.0025 Dummy tipe petani - -0.0251 0.1010* -0.0083

Dummy luas lahan - - - 0.0995*

Keterangan :

* Nyata pada selang kepercayaan 99% atau α = 0,01

** Nyata pada selang kepercayaan 95% atau α = 0,05

Sumber : Data primer (diolah) 2013

Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi padi sawah dengan sistem Subak adalah sebagai berikut :

1. Benih (X1)

Koefisien regresi benih pada model I sebesar 0.34127, 0.33904 pada model II, 0.35352 pada model III, dan 0.35358 pada model IV. Penggunaan benih berpengaruh positif terhadap produksi padi beras merah pada selang kepercayaan 99%. Pada model I, benih mempunyai elastisitas produksi sebesar 0.34127, artinya jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi benih sebesar 1% akan meningkatkan produksi padi sawah sebesar 0.34127% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus), begitu pula dengan model II, III, dan IV. Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan benih berada pada daerah rasional.

2. Pupuk Kandang (X2)

Pupuk kandang mempunyai elastisitas produksi sebesar 0.00426 pada model I, 0.00445 pada model II, 0.00503 pada model III, dan 0.00508 pada model IV. Penggunaan pupuk kandang berpengaruh positif terhadap produksi padi sawah pada selang kepercayaan 99% pada seluruh model. Nilai elastisitas produksi pada model I berarti setiap penambahan jumlah pupuk kandang sebesar 1% akan meningkatkan produksi sebesar 0.00426% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus), begitu pula dengan model II, III, dan IV. Elastisitas produksi

yang positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang berada pada daerah rasional.

3. Pupuk Urea (X3)

Pupuk urea merupakan pupuk penyedia unsur nitrogen bagi tanaman. Tanaman yang kekurangan unsur ini akan tumbuh kerdil dan terhambat pertumbuhannya. Hasil regresi menunjukkan elastisitas produksi pupuk urea sebesar 0.00429 pada model I, 0.00439 pada model II, 0.00549 pada model III, dan 0.00551 pada model IV. Elastisitas produksi sebesar 0.00429 pada model I berarti setiap penambahan jumlah pupuk urea sebesar 1% akan meningkatkan produksi sebesar 0.00429% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus), begitu pula dengan model II, III, dan IV. Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah rasional.

4. Pupuk KCl (X4)

Pupuk KCl merupakan pupuk penyedia unsur Kalium yang berperan dalam proses fotosintesis, produksi makanan di dalam tanaman, reaksi enzim, meningkatkan mekanisme ketahanan terhadap penyakit, dan menjaga agar tanaman tetap berdiri tegak. Nilai elastisitas produksi pupuk KCL adalah sebesar 0.01123 pada model I, 0.01078 pada model II, 0.01188 pada model III, dan -0.01172 pada model IV. Nilai elastisitas produksi sebesar -0.01123 pada model I berarti jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi pupuk KCL sebesar 1% akan menurunkan produksi padi sawah sebesar 0.01123% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus), begitu pula dengan model II, III, dan IV. Hal ini diduga karena unsur Kalium yang terkandung di dalam tanah masih relatif banyak tersedia. Elastisitas produksi yang negatif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk KCL berada pada daerah irrasional.

5. Pupuk NPK (X5)

Pupuk NPK merupakan pupuk penyedia Nitrogen, Fosfor, dan Kalium yang digunakan sebagai pengganti atau penyempurna pupuk Urea atau pupuk KCl. Nilai elastisitas pupuk NPK adalah sebesar -0.00031 pada model I, -0.00001 pada model II, 0.00123 pada model III, dan 0.00131 pada model IV. Nilai elastisitas pupuk NPK sebesar -0.00031 pada model I artinya jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi pupuk NPK sebesar 1% akan menurunkan produksi

80

padi sawah sebesar 0.00031% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus), begitu pula dengan model II, III, dan IV. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa faktor produksi pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada selang kepercayaan 99%, sehingga penambahan pupuk NPK sebesar 1% tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi padi sawah dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Elastisitas produksi yang negatif menunjukkan bahwa penggunaan pupuk NPK berada pada daerah irrasional.

6. Pestisida Cair (X6)

Hasil regresi menunjukkan nilai elastisitas faktor produksi pestisida cair adalah sebesar 0.00357 pada model I, 0.00434 pada model II, 0.00536 pada model III, dan 0.00559 pada model IV. Nilai elastisitas sebesar 0.00357 pada model I berarti jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi pestisida sebesar 1% akan meningkatkan produksi padi sawah sebesar 0.00357% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Pestisida cair berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% pada seluruh model. Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan pestisida berada pada daerah rasional.

7. Pestisida Padat (X7)

Nilai elastisitas produksi pestisida padat adalah sebesar -0.00006 pada model I, -0.00016 pada model II, -0.00032 pada model III, dan -0.00035 pada model IV. Elastisitas produksi sebesar -0.00006 pada model I berarti jika terjadi penambahan penggunaan faktor pestisida padat sebesar 1% akan menurunkan produksi padi sawah sebesar 0.00006% dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hal ini diduga karena penggunaan pestisida sudah terlalu banyak. Elastisitas produksi yang negatif menunjukkan bahwa penggunaan pestisida padat berada pada daerah irrasional.

8. Tenaga kerja (X8)

Penggunaan tenaga kerja berada pada daerah rasional pada fungsi produksi dengan nilai elastisitas sebesar 0.08619 pada model I, 0.09350 pada model II, 0.12461 pada model III, dan 0.12646 pada model IV. Nilai elastisitas sebesar 0.08619 pada model I berarti setiap penambahan penggunaan tenaga kerja sebesar 1% akan meningkatkan produksi padi sawah sebesar 0.08619 dengan faktor lain

dianggap tetap (ceteris paribus), begitu pula pada model II, III, dan IV. Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja berada pada daerah rasional. Faktor produksi tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi pada selang kepercayaan 99% pada seluruh model, sehingga penambahan tenaga kerja sebesar 1% akan meningkatkan perubahan terhadap produksi padi sawah.

9. Biaya Transaksi (X9)

Nilai elastisitas produksi faktor biaya transaksi sebesar 0.01134 pada model I, 0.00986 pada model II, 0.00284 pada model III, dan 0.00284 pada model IV. Elastisitas produksi yang positif pada seluruh model menunjukkan bahwa penggunaan faktor biaya transaksi berada pada daerah rasional. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa faktor biaya transaksi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada selang kepercayaan 99% pada seluruh model, sehingga penambahan biaya transaksi sebesar Rp 1 tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi padi beras merah dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus).

10. Dummy Tipe Petani (D1)

Nilai elastisitas variabel dummy tipe petani sebesar -0.02506 pada model II dan -0.00831 pada model IV. Nilai elastisitas sebesar -0.02506 pada model II berarti setiap usahatani petani pemilik akan menghasilkan produksi padi sawah 0.02506 lebih sedikit dari usahatani petani penggarap, sedangkan nilai elastisitas sebesar -0.00831 pada model IV berarti setiap usahatani petani pemilik akan menghasilkan produksi padi sawah 0.00831 lebih sedikit dari usahatani petani penggarap. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa dummy tipe petani tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pada selang kepercayaan 99% pada model II dan IV.

11. Dummy Luas Lahan (D2)

Nilai elastisitas variabel dummy luas lahan sebesar 0.10097 pada model III dan 0.09945 pada model IV. Nilai elastisitas sebesar 0.10097 pada model III berarti setiap petani yang luas lahan sawahnya lebih besar atau sama dengan 0.5 hektar akan menghasilkan produksi padi sawah 0.10097 lebih banyak dari petani yang luas lahan sawahnya lebih kecil dari 0.5 hektar, sedangkan nilai elastisitas

82

sebesar 0.09945 pada model IV berarti setiap petani yang luas lahan sawahnya lebih besar atau sama dengan 0.5 hektar akan menghasilkan produksi padi sawah 0.09945 lebih banyak dari petani yang luas lahan sawahnya lebih kecil dari 0.5 hektar. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa dummy luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi pada selang kepercayaan 99% pada model III dan IV.

Pada seluruh model fungsi produksi Cobb-Douglas, nilai koefisien regresi selain menunjukkan elastisitas dari masing-masing variabel yang bersangkutan, penjumlahan dari nilai koefisien regresi tersebut merupakan pendugaaan terhadap keadaan skala usaha proses produksi yang berlangsung. Penjumlahan nilai elastisitas dari faktor-faktor produksi dalam seluruh model fungsi produksi di atas adalah sebesar 0.58. Jumlah elastisitas produksi yang kurang dari 1 tersebut menunjukkan bahwa usahatani padi sawah di desa Jatiluwih berada pada skala yang meningkat (decreasing rate) atau berada pada daerah II, artinya bahwa setiap output yang dihasilkan semakin meningkat hingga titik tertentu.

Dokumen terkait