• Tidak ada hasil yang ditemukan

8 PERENCANAAN BISNIS TEPUNG TERIGU SUBSTITUS

5. Tahap pengemasan (packing)

Tepung terigu dan tepung lokal yang sudah selesai dicampur menjadi produk jadi berupa tepung terigu substitusi kemudian dikemas dalam ukuran 1 kg dan 25 kg. Produk yang sudah dikemas selanjut disimpan di gudang sebelum dikirim ke distributor untuk dipasarkan. Tepung terigu dapat dikirim secara curah (bulk loading) langsung ke industri makanan berbasis terigu.

Rencana Model Kelembagaan

Untuk menjaga kontinuitas pasokan bahan baku tepung lokal pada industri tepung terigu maka perlu direncanakan model kelembagaan yang tepat antara pemasok bahan baku dan perusahaan. Model kelembagaan rantai pasok antara pelaku usaha telah dibahas pada bab 7 disertasi ini meliputi kemitraan antara petani dan industri pengolahan tepung lokal, dan kemitraan antara industri tepung lokal dan industri tepung terigu. Perencanaan model kelembagaan untuk kelancaran pasokan bahan baku adalah kelembagaan kemitraan antara produsen tepung lokal (tapioka) sebagai pemasok dan produsen tepung terigu. Model kelembagaan kemitraan antara pemasok bahan baku dan produsen terigu berdasarkan model kelembagaan yang telah dikembangkan pada bab 7 yaitu berbentuk subkontrak. Pola ini pemasok bahan baku berkewajiban memenuhi jumlah, kualitas dan waktu sesuai dengan yang ditetap atau dalam bentuk perjanjian kontrak. Pola kelembagaan dan aturan-aturan main secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 53.

Rencana Keuangan (Analisis Finansial)

Analisis finansial pada perencanaan bisnis ini meliputi perhitungan finansial, yaitu biaya investasi, prakiraan harga dan penerimaan, proyeksi laba dan rugi, proyeksi arus kas, dan kriteria kelayakan investasi. Kriteria kelayakan investasi pada penelitian yang digunakan adalah net present value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan rasio manfaat-biaya (rasio B/C).

Beberapa asumsi dan ketentuan yang diperlukan untuk analisis finansial antara lain

1. Analisis finansial dimulai pada tahun penelitian ini dilakukan yaitu pada tahun 2016 sebagai tahun ke-0.

2. Investasi awal diperkirakan berdasarkan nilai aset salah satu industri tepung terigu di Indonesia yang sudah berjalan yang mana data diperoleh dari www.aptindo.or.id dan ditambah dengan instalasi mesin pencampur untuk membuat tepung terigu substitusi.

3. Kapasitas produksi giling gandum adalah 2 000 MT/ hari atau 60 000 MT/bulan

4. Discount rate sebesar 9%.

5. Konversi gandum ke tepung terigu sebesar 75% dan produk samping 25%. 6. Bunga kredit bank sebesar 12% per tahun.

7. Persentase pinjaman bank untuk modal usaha adalah 60%. 8. Umur proyek selama 20 tahun.

9. Pajak penghasilan usaha 25%. 10.Kontingensi sebesar 10%.

11.Nilai akhir proyek diperkirakan sebesar 30% dari investasi awal.

12.Harga dan biaya-biaya digunakan adalah saat penelitian ini berlangsung. Biaya Investasi

Perkiraan biaya investasi awal pada perencaan bisnis tepung terigu substitusi ini diperoleh berdasarkan nilai aset dari salah satu industri tepung terigu di Indonesia yaitu sebesar Rp 560 Miliar. Untuk perencanaan tepung terigu substitusi ini dimana diperlukan penambahan mesin untuk pencampuran tepung terigu dengan tepung tapioka maka diperlukan tambahan 2 unit mesin pencampur (powder mixer). Biaya investasi awal selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 54.

Perhitungan Depresiasi

Depresiasi menunjukkan penurunan nilai aset atau harta perusahaan yang berwujud seperti gedung, mesin dan peralatan produksi, dan sebagainya seiring

Tabel 54 Perkiraan investasi awal pabrik tepung terigu substitusi

No. Uraian investasi Unit Nilai (Rp.)

1. Investasi awal (tanah, bangunan kantor dan pabrik, dermaga, mesin dan peralatan pabrik, kendaraan kantor, truk, dll)

1 paket 560 000 000 000*

2. Mesin powder mixer 2 unit 500 000 000

Total investasi awal 560 500 000 000

3. Contingency (10%) 56 050 000 000

Total 616 550 000 000

dengan waktu dan penggunaannya. Pada studi ini, perhitungan depresiasi menggunakan metode garis lurus (straight line method) yaitu berdasarkan umur ekonomis, harga awal, dan nilai sisa. Umur ekonomis merupakan umur pakai mesin atau peralatan sehingga mesin atau peralatan tersebut dikatakan tidak menguntungkan lagi secara ekonomis walaupun sesungguhnya mesin atau peralatan tersebut masih dapat digunakan. Perhitungan nilai depresiasi setiap tahunnya dapat dihitung sebagai berikut:

Nilai depresiasi setiap tahun = (Nilai awal investasi-nilai akhir investasi)/umur

proyek

Nilai depresiasi setiap tahun = (616 550 000 000- (0.3x 616 550 000 000))/20 = Rp. 15 414 000 000

Prakiraan Harga dan Penerimaan

Perkiraan penerimaan perusahaan selama 20 tahun pada harga tepung terigu substitusi Rp 6300 dapat dilihat pada Tabel 55 dan perhitung lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 22. Pendapatan perusahaan berasal dari penjualan produk tepung terigu substitusi dan produk samping (by product). Kapasitas bahan baku gandum sebesar 2000 MT per hari atau 720 000 MT per tahun yang menghasilkan 75% tepung terigu dan 25% produk samping sehingga dihasilkan adalah 0.75x 720 000 MT =540 000 MT tepung terigu. Berdasarkan hasil optimasi rantai pasok bahwa campuran tepung lokal yang optimal adalah sebesar 5.66% untuk tepung tapioka. Jumlah tepung terigu substitusi yang dihasilkan selama setahun produksi dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel 55 Perkiraan penerimaan perusahaan pada harga tepung terigu substitusi pada Rp. 6300

Tahun Jumah tepung

terigu substitusi (MT)

Jumlah produk

samping (MT) tepung terigu Penerimaan substitusi (Rp. juta) Penerimaan produk samping (Rp. juta) Total penerimaan (Rp. juta) 1 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 2 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 3 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 4 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 5 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 6 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 7 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 8 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 9 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 10 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 11 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 12 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 13 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 14 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 15 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 16 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 17 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 18 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 19 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106 20 572 398 180 000 3 606 106 450 000 4 056 106

Jumlah tepung tapioka yang digunakan:

Jumlah tapioka/(jumlah terigu + jumlah tapioka)=0.0566 Jumlah tapioka/(540000+jumlah tapioka)=0.0566

Jumlah tapioka =0.0566 x 540000 +0.0566 x jumlah tapioka 0.9434 jumlah tapioka =30564

Jumlah tapioka = 32398 MT

Jadi jumlah tepung terigu substitusi= 540000 + 32398 = 572 388 MT

Diasumsikan harga tepung terigu substitusi lebih mahal dari pada tepung terigu. Harga terigu di tingkat produsen berkisar antara Rp 5500-6500 per kg sehingga harga tepung terigu substitusi di tingkat produsen berkisar antara Rp 5800-6800 per kg. Pada analisis finansial ini, harga tepung terigu substitusi ditentukan sekitar Rp 6000-6500 pada tingkat produsen. Penerimaan perusahaan lainnya adalah dari produk samping sebesar 25% dari jumlah gandum yang digiling dengan harga jual Rp 2500 per kg.

Proyeksi Laba dan Rugi

Proyeksi laba rugi merupakan ringkasan penerimaan dan pengeluaran perusahaan setiap periode yang menunjukkan gambaran kinerja keuangan atau tingkat profitabilitas perusahaan. Pada Proyeksi laba rugi dapat dilihat keuntungan atau kerugian yang dialami oleh perusahaan pada kurun waktu tertentu. Laba bersih yang merupakan pengurangan laba operasi dengan pajak penghasilan. Proyeksi laba rugi pada studi in dapat dilihat pada Tabel 56.

Biaya operasional perusahaan terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap yang secara rinci dijabarkan pada Lampiran 21. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan tidak tergantung dengan jumlah produksi seperti gaji

Tabel 56 Proyeksi laba rugi tepung terigu substitusi untuk harga Rp. 6300 (Rp. Juta)

Tahun Biaya

operasional terigu substitusi Penerimaan Penerimaan produk samping

Total

penerimaan Pendapatan kotor Pajak bersih Laba

1 4 085 974 3 606 106 450 000 4 056 106 -29 810 0 -29 810 2 4 065 771 3 606 106 450 000 4 056 106 -9 607 0 -9 607 3 4 045 569 3 606 106 450 000 4 056 106 10 595 2 649 7 946 4 4 025 366 3 606 106 450 000 4 056 106 30 797 7 699 23 098 5 4 005 164 3 606 106 450 000 4 056 106 50 999 12 750 38 249 6 3 984 961 3 606 106 450 000 4 056 106 71 202 17 800 53 401 7 3 964 759 3 606 106 450 000 4 056 106 91 404 22 851 68 553 8 3 944 556 3 606 106 450 000 4 056 106 111 606 27 901 83 704 9 3 924 354 3 606 106 450 000 4 056 106 131 808 32 952 98 856 10 3 904 152 3 606 106 450 000 4 056 106 152 010 38 003 114 008 11 3 883 949 3 606 106 450 000 4 056 106 172 213 43 053 129 159 12 3 863 747 3 606 106 450 000 4 056 106 192 415 48 104 144 311 13 3 843 544 3 606 106 450 000 4 056 106 212 617 53 154 159 463 14 3 823 342 3 606 106 450 000 4 056 106 232 819 58 205 174 614 15 3 803 139 3 606 106 450 000 4 056 106 253 021 63 255 189 766 16 3 614 583 3 606 106 450 000 4 056 106 441 575 110 394 331 181 17 3 614 583 3 606 106 450 000 4 056 106 441 575 110 394 331 181 18 3 614 583 3 606 106 450 000 4 056 106 441 575 110 394 331 181 19 3 614 583 3 606 106 450 000 4 056 106 441 575 110 394 331 181 20 3 614 583 3 606 106 450 000 4 056 106 441 575 110 394 331 181

karyawan, administrasi, operasional kantor, promosi, dll. Biaya tetap dikeluarkan tergantung dengan jumlah produksi seperti biaya pembelian bahan baku, transportasi, energi, dll.

Pada proyeksi laba rugi untuk tepung terigu substitusi dijual dengan harga Rp.6300 per kg dapat dilihat pada Tabel 55 bahwa pada tahun ke-1 hingga tahun ke-2 perusahaan belum mendapat laba atau mengalami kerugian. Hal ini karena perusahaan masih menanggung angsuran kredit dan bunga bank setiap tahunnya. Pada awal berdiri, perusahaan dapat mengurangi beban biaya operasional dari gaji dan jumlah tenaga kerja. Perusahaan dapat meningkatkan pendapatan dengan menaikkan harga jual yang layak dan juga mempertimbangkan harga yang berlaku di pasar.

Kriteria Kelayakan Investasi

Kriteria kelayakan investasi yang digunakan pada studi ini antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Payback Period (PBP), dan analisis sensitivitas. Analisis kelayakan menggunakan discount factor 9%, komposisi tepung lokal 5.66% tapioka, dan jangka investasi selama 20 tahun.

Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis atau usaha dikatakan layak bila jumlah seluruh manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan. Net Present Value (NPV) merupakan metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu. Suatu usaha dikatakan layak bila NPV > 0 yang berarti bisnis menguntungkan atau memberi manfaat. Formulasi yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:

(8.1) Dimana,

Bt = manfaat pada tahun ke-t Ct = biaya pada tahun ke-t

t = tahun kegiatan bisnis (t=0, 1, ....,n) i = tingkat pengembalian (%)

Perhitungan kelayakan investasi tepung terigu substitusi pada faktor diskon 9%, komposisi tepung tapioka 5.66%, dan harga tepung terigu substitusi di tingkat produsen Rp 6300 dapat dilihat pada Lampiran 23. Perhitungan NPV menunjukkan bahwa nilai NPV= 532 703 juta atau NPV>0 sehingga investasi tepung terigu substitusi dinyatakan layak apabila nilai jual produk sebesar Rp 6300.

Internal Rate of Return (IRR)

Sebuah investasi dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari tingkat pengembalian. Menghitung tingkat IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat pengembalian yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Rumus interpolasi IRR ialah sebagai berikut:

(8.2) Investasi dikatakan layak bila nilai IRR > nilai i (laju pengembalian)

dimana,

i1 = Nilai laju pengembalian yang membuat NPV positif

i2 = Nilai laju pengembalian yang membuat NPV negatif

NPV1 = Nilai NPV untuk i1

NPV2 = Nilai NPV untuk i2

Hasil perhitungan IRR pada Lampiran 23 dapat dilihat bahwa nilai IRR sebesar 14.14% yang berarti lebih besar dari laju pengembalian 9% sehingga investasi tepung terigu substitusi dinyatakan layak pada harga jual Rp 6300. Rasio manfaat- biaya (Rasio B/C)

Rasio manfaat- biaya (rasio B/C) merupakan tingkat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Suatu investasi dinyatakan layak bila rasio B/C ≥ 1 dengan rumus rasio B/C sebagai berikut:

(8.3)

Hasil perhitungan rasio B/C pada laju pengembalian 9% pada Lampiran 23 dapat dilihat bahwa investasi layak karena rasio B/C adalah 1.01 yang mana lebih besar dari 1 sehingga investasi layak pada harga tepung terigu substitusi sebesar Rp 6300,-.

Payback Period (PBP)

Paybcak period (PBP) merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Masa pengembalian ini dapat diartikan sebagain jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV yang besar menunjukkan jangka waktu pengembalian investasi yang ditanam semakin cepat. Hasil perhitungan PBP investasi tepung terigu substitusi diperoleh 10.03 tahun dengan rincian perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 23.

Analisis Sensitivitas

Analisis sentivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan- perubahan mana unsur-unsur dalam aspek finansial ekonomi berpengaruh terhadap keputusan yang diambil terhadap rencana investasi. Pada analisis sensitivitas ini, variabel yang dipertimbangkan mengalami perubahan adalah antara lain harga bahan baku, komposisi campuran tepung lokal, dan penjualan. 1. Analisis sensitivitas berdasarkan harga produk

Berdasarkan analisis sensitivitas bahwa kelayakan usaha dalah layak bila harga jual di tingkat produsen minimal Rp. 6200 seperti ditunjukkan pada Gambar 45 untuk nilai IRR dan 46 untuk nilai NPV. Perbandingan nilai IRR dan NPV antara tepung substitusi dengan 100% tepung terigu menunjukkan bahwa tepung terigu 100% (Lampiran 24) lebih layak pada harga jual yang sama. Hal ini berarti pada harga yang sama walaupun keduanya memberi kelayakan namun tepung substitusi memberikan keuntungan yang lebih sedikit karena membutuhkan biaya operasional yang lebih besar.

2. Analisis sensitivitas harga bahan baku

Hasil analisis sensitivitas bahwa kenaikan harga bahan baku sebesar 2% menunjukkan investasi layak untuk harga jual minimal Rp 6200. Kenaikan harga bahan baku sebesar 4% menunjukkan investasi layak untuk harga jual produk layak minimal Rp. 6500, investasi masih layak dengan keuntungan lebih kecil dan PBP menjadi 14.76 tahun. Rincian analisis sensitivitas harga bahan baku dan harga jual produk dapat dilihat pada Tabel 57.

3. Analisis sensitivitas komposisi tepung lokal

Analisis sensitivitas dilakukan terhadap komposisi tepung lokal yang terdiri tepung tapioka dan mocaf dengan campuran 10% untuk tepung lokal. Perbandingan campuran tepung tapioka dan tepung mocaf yaitu 10% dan 0%, 8% dan 2%, 7% dan 3%, 6% dan 4%, 5% dan 5% dapat dilihat pada Tabel 58. Analisis kelayakan menunjukkan bahwa pada harga jual produk minimal Rp 6300 memberikan kelayakan usaha untuk semua komposis 10% tepung lokal. Nilai IRR usaha tepung substitusi pada harga Rp. 6300 dengan komposisi tepung lokal yang

Gambar 45 Nilai IRR berdasarkan harga produk

berbeda dapat dilihat pada Gambar 47. Semakin banyak tepung mocaf digunakan sebagai campuran tepung terigu memberikan nilai IRR semakin rendah. Hal ini karena harga tepung mocaf lebih mahal dari tepung terigu sehingga disarankan menggunakan tepung tapioka sebagai campuran tepung terigu.

Simpulan dan Saran

Perencanaan bisnis tepung terigu dengan substitusi tepung lokal atau disebut dengan tepung terigu substitusi ini dapat membantu menyusun rencana bisnis dan operasional usaha baik untuk pelaku usaha, calon investor maupun pemerintah Tabel 58 Analisis sensitifitas kelayakan investasi tepung terigu substitusi

berdasarkan komposisi tepung lokal

Kondisi Komposisi tepung tapioka dan mocaf

10% dan 0% 8% dan 2% 7% dan 3% 6% dan 4% 5% dan 5% - Harga produk Rp

6200 Tidak layak Tidak layak Tidak layak Tidak layak Tidak layak - Harga produk Rp

6300 Layak Layak Layak Layak Layak

- Harga produk Rp

6400 Layak Layak Layak Layak Layak

- Harga produk Rp

6500 Layak Layak Layak Layak Layak

Gambar 47 Analisis sensitivitas berdasarkan campuran komposisi tepung lokal Tabel 57 Analisis sensitifitas kelayakan investasi tepung terigu substitusi

berdasarkan kenaikan bahan baku

Kondisi Harga jual tepung terigu substitusi (Rp.)

6000 6100 6200 6300 6400 6500 6600 - Harga bahan baku normal Tidak layak Tidak layak

Layak Layak Layak Layak Layak

- Harga bahan

baku naik 2% Tidak layak Tidak layak Layak Layak Layak Layak Layak - Harga bahan baku naik 4% Tidak layak Tidak layak Tidak layak Tidak layak Tidak layak Layak Layak - Harga bahan

sebagai pengambil kebijakan. Perencanaan bisnis dilakukan meliputi rencana produk, rencana pemasaran, rencana lokasi, rencana distribusi, rencana pemasok rencana kelembagaan dan studi kelayakan. Harga tepung lokal yang lebih mahal dari tepung terigu menyebabkan harga tepung terigu dengan substitusi menjadi lebih mahal dibandingkan dengan tepung terigu 100%. Hasil studi kelayakan menunjukkan bahwa usaha tepung terigu substitusi layak pada harga jual minimal Rp. 6200 pada laju pengembalian 9%. Apabila terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 2% maka harga tepung terigu substitusi masih layak dengan harga jual produk minimal Rp. 6200.

Investasi awal pada studi kelayakan ini menggunakan nilai aset keseluruhan pada salah satu industri tepung terigu di Indonesia, untuk perhitungan yang lebih akurat dapat dilakukan komponen dan biaya investasi awal yang lebih detail.