• Tidak ada hasil yang ditemukan

6807051999 ALAH FAKU ISLAM NE 2018 HADAP PRA TANGGA Mulyo Pon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "6807051999 ALAH FAKU ISLAM NE 2018 HADAP PRA TANGGA Mulyo Pon"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAAN ETIKA B

(Studi K

JURUSAN INSTITUT

BISNIS ISL PERABOT Kasus di UD

ARI R NIM

P

Dr. H. Mo NIP. 196

N MUAMA T AGAMA I

LAM TERH T RUMAH T D. Gerabah

SKRIPSI

Oleh:

RACHMAW M 21021400

embimbing:

oh. Munir, L 6807051999

ALAH FAKU ISLAM NE

2018

HADAP PRA TANGGA

Mulyo Pon

WATI 07

:

Lc, M.Ag. 031001

ULTAS SYA EGERI PON

AKTIK JUA

orogo)

ARI’AH NOROGO

(2)

ABSTRAK

Rachmawati, Ari. NIM: 210214007, 2018. “Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Praktik Jual Beli Perabot Rumah Tangga di UD. Gerabah Mulyo Ponorogo”, Skripsi, Fakultas Syari’ah, Jurusan Muamalah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo, Pembimbing Dr. H. Moh. Munir, Lc, M.Ag.

Kata kunci: Etika Bisnis Islam, Jual Beli, Perabot Rumah Tangga

Dalam jual beli terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli tersebut dapat dikatakan sah oleh shara’. Salah satu syarat sah jual beli yaitu barang yang diperjual belikan diketahui jenis dan kualitasnya, tidak mengandung unsur tipuan maupun paksaan. Namun demikian, dalam praktiknya syarat dan rukun jual beli tersebut terkadang tidak terpenuhi. Seperti dalam pelaksanaan jual beli perabot rumah tangga yang terjadi di UD. Gerabah Mulyo Ponorogo yaitu pihak penjual memanipulasi dagangannya dengan mencampurkan perabot rumah tangga kualitas bagus dengan perabot rumah tangga kualitas rendah (sudah terpakai sebelumnya) serta terdapat perbedaan harga mengenai kualitas perabot rumah tangga antara pedagang eceran dengan pedagang grosir.

Dalam penelitian ini terdapat dua fokus pembahasan yaitu: 1) Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap objek jual beli perabot rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo? 2) Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap penetapan harga dalam jual beli perabot rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo?.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (Field Research), dengan menggunakan pendekatan kualitatif, suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data-data deskripsi yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisa induktif, yaitu suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.

(3)
(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam memiliki pedoman dalam mengarahkan umatnya untuk melaksanakan amalan. Pedoman tersebut adalah al-Qur’an dan Sunnah

Nabi. Sebagai sumber ajaran Islam, setidaknya dapat menawarkan

nilai-nilai dasar atau prinsip-prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis

disesuaikan dengan perkembangan zaman dan mempertimbangkan

dimensi ruang dan waktu. Islam seringkali dijadikan sebagai model tatanan

kehidupan. Hal ini tentunya dapat dipakai untuk pengembangan lebih

lanjut atas suatu tatanan kehidupan tersebut, termasuk tatanan kehidupan

berbisnis. Setiap manusia memiliki kebebasan untuk melakukan kegiatan

mua>malah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam

memiliki pedoman dalam mengarahkan umatnya untuk melaksanakan

semua tingkah laku baik hubungan dengan Allah maupun dengan sesama

manusia.1 Kemudian untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya

manusia akan memerlukan harta. Karenanya, manusia akan selalu

berusaha memperoleh harta kekayaan itu. Salah satunya melalui bekerja,

sedangkan salah satu dari ragam bekerja adalah berbisnis.2

Salah satu bentuk bisnis dalam Islam adalah perdagangan (jual

beli), jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar benda atau

      

1

Muhammad dan Alimin, Etika &Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam (Yogyakarta: BPEE Yogyakarta, 2005), 43.

2

(6)

barang yang mempunyai nilai, secara suka rela diantara kedua belah pihak,

yang satu menyerahkan benda dan pihak lain menerima sesuai dengan

perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan oleh shara’ dan

disepakati.3 Allah mensyariatkan mekanisme perdagangan untuk meraih

berbagai kemaslahatan. Agar tidak melakukan jalan yang salah dalam

meraih apa yang dibutuhkan, maka harus ada sistem yang memungkinkan

setiap individu memperoleh apa yang dibutuhkan dengan jalan yang benar.

Karena itulah muncul perdagangan (jual beli) dan munculah aturan jual

beli dalam Islam. Allah melapangkan bumi dan seisinya dengan berbagai

fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencari rezeki,

antara lain dalam firman Allah swt. Surat al-Mulk ayat 15:

u

θ

è

δ

Ï

%

©

!

$

#

Ÿ

y

è

y

_

ã

Ν

ä

3

s

9

u

Ú

ö

F

{

$

#

Z

ωθ

ä

9

s

Œ

(

#

θ

à

±

ø

Β

$

$

s

ù

Î

û

$

p

κ

È

:

Ï

.

$

u

Ζ

t

Β

(

#

θ

è

=

ä

.

u

ρ

Ï

Β

Ï

μ

Ï

%

ø

Íh

(

Ï

μ

ø

s

9

Î

)

u

ρ

â

θ

à

±

Ψ9

$

#

∩⊇∈∪

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”4

Selanjutnya, firman-Nya dalam surat al-A’raf ayat 10:

ô

s

)

s

9

u

ρ

ö

Ν

à

6≈

¨

Ζ

©

3

t

Β

Î

û

Ç

Ú

ö

F

{

$

#

$

u

Ζ

ù

=

y

è

y

_

u

ρ

ö

Ν

ä

3

s

9

$

p

κ

Ï

ù

|

·

Í

Š≈

y

è

t

Β

3

W

ξ‹

Î

=

s

%

$

¨

Β

t

βρ

ã

ä

3

ô

±

s

?

∩⊇⊃∪

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur”.5

      

3

Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 69. 4

Al-Qur’an, 67:15; 5

(7)

Di samping anjuran untuk mencari rezeki, Islam sangat

menekankan atau mewajibkan aspek kehalalan, baik dari segi perolehan

maupun pendayagunaan (pengolahannya dan pembelanjaan).

Dari penjelasan di atas, bisnis Islam dapat diartikan sebagai

serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya (yang tidak

dibatasi), namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan

hartanya (ada aturan halal dan haram). Dalam arti pelaksanaan bisnis harus

tetap berpegang pada ketentuan shari’ a (aturan-aturan dalam al-Qur’an

dan al-ha<dith). Dengan kata lain, shari’ a merupakan nilai utama yang

menjadi paling strategis bagi kegiatan ekonomi (bisnis).6 Oleh karena itu,

dalam Islam diatur adanya etika bisnis Islam dalam jual beli

(perdagangan).

Menurut Musthaq Ahmad, etika Islam dalam jual beli diterapkan

dengan mengacu pada tiga kerangka pokok, yakni kebebasan berekonomi,

keadilan dan perilaku yang diperintahkan dan dipuji. Etika bisnis dalam

kaitan dengan prilaku penjualan dan pembelian dituntun oleh Islam

berlaku jujur, ama>nah dan fatho>nah dan tidak ada sedikitpun salah satu

pihak yang dirugikan.7

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, para pelaku usaha atau pihak

perusahaan dituntut bersikap tidak kontradiksi secara disengaja antara

ucapan dan perbuatan dalam bisnisnya. Mereka dituntut tepat janji, tepat       

6

Veithzal Rivai, dkk, Islamic Business And Economic Ethnics; Mengacu pada Al-Qur’an dan Mengikuti Jeja Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 13.

7

(8)

waktu, mengakui kelemahan dan kekurangan (tidak ditutup-tutupi), selalu

memperbaiki kualitas barang atau jasa secara berkesinambungan serta

tidak boleh menipu dan berbohong.8

Pelaksanaan etika bisnis di masyarakat sangat didambakan oleh

semua orang. Namun banyak pula orang yang tidak ingin melaksanakan

etika ini secara murni. Masih berusaha melanggar perjanjian, manipulasi

dalam segala tindakan. Banyak yang kurang memahami etika bisnis, atau

mungkin saja paham, tapi memang tidak ingin melaksanakan. Hal itu

adalah suatu kenyataan yang masyarakat hadapi, yakni perilaku

menyimpang dari ajaran agama, dan merosotnya etika dalam berbisnis.9

Dengan banyaknya kasus, untuk mengejar keuntungan ternyata

kepercayaan konsumen ini banyak disalahgunakan oleh para pelaku usaha.

Salah satu realita pelaksanaan jual beli seperti yang dipraktikkan oleh

pengusaha perabot rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo, masih

memerlukan telaah. Jual beli perabot rumah tangga yang pedagang jual,

setiap harinya ramai didatangi pembeli. Barang dagangan yang

diperjualbelikan di UD. Gerabah Mulyo ini merupakan barang pasokan

langsung dari pabrik. Terdapat hal yang menarik, Bapak Harjo selaku

pemilik UD. Gerabah Mulyo menggunakan barang dagangannya ketika

beliau mengadakan resepsi pernikahan ataupun hajatan-hajatan besar

lainnya. Agar penjualannya laku, mendapatkan keuntungan tidak ada

      

8

Veithzal Rivai, Andi Buchari, Islamic Economics Ekonomi Syariah Bukan Opsi, Tetapi Solusi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 237.

9

(9)

kerugian yang dialami cukup besar. Penjual mensiasati dengan mencuci

barang-barang yang telah digunakan, kemudian menjual kembali dengan

harga yang sama seperti harga barang yang masih baru.

Dalam etika bisnis apabila seorang pembeli menemukan adanya

cacat yang terdapat pada objek jual beli, maka ia mempunyai hak untuk

mendapatkan ganti rugi. Ganti rugi ini timbul dikarenakan kerugian yang

dialami konsumen sebagai akibat dari produk yang cacat tersebut, atau

bisa dikarenakan kesalahan yang dilakukan adalah mencampurkan barang

yang baru dengan barang lama (sudah terpakai sebelumnya).

Menyembunyikan cacat barang juga merupakan cara yang tercela dalam

Islam, pembeli harus diberitahu kondisi sesungguhnya dari barang yang

akan dibelinya.10

Walaupun padadasarnya pedagang bebas menentukan harga jual

yang ia miliki, akan tetapi pada saat yang sama ia tidak dibenarkan

melanggar dua prinsip niaga yaitu asas suka sama suka dan tidak

merugikan orang lain. Karenanya, para Ulama Fikih menegaskan bahwa

para pedagang dilarang menempuh cara-cara yang tidak terpuji dalam

meraup keuntungan. Karena tidak sewenang-wenang pedagang dalam

menentuka presentase keuntungan sering kali bertabrakan dengan kedua

prinsip di atas. Terlebih bila pedagang menggunakan trik-trik yang tidak

terpuji yaitu berupa: monopoli, penipuan, pemalsuan barang dan riba.11

      

10

Jusmaliani, dkk, Bisnis Berbasis Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 9. 11

(10)

Jika cara-cara yang tidak dibenarkan shara’ ini yang ditempuh,

maka keuntungan yang diperolehnya terhukum haram, karena semua

keuntungan yang diperoleh dengan melakukan cara-cara yang dilarang

shara’ itu tidak baik bagi pelakunya dan tidak halal dalam kondisi apa pun.

Sudah barang tentu, seorang muslim tidak rela mendapatkan keuntungan

dunia tetapi rugi di akhirat.12

Di dalam jual beli pembeli tidak bisa dipisahkan dengan yang

namanya akad, terkait dengan akad yang dilakukan penjual dan pembeli

bahwasannya pembeli tidak mengetahui ciri barang yang baru atau sudah

terpakai, karena hampir tidak ada perbedaan yang mencolok dari dua

kriteria barang tersebut. Sedangkan penjual tidak mengatakan mengenai

kondisi barang dagangannya kepada pembeli.

Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian dalam sebuah

skripsi dengan judul Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Praktik Jual Beli Perabot Rumah Tangga (Studi Kasus di UD. Gerabah Mulyo Ponorogo)

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas,

maka dapat disebutkan beberapa masalah yang dapat dibahas oleh Penulis,

diantaranya:

1. Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap objek jual beli perabot

rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo?

      

12

(11)

2. Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap penetapan harga dalam

jual beli perabot rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mendeskripsikan tinjauan etika bisnis Islam terhadap objek jual

beli perabot rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo.

2. Untuk mendeskripsikan tinjauan tika bisnis Islam terhadap penetapan

harga dalam jual beli perabot rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritis: Penelitian ini berguna untuk menambah

pengembangan bagi khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam

bidang etika bisnis Islam.

2. Manfaat secara Praktis: a. Bagi Pedagang

Sebagai upaya untuk memberikan saran dan masukan kepada

pedagang mengenai praktik jual beli yang sesuai dengan etika

bisnis Islam.

b. Bagi Pembeli

Sebagai upaya untuk memberikan informasi agar lebih teliti dan

(12)

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini bisa dijadikan sumber referensi dalam penelitian

selanjutnya dan memberikan peluang bagi peneliti berikutnya

untuk menggali informasi lebih lanjut.

E. Telaah Pustaka

Dalam penelitian ini penulis telah mengkaji beberapa skripsi

terdahulu yang ada kaitannya dengan masalah yang akan penulis teliti

antara lain adalah:

Skripsi dari Uswatun Hasanah 2017 dengan judul ”Tinjauan Etika

Bisnis Islam terhadap Jual Beli Bekatul di Patran Sonobekel Tanjunganom

Nganjuk”. Kesimpulan, dalam proses produksi bekatul tidak sesuai dengan

prinsip dasar etika bisnis Islam, karena telah melanggar prinsip kesatuan,

keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab dan kebenaran, sebab

pedagang mencampur bekatul dengan sekam giling. Selain itu pada

produksi bekatul juga melanggar etika bisnis Islam dalam proses produksi

yakni larangan produk yang mengarah pada kedzaliman. Kemudian pada

proses produksi bekatul juga melanggar larangan dalam jual beli, yaitu

larangan tadli>s atau penipuan. Mengenai proses distribusi (penjualan)

bekatul telah melanggar prinsip etika bisnis Islam, melanggar etika bisnis

Islam pada proses penjualan dan melanggar etika bisnis Islam dalam jual

beli yakni proses penjualan yang dilakukan pedagang dengan pembeli dari

warga Patran dan sekitarnya, karena pembeli tidak mengetahui bahwa

(13)

proses jual beli pedagang dengan pembeli dari pemilik toko pakan ternak

tidak melanggar prinsip dasar etika bisnis Islam, etika bisnis Islam dalam

distribusi maupun etika bisnis Islam dalam jual beli, karena pembeli telah

mengetahui bahwa bekatul kualitas biasa adalah bekatul berbahan dasar

campuran. Mengenai proses distribusi (penjualan) bekatul telah melanggar

prinsip etika bisnis Islam.13

Skripsi dari Miswanto dengan judul ”Tinjauan Etika Bisnis Islam

Terhadap Jual Beli Jahe di Pasar Ngrayun Kecamatan Ngrayun Kabupaten

Ponorogo”. Kesimpulannya (1). Pencampuran kualitas jahe oleh penjual di

pasar Ngrayun Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo bertentangan

dengan etika bisnis Islam karena mengandung unsur gharar yaitu

terkadang akan merugikan penjual dan atau pembeli (tengkulak) karena

mengenai banyaknya campuran kualitas jahe yang tidak dapat diukur atau

dipastikan beratnya. Dan hal ini meskipun sudah menjadi kebiasaan (Urf)

tetapi tidak boleh karena jelas bertentangan dengan Nash dan ada pihak

yang dirugikan. (2). Pemotongan berat timbangan oleh pembeli

(tengkulak) bertentangan dengan etika bisnis Islam karena dalam

melakukan pemotongan berat timbangan dilakukan secara sepihak. Dan

alasan pembeli (tengkulak) melakukan pemotongan berat timbangan

adalah berat karung (sak) dan tanah yang menempel tidak ada 5% dari

berat jahe. Padahal minimal pedagang (tengkulak) melakukan pemotongan

itu minimal 5% dari berat jahe. Dan beberapa pedagang yang menimbang

      

13

(14)

jahe yang tidak sesuai dengan berat aslinya, hal ini jelas termasuk

memakan harta orang lain secara bathil atau haram.14

Meskipun penelitian di atas terkait etika bisnis Islam dalam jual

beli, tetapi dalam penelitian ini menggunakan objek yang berbeda, secara

khusus penelitian ini akan fokus terhadap jual beli perabot rumah tangga

di UD. Gerabah Mulyo ditinjau dari perspektif etika bisnis Islam.

F. Metode penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini, penyusun menggunakan jenis

penelitian lapangan (Field Research) yaitu suatu penelitian yang

dilakukan dalam kancah kehidupan sebenarnya.15 Yang berarti bahwa

datanya diambil atau didapat dari lapangan atau masyarakat.16

2. Jenis Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka

untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan

perilaku individu atau sekelompok orang.17

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti berfungsi sebagai observer. Peneliti

melakukan observasi langsung ke lapangan tempat dilaksanakanya

      

14

Miswanto, Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Jual Beli Jahe di Pasar Ngrayun Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo, Skripsi (STAIN Ponorogo, 2015).

15

Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Muamalah (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010),6. 16

Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), 21.

17

(15)

penelitian, yaitu di UD. Gerabah Mulyo. Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara langsung kepada pemilik toko, karyawan, dan

pembeli yang berfungsi sebagai informan yang dapat memberikan

penjelasan dan data yang akurat terkait transaksi jual beli prabot

rumah tangga.

4. Lokasi Peneliti

Penelitian ini dilakukan di UD. Gerabah Mulyo Desa Japan,

Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. Peneliti tertarik

melakukan penelitian ditempat tersebut karena terdapat masalah

terkait objek dan penetapan harga dalam jual beli prabot rumah tangga

di UD. Gerabah Mulyo.

5. Data dan Sumber Data

a. Data

Untuk mempermudah penelitian ini, penulis berupaya

menggali data dari lapangan yang berkaitan dengan jual beli prabot

rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo, diantaranya:

1) Data tentang objek jual beli perabot rumah tangga di UD.

Gerabah Mulyo.

2) Data tentang penetapan harga dalam jual beli perabot rumah

tangga di UD. Gerabah Mulyo.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data

(16)

yang akan diperoleh dengan cara mengunjungi langsung UD.

Gerabah Mulyo untuk melakukan observasi, wawancara dengan

pihak terkait untuk mendapatkan data dan informasi yang terkait

dengan tujuan penelitian. Pihak yang terkait meliputi penjual,

karyawan dan pembeli prabot rumah tangga.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi:

a. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan salah satu metode dalam

pengumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara

langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden,

dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat

perekam.18 Wawancara dilakukan langsung kepada penjual,

karyawan, dan pembeli untuk memperoleh informasi mengenai

objek dan penetapan harga jual beli perabot rumah tangga antara

penjual dan pembeli di UD. Gerabah Mulyo.

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta

pencatatan secara sistematis.19 Observasi ini dilakukan dengan cara

      

18

Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 67-68.

19

(17)

pengamatan secara langsung terkait objek dan penetapan harga

dalam jual beli perabot rumah tangga antara penjual dan pembelidi

UD. Gerabah Mulyo, serta meneliti secara teliti dan kemudian

mencatatnya secara sistematis.

7. Teknik pengolahan data

Teknik pengolahan data yang digunakan Penulis dalam penelitian

ini meliputi:

a. Editing yaitu, memeriksa kembali semua data-data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapan, keterbacaan, kejelasan makna,

keselarasan antara satu dengan yang lain, relevansi dan

keseragaman satuan atau kelompok kata.20

b. Organizing yaitu, menyusun dan mensistematiskan data-data yang

diperoleh ke dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan

sebelumnya, kerangka tersebut dibuat berdasar dan relevan dengan

sistematika pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah.21

c. Penemuan hasil data yaitu, melakukan analisa berkelanjutan

terhadap hasil pengorganisasian data yang dilakukan menggunakan

kaidah-kaidah atas teori-teori dan dalil-dalil serta hukum-hukum

tertentu sehingga diperoleh suatu kesimpulan.22

8. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi,       

20

Aji, Metodologi Penelitian, 153. 21

Ibid. 22

(18)

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan

ke dalam unit-unit, melakukan sintesa menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang mana akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri

maupun orang lain.23

Setelah data terkumpul maka pemnelitian ini adalah analisis

kualitatif, dengan mengumpulkan data langsung. Teknik analisis data

yang digunakan adalah induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta khusus

kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Yaitu data-data

lapangan yang berasal dari penjual maupun pembeli dalam jual beli

perabot rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo, selanjutnya dianalisis

menggunakan etika bisnis Islam.

9. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan

cara:

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan akan memungkinkan

peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.24

Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek

kembali apakah data-data terkait objek, penetapan harga, dan

etika bisnis Islam dalam jual beli sudah benar atau belum. Jika

data-data yang diperoleh selama ini ternyata tidak benar, maka       

23

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: CV. Alfabeta, 2016), 244.

24

(19)

peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan

mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.

a. Ketekunan Pengamatan

Teknik ketekunan pengamatan ini digunakan peneliti agar

data yang diperoleh dapat benar-benar akurat. Untuk

meningkatkan ketekunan pengamatan peneliti akan membaca

berbagai referensi baik buku maupun hasil penelitian atau

dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan jual beli.25

Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat

melakukan pengecekan kembali apakah data-data terkait objek,

penetapan harga dan etika bisnis Islam sudah benar atau

belum. Dengan demikian, peneliti dapat memberikan deskripsi

data yang akurat dan sistematis terhadap permasalahan yang

diamati.

b. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.26

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengecekan keabsahan

data yang terkait dengan objek, penetapan harga dan etika

bisnis Islam sudah benar atau belum dengan cara

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

dengan memanfaatkan berbagai sumber data informasi sebagai

      

25

Ibid., 272. 26

(20)

bahan pertimbangan. Dalam hal ini peneliti membandingkan

data hasil observasi dengan data hasil wawancara, dan juga

membandingkan hasil wawancara dengan wawancara lainnya

yang kemudian diakhiri dengan menarik kesimpulan sebagai

hasil temuan lapangan.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam rangka supaya pembahasan skripsi ini dapat tersusun secara

sistematis sehingga penjabaran yang ada dapat dipahami dengan baik,

maka penyusun membagi pembahasan menjadi lima bab, dan

masing-masing bab terbagi ke dalam beberapa sub bab.

BAB I : Pendahuluan

Bab ini merupakan pola dasar dari penyusunan

pembahasan skripsi yang terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan

sistematika pembahasan.

BAB II : Etika Bisnis Islam

Dalam bab ini berfungsi untuk mengetengahkan kerangka

acuan teori yang digunakan sebagai landasan melakukan

penelitian, membahas mengenai pengertian etika bisnis

Islam, dasar hukum, prinsip-prinsip etika bisnis Islam dan

(21)

BAB III : Praktik Jual Beli Prabot Rumah Tangga Di UD. Gerabah Mulyo

Bab ini akan membahas profil dari UD. Gerabah Mulyo

yang di dalamnya terdapat gambaran umum lokasi

penelitian, sejarah dan latar belakang berdirinya UD.

Gerabah Mulyo, objek jual beli perabot rumah tangga dan

penetapan harga dalam jual beli perabot rumah tangga di

UD. Gerabah Mulyo.

BAB IV: Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Objek Dan Penetapan Harga Dalam Jual Beli Prabot Rumah Tangga Di UD. Gerabah Mulyo

Bab ini adalah pokok dari laporan yang memaparkan

tentang, analisa etika bisnis Islam terhadap objek jual beli

perabot rumah tangga , analisis etika bisnis Islam terhadap

penetapan harga dalam jual beli perabot rumah tangga di

UD. Gerabah Mulyo.

BAB V : Penutup

Bab ini merupakan akhir dari penulisan laporan penelitian

yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang

(22)

BAB II ETIKA BISNIS ISLAM

A. Etika Bisnis Islam 1. Pengertian Etika

Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya

(ta etha) berarti ‘adat istiadat’ atau ‘kebiasaan’. Dalam pengertian ini

etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri

seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat.

Dengan demikian etika berkaitan dengan dengan nilai-nilai, tata cara

hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang

dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu

generasi ke generasi yang lain.27

Menurut Issa Rafiq Beekun, etika dapat didefinisikan sebagai

seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang

buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normative karena ia

berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan

oleh seorang individu.28

Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna. Salah satu

maknanya adalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan

kelompok”. Makna kedua bahwasannya etika adalah “kajian

moralitas”, meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak

sama persis dengan moralitas. Etika adalah semacam penelaahan, baik       

27

Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 14.

28

(23)

aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu sendiri, sedangkan

moralitas merupakan subjek. Etika merupakan ilmu yang mendalami

standar moral perorangan dan standar moral masyarakat.

Dalam Islam, istilah yang paling dekat berhubungan dengan istilah

etika dalam al-Qur’an adalah khuluq. Al-Qur’an juga menggunakan

sejumlah istilah lain untuk menggambarkan konsep tentang kebaikan:

khai>r (kebaikan), birr (kebenaran), qist (persamaan), ‘adl (kesetaraan

dan keadilan), haqq (kebenaran dan kebaikan), ma’ruf (mengetahui

dan menyetujui) dan taqwa> (ketakwaan).29

2. Pengertian Bisnis

Dalam kamus Bahasa Indonesia, bisnis diartikan sebagai usaha

dagang, usaha komersil di dunia perdagangan, dan bidang usaha.

Skinner mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang, jasa,atau

uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.30

Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan

nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau

pengolahan barang (produksi). Menurut Straub dan Attner dalam buku

Muhammad dan Alimin yang berjudul Etika dan Perlindungan

Konsumen dalam Ekonomi Islam bisnis adalah suatu organisasi yang

menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang dan jasa yang

diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit.

      

29

Rivai, Islamic Business, 3. 30

(24)

Sedangkan menurut Yusanto dan Wijayakusuma mendefinisikan

lebih khusus tentang bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis

dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan

hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara

memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan

haram.31

Menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai “the buying

and selling of good and service”. Bisnis berlangsung karena adanya

kebergantungan antar individu, adanya peluang internasional, usaha

untuk mempertahankan dan meningkatkan standar hidup, dan lain

sebagainya.32 Hakikatnya bisnis adalah usaha untuk memenuhi

manusia, organisasi ataupun masyarakat luas. Manusia bisnis

(Businessman) akan selalu melihat adanya kebutuhan masyarakat dan

kemudian mencoba untuk melayani secara baik sehingga masyarakat

menjadi puas dan senang karenanya.33

3. Pengertian Islam

Islam adalah agama yang berdasarkan pada ketundukan terhadap

aturan Allah. Islam merupakan agama penghambaan kepada Allah,

yang mencipta, mengatur, memelihara alam semesta. Islam juga berarti

agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya,

      

31

Muhammad, Alimin, Etika, 56. 32

Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2013), 3. 33

(25)

yang berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan

Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta34

Islam adalah cara hidup yang imbang dan koheren, dirancang

untuk kebahagiaan (falah}) manusia dengan cara menciptakan keharmonisan antara kebutuhan moral dan material manusia dan

aktualisasi keadilan sosio-ekonomi serta persaudaraan dalam

masyarakat manusia. Ajaran Islam akan selalu mengantarkan umat dan

pemeluknya dapat mencapai kemuliaan di dunia maupun di akhirat.

Hal ini berarti bahwa ajaran Islam selalu dapat menyesuaikan diri

dengan perkembangan yang tengah terjadi. Oleh karena itu,

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dewasa ini, menurut

para ulama Islam untuk melakukan upaya rekonstruksi terhadap

khasanah pengetahuan Islam secara inovatif. Termasuk yang cukup

urgen adalah untuk secara terus menerus melakukan jihad di bidang

fiqh (keuangan) secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan.35

4. Pengertian Etika Bisnis Islam

Bisnis yang sehat adalah bisnis yang berlandaskan etika. Oleh

karena itu, pelaku bisnis muslim hendaknya memiliki kerangka etika

bisnis yang kuat, sehingga dapat mengantarkan aktivitas bisnis yang

nyaman dan berkah. Di sisi lain, bisnis Islam harus memiliki nilai

      

34

Srijanti, Purwanto, Wahyudi Pramono, Etika Membangun Masyarakat Islam Modern (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 3.

35

(26)

ibadah, menjadi rah}matan lil ‘a>lami>n untuk mendapatkan ridho

Allah.36

Hadirnya etika bisnis mempunyai peran penting dalam mengubah

anggapan dan pemahaman tentang “kesadaran sistem bisnis amoral”

yang telah melekat dalam kesadaran masyarakat. Dengan kondisi

seperti ini, maka diharapkan bisnis tidak lagi dipandang sebagai

aktivitas amoral yang mengabaikan nilai-nilai etika. Di sinilah etika

bisnis mempunyai posisi strategis untuk memberikan cakrawala dan

wawasan bagi perubahan-perubahan mendasar dalam kegiatan bisnis.37

Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran

Islam. Dalam situasi dunia bisnis membutuhkan etika, Islam sebagai

sumber nilai dan etika Islam merupakan sumber nilai dan etika dalam

segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana

bisnis. Islam memiliki wawasan yang komperhensif tentang etika bisnis

mulai dari prinsip dasar, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan,

faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal organisasi, distribusi

kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi dalam bisnis,

sampai kepada etika sosio ekonomik menyangkut hak milik dan

hubungan sosial.38

Penggabungan etika dan bisnis dapat berarti memaksakan

norma-norma agama bagi dunia bisnis, memasang kode etik profesi bisnis,

      

36

Muhammad, Etika Bisnis Islami, 14. 37

Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), 1.

38

(27)

merevisi sistem dan hukum ekonomi, meningkatkan keterampilan

memenuhi tuntutan-tuntutan etika pihak-pihak luar untuk mencari

aman, dan sebagainya. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang

memiliki komitmen ketulusan dalam menjaga kontrak sosial yang

sudah berjalan. Dan kontrak sosial tersebut merupakan janji yang

harus ditepati.39

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa etika

adalah suatu hal yang dilakukan secara benar dan baik, tidak

melakukan suatu keburukan, melakukan hak kewajiban sesuai dengan

moral dan melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggung jawab.

Sedangkan dalam Islam, etika adalah akhlak seorang muslim dalam

melakukan semua kegiatan termasuk dalam melakukan semua

kegiatan termasuk dalam bidang bisnis. Oleh karena itu, jika ingin

selamat dunia dan akhirat, kita harus memakai etika dalam

keseluruhan aktivitas bisnis kita. Etika merupakan studi standar moral

yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar dan

didukung oleh penalaran yang baik.40

B. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam a. Firman Allah SWT

1) Surat al-Baqa>rah} ayat 42:

Ÿ

ω

u

ρ

(

#

θ

Ý

¡

Î

6

ù

=

s

?

 

Y

y

s

ø

9

$

#

È

Ï

Ü

t

7

ø

9

$

$

Î

/

(

#

θ

ã

Κ

ç

G

õ

3

s

?

u

ρ

¨

,

y

s

ø

9

$

#

ö

Ν

ç

F

Ρ

r

&

u

ρ

t

βθ

ç

Η

s

>

÷

è

s

?

∩⊆⊄∪

      

39

Veithzal Rivai, Andi Buchari, Islamic Economics, 234. 40

(28)

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.”41

2) Surat al-Nisa>’ ayat 29:

$

y

γ

ƒ

r

'

¯

t

ƒ

š

⎥⎪

Ï

%

©

!

$

#

(

#

θ

ã

Ψ

t

Β

#

u

Ÿ

ω

(

#

þ

θ

è

=

à

2

ù

'

s

?

Ν

ä

3

s

9≡

u

θ

ø

Β

r

&

Μ

à

6

o

Ψ

÷

t

/

È

Ï

Ü

t

6

ø

9

$

$

Î

/

H

ω

Î

)

β

r

&

š

χθ

ä

3

s

?

¸

ο

t

p

g

Ï

B

t

ã

<

Ú#

t

s

?

ö

Ν

ä

Ïi

Β

4

Ÿ

ω

u

ρ

(

#

þ

θ

è

=

ç

F

ø

)

s

?

ö

Ν

ä

3

|

¡

à

Ρ

r

&

4

¨

β

Î

)

©

!

$

#

t

β

%

x

.

ö

Ν

ä

3

Î

/

$

V

ϑŠ

Ï

m

u

∩⊄®∪

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”42

3) Surat Ash}-Sh}aff ayat 10:

$

p

κ

š

r

'

¯

t

ƒ

t

⎦⎪

Ï

%

©

!

$

#

(

#

θ

ã

Ζ

t

Β

#

u

ö

y

δ

ö

/

ä

3

9

ß

Š

r

&

4

n

?

t

ã

;

ο

t

p

g

Ï

B

/

ä

É

f

Ζ

è

?

ô

Ïi

Β

A

>#

x

t

ã

8

Λ⎧

Ï

9

r

&

∩⊇⊃∪

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih.”43

b. Ha<dith

1) Ha<dith tentang larangan menipu

ٍرﺎﱠﻤَﻋ

ُﻦْﺑ

ُمﺎَﺸِﻫ

َﺎﻨَﺛﱠﺪَﺣ

.

ِءَﻼَﻌْﻟا

ِﻦَﻋ

ُنﺎَﻴْﻔُﺳ

َﺎﻨَﺛﱠﺪَﺣ

ْﻦَﻋ

،ِﻦَْﲪﱠﺮﻟا

ِﺪْﺒَﻋ

ِﻦْﺑ

َأ

ﻦَﻋ

،ِﻪْﻴِﺑ

َأ

ْـﻳَﺮُﻫ

ِﰉ

َةَﺮ

:

ِﷲا

ُلﻮُﺳَر

ﱠﺮَﻣ

َلﺎَﻗ

َﻌَﻃ

ُﻊْﻴِﺒَﻳ

ٍﻞُﺟَﺮَـﺑ

ًﺎﻣ

.

َﻓ

َﺄ

َﻞَﺧْد

ِﻪْﻴِﻓ

ُﻩَﺪَﻳ

.

َﻓ

ِﺈ

َﻣ

َﻮُﻫ

اَذ

ٌشْﻮُﺸْﻐ

.

ِﷲا

ُلﻮُﺳَر

َلﺎَﻘَـﻓ

ﱠﺶَﻏ

ْﻦَﻣ

ﺎﱠﻨِﻣ

َﺲْﻴَﻟ

.

Artinya: Mewartakan kepada kami Hisyam bin “Ammar, mewartakan kepada kami Sufyan dari Al-Ala bin       

41

al-Qur’an, 2: 42. 42

Ibid., 4: 29. 43

(29)

Abdurrahman dari ayahnya, dari Abu Hurairah, Dia berkata: Rasulullah saw lewat pada seseorang yang menjual makanan lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam makanan tersebut. Ternyata makanan tersebut telah dicampur maka Rasulullah saw pun bersabda: Bukan dari golongan kami orang yang menipu. (H.R Ibnu Majah)44

2) Ha<dith Anjuran Jujur

ﱠﺪَﺣ

ٌدﺎﱠﻨَﻫ

ﺎَﻨَـﺛ

:

َا

ْﻦَﻋ

،َنﺎَﻴْﻔُﺳ

ْﻦَﻋ

ُﺔَﺼْﻴِﺒَﻗ

ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ

ِﰊ

ْﻦَﻋ

،ِﻦَﺴَْﳊا

ِﻦَﻋ

،َةَﺰَْﲪ

َا

ﱢِﱯﱠﻨﻟا

ِﻦَﻋ

،ٍﺪْﻴِﻌَﺳ

ِﰊ

َلﺎَﻗ

َﻢﱠﻠَﺳَو

ِﻪْﻴَﻠَﻋ

ُﷲا

ﻰﱠﻠَﺻ

:

ُْﲔِﻣَﻷْا

ُقْوُﺪﱠﺼﻟا

ُﺮ ِﺟﺎﱠﺘﻟا

،

ﻘِﻳﱢﺪﱢﺼﻟاَو

َْﲔﱢـﻴِﺒﱠﻨﻟا

َﻊَﻣ

َﲔ

ِءاَﺪَﻬﱡﺸﻟاَو

.

Artinya: Hanad menceritakan kepada kami, Qubaisah

menceritakan kepada kami dari Sufyan dari Abu Hamzah dari Al-Hasan dari Abi Said dari Nabi SAW bersabda: pedagang yang jujur dan dapat dipercaya ia beserta para nabi: orang yang jujur dan orang-orang yang mati sahid.(H.R at-Tirmidzi)45

C. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

Etika merupakan ilmu yang membicarakan masalah baik dan buruknya

perilaku manusia dalam kehidupan bersama.46 Adapun prinsip-prinsip

etika bisnis secara umum ialah:

a. Prinsip otonomi

Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil

keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang

apa yang dianggap baik untuk dilakukan.

      

44

Abi Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Ma>jah Al Quzwaini, Sunan Ibnu

Ma>jah, Vol. II (Baerut Libanon: Da>r Fikr, 1994), 12. 45

Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi>, Sunan at-Tirmidzi> , Vol. III (Baerut Libanon: Da>r Fikr, 1994), 5.

46

(30)

b. Prinsip kejujuran

Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara

jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil jika

tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan

syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam

penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang

sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu

perusahaa.

c. Prinsip keadilan

Keadilan merupakan inti dari ajaran islam, keadilan tersebut tidak

hanya untuk umat islam tetapi untuk semua manusia.47 Serta

menuntut agar setiap orang diperkirakan secara sama sesuai dengan

aturan yang adil serta dapat dipertanggungjawabkan.48

d. Prinsip tidak berbuat jahat dan prinsip berbuat baik

Perwujudan prinsip ini mengambil dua bentuk. Pertama, prinsip

baik menurut agar orang secara aktif dan maksimal berbuat hal

yang baik kepada orang lain. Kedua, dalam wujudnya yang minim

pasif, sikap ini menuntut agar tidak berbuat jahat kepada orang

lain.49

      

47

Dede Nurohman, Memahami, 64. 48

Muhammad, Etika Bisnis Islami, 19. 49

(31)

e. Prinsip hormat kepada diri sendiri.50

Prinsip ini dirumuskan secara khusus untuk menunjukkan bahwa

semua manusia mempunyai kewajiban moral yang sama bobotnya

untuk menghargai diri sendiri.

Prinsip-prinsip dalam ilmu ekonomi Islam yang diterapkan dalam

bisnis Islam adalah:

1. Tauhi>d (Unity/kesatuan)

Alam semesta termasuk manusia, adalah milik Allah yang

memiliki kemahakuasaan (kedaulatan) sempurna atas

makhluk-makhluk-Nya. Konsep tauhid berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha

Esa menetapkan batas-batas tertentu atau perilaku manusia sebagai

khalifah, untuk memberikan manfaat pada individu tanpa

mengorbankan hak-hak individu lainnya.51

Tauhi>d mengantarkan manusia pada pengakuan akan keesaan

Allah selaku Tuhan semesta alam. Dalam kandungannya meyakini

bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini bersumber dan berakhir

kepada-Nya. Dialah pemilik mutlak dan absolut atas semua yang

diciptakannya. Oleh sebab itu segala aktivitas khususnya dalam

muamalah dan bisnis manusia hendaklah mengikuti aturan-aturan yang

ada jangan sampai menyalahi batasan-batasan yang telah diberikan.52

      

50

Johannes Ibrahim, Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis Dalam Perspektif Manusia Modern (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), 35.

51

Faisal Badroen, Etika Bisnis Islam Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 89. 52

(32)

2. Keseimbangan atau kesejajaran (al-‘adl wa al-ih}sa>n)

Berkaitan dengan konsep kesatuan, dua konsep Islam al-‘adl dan

al-Ih}sa>n menunjukkan suatu keadaan keseimbangan atau kesejajaran

sosial.

Sebagai cita-cita sosial, prinsip keseimbangan atau kesejajaran

menyediakan penjabaran yang komplit seluruh kebajikan dasar

institusi sosial, hukum, politik dan ekonomi. Pada dataran ekonomi,

prinsip tersebut menentukan konfigurasi aktivitas-aktivitas distribusi,

konsumsi serta produksi yang terbaik, dengan pemahaman yang jelas

bahwa kebutuhan seluruh anggota masyarakat yang kurang beruntung

dalam masyarakat Islam didahulukan atas sumber daya riil

masyarakat.53

Kebutuhan akan sikap keseimbangan atau keadilan ini ditekankan

oleh Allah dengan menyebut umat Islam sebagai ummatan wasat}an,

yakni umat yang memiliki kebersamaan, kedinamisan dalam bergerak,

arah dan tujuannya serta memiliki aturan-aturan kolektif yang

berfungsi sebagai penengah atau pembenar. Dengan demikian

keseimbangan, kebersamaan, kemoderatan merupakan prinsip etis

mendasar yang harus diterapkan dalam aktivitas maupun entitas bisnis.

Prinsip keseimbangan atau kesejajaran terdapat dalam firman Allah

SWT dalam surat al-Ma>idah ayat: 8 yakni:

      

53

(33)

$

p

κ

š

r

'

¯

t

ƒ

š

⎥⎪

Ï

%

©

!

$

#

(

#

θ

ã

Ψ

t

Β

#

u

(

#

θ

ç

Ρθ

ä

.

š

⎥⎫

Ï

Β≡

§

θ

s

%

¬

!

u

!

#

y

p

κ

à

Å

Ý

ó

¡

É

)

ø

9

$

$

Î

/

(

Ÿ

ω

u

ρ

ö

Ν

à

6

¨

Ζ

t

Β

Ì

ô

f

t

ƒ

ã

β

$

t

o

Ψ

x

©

B

Θ

ö

θ

s

%

#

n

?

t

ã

ω

r

&

(

#

θ

ä

9

Ï

÷

è

s

?

4

(

#

θ

ä

9

Ï

ô

ã

$

#

u

θ

è

δ

Ü

>

t

ø

%

r

&

3

u

θ

ø

)

G

=

Ï

9

(

(

#

θ

à

)

¨

?

$

#

u

ρ

©

!

$

#

4

χ

Î

)

©

!

$

#

7

Î

6

y

z

$

y

ϑ

Î

/

š

χθ

è

=

y

ϑ

÷

è

s

?

∩∇∪

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”54

3. Kehendak bebas (ikhtiya>r)

Dalam perdagangan Islam manusia terlahir memiliki kehendak

bebas yakni, dengan potensi mentukan pilihan diantara pilihan-pilihan

yang beragam. Karena kebebasan manusia tidak dibatasi dan bersifat

voluntaris, maka ia memiliki kebebasan untuk mengambil pilihan yang

salah. Dan untuk kebaikan manusia sendiri pilihan yang benar.55

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis

Islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.

Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan

bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja

dengan segala potensi yang dimilikinya.56 Manusia yang baik dalam

perspektif ekonomi Islam adalah yang menggunakan kebebasannya

dalam kerangka tauhid dan keseimbangan. Dari sini lahir tanggung

      

54

al-Qur’an, 5:8. 55

Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas, 42. 56

(34)

jawab manusia sebagai individu dan masyarakat. Lahir pula kesadaran

sosial (social awareness), yang mengantarkannya mengulurkan

bantuan kepada sesama manusia.57

Prinsip kebebasan ini pun mengalir dalam ekonomi Islam. Prinsip

transaksi ekonomi yang menyatakan asas hukum ekonomi adalah

halal, seolah mempersilahkan para pelakunya melaksanakan kegiatan

ekonomi sesuai yang diinginkan, menumpahkan kreativitas, modifikasi

dan ekspansi seluas dan sebesar-besarnya, bahkan transaksi bisnis

dapat dilakukan dengan siapa pun secara lintas agama.58 4. Tanggung jawab

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan

oleh manusia karena menuntut adanya pertanggungjawaban dan

akuntabilitas untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia

perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. Secara logis prinsip ini

berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan

mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan

bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.59

Nabi Muhammad SAW mewariskan pula pilar tanggung jawab

dalam kerangka etika bisnisnya. Kebebasan harus diimbangi dengan

pertanggungjawaban manusia. Setelah menentukan daya pilih antara

      

57

Muhammad, Aspek, 83-84. 58

Mohammad Hidayat, An Introduction to The Sharia Economic Pengantar Ekonomi Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), 60.

59

(35)

yang baik dan buruk manusia harus menjalani konsekuensi logisnya.

Allah SWT berfirman:

ä

.

¤

§

ø

t

Ρ

$

y

ϑ

Î

/

ô

M

t

6

|

¡

x

.

î

π

o

Ψ‹

Ï

δ

u

∩⊂∇∪

Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.(QS.Al-Muddatstir:38)60

Islam menaruh penekanan yang besar pada konsep tanggung

jawab, tetapi ini bukan berarti kurang memperhatikan kebebasan

individu. Justru Islam berusaha menetapkan keseimbangan yang tepat

di atas keduanya. Manusia memiliki tanggung jawab terhadap Tuhan,

dirinya sendiri, dan orang lain. Dengan demikian, dalam menunaikan

tanggung jawabnya, orang harus berhati-hati dalam melaksanakannya

secara moderat dan dengan keputusan yang baik. Dia harus mematuhi

norma-norma masyarakat tentang perilaku yang baik dan harus

menghormati hak-hak individu lain dalam melaksanakan tanggung

jawab sosialnya sendiri.61

5. Kebenaran

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran

lawan kata dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan

dan kejujuran. Dalam bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat,

sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses

mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam

proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip

      

60

Al-Qur’an, 74:38. 61

(36)

kebenaran ini maka etika bisnis Islami sangat menjaga dan berlaku

preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak

yang melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian dalam bisnis.62

Dari sikap kebenaran, kebajikan (kesukarelaan) dan kejujuran

demikian maka suatu bisnis secara otomatis akan melahirkan

persaudaraan. Persaudaraan, kemitraan antara pihak yang

berkepentingan dalam bisnis yang saling menguntungkan, tanpa

adanya kerugian dan penyesalan sedikitpun. Bukan melahirkan situasi

dan kondisi permusuhan dan perselisihan yang diwarnai dengan

kecurangan. Dengan demikian kebenaran, kebajikan, dan kejujuran

dalam semua proses bisnis akan dilakukan pula secara transparan dan

tidak ada rekayasa.63 Seperti halnya yang diteladankan oleh Nabi

Muhammad SAW yang juga merupakan pelaku bisnis yang sukses.

Dengan menjalankan bisnisnya, Nabi tidak pernah sekalipun

melakukan kebohongan, penipuan atau menyembunyikan kecacatan

barang. Sebaliknya Nabi mengharuskan agar bisnis dilakukan dengan

kebenaran dan kejujuran.

D. Etika Bisnis Islam Dalam Jual Beli

Jual beli merupakan salah satu kegiatan manusia yang menyebabkan

terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli dalam mendapatkan harta

untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Islam mewajibkan setiap muslim,

khususnya yang memiliki tanggungan untuk “bekerja”. Bekerja merupakan

      

62

Abdul Aziz, Etika, 47. 63

(37)

salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta

kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah, Allah

SWT melapangkan bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat

dimanfaatkan manusia untuk mencari rizki. Di samping anjuran mencari

rizki Islam sangat menekankan (mewajibkan) aspek kehalalannya, baik

dari sisi perolehan maupun pendayagunaan (pengelolaaan dan

pembelanjaan).

Selain itu bekerja oleh al-Qur’an dikaitkan dengan iman. Hal ini

menunjukkan bahwa hubungan antara iman dan kegiatan bagaikan

hubungan antara akar tumbuhan dan buahnya, bahkan ditegaskan

al-Qur’an amalan-amalan yang tidak disertai iman tidak akan berarti di

sisi-Nya. Karena itu al-Qur’an memerintahkan:

$

p

κ

š

r

'

¯

t

ƒ

t

⎦⎪

Ï

%

©

!

$

#

(

#

þ

θ

ã

Ζ

t

Β

#

u

#

s

Œ

Î

)

š

Ï

Š

θ

ç

Ρ

Í

ο

4

θ

n

=

¢

Á

=

Ï

9

Ï

Β

Ï

Θ

ö

θ

t

ƒ

Ï

π

y

è

ß

ϑ

à

f

ø

9

$

#

(

#

ö

θ

y

è

ó

$

$

s

ù

4

n

<

Î

)

Ì

ø

.

Ï

Œ

«

!

$

#

(

#

ρ

â

s

Œ

u

ρ

y

ì

ø

t

7

ø

9

$

#

4

ö

Ν

ä

3

Ï

9≡

s

Œ

×

ö

y

z

ö

Ν

ä

3

©

9

β

Î

)

ó

Ο

ç

G

Ψ

ä

.

t

βθ

ß

ϑ

n

=

÷

è

s

?

∩®∪

Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”64

Ayat ini memberikan pengertian agar berbisnis (mencari kelebihan

karunia Allah) dilakukan setelah melakukan shalat dan dalam pengertian

tidak mengesampingkan dan tujuan keuntungan yang hakiki yaitu

keuntungan yang dijanjikan Allah. Oleh karena itu, walaupun mendorong

melakukan kerja keras termasuk dalam bisnis, al-Qur’an menggaris

      

64

(38)

bawahi bahwa dorongan yang seharusnya lebih besar bagi dorongan bisnis

adalah memperoleh apa yang berada di sisi Allah. Atas dasar hal ini maka,

pandangan orang yang bekerja dan berbisnis harus melampaui masa kini,

dan masa depan yang jauh. Dengan demikian visi masa depan dalam

berbisnis merupakan etika pertama dan utama yang digariskan al-Qur’an,

sehingga pelaku-pelakunya tidak sekedar mengejar keuntungan sementara

yang akan segera habis tetapi selalu berorientasi masa depan.65

Menurut Yusuf Qardhawi dalam buku Mardani yang berjudul Hukum

Bisnis Syariah, Islam mempunyai etika dalam berdagang (berbisnis), yaitu:

1. Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang yang

diharamkan.

2. Bersikap benar, amanah, jujur.

3. Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga.

4. Menerapkan kasih sayang dan mengharamkan monopoli.

5. Menegakkan toleransi dan persaudaraan.

6. Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju

akhirat.66

Adapun bentuk perdagangan yang dilakukan seseorang selama tidak

lepas dari kendali nilai-nilai tersebut dibenarkan dalam Islam. Demikian

pula Islam mendukung perdagangan yang membawa manfaat apapun

untuk kesejahteraan manusia dengan tetap mendasarkan diri pada sejumlah

prinsip tertentu. Dalam Islam prinsip-prinsip utama dikemukakan Abdul

      

65

Muhammad dan Alimin, Etika, 47. 66

(39)

Mannan, selain kejujuran dan kepercayaan serta ketulusan juga diperlukan

prinsip lain seperti:

1) Tidak melakukan Sumpah Palsu

Sumpah palsu biasanya dilakukan pedagang dewasa ini dengan motif

dan tujuan untuk meyakinkan pihak lain (konsumen) bahwa barang dan

jasa yang diperdagangkannya tidak mengandung cacat meskipun dalam

kenyataannya tidak demikian. Cara meyakinkan calon pembeli

(konsumen) dengan cara yang demikian merefleksikan prinsip dan nilai

ketidakjujuran dan sikap acuh seseorang terhadap pentingnya nilai-nilai

moral dan spiritual dalam transaksi perdagangan.

Hukum Islam memandang cara yang demikian (sumpah palsu) sebagai

cara dan mekanisme bisnis dan perdagangan yang tercela.67

2) Takaran yang baik dan benar

Prinsip ini mendapat sorotan tajam dalam Islam sejak ribuan tahun yang

lalu, bahkan secara eksplisit ditegaskan gambaran tentang kondisi dan

keadaan yang dialami oleh pedagang yang curang (tidak melakukan

takaran yang baik dan benar).

Landasan perdagangan yang mengedepankan nilai kejujuran dengan

cara memenuhi takaran dengan baik dan sempurna sesungguhnya

menunjukkan bahwa Islam menetapkan dan menempatkan pelaku

dagang (manusia) alam kerangka yang terhormat.68

      

67

Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 105 68

(40)

3) I’tikad yang baik

Selain dua prinsip tersebut, prinsip lain yang tak kalah penting yang

harus dikedepankan dalam dunia bisnis dan perdagangan menurut Islam

adalah i’tikad yang baik.69 I’tikad baik dalam bisnis merupakan hakekat

dari bisnis itu sendiri. I’tikad baik akan menimbulkan hubungan baik

dalam usaha. Oleh karenanya Islam menganjurkan jika melakukan

transaksi sebaiknya dinyatakan secara tertulis dengan menguraikan

syarat-syaratnya.70 Menurut MA. Mannan hubungan buruk yang timbul

dalam dunia bisnis dan perdagangan modern disebabkan karena tidak

adanya i’tikad baik yang timbul dari dua belah pihak.71

4) Larangan Tadli>s (penipuan)

Tadli>s (penipuan) dalam bermua>malah adalah menyampaikan sesuatu

dalam transaksi bisnis dengan informasi bisnis yang diberikan tidak

sesuai dengan fakta yang ada. Penipuan sangat dibenci Islam, karena

hanya akan merugikan orang lain, dan sesungguhnya juga merugikan

diri sendiri. Seorang penjual mengatakan kepada pembeli bahwa barang

dagangannya berkualitas sangat baik, tetapi ia menyembunyikan

kecacatan yang ada dalam barang tersebut dengan maksud agar

transaksi dapat berjalan lancar. Setelah terjadi transaksi, barang sudah

pindah ke tangan pembeli, ternyata ada cacat dalam barang tersebut.

      

69

Ibid., 107. 70

Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi, 169-170. 71

(41)

Berbisnis yang mengandung penipuan adalah titik awal kehancuran

bisnis.72

5) Larangan Terhadap Rekayasa Harga

Rasulullah SAW menyatakan bahwa harga di pasar itu ditentukan oleh

Allah SWT. Ini berarti bahwa harga di pasar tidak boleh diintervensi

oleh siapapun. Faktor pematokan harga termasuk membahayakan umat

dalam segala keadaan baik dalam kondisi perang, maupun damai. Harga

itu ditentukan berdasarkan mekanisme pasar yang alamiah, hal ini dapat

dilakukan ketika pasar dalam keadaan normal, tetapi apabila tidak

dalam keadaan sehat yakni terjadi kez}a>liman seperti adanya kasus

penimbunan, riba, dan penipuan maka pemerintah hendaknya dapat

bertindak untuk menentukan harga pada tingkat yang adil sehingga

tidak ada pihak yang dirugikan. 73

6) Larangan Terhadap Praktik Riba

Rasulullah mengajarkan agar para pedagang senantiasa bersikap adil,

baik, kerja sama, ama>nah, tawakkal, qana>’ah, sabar dan tabah.

Sebaliknya beliau juga menasihati agar pedagang meninggalkan sifat

kotor perdagangan yang hanya memberikan keuntungan sesaat, tetapi

merugikan diri sendiri duniawi dan ukhrawi.74 Akibatnya akan

berdampak pada pedagang itu sendiri, pedagang kehilangan sifat adil

      

72

Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economics, 227. 73

Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun, 167. 74

(42)

dan jujur, sehingga menuntut kemungkinan pedagang akan kehilangan

pelanggan terkait apa yang diperbuat selama berdagang.

Riba dilarang disebabkan oleh pengambilan tambahan dalam transaksi

jual beli ataupun pinjaman-pinjaman yang berlangsung secara z}a>lim

dan bertentangan dengan prinsip mua>malah secara Islami. Riba secara

harfiyah berarti peningkatan atau penambahan, meskipun demikian

tidak setiap penambahan adalah dosa.

7) Larangan Terhadap Penimbunan (ih}tika>r)

Islam mengajak kepada para pemilik harta untuk mengembangkan harta

mereka dan menginvestasikannya, sebaliknya melarang mereka untuk

membekukan dan tidak memfungsikannya. Penimbunan secara mutlak

dilarang, dan hukumnya haram.

Penimbunan adalah orang yang mengumpulkan barang-barang dengan

menunggu waktu naiknya harga barang-barang tersebut, sehingga bisa

menjualnya dengan harga yang tinggi, hingga warga setempat sulit

untuk menjangkaunya.75

Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang, dan agama

Islam disebarluaskan terutama melalui para pedagang muslim. Dalam

al-Qur’an terdapat peringatan terhadap penyalahgunaan kekayaan, tetapi

tidak dilarang mencari kekayaan dengan cara yang halal.

Islam menempatkan aktivitas perdagangan dalam posisi yang amat

strategis di tengah kegiatan manusia mencari rezeki dan penghidupan.

      

75

(43)

Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya, itu

sebabnya misi diutusnya Rasulullah SAW ke dunia adalah untuk

memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak.

Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh

etika dan moral bisnis Islam yang mencakup h}usn al- khuluq. Pada derajat

ini Allah SWT akan melapangkan hatinya, dan akan membukakan pintu

rezeki, dimana pintu rezeki akan terbuka dengan akhlak mulia tersebut,

akhlak yang baik adalah moral dasar yang akan melahirkan praktis bisnis

yang etis dan moralis.76

E. Penetapan Harga

Harga adalah pemasangan nilai tertentu untuk barang yang akan

dijual dengan wajar, penjual tidak z}a>lim dan tidak menjerumuskan

pembeli untuk menentukan harga sekaligus melindungi hak keduanya.77

Islam menghargai hak penjual dan pembeli untuk menentukan harga

sekaligus melindungi hak keduanya. Pihak penjual berhak untuk

menentukan harga barang dengan sewajarnya dan pihak pembeli pun

boleh menawar harga yang ditawarkan oleh penjual.78

Allah SWT memberikan hak tiap orang untuk membeli dengan

harga yang disenangi. Dalam kitab Sunan Ibnu Majah juz 2 terdapat hadi>th

yang berbunyi:

ْﺪُﳋا

ٍﺪْﻴِﻌَﺳ

ﺎَﺑَأ

ﱠيِر

ُﻘَـﻳ

ُل

:

ِﻪﱠﻠﻟا

ُلﻮُﺳَر

َلﺎَﻗ

:

َﱠﳕِإ

ٍضاَﺮَـﺗ

ْﻦَﻋ

ُﻊْﻴَـﺒْﻟا

.

      

76

Faisal Badroen, Etika, 89. 77

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (12), terj. Kamaluddin A. Marzuki (Bandung: Al Ma’arif, 1987), 96.

78

(44)

Dari Abu Sa’i>d al- Khudri berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu (sah karena) suka sama suka”.79

Namun, ketika negara mematok harga untuk umum, maka Allah

telah mengharamkannya membuat patokan harga barang tertentu yang

dipergunakan untuk menekan rakyat agar melakukan transaksi jual beli

sesuai dengan harga patokan tersebut. Oleh karena itu pematokan harga

dilarang.80 Haramnya pematokan tersebut bersifat umum untuk semua

barang. Tanpa dibedakan antara barang makanan pokok, dengan bukan

makanan pokok.81 Dalam mencari harta benda setiap manusia wajib

melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya,

memberikan hak kepada yang berhak.82

Agar terciptanya ekonomi yang seimbang, maka pedagang harus

memperhatikan adanya harga mahal dan murah itu dikarenakan adanya

faktor atau sebab tertentu, bukan sewena-wena ditetapkan penjual barang

tersebut. Sebagai contoh harga cabai mahal karena pertanian sedang

dilanda banjir, sehingga banyak cabai yang tidak layak panen.

Transaksi ekonomi pasar bekerja berdasarkan mekanisme harga,

agar transaksi memberi keadilan bagi seluruh pelakunya, maka harga juga

harus mencerminkan keadilan. Dalam pandangan Islam transaksi harus

dilakukan dengan suka rela dan memberi keuntungan proposional bagi

      

79

 Abi Abdullah Muhammad, Sunan Ibnu Ma>jah, 376.  80

Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 2009), 212.

81

Ibid., 213. 82

(45)

para pelakunya.83 Dalam menghargai hak penjual dan pembeli untuk

menentukan harga sekaligus melindungi hak keduanya terdapat suatu

ha>dith yang menyatakan bahwa:

ُﻦﺑ

ُﺪﱠﻤ ُﳏ

ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ

ٍرﺎﱠﺸَﺑ

َلﺎَﻗ

،

:

ٌجﺎّﺠَﺣ

ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ

ٍلﺎَﻬْـﻨِﻣ

ُﻦْﺑ

َلﺎَﻗ

،

:

ُﻦﺑ

ُدﺎّﲪ

ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ

َـﻗ

ْﻦَﻋ

،َﺔَﻤَﻠَﺳ

َﺘ

َدﺎ

َو

ﺪﻴ ُﲪَو

؛َة

َﺛﺎ

ِﺑ

ٌﺪْﻴَُﲪ

َو

ِﺲﻧَأ

ْﻦَﻋ

،

،

َـﻓ

ُﻟﺎَﻘ

:

ْﻌﱢﺴﻟا

ﻼَﻏ

َﻋ

ُﺮ

َﻠ

ْﻬَﻋ

ِﻪﱠﻠﻟا

ِلﻮُﺳَر

ِﺪ

،

ﻮُﻠَﻘَـﻓ

Gambar

Batas Wilayah UD. Gerabah MulyoTabel 1.1 91
Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

Maka berdasarkan hasil pembahasan peneliti dan pengamat diketahui penyebab keaktifan siswa kelas III dalam belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siklus

bentuk diabetik termediasi imun yang tidak umum h sindrom genetik yang berhubungan dengan.. sindrom genetik yang berhubungan dengan

Salah satu bentuk dokumen ilmiah kegiatan KKIN 2016 adalah diterbitkannya buku Prosiding ber- ISSN yang merupakan kumpulan artikel hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

Berdasarkan data diskusi kelompok disimpulkan bahwa masih banyak ibu yang menggunakan cara mengajar dan bukan bermain sambil belajar dalam melakukan stimulasi

Uraian di atas menarik penulis untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Beban Pajak Kini, Basis Akrual, dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba dengan studi empiris pada

Kandungan sianida selama dalam proses termodifikasi diukur berdasarkan tahapan: (i) singkong, (ii) bubuk singkong yang sudah difermentasi menggunakan Bimo-CF, (iii)

Komponen silabus tersebut terdiri atas: (a) identifikasi matapelajaran yang akan dipadukan; (b) kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang harus dikuasai

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, peneliti berasumsi bahwa pentingnya peranan pola asuh autoritatif, efikasi diri, dan perilaku prososial untuk mencapai