• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Objek Jual Beli Perabot Rumah Tangga di UD. Gerabah Mulyo

BAB IV: Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Objek Dan Penetapan Harga Dalam Jual Beli Prabot Rumah

TANGGA DI UD. GERABAH MULYO

A. Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Objek Jual Beli Perabot Rumah Tangga di UD. Gerabah Mulyo

A. Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Objek Jual Beli Perabot Rumah Tangga di UD. Gerabah Mulyo

Jual beli merupakan sebuah aktivitas yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Transaksi jual beli yang dilakukan antara penjual dan pembeli berupa tukar menukar suatu barang dengan barang yang lain berdasarkan tata cara atau akad tertentu. Terjadinya transaksi jual beli tersebut disebabkan karena adanya perbedaan kebutuhan hidup antara satu orang dengan yang lain.

Dalam menjalankan sebuah bisnis, perlu dilandasi dengan etika. Etika sangat diperlukan dalam segala aktivitas manusia salah satunya adalah jual beli. Dalam jual beli hal yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan objek jual beli tersebut. Adapun syarat objek jual beli diantaranya adalah objek jual beli harus suci barangnya, bermanfaat, dapat diserahterimakan, dan merupakan milik penuh salah satu pihak.109

Dalam berdagang, seseorang pasti mengharapkan semua dagangannya dapat laku terjual. Terkadang pedagang tersebut melakukan berbagai cara, meskipun cara yang mereka lakukan tersebut melanggar aturan seperti mengambil keuntungan dengan jalan penipuan, pengambilan keuntungan

      

109

dengan cara riba, manipulasi harga, dan masih banyak lagi cara lain yang digunakan pedagang untuk tidak mendapat kerugian yang cukup besar.

Sebagaimana data yang peneliti peroleh, bahwa dalam transaksi jual beli yang terjadi di UD. Gerabah Mulyo terdapat pencampuran antara barang lama (sudah terpakai) dengan barang baru. Hal tersebut sengaja dilakukan oleh pedagang dengan tujuan supaya pembeli tidak dapat membedakan karakteristiknya dan perabot lama juga dapat terjual sesuai harga barang baru, sehingga pedagang tidak mengalami kerugian yang terlalu besar.

Untuk dapat diketahui apakah jual beli perabot rumah tangga tersebut sesuai dengan etika bisnis Islam atau tidak, maka penulis akan menganalisis dengan menggunakan prinsip-prinsip etika bisnis Islam dan larangan dalam bisnis Islam yaitu:

1. Ditinjau dari prinsip tauhi>d (Unity/kesatuan)

Kesatuan merupakan cerminan dari konsep tauhid, yang merupakan dimensi vertikal Islam, konsep ini mencakup konsep yang paling mendalam pada diri seorang muslim. Dengan adanya konsep ini, seorang muslim dalam menjalankan bisnis harus berpegang teguh pada etika Islam, karena jika melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan etika, ia akan takut pada Allah.110 Dalam proses jual beli perabot rumah tangga yang terjadi di UD. Gerabah Mulyo tanpa melihat kualitas barangnya dan tidak sesuai

      

110

dengan prinsip tauhid. Karena pihak penjual tidak bersifat sesuai dengan perintah-perintah Allah, yang mana pihak penjual harus melihat atau membedakan kualitas barang dagangannya dalam setiap transaksi seperti yang dijelaskan dalam etika bisnis Islam. Agar antara penjual dan pembeli sama-sama merasa puas dengan transaksi tersebut.

2. Keseimbangan atau kesejajaran (al-‘adl wa al-ih}sa>n)

Keseimbangan ‘adl menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam dan berhubungan dengan segala sesuatu di alam semesta.111 Menurut prinsip ini dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil. Pengertian adil dalam Islam diarahkan agar hak orang lain, hak lingkungan sosial, hak alam semesta, hak Allah, dan hak Rasul-Nya berlaku sebagai stakeholder dari perilaku adil seseorang. Semua hak-hak tersebut harus ditempatkan sebagaimana mestinya (sesuai dengan aturan syariah).

Jika dilihat dari prinsip keseimbangan penjual tidak adil pada pembeli, karena penjual tidak menjelaskan diawal terkait dengan kualitas barang dagangannya, baik yang sudah terpakai maupun barang yang masih baru. Dalam hal ini, pembeli tidak mendapatkan hak yang seharusnya ia dapatkan. Yang mana sejatinya seorang pembeli tentunya mengharapkan apa yang ia

      

111

beli sesuai dengan keinginannya. Seharusnya pembeli mendapatkan barang dengan kualitas yang baik, akan tetapi pembeli mendapatkan barang yang belum tentu jelas kualitas barangnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

al-Ma>idah ayat: 8 bahwa Allah SWT menghendaki manusia berlaku

adil, karena adil itu lebih dekat kepada Allah SWT. 3. Kehendak bebas (ikhtiya>r)

Kehendak bebas merupakan bagian terpenting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi kebebasan itu tidak boleh merugikan kepentingan kolektif.112 Pada dasarnya manusia bebas menentukan pilihan antara baik dan buruk dalam mengelola sumber daya alam. Kebebasan untuk menentukan pilihan itu melekat pada diri manusia, karena manusia telah dianugerahi akal untuk memikirkan mana yang baik dan yang buruk, mana yang masl}ah}ah dan mafsadah (mana yang manfaat dan mudharat).

Dalam perdagangan, pedagang diberi kebebasan untuk melakukan jual beli dengan cara apapun untuk menghasilkan keuntungan semaksimal mungkin, namun harus sesuai dengan etika Islam. Seorang pedagang hendaknya menjual barang yang halal, bermanfaat, dan berkualitas.

Dengan adanya prinsip kehendak bebas ini, justru mendorong seseorang dalam melakukan pelanggaran-pelanggaran yang tidak

      

112

dibenarkan menurut syariat Islam. Banyak pedagang yang menggunakan berbagai cara agar barang dagangannya laku terjual, meskipun hal yang dilakukannya tersebut melanggar aturan. Seperti yang dilakukan penjual perabot rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo, bahwasannya penjual tidak menggunakan kehendak bebas sesuai dengan prinsip etika bisnis Islam. Karena masih terdapat motif dalam jual beli yang dilakukannya dengan cara menjual kembali barang dagangan yang sudah terpakai dan mencampurkan dengan barang yang masih baru.

4. Tanggung jawab

Prinsip tanggung jawab memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan prinsip kehendak bebas. Yang mana, seseorang diberi kebebasan dalam bertindak sesuai dengan yang ia inginkan. Akan tetapi dari kebebasan tersebut harus diimbangi dengan tanggung jawab. Terutama jika dikaitkan dengan kebebasan ekonomi, pada prinsip tanggung jawab berarti setiap orang akan diadili secara personal di hari kiamat kelak. Tidak ada satu cara pun bagi seseorang untuk melenyapkan perbuatan-perbuatan jahatnya kecuali dengan memohon ampunan kepada Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik (amal saleh).113

Dengan melakukan pencampuran perabot, penjual secara langsung sudah tidak bertanggung jawab kepada pembelinya, ia

      

113

tidak peduli apakah perabot tersebut baru maupun campuran, yang terpenting dari pihak penjual mendapatkan keuntungan dari hasil jual beli perabot tersebut. Serta apabila terdapat cacatnya barang yang sudah dibeli oleh pembeli rata-rata barang yang cacat tersebut tidak boleh ditukarkan.

5. Kebenaran

Kebenaran disini meliputi kebajikan dan kejujuran. Shari>’ah

Islam sangat memperhatikan nilai-nilai kejujuran dalam bertransaksi, seperti yang dilakukan penjual atas cacat barang yang dijual. Apabila barang dagangan terdapat kerusakan atau cacat dan penjual tidak memberi penjelasan kepada pembeli, maka penjual telah melakukan pelanggaran shari>’ah. Hendaknya

penjual memberikan hak kepada pembeli untuk mengembalikan barang ketika ditemukan kerusakan atau cacat yang dapat mengurangi nilai intrisiknya, serta memberi kebebasan dalam melilih.

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, bahwa pencampuran kualitas perabot rumah tangga dilakukan dengan cara perabot yang sudah terpakai atau masih bisa digunakan dicampurkan dengan perabot yang baru. Dapat disimpulkan bahwa pencampuran kualitas perabot rumah tangga bertentangan dengan prinsip etika bisnis Islam kentang kebenaran. Karena pihak penjual tidak berkata terus terang terhadap pencampuran

kualitas dari perabot rumah tangga, sehingga hal ini dapat merugikan pembeli dikemudian hari. Dilihat dari cara melakukan transaksinya dikatakan tidak sah, karena dalam hal ini penjual tidak berkata jujur atau menjelaskan bahwa barang dagangannya sudah dicampurkan.

Kemudian secara etika bisnis Islam, jual beli yang dilakukan di UD. Gerabah Mulyo telah melanggar larangan melakukan kegiatan transaksi jual beli yang mengarah pada kez}a>lim an. Melakukan pencampuran objek

jual beli terkait kualitas perabot rumah tangga tentu saja adalah suatu kez}a>lim an kepada pembeli, dan Islam sangat melarang umatnya berbuat

z}a>lim kepada orang lain. Dengan melakukan pencampuran tersebut,

penjual dianggap telah menz}a>limi hak-hak pembeli atau konsumen untuk

mendapatkan barang yang bagus kualitasnya.

Pencampuran objek jual beli tersebut merupakan perbuatan yang melanggar etika bisnis Islam, hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:

Ÿ

ωuρ

(

#θÝ¡Î6ù=s?

 

Yysø9$#

È

≅ÏÜ≈t7ø9$$Î/

(

#θãΚçGõ3s?uρ

¨

,ysø9$#

ö

ΝçFΡr&uρ

t

βθçΗs>÷ès?

∩⊆⊄∪

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 42).

Kemudian dalam etika jual beli Islam, dilarang adanya tadlis. Tadli>s

adalah jual beli yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu pihak, penipuan ini bisa dalam hal kualitas barang, kuantitas barang, harga dan waktu penyerahan. Dengan adanya jual beli perabot rumah tangga campuran ini tentu saja telah terjadi penipuan pada pembeli.

Penipuan ini dalam hal kualitas objek jual belinya yaitu perabot rumah tangga itu sendiri. Sebab kualitas barangnya yang semestinya kualitas yang bagus menjadi kualitas campuran.

B. Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Penetapan Harga Jual Beli