• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis elemen ukuran penilaian hasil aktivitas

6 MODEL OPTIMASI TUJUAN JAMAK RANTAI PASOK TEPUNG TERIGU PADA KONDISI TIDAK PAST

7) Analisis elemen ukuran penilaian hasil aktivitas

Identifikasi elemen ukuran penilaian hasil aktivitas dalam pengelolaan kelembagaan menghasilkan delapan (8) sub-elemen, yaitu: 1) terjadi peningkatan permintaan tepung lokal, 2) pasokan bahan baku ke industri berkesinambungan, 3) terjadi peningkatan jumlah pelaku usaha makanan berbasis tepung lokal, 4) terjadi peningkatan penggunaan tepung lokal pada industri makanan, 5) penurunan jumlah impor gandum Indonesia, 6) industri tepung terigu melakukan sebagian substitusi dengan tepung lokal, 7) terbentuknya kebijakan pemerintah tentang substitusi tepung terigu dengan tepung lokal, 8) harga tepung lokal bersaing.

Hasil agregat penilaian para pakar disusun dalam bentuk SSIM (Lampiran 16) dan selanjutnya disusun RM dan revisi RM seperti ditunjukkan pada Lampiran 17. Hasil revisi RM menghasilkan posisi (kuadran) sub-elemen ukuran penilaian hasil aktivitas pada matriks driver power-dependence seperti terlihat pada Gambar 40a dan struktur hierarki elemen ukuran penilaian hasil aktivitas dalam kelembagaan seperti terlihat pada Gambar 40b.

Analisis matriks driver power-dependence dan struktur hierarki antar sub- elemen ukuran penilaian hasil aktivitas kelembagaan adalah (8) harga tepung lokal dapat bersaing adalah sub-elemen yang paling berpengaruh dibandingkan ukuran penilaian hasil aktivitas yang lain dalam model kelembagaan. Apabila ukuran penilaian hasil aktivitas kelembagaan tersebut dapat dilakukan dengan tercapai maka akan mendorong ukuran penilaian hasil aktivitas yang lain tercapai juga.

Sub-elemen ukuran penilaian hasil aktivitas yang berada pada kuadran II pada matriks driver power-dependence adalah aktivitas perubahan: 1) terjadinya peningkatan permintaan tepung lokal, 4) peningkatan penggunaan tepung lokal pada industri makanan. Sub-elemen ukuran penilaian hasil aktivitas ini memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap ukuran penilaian hasil aktivitas yang lain, tetapi daya dorong yang lemah sehingga keberadaan ukuran penilaian hasil aktivitas ini tergantung dengan keberadaan ukuran penilaian hasil aktivitas lain.

Sub-elemen ukuran penilaian hasil aktivitas kelembagaan yang berada pada kuadran III pada matriks driver power-dependence pada Gambar 40 adalah 2)

pasokan bahan baku ke industri berkesinambungan, 3) terjadi peningkatan jumlah pelaku usaha makanan berbasis tepung lokal, 5) penurunan jumlah impor gandum Indonesia, 6) industri tepung terigu melakukan sebagian substitusi dengan tepung lokal, 7) terbentuknya kebijakan pemerintah tentang substitusi tepung terigu dengan tepung lokal, dimana ukuran penilaian hasil aktivitas tersebut memiliki daya dorong kuat dan tingkat ketergantungan yang kuat juga atau disebut juga pengait (linkage). Tercapainya sub-elemen tujuan pada kuadaran III dipengaruhi oleh sub-elemen tujuan lainnya. Begitu juga apabila sub-elemen tujuan pada kuadran III tercapai maka akan mendorong tercapainya tujuan lainnya.

Implementasi Terhadap Rekayasa Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Analisis dengan pendekatan ISM untuk rekayasa kelembagaan kemitraan rantai pasok diperoleh beberapa arahan tentang model kelembagaan yang akan dirancang. Rangkuman analisis ISM, hasil referensi, dan wawancara pakar sebagai acuan untuk menyusun rekomendasi kelembagaan yang diuraikan sebagai berikut:

1. Peran pemerintah yang sangat dominan sebagai pembuat kebijakan untuk substitusi tepung terigu dengan tepung lokal. Selain itu, pemerintah sebagai penentu kebijakan mengurangi impor gandum sehingga tepung lokal dapat Gambar 40 Hasil pengolahan ISM, (a) Matriks driver power- dependence sub-

elemen ukuran penilaian hasil aktivitas dan (b) Struktur hierarki antar sub- elemen ukuran penilaian hasil aktivitas

dimanfaatkan secara maksimal untuk mensubstitusi tepung terigu. Kebijakan ini dapat menumbuhkan industri berbasis tepung lokal dan secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani. Analisis ISM menunjukkan bahwa ada lima elemen yang meletakkan peran pemerintah sebagai faktor kunci yaitu: elemen pelaku dengan sub-elemen pemerintah, elemen kendala dengan kurangnya dukungan pemerintah untuk substitusi tepung terigu, elemen tolak ukur terbentuknya peraturan pemerintah tentang substitusi tepung terigu dengan tepung lokal, dan elemen aktivitas perubahan dengan sub-elemen PP tentang substitusi tepung terigu dengan tepung lokal.

2. Konsep kelembagaan yang dibangun harus mencapai tujuan meningkatkan pendapatan petani dan industri pembuatan tepung lokal. Selain itu, kelembagaan yang dibentuk harus dapat memenuhi kebutuhan kunci seperti adanya jaminan pasar, bantuan kredit bagi petani dan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.

Lebih lanjut kebijakan dituangkan ke dalam model alternatif kelembagaan kemitraan pelaku rantai pasok yang merupakan hasil analisis antara model kelembagaan yang sudah ada di Indonesia dan pendapat para pakar.

Pemilihan Alternatif Model Kemitraan Petani Ubi kayu dan Industri Tapioka

Pemilihan pola kemitraan rantai pasok yang tepat untuk keberlanjutan rantai pasok tepung lokal dalam upaya mendukung substitusi tepung terigu. Pada penelitian ini dirancang pola kemitraan antara petani ubi kayu dan industri tapioka. Industri tapioka dipilih karena ubi kayu banyak dibudidayakan di Indonesia dengan produksi mencapai 22.9 juta ton pada tahun 2016 (BPS 2016).

Pemilihan pola kemitraan dilakukan dengan menggunakan pendekatan fuzzy analytical hierarchy process (FAHP). Masukan untuk membentuk struktur AHP diperoleh dari hasil identifikasi kebutuhan melalui pengamatan lapangan, benchmarking kemitraan pertanian kontrak dan pendapat para pakar dengan struktur AHP dapat dilihat pada Gambar 41.

Tingkat kepentingan relatif antar faktor

Hasil gabungan penilaian para pakar mengenai tingkat kepentingan relatif antar faktor dapat dilihat pada Lampiran 18. Hasil perhitungan bobot atribut faktor pada Tabel 46 menunjukkan bahwa faktor jaminan pasar merupakan faktor yang paling penting bagi keberhasilan kelembagaan pertanian kontrak dengan bobot 0.305. Hal ini karena jaminan pasar merupakan faktor penting dalam keberlanjutan usaha atau rantai pasok. Setiap pelaku dalam rantai pasok menghasilkan komoditas atau produk yang selanjutnya dijual untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan sehingga usaha dapat berkelanjutan. Faktor penting yang kedua adalah jaminan pasokan dengan bobot 0.295. Jaminan pasokan merupakan faktor yang penting karena apabila pasokan bahan baku tidak lancar menyebabkan terganggunya produksi sehingga industri mengalami kerugian dan kehilangan pendapatan atau keuntungan. Faktor penting yang ketiga adalah jaminan harga dimana pelaku rantai pasok menginginkan komoditas atau produk yang dihasilkan memiliki harga relatif stabil dan menguntungkan sehingga dapat mengurangi resiko kerugian bila harga tidak stabil. Faktor penting selanjutnya

berturut-turut adalah dukungan kebijakan pemerintah, kualitas pasokan, dan teknologi proses.

Tingkat kepentingan relatif antar pelaku

Tingkat kepentingan relatif pengaruh masing-masing pelaku terhadap setiap faktor dapat dilihat pada Tabel 47 yang menunjukkan bahwa faktor keberhasilan jaminan pasokan dan kualitas pasokan bersumber dari petani. Hal ini karena petani merupakan pemasok bahan baku untuk industri sehingga untuk keberhasilan kelembagaan kontrak pertanian pelaku petani harus diperhatikan. Faktor jaminan pasar, jaminan harga, dan teknologi proses pelaku yang paling berperan adalah industri pengolahan karena merupakan sebagai penentu harga komoditas, penampung bahan baku dan pengguna teknologi. Sedangkan

Tabel 46 Hasil perhitungan bobot untuk atribut faktor

No. Elemen faktor Bobot Prioritas

1. Jaminan pasokan 0.294 2 2. Kualitas pasokan 0.059 5 3. Jaminan pasar 0.305 1 4. Jaminan harga 0.200 3 5. Teknologi proses 0.041 6 6. Kebijakan pemerintah 0.101 4

Gambar 41 Struktur AHP pemilihan alternatif model pola kemitraan pertanian kontrak

pemerintah berperan sebagai pembuat kebijakan untuk membantu keberlanjutan dan kesuksesan kelembagaan.

Untuk menentukan pelaku yang sangat perpengaruh terhadap keberhasilan kelembagaan kontrak pertanian selanjutnya dilakukan perkalian antara nilai eigen masing masing aktor terhadap setiap faktor dengan nilai eigen faktor sehingga diperoleh bobot pelaku pada Gambar 42. Pelaku industri tapioka memiliki peran yang penting dalam keberlanjutan dan kesuksesan kelembagaan kontrak pertanian. Hal ini karena industri pengolahan berperan sebagai pasar dari komoditas dan berperan dalam menentukan harga komoditas. Pelaku berikutnya yang berperan penting terhadap atribut aktor adalah petani sebagai pemasok bahan baku.

Tingkat kepentingan relatif antar tujuan kemitraan kontrak pertanian Prioritas utama atribut tujuan kelembagaan kontrak pertanian adalah peningkatan pendapatan petani dengan bobot 0.30 seperti ditunjukan pada Tabel 48. Apabila dengan pola kemitraan yang dibentuk dapat meningkatkan pendapatan petani maka petani akan terdorong untuk membudidayakan komoditas ubi kayu sebagai bahan baku tepung tapioka. Selain itu, petani akan termotivasi untuk memenuhi jumlah dan kualitas yang diinginkan industri pengolahan sehingga diharapkan pasokan bahan baku berkesinambungan. Selanjutnya prioritas kedua untuk atribut tujuan adalah terjaminnya pasokan dengan bobot

Tabel 47 Tingkat kepentingan relatif pelaku terhadap setiap faktor

Jaminan

pasokan Kualitas pasokan Jaminan pasar Jaminan harga Teknologi proses pemerintah Kebijakan Bobot

Petani 0.55 0.48 0.21 0.06 0.15 0.09 0.28 Pengepul 0.23 0.17 0.20 0.11 0.09 0.09 0.17 industri pengolahan 0.11 0.20 0.41 0.56 0.57 0.09 0.31 lembaga keuangan 0.06 0.06 0.08 0.06 0.07 0.09 0.07 Pemerintah 0.06 0.09 0.11 0.20 0.12 0.64 0.16

Gambar 42 Nilai eigen untuk atribut pelaku terhadap atribut aktor pola kemitraan kontrak pertanian

0.26. Prioritas selanjutnya berturut-turut adalah peningkatan keuntungan industri. harga jual yang bersaing, dan terjaminnya kualitas.

Industri berbahan baku komoditas pertanian sering menghadapi pasokan bahan baku tidak stabil dimana saat musim panen, bahan baku berlimpah sedangkan diluar musim panen bahan baku menjadi langka dan mahal. Hal ini menggangu produksi sehingga dapat mengakibatkan industri mengalami kerugian.

Selain itu dari Tabel 48 dapat diuraikan tingkat kepentingan relatif antar tujuan terhadap pelaku kelembagaan kontrak pertanian dimana memperlihatkan bahwa pelaku petani, lembaga keuangan dan pemerintah dengan tujuan prioritas utamanya adalah untuk meningkatkan pendapatan petani. Prioritas utama bagi pengepul dan industri pengolahan dalam kelembagaan kontrak pertanian adalah terjaminnya kontinuitas pasokan.

Pemilihan alternatif kelembagaan kemitraan kontrak pertanian

Perhitungan tingkat kepentingan relatif antar alternatif model kelembagaan kontrak pertanian pada Tabel 49 menunjukkan bahwa kemitraan inti plasma memiliki bobot tertinggi sebesar 0.47 atau merupakan prioritas pertama. Kemitraan inti plasma ini dapat mencapai tujuan peningkatan keuntungan industri, dan harga jual yang bersaing dibandingkan dengan alternatif model kemitraan kontrak pertanian yang lain. Prioritas kedua atribut alternatif kelembagaan adalah pola kerjasama operasional. Pola kelembagaan ini dapat meningkatkan pendapatan petani dan menjamin kontinuitas pasokan dibandingkan dengan alternatif lain.

Tabel 49 Tingkat kepentingan relatif atribut alternatif terhadap setiap tujuan dalam kelembagaan kontrak pertanian

Peningkatan pendapatan petani Terjaminnya kontinuitas pasokan Peningkatan keuntungan industri Terjaminnya kualitas pasokan Harga jual bersaing Bobot alternatif Kemitraan inti plasma 0.42 0.45 0.58 0.41 0.48 0.47 Kemitraan sub kontrak 0.11 0.10 0.21 0.15 0.21 0.15 Pola kerjasama operasional 0.46 0.45 0.21 0.44 0.31 0.38

Tabel 48 Tingkat kepentingan relatif atribut tujuan terhadap setiap pelaku dalam kelembagaan kontrak pertanian

Petani Pengepul Industri

pengolahan keuangan Lembaga Pemerintah Bobot tujuan Peningkatan pendapatan petani 0.54 0.23 0.05 0.35 0.44 0.30 Terjaminnya kontinuitas pasokan 0.13 0.39 0.36 0.20 0.19 0.26 Peningkatan keuntungan industri 0.16 0.13 0.32 0.25 0.21 0.22 Terjaminnya kualitas pasokan 0.07 0.16 0.10 0.07 0.05 0.09

Harga jual yang bersaing

Rekomendasi Model Kelembagaan Kemitraan Industri Tapioka dan Petani Ubi Kayu

Dari hasil analisis keseluruhan dengan pendekatan benchmarking, ISM dan fuzzy AHP maka dapat direkomendasikan model kelembagaan kemitraan industri tapioka dan petani ubi kayu bahwa pola kemitraan yang sesuai adalah pola inti plasma yang dijabarkan pada Tabel 50. Rekomendasi kemitraan antara petani dan pelaku tepung tapioka yang dijabarkan terdiri dari pola kemitraan, pola koordinasi, hak dan kewajiban masing-masing pihak, aturan main, dan elemen-elemen kunci yang diperhatikan untuk keberhasilan kelembagaan yang dibentuk.

Tabel 50 Model kelembagaan kemitraan industri tapioka dan petani ubi kayu yang diusulkan

Elemen kelembagaan Keterangan

Pola pertanian kontrak Kemitraan inti plasma

Koordinasi Koordinasi melalui depatemen/bagian/sub-bagian kerjasama/kemitraan pada

perusahaan inti dan diteruskan oleh ketua kelompok petani.

Hak petani - Mendapat bimbingan teknis budi daya ubi kayu

- Mendapat bantuan kredit

Hak Perusahaan inti (industri tapioka)

- Mendapat ubi kayu dari petani

- Menentukan varietas ubi kayu yang ditanam

Kewajiban petani - Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya

- Menanam ubi kayu sesuai dengan variatas yang ditetapkan industri tapioka

- Mengikuti program/penjadwalan tanam dan panen yang dibuat oleh

industri tapioka

- Melaksanakan budidaya ubi kayu sesuai bimbingan perusahaan inti. - Menjual keseluruhan hasil panen ubi kayu ke industri tapioka - Melunasi kredit bila ada

Kewajiban mitra - Menampung ubi kayu dari petani

- Memberi layanan teknik penanaman ubi kayu

- Memberi bantuan bibit

- Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen

Kebijakan harga Berdasarkan harga pasar

Aturan main Pola kemitraan inti plasma antara petani dan industri tapioka diperkuat dengan

adanya surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak- pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan bersama. Perjanjian kerjasama berisikan hak-hak dan kewajiban kedua belak pihak. Dalam pelaksanaan inti plasma, kedua belak pihak wajib mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati.

Elemen kunci sukses - Peningkatan penggunaan tepung lokal pada industri makanan

- Terjaminnya pasokan bahan baku

- Terjaminnya pasar tepung tapioka

- SDM yang berkualitas

- Harga tepung lokal yang bersaing

- Pengurangan impor gandum

- Peningkatan produktivitas lahan

- Peningkatan pemanfaatan tepung lokal sebagai pengganti tepung terigu

- Adanya peran pemerintah

- Adanya bantuan kredit

Sumber dana - Modal budidaya ubi kayu berasal dari petani, dan juga mendapat bantuan

kredit dari perusahaan inti atau koperasi

- Sumber dana perusahaan ini dari modal sendiri atau mendapat pinjaman modal dari lembaga keuangan atau bank

Pemilihan Alternatif Model Pertanian Kontrak Industri Mocaf dan Petani Ubi Kayu

Pada penelitian ini masukan untuk membentuk struktur AHP pemilihan alternatif pola kemitraan industri mocaf, diperoleh dari hasil identifikasi pengamatan lapangan, benchmaking kemitraan pertanian kontrak, dan pendapat para pakar. Alternatif pemilihan model kemitraan berdasarkan keadaan yang sedang berlaku sekarang. yaitu industri mocaf menerima bahan baku mentah dari petani dan industri menerima dalam bentuk chip mocaf dari petani. Selanjutnya pola tersebut masing-masing diintegrasikan dengan pola inti plasma. Struktur AHP untuk alternatif model pertanian kontrak industri mocaf dapat dilihat pada Gambar 43.

Atribut faktor, pelaku, dan tujuan untuk pemilihan alternatif kelembagaan kemitraan kontrak pertanian pada industri tepung mocaf memiliki sub-elemen yang sama maka analisis untuk atribut faktor, aktor, dan tujuan menggunakan analisis dari pengolahan FAHP pemilihan pola kemitraan industri tapioka. Pola kelembagaan kemitraan tepung mocaf dengan petani langsung dilakukan analisis terhadap pemilihan alternatif.

Tingkat kepentingan antar alternatif pola kemitraan terhadap tujuan kelembagaan dapat dilihat pada Tabel 51. Hasil perhitungan bobot atribut alternatif menunjukkan bahwa alternatif kemitraan inti plasma dengan petani sebagai pemasok chip merupakan alternatif kelembagaan prioritas pertama dengan bobot 0.55. Alternatif model kelembagaan ini dapat meningkatkan pendapatan Gambar 43 Hierarki AHP alternatif kemitraan petani ubi kayu dan usaha mocaf

petani karena dengan menjual chip, petani mendapat nilai tambah lebih besar dibandingkan dengan menjual bahan baku mentah. Selain itu, membeli chip dari petani akan menjamin pasokan karena chip dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan bahan baku mentah. Namun dari segi kualitas bahan baku, membeli chip dari petani menyebabkan kualitas tidak seragam. Hal ini disebabkan karena sumber chip yang beragam sehingga cukup sulit untuk mengendalikan kualitas. Untuk mengatasi tersebut dapat dibuat kewajiban kelompok petani mitra, harus membuat chip sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan industri. Pihak industri dapat menolak chip dari petani bila tidak sesuai dengan standar yang ditentukan. Tujuan untuk mencapai harga mocaf yang bersaing (atau dibawah harga tepung terigu) dari pendapat pakar akan lebih menguntungkan bila mocaf diolah dipabrik mulai dari bahan baku mentah. Namun hal ini dapat diatasi dengan menentukan harga beli chip dari petani sesuai dengan risiko yang tanggung petani dan meningkatkan produktivitas lahan petani sehingga petani dapat menjual lebih banyak chip dengan harga yang layak

Pola kemitraan inti plasma antara industri mocaf dan petani sudah diterapkan PT. BCM di Solo seperti yang sudah dijelaskan pada bab 4 disertasi ini. PT. BCM sebagai produsen mocaf bekerjasama dengan plasma (kelompok tani ubi kayu) atau disebut dengan kelompok (cluster) untuk memproduksi chip sesuai dengan standar perusahaan. Pihak inti dan plasma mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang sudah disepakati bersama.

Rekomendasi Model Kelembagaan Kemitraan Industri Mocaf dan Petani Ubi Kayu

Hasil analisis keseluruhan dengan pengamatan lapangan, wawancara mendalam, benchmarking, pendekatan ISM, dan fuzzy AHP maka dapat dirumuskan rekomendasi model kelembagaan kemitraan industri mocaf dan petani ubi kayu bahwa pola kemitraan yang sesuai adalah pola inti plasma dengan pembuatan chip oleh petani dimana diuraikan secara lengkap pada Tabel 52. Industri mocaf bermitra dengan kelompok tani atau yang disebut dengan kelompok (cluster) untuk memproduksi chip mocaf yang selanjutnya dikirim ke industri mocaf. Kemitraan tersebut harus mengikuti aturan main yang telah ditetapkan dan mematuhi kewajiban dan hak kedua belah pihak.

Tabel 51 Hasil perhitungan bobot untuk atribut tujuan

Peningkatan pendapatan petani Terjaminnya kontinuitas pasokan Peningkatan keuntungan industri Terjaminnya kualitas pasokan Harga jual yang bersaing Bobot aktor Kemitraan inti plasma (petani memasok chip) 0.81 0.81 0.21 0.15 0.28 0.55 Kemitraan inti plasma (petani memasok bahan baku basah) 0.19 0.19 0.79 0.85 0.72 0.45

Model Kemitraan Industri Tepung Lokal dengan Industri Tepung Terigu Dalam manajemen rantai pasok, produsen harus mampu menjalin hubungan yang kuat dan koordinasi dengan mitra yang berhubungan yaitu mulai dari pemasok bahan baku, distributor, hingga konsumen akhir. Hubungan yang kuat antara produsen dengan mitra bisnis akan memberikan produk dengan kualitas yang diinginkan dan pelayanan yang tepat waktu bagi konsumen. Kanter (1994) mengungkapkan bahwa hubungan perusahaan dengan pemasok merupakan Tabel 52 Model kelembagaan kemitraan industri mocaf dan petani ubi kayu yang

diusulkan

Elemen kelembagaan

Keterangan

Pola Kemitraan inti plasma

Koordinasi Koordinasi melalui depatemen/bagian/sub-bagian kerjasama/kemitraan pada

perusahaan inti dan diteruskan oleh ketua kelompok petani atau kluster chip

Hak kelompok

petani (cluster chip)

- Mendapat bimbingan teknis budi daya ubi kayu

- Mendapat bantuan kredit

- Mendapat enzim mocaf

- Mendapat bantuan bibit

- Mendapat bantuan peralatan pembuatan chip

Hak Perusahaan inti - Mendapat chip dari kelompok petani

- Menentukan varietas ubi kayu yang ditanam

Kewajiban petani - Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya

- Menanam ubi kayu sesuai dengan variatas yang ditetapkan industri mocaf - Mengikuti penjadwalan tanam dan panen yang dibuat oleh industri mocaf - Melaksanakan budidaya ubi kayu sesuai dengan bimbingan perusahaan inti. - Mengolah seluruh hasil panen ubi kayu ke bentuk chip mocaf

- Menjual keseluruhan chip mocaf ke industri mitra - Melunasi kredit bila ada

Kewajiban mitra - Menampung keseluruhan chip mocaf dari kelompok petani

- Memberi layanan teknik penanaman ubi kayu

- Memberi bantuan bibit

- Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen,

hingga pembuatan chip mocaf untuk mencapai mutu yang tinggi

Kebijakan harga Berdasarkan harga pasar

Aturan main Pihak perusahan inti bermitra dengan kelompok tani yang terdiri dari 5-30 anggota

tani. Satu kelompok tani diketuai oleh seorang anggota yang dipilih secara musyawarah. Untuk memperkukuh kemitraan maka dibuat surat perjanjian kerjasama yang berisikan hak-hak dan kewajiban kedua belak pihak yang wajib diikuti.

Elemen kunci

sukses

- Peningkatan penggunaan tepung mocaf pada industri makanan

- Terjaminnya pasokan dan kualitas bahan baku

- Terjaminnya pasar tepung mocaf

- Harga tepung mocaf yang bersaing

- SDM yang berkualitas

- Pengurangan impor gandum

- Peningkatan produktivitas lahan

- Peningkatan pemanfaatan mocaf sebagai pengganti tepung terigu

- Adanya peran pemerintah daerah dan pusat

- PP tentang substitusi tepung terigu dengan tepung lokal.

Sumber dana - Petani dan juga mendapat bantuan kredit dari perusahaan inti atau koperasi

- Sumber dana perusahaan inti dari modal sendiri atau mendapat pinjaman modal dari lembaga keuangan atau bank

kolaborasi yang paling kuat dalam konteks value chain atau supply chain. Pemasok berperan menyediakan bahan baku yang digunakan oleh perusahaan dimana kinerja pemasok berpengaruh pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Berdasarkan studi literatur, pengamatan lapangan dan diskusi dengan pakar maka dapat direkomendasikan bentuk kemitraan antara pemasok tepung lokal sebagai pemasok bahan baku dengan industri tepung terigu berupa pola subkontrak dengan uraian dirangkum Tabel 53.

Kemitraan industri tepung lokal dan tepung terigu pada kasus ini merupakan hubungan antara pemasok bahan baku ke pemakai (industri). Pelaku tepung lokal sebagai pemasok yang memproduksi bahan baku yang diperlukan industry tepung terigu bagian dari hasil produksinya. Kemitraan ini memiliki kesepakatan tentang Tabel 53 Rekomendasi kelembagaan kemitraan antara pemasok tepung lokal

dengan industri tepung terigu

Elemen kelembagaan

Keterangan

Pola kemitraan Subkontrak

Koordinasi Pada bagian pembelian di perusahaan Hak pemasok

tepung lokal

- Mendapat harga sesuai dengan pasar

- Jangka pembayaran sesuai dengan kesepakatan Hak perusahaan

industri tepung terigu

- Mendapat bahan baku sesuai dengan kualitas sesuai standar SNI - Memperoleh bahan baku dengan tepat waktu

- Menolak bahan baku yang tidak sesuai standar SNI Kewajiban

pemasok tepung lokal

- Mengirim bahan baku sesuai dengan jumlah dan kualitas yang diinginkan perusahaan pemesan.

- Mengirimkan bahan baku dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan

Kewajiban perusahaan

- Melunasi pembayaran dengan tepat waktu.

- Membantu meningkatkan kinerja pemasok dengan memberi bimbingan teknis.

Elemen kunci sukses

- Peningkatan penggunaan tepung lokal pada industri makanan - Terjaminnya pasokan bahan baku tepung lokal

- Terjaminnya pasar tepung lokal - Terjaminnya kualitas bahan baku - Harga tepung lokal yang bersaing - SDM yang berkualitas

- Pengurangan impor gandum - Peningkatan kinerja tepung lokal

- Peningkatan pemanfaatan tepung lokal sebagai pengganti tepung terigu - Adanya peran pemerintah daerah dan pusat

- PP tentang substitusi tepung terigu dengan tepung lokal.

Aturan main Pemasok dan industri tepung terigu membuat kesepakatan tentang