• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Penetapan Harga Jual Beli Perabot Rumah Tangga di UD. Gerabah Mulyo

BAB IV: Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Objek Dan Penetapan Harga Dalam Jual Beli Prabot Rumah

TANGGA DI UD. GERABAH MULYO

B. Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Penetapan Harga Jual Beli Perabot Rumah Tangga di UD. Gerabah Mulyo

Islam memandang pasar bebas di mana harga yang adil ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan pasokan. Harga-harga akan dipandang adil jika memang itu adalah hasil fungsi kekuatan pasar sejati.114

Hal yang mendasar dari jual beli adalah penentuan harga, untuk dapat diketahui apakah penetapan harga yang dilakukan di UD. Gerabah Mulyo sesuai dengan etika bisnis Islam, maka penulis akan menganalisis dengan menggunakan prinsip-prinsip etika bisnis Islam dan larangan dalam bisnis Islam yaitu:

1. Tauhi>d (Unity/kesatuan)

Tauhi>d merupakan fondasi utama seluruh ajaran Islam. Tauhi>d menjadi

dasar seluruh konsep dan aktivitas umat Islam, baik di bidang ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Hakikat tauhi>d juga dapat berarti

penyerahan diri yang bulat kepada kehendak ilahi, baik menyangkut ibadah maupun mua>malah.115

Dalam proses penjualan perabot rumah tangga di UD. Gerabah Mulyo , bahwasannya dalam menetapkan harga perabot rumah tangga campuran ini penjual menggolongkan menjadi dua yaitu kepada tengkulak dengan       

114

Rivai, Islamic Business, 408. 115

sistem grosir dan kepada masyarakat pada umumnya yaitu pembelian secara eceran. Penjual menjelaskan kepada pembeli secara grosir terkait harga antara perabot yang memiliki kualitas bagus dan perabot yang kualitasnya rendah. Proses jual beli UD. Gerabah Mulyo dengan pembeli grosir sudah sesuai dengan konsep tauhi>d, sebab kedua belah

pihak telah mengetahui harga dan kualitas perabot rumah tangga yang diperjual belikan. Sedangkan jual beli yang dilakukan UD. Gerabah Mulyo dengan pembeli eceran tidak sesuai dengan konsep tauhi>d, sebab

pihak UD. Gerabah Mulyo tidak menjelaskan terkait harga dan kualitas perabot kepada pembeli eceran.

2. Keseimbangan atau kesejajaran (al-‘adl wa al-ih}sa>n)

Dalam proses penjualan perabot rumah tangga, pihak UD. Gerabah Mulyo telah melakukan ketidakadilan dalam menetapkan harga terhadap kualitas perabot rumah tangga campuran yang diperjualbelikan kepada pembeli perabot rumah tangga secara eceran, bahwa harga perabot rumah tangga yang dijual kepada pembeli eceran tidak selalu melihat kualitas barangnya, semua dihargai dengan harga yang sama baik yang baru ataupun yang sudah terpakai. Karena pihak penjual tidak menjelaskan terkait harga dan kualitas barang campuran tersebut, akibatnya pihak pembeli tidak mengetahui motif yang dilakukan oleh pihak penjual. Sedangkan proses jual beli UD. Gerabah Mulyo dengan pembeli grosir sudah sesuai dengan prinsip keseimbangan atau

kesejajaran, karena pembeli grosir mengetahui harga dan kualitas perabot rumah tangga yang dibeli.

3. Kehendak bebas (ikhtiya>r)

Proses jual beli yang dilakukan oleh UD. Gerabah Mulyo kepada pembeli eceran tidak sesuai dengan prinsip kehendak bebas. Sebab, memang benar pedagang memiliki kebebasan dalam proses jual beli yang ia lakukan, namun pedagang harus memikirkan kepentingan orang lain, yakni merugikan orang lain atau tidak. Dengan tidak memberitahukan bahwa perabot rumah tangga terkait harga pada kualitas campuran, maka pedagang telah merugikan pembeli secara ecer. Sedangkan proses jual beli pedagang dengan pembeli grosir sudah sesuai dengan prinsip kehendak bebas, karena pedagang bebas menggunakan cara apapun dalam jual belinya namun tidak boleh merugikan orang lain dan pembeli bebas memilih perabot rumah tangga yang diinginkan serta sudah mengetahui mengenai harga dan kualitas dari perabot rumah tangga yang diperjual belikan.

4. Tanggung jawab

Prinsip tanggung jawab sangat ditekankan dalam Islam, seorang pengusaha harus bertanggung jawab kepada konsumennya, selain itu ia juga harus bertanggung jawab kepada Allah di akhirat kelak. Dengan menjual perabot rumah tangga campuran kepada pembeli eceran tetapi penjual tidak menjelaskan kepada pembeli, maka penjual telah melanggar prinsip tanggung jawab kepada pembeli. Sebagai penjual,

sudah sepantasnya ia bertanggung jawab atas apa yang ia jual, baik segi kualitas dan harga perabot rumah tangga yang dijual. Namun proses jual beli yang dilakukan oleh penjual dengan pembeli grosir telah sesuai dengan prinsip tanggung jawab, sebab pembeli telah mengetahui terhadap harga dan kualitas barang tersebut. Sehingga penjual telah bertanggung jawab dengan harga dan kualitas dari perabot rumah tangga yang ia jual kepada pembeli.

5. Kebenaran

Kebenaran dalam hal ini mengandung dua hal yaitu kebajikan dan kejujuran, dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian dalam bisnis.116 Proses penjualan perabot rumah tangga yang dilakukan pihak penjual dengan pembeli eceran tidak sesuai dengan prinsip kebenaran. Sebab penjual tidak melakukan kebajikan dan kejujuran kepada pembeli eceran, bahwa harga dan kualitas perabot rumah tangga merupakan perabot campuran, penjual tidak jujur dan bahkan berbohong kepada pembeli. Namun untuk proses jual beli yang dilakukan penjual dengan pembeli grosir sudah sesuai dengan prinsip kebenaran, sebab penjual telah jujur kepada pembeli grosir mengenai harga dan kualitas perabot rumah tangga yang dijual.

      

116

Kemudian untuk etika bisnis Islam dalam penentuan harga yang dilakukan di UD. Gerabah Mulyo ada yang tidak melanggar etika bisnis Islam dan ada yang melanggar etika bisnis Islam. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Tidak melanggar etika bisnis Islam karena pada proses penetapan harga antara UD. Gerabah Mulyo dengan pembeli grosir sama-sama mengetahui kualitas barang yang diperjual belikan. Penjual berkata jujur kepada pembeli grosir, sehingga pembeli mengetahui bahwa harga dan kualitas perabot rumah tangga yang ia beli ada dua kategori yaitu harga perabot kualitas bagus dan harga perabot kualitas rendah. Jadi, dalam proses penjualan ini penjual dan pembeli grosir telah ridho dalam melakukan proses jual beli.

2. Melanggar etika bisnis Islam karena dalam proses penjualannya mengandung beberapa hal, yakni:

a. Tidak memberikan informasi tentang barang secara jujur, transparan, apa adanya dan menjerumuskan pembeli.

b. Tidak menetapkan harga sesuai dengan kualitas barangnya. c. Tidak berlaku adil terhadap penetapan harga kepada pembeli.

Proses jual beli yang dilakukan pedagang dengan pembeli eceran tidak sesuai dengan etika bisnis Islam dalam penetapan harga, karena penjual tidak jujur kepada pembeli terkait penetapan harga perabot rumah tangga campuran. Selain melanggar prinsip dasar etika bisnis Islam dalam penetapan harga dan penjualan,

proses penjualan perabot rumah tangga kualitas rendah (sudah terpakai) juga melanggar larangan-larangan dalam jual beli. Pertama, larangan tadli>s, yakni transaksi yang mengandung suatu

hal yang tidak diketahui salah satu pihak. Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak. Mereka harus mempunyai informasi yang sama sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurangi atau ditipu karena ada sesuatu yang tidak diketahui salah satu pihak. Dalam hal ini, penjual telah membohongi pembeli eceran mengenai harga dan kualitas perabot rumah tangga yang sebenarnya. Sedangkan untuk pembeli secara grosir tidak melanggar larangan etika bisnis Islam dalam jual beli karena pembeli telah mengetahui kualitas dari perabot rumah tangga yang ia beli. Kedua, Islam menghargai hak penjual dan pembeli untuk menentukan harga sekaligus melindungi hak keduanya. Harga-harga akan dipandang adil jika memang itu adalah hasil fungsi kekuatan pasar sejati. Akan tetapi dalam praktiknya jelas pihak penjual melakukan rekayasa harga sendiri dan tidak sesuai dengan harga yang adil.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian, pembahasan, dan analisis oleh penulis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mengenai objek jual beli perabot rumah tangga terkait pencampuran kualitas barang yang dilakukan di UD. Gerabah Mulyo belum sesuai dengan etika bisnis Islam karena ada ketidak jujuran pedagang dalam transaksi jual beli perabot rumah tangga dan telah melanggar prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam yaitu prinsip-prinsip tauhi>d, keseimbangan,

kehendak bebas, tanggung jawab dan kebenaran, serta melanggar larangan dalam bisnis Islam terkait pencampuran kualitas perabot rumah tangga yaitu larangan kez}a>liman, dan melanggar larangan

dalam jual beli yaitu tadli>s (penipuan).

2. Mengenai penetapan harga perabot rumah tangga kualitas campuran ada dua yakni:

a. Dalam menetapkan harga kepada pembeli eceran, penjual telah melanggar prinsip dasar etika bisnis Islam yaitu prinsip tauhi>d,

keseimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab dan kebenaran. Karena dalam menetapkan harga, penjual menyamakan harga perabot rumah tangga antara barang yang masih baru dengan barang yang sudah terpakai, akibatnya ada pihak yang dirugikan

yaitu pembeli. Serta melanggar larangan dalam jual beli yaitu tadli>s atau penipuan.

b. Dalam menetapkan harga kepada pembeli grosir, penjual tidak melanggar prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam dan larangan dalam bisnis Islam, karena penjual telah jujur kepada pembeli grosir dan sama-sama mengetahui kualitas dan harga barang yang diperjualbelikan.

B. SARAN

1. Penulis berharap terkait objek jual beli perabot rumah tangga, pihak penjual tidak mencampurinya dengan perabot rumah tangga yang berkualitas rendah (sudah terpakai), karena pencampuran tersebut tidak sesuai dengan etika bisnis Islam. Selain itu, hal tersebut dapat merugikan salah satu pihak yaitu konsumen atau pembeli.

2. Penulis berharap agar dalam proses penjualan, penjual harus berkata jujur dan adil kepada para pembeli dan bertanggung jawab atas apa yang diperdagangkan, baik dari pembeli eceran maupun pembeli grosir mengenai harga dan kualitas perabot rumah tangga yang diperjual belikan.

3. Penulis berharap agar dalam melakukan setiap transaksi jual beli para pembeli berhati-hati dalam membeli perabot rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA .

Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung:

Alfabeta, 2009.

Aziz, Abdul. Etika Bisnis Perspektif Islam; Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha. Bandung: Alfabeta, 2013.

Badroen, Faisal. Etika Bisnis Islam Dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2006. Beekun, Rafik Isa. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Budi. Setiawan Utomo. Fiqh Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer. Jakarta: Gema Insani, 2003.

Damanuri, Aji. Metodologi Penelitian Muamalah. Ponorogo: STAIN Po Press, 2010.

Fauroni, Lukman. Etika Bisnis dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006.

Fauzia, Ika Yunia. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2013. Gitosudarmo, Indriyo. Pengantar Bisnis Edisi 2. Yogyakarta: BPFE, 2003.

Gunawan, Imam. Metodologi Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Hasan, Ali. Manajemen Bisnis Syari’ah Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqh Muamalat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.

Hasanah, Uswatun, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Bekatul di Patran Sonobekel Tanjunganom Nganjuk, Skripsi (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2017).