• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan

Indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil dari tahun ke tahun di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011-2016 (dalam satuan persen) yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Dimana:

PDRBt = PDRB tahun t

PDRBt-1 = PDRB tahun sebelumnya

4. Pengangguran adalah jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja namun tidak melakukan pekerjaan atau sedang mencari kerja (dalam satuan jiwa) dalam kurun waktu 2011-2016

5. Pengeluaran Perkapita adalah kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya dalam bentuk barang maupun jasa (dalam satuan rupiah) dalam kurun waktu 2011-2016

6. Rata-rata Lama Sekolah adalah jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal (dalam satuan tahun) dalam kurun waktu 2011-2016

7. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui kegiatan yang pro rakyat kecil yaitu berupa pemberian bantuan pemerintah, perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, agar dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dalam kurun waktu 2014-2016

Untuk menggambarkan secara detail penelitian ini, maka disusun sebuah tabel/matriks penelitian sebagai berikut:

Tabel 2 Matriks Penelitian No Rumusan

Masalah Tujuan Penelitian Konsep dan Varibel Data dan Informasi Sumber Data

Pengumpulan

Data Analisis Data 1 Bagaimana

kondisi kemiskinan di Provinsi Kalimatan Selatan

Menganalisis kondisi kemiskinan di Provinsi

Kalimatan Selatan

Gambaran kondisi kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan

1. Garis

Kemiskinan, Tingkat Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan

BPS Survei

Institusional dan Studi Literatur dijaring dengan studi Dokumentasi

Analisis Deskriptif dengan pendekatan kualitatif

2 Kondisi Rumah Tangga Miskin (Pendidikan, Pekerjaan, kesehatan, Fasilitas Perumahan)

Bappeda Prov. Kalsel, BPS Prov.

Kalsel

2 Apa faktor-faktor yang

mempengaruhi kemiskinan

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan dengan variabel dependen adalah Jumlah penduduk miskin dan variabel

independent adalah Belanja Langsung, Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Pengeluaran Perkapita dan Rata-rata lama sekolah

Data time series untuk kurun waktu tahun 2011-2016 dan data cross section berupa data Belanja Langsung, Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran,

Pengeluaran Perkapita dan Rata-rata lama sekolah pada 13 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan

Direjen Keuangan RI, Bappeda Prov.

Kalsel, BPS Prov. Kalsel

Survei Institusional dan Studi Literatur dijaring dengan studi Dokumentasi

Regresi Panel Data

pengolahan data dengan program Sofware Eviews 7:

Pengujian Model, Uji asumsi Klasik dan Uji Hipotesis

3 Bagaimana implementasi strategi program penanggulangan kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan

Menganalisis implementasi strategi program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan

Analisis implementasi Strategi Program penanggulangan kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan dengan Konsep Value for Money

Program

Penanggulangan Kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan

Bappeda Prov.

Kalsel, Bakeuda Prov. Kalsel, Biro

Pemerintahan Prov. Kalsel, Biro Keuangan Prov. Kalsel, Biro Organisasi Pro. Kalsel

Survei Institusional dan Studi Literatur dijaring dengan studi Dokumentasi

Konsep Value for Money yaitu Ekonomi, Efisiensi dan efektivitas

Secara administrasi wilayah Provinsi Kalimantan Selatan terbagi menjadi 13 kabupaten/kota yang terdiri atas 11 Kabupaten dan 2 Kota, dengan ibukota yakni Kota Banjarmasin. Provinsi Kalimantan Selatan memiliki wilayah paling kecil di Pulau Kalimantan dan secara struktur astronomi terletak pada titik koordinat:

- 114 19” 33” Bujur Timur – 116 33’28 Bujur Timur - 121’49” Lintang Selatan – 1 10”14” Lintang Selatan

Batas-batas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan secara Administrasi berbatasan dengan:

- Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar

- Sebeah Seletan berbatasan dengan Laut Jawa, dan

- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur.

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 37.530,52 km2 yang terbagi ke dalam 13 kabupaten/kota dengan rincian 152 kecamatan dan 2.008 desa/kelurahan dengan rincian dalam Tabel 1

Tabel 3. Luas wilayah, jumlah Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Jumlah Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan (BPS, 2018).

No Kabupaten/Kota Luas (Km2)

Kecamatan Desa/

Kelurahan

Jumlah Penduduk Tahun 2017

(Jiwa)

1 Tanah Laut 3.729,30 11 135 334.328

2 Kotabaru 9.422,73 21 202 331.326

3 Banjar 4.710,97 19 290 571.573

4 Barito Kuala 2.376,22 17 201 306.195

5 Tapin 2.174,95 12 134 186.672

6 Hulu Sungai Selatan 1.804,94 11 148 232.587

7 Hulu Sungai Tengah 1.472,00 11 169 266.501

8 Hulu Sungai Utara 951,25 10 219 231.594

9 Tabalong 3.599,95 12 131 247.106

10 Tanah Bumbu 5.066,96 10 150 343.193

11 Balangan 1.819,75 8 157 127.503

12 Banjarmasin 72,67 5 52 692.793

13 Banjarbaru 328,83 5 20 248.423

Kalimantan Selatan 37.530,52 152 2.008 4.119.794

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa luas wilayah terluas untuk kabupaten/kota adalah Kabupaten Kotabaru, hal ini karena wilayahnya terdiri dari pulau-pulau yang terbagi dalam 21 kecamatan. Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh 3 komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi. Ketimpangan distribusi penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan terjadi diantara wilayah kota dan kabupaten, walaupun ketimpangan distribusi penduduk tidak terlalu signifikan dan lebih merata terutama pada wilayah kabupaten.

Dari Tabel 3 diketahui bahwa penduduk Provinsi Kalimantan Selatan paling banyak berdomisili di Kota Banjarmasin yaitu sebesar 692.793 jiwa (16,81%). Hal ini karena Kota Banjarmasin sebelumnya merupakan pusat pemerintahan sekaligus jasa perdagangan di Provinsi Kalimantan Selatan.

Jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Balangan yang memiliki jumlah penduduk sebesar 127.503 Jiwa (3,09%).

Provinsi Kalimantan Selatan merupakan sebuah provinsi yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam sebagai bagian dari kekayaan alam Pulau Kalimantan serta memiliki ciri khas kebudayaan daerah yang kental sehingga kehidupan masyarakat masih memiliki karakter yang kuat dalam kesehariannya. Namun, kondisi tersebut belum menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan menjadi langkah awal peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sejahtera, makmur, dan berbudi luhur sesuai dengan adat kebudayaan masyarakat yang berakhlak mulia.

Pembangunan dikatakan berhasil apabila jumlah dan persentase penduduk miskinnya turun atau bahkan tidak ada, namun tingkat kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan belum mencapai maksimal dan sesuai dengan target pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana kondisi kemiskinan yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan.

Gambar 4 Tingkat Kemiskinan Provinsi di Indonesia Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

Walaupun tingkat kemiskinan rendah, akan tetapi jika dilihat dari tingkat ketimpangan pendapatan (Gini Ratio) Provinsi Kalimantan Selatan berada di posisi ke 19 (Gambar 5), bahkan dalam lingkup regional Kalimantan posisi tingkat ketimpangan kalimantan selatan lebih tinggi dibandingkan 4 provinsi lainnya. Tingkat ketimpangan pengeluaran antara orang kaya dan miskin sangat lebar maka selain memperkecil tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan oleh pemerintah juga harus dapat mengurangi kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin yang makin jauh dari garis kemiskinan dan makin menyebar.

Gambar 5. Gini Ratio Provinsi di Indonesia Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

b.2 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin Provinsi Kalimantan Selatan

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan, di mana garis kemiskinan dihitung berdasarkan pada ukuran pendapatan, di mana batas kemiskinan dihitung dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bahan makanan seseorang dapat hidup dengan layak.

0,391

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400 0,450 0,500

DI Yogyakarta Sulawesi Selatan Jawa Timur DKI Jakarta Gorontalo Sulawesi Tenggara Papua Sulawesi Utara Jawa Barat Papua Barat Banten Bali Nusa Tenggara… Sumatera Selatan Jawa Tengah Kep. Riau Nusa Tenggara… Bengkulu Kalimantan Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sumatera Utara Jambi Lampung Kalimantan Timur Maluku Utara Aceh Kalimantan Barat Kalimantan Riau Maluku Kalimantan Utara Sumatera Barat Kep. Bangka…

Provinsi Nasional

Gambar 6. Perkembangan Garis Kemiskinan Kalimantan Selatan dan Nasional Tahun 2011-2017 (BPS, 2018 (diolah)

Garis kemiskinan Kalimantan Selatan dan Nasional mengalami peningkatan dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (Gambar 6), dimana garis kemiskinan Nasional pada tahun 2011 sebesar Rp. 243.387,- mengalami kenaikan di tahun 2017 menjadi Rp. 385.953,- perkapita per bulan. Hal ini berarti bahwa di tahun 2017 pendapatan per kapita minimal seorang penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dasar agar dapat hidup layak sebesar Rp. 385.953,- per bulan atau Rp. 12.865,- per hari.

Garis Kemiskinan Kalimantan Selatan dari tahun 2011-2017 mengalami kenaikan (Gambar 6) dari Rp. 249.487,-perkapita per bulan tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 421.087,- per bulan di tahun 2017. Hal ini berarti di tahun 2017 seorang penduduk Kalimantan Selatan dikatakan miskin apabila

pengeluaran/pendapatannya kurang dari Rp. 421.087,- per bulan atau Rp. 14.036,- per hari. Apabila seorang kepala rumah tangga (KRT) memiliki dua anak dan satu istri, maka pendapatan minimal agar ia dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk dia dan keluarganya adalah Rp. 1.684.348,- per bulan atau Rp. 56.145,- per hari, sedangkan untuk tahun 2011, satu rumah tangga dengan empat anggota rumah tangga (ART) agar kebutuhan dasar terpenuhi minimal harus memiliki pendapatan Rp. 997.948,- per bulan atau Rp. 33.265,- per hari.

Berdasarkan data diatas, maka garis kemiskinan baik Nasional (Rp. 12.865,- per hari) maupun provinsi Kalimantan Selatan ( Rp. 14.036,- per hari) tahun 2017 berada dibawah standar BPS yaitu US$1,7 perorang perhari. Hal ini berarti pendapatan masyarakat miskin masih sangat jauh dibawah standar garis kemiskinan bahkan belum mencapai US$ 1 perorang perhari.

Garis kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 pada Gambar 7 terlihat bahwa Garis kemiskinan tertinggi pada Kota Banjarbaru (Rp.539.608,-) dan Kota Banjarmasin (Rp.445.428,-), hal ini berarti kedua kota tersebut memiliki pendapatan minimal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Sedangkan kabupaten yang memiliki garis

kemiskinan paling rendah adalah kabupaten Barito Kuala (Rp.291.285,-).

Gambar 7 Garis Kemiskinan (Rupiah) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah).

Penduduk Miskin di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan data dari BPS dalam Gambar 8 terlihat bahwa perkembangan tingkat kemiskinan dari tahun 2011-2017 mengalami tren fluktuatif di mana tahun 2011-2013 mengalami penurunan (5,29% ke 4,76%), kemudian tahun 2014 kenaikan (4,81%) dan kembali menurun tahun 2015-2016, akan tetapi tahun 2017 kembali mengalami kenaikan tingkat kemiskinan yaitu 4,7%.

Sementara itu sebaran penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2011-2017 seperti halnya dengan tingkat kemiskinan juga cenderung fluktuatif, dimana tahun 2011-2013 mengalami penurunan (194.620 jiwa menjadi 183.270 jiwa). Tahun

2014 terjadi kenaikan jumlah penduduk, dan kembali tahun 2015-2016 mengalami penurunan jumlah penduduk miskin, dan tahun 2017 kembali meningkat (194.560 jiwa). Hal ini hampir sama dengan jumlah penduduk miskin tahun 2011. Jika dilihat dari pertambahan jumlah penduduk Kalimantan Selatan Tahun 2011 (3.714.340 Jiwa) hingga tahun 2017 (4.119.794 Jiwa) terjadi pertambahan penduduk sebesar 405.454 Jiwa.

Gambar 8 Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011-2017 (BPS, 2012-2018 (diolah)

Pertambahan jumlah penduduk juga mempunyai peranan penting dalam mengurangi jumlah penduduk miskin. Penelitian Sari

& Natha (2016) bahwa pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali, di mana pertumbuhan penduduk berbanding lurus terhadap kemiskinan, artinya semakin besar pertumbuhan penduduknya

194.620

189.210

183.270

189.500

198.160

184.160

194.560 5,29

5,01

4,76 4,81

4,72

4,52 4,70

4,00 4,20 4,40 4,60 4,80 5,00 5,20 5,40

175.000 180.000 185.000 190.000 195.000 200.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Penduduk Miskin Tingkat Kemiskinan

maka semakin besar pula jumlah masyarakat miskin, karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka kemiskinan. (Sari &

Natha, 2016)

Tingkat kemiskinan menurut kabupaten/kota tahun 2017 (Gambar 9) terlihat bahwa tingkat kemiskinan terendah pada kabupaten Banjar (2,96%) dan tertinggi pada Kabupaten Hulu Sungai Utara (6,65%), di mana Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan satu-satunya kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang termasuk dalam daerah tertinggal Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 yang berjumlah 122 kabupaten.

Gambar 9 Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

Berdasarkan jumlah penduduk miskin terendah ada di kabupaten Tapin (7.010 Jiwa) dan penduduk miskin terbanyak ada pada Kota Banjarmasin (28.930 Jiwa), di mana Kota Banjarmasin dulu merupakan pusat pemerintahan dan kota perdagangan sehingga memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kalimantan Selatan.

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun 2011-2017 cenderung fluktuatif. Rata-rata penurunan tingkat kemiskinan pertahun Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,10%, sedangkan kabupaten/kota memiliki tingkat kemiskinan paling rendah yaitu Kabupaten Banjar (2,96%), hanya mampu menurunkan tingkat kemiskinan 0,04% pertahun. Berbeda dengan kabupaten Tapin (3,77%) yang juga memiliki tingkat kemiskinan relatif rendah tetapi mampu menurunkan kemiskinan 0,25 pertahun.

Tingkat kemiskinan tertinggi pada kabupaten Hulu Sungai Utara (6,65%), namun mampu menurunkan tingkat kemiskinan pertahun sebesar 0,11%. Jika dibandingkan dengan dua kabupaten yang juga memiliki tingkat kemiskinan diatas 6% yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah (6,09%) dan Tabalong (6,09%) hanya mampu menurunkan 0,02% pertahun.

Tabel 4. Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2011-2017 (BPS, 2012-2018)

b.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah atau persentase penduduk miskin. Namun, perlu dilihat Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1/Poverty Gap Index) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Gap Index). Selain memperkecil tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga harus dapat mengurangi Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan (BPS, 2018).

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1/Poverty Gap Index) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk terhadap garis kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan melihat seberapa miskin orang itu, semakin tinggi nilai

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Tanah Laut 4,85 4,55 4,33 4,38 4,58 4,65 4,60 -0,04

Kotabaru 5,18 4,85 4,73 4,76 4,62 4,56 4,38 -0,13

Banjar 3,17 2,97 2,84 2,87 3,26 3,10 2,96 -0,04

Barito Kuala 5,41 5,12 5,12 5,19 5,37 5,22 5,68 0,04

Tapin 5,29 4,99 3,41 3,63 3,88 3,70 3,77 -0,25

Hulu Sungai Selatan 7,25 6,90 6,67 4,77 6,45 6,29 5,80 -0,24 Hulu Sungai Tengah 5,98 5,68 5,57 5,65 5,81 6,18 6,09 0,02 Hulu Sungai Utara 7,31 6,94 6,92 7,00 7,07 6,76 6,65 -0,11

Tabalong 6,22 5,83 6,15 6,21 6,59 6,35 6,09 -0,02

Tanah Bumbu 6,17 5,47 5,2 5,21 5,55 5,27 4,99 -0,20

Balangan 7,31 6,85 6,17 6,29 5,87 5,67 5,68 -0,27

Banjarmasin 4,77 4,51 4,21 4,27 4,44 4,22 4,19 -0,10 Banjarbaru 5,68 5,16 4,50 4,35 4,90 4,62 4,68 -0,17 Kalimantan Selatan 5,29 5,01 4,76 4,81 4,72 4,52 4,70 -0,10

Tingkat Kemiskinan (% ) Rata-rata pengurangan

kemiskinan pertahun Kabupaten/Kota

indeks kedalaman kemiskinan, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan. Sumber data yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Naisonal (Susenas). Rumus penghitungan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) :

Dimana:

α = 1

z = Garis kemiskinan

yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i= 1, 2, 3,...q) yi < z

q = Banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan n = jumlah penduduk

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2/ Poverty Severity Index) merupakan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, semakin tinggi nilai indeks keparahan kemiskinan menunjukkan semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Rumus penghitungan Indesk Keparahan Kemiskinan (P2):

Dimana:

α = 2

z = Garis kemiskinan

yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i= 1, 2, 3,...q) yi < z

q = Banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan n = jumlah penduduk

Gambar 10 menunjukkan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan terlihat fluktuatif. Seperti halnya dengan tingkat kemiskinan yang cenderung juga fluktuatif. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan tingkat kemiskinan tidak selalu diikuti dengan perbaikan kualitas penduduk miskin.

Tahun 2011-2013 indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan mengalami penurunan, tetapi tahun 2014-2015 kembali mengalami kenaikkan. Tahun 2015 indeks kedalaman dan keparahan mengalami kenaikkan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2014, artinya tingkat kemiskinan di Kalimantan Selatan semakin dalam dan parah, karenan berada menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar.

Selama 6 tahun terakhir penurunan indeks kedalam kemiskinan 2011-2017 sebesar 0,07, sedangkan indeks keparahan mengalami penurunan sebesar 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikkan tingkat kemiskinan juga diikuti dengan kesenjangan pengeluaran antar

penduduk miskin yang makin jauh dari garis kemiskinan dan makin menyebar.

Gambar 10 Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011-2017 (BPS, 2012-2018 (diolah)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tiap kabupaten/kota mengalami kenaikan dan penurunan secara fluktiatif tahun 2011-2017 (Tabel 3). Secara rata-rata Indeks kedalaman kemiskinan yang paling rendah pada kabupaten Banjar (0,43) dan Tapin (0,43).

Hal ini seiring dengan rendahnya tingkat kemiskinan di kedua kabupaten tersebut. Hal ini menunjukkan kondisi orang miskin di kabupaten Banjar dan Tapin lebih baik dibandingkan dengan kondisi orang miskin di kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan.

Indeks kedalaman kemiskinan paling besar secara rata-rata adalah kabupaten Hulu Sungai Utara (0,92) dan kabupaten Balangan (0,91). Hal ini juga seiring dengan tingginya tingkat kemiskinan di kedua kabupaten tersebut. Hal ini berarti

0,81 0,76

0,61 0,65

0,98

0,69 0,74

0,20 0,17

0,11 0,15

0,3

0,16 0,17

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan

kesenjangan antara pengeluaran penduduk dengan garis kemiskinan relatif lebar, jarak pendapatan orang miskin dengan batas pendapatan minimal untuk hidup layak cukup jauh, sehingga ini mengindikasikan kondisi kemiskinan yang buruk dikedua wilayah tersebut. (Tabel 5)

Tabel 5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2011-2017 (BPS, 2012-2018)

Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011-2017 menunjukkan tren fluktuatif. Indeks keparahan kemiskinan paling tinggi pada kabupaten Hulu Sungai Utara (0,28), kota Banjarmasin (0,25), Kotabaru (0,23). dan Tabalong (0,23). Hal ini menunjukkan semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin, dan distribusi pendapatan antar penduduk yang semakin tidak merata. (tabel 6).

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Tanah Laut 0,68 0,49 0,44 0,47 0,76 0,64 0,71 0,60

Kotabaru 0,46 0,4 0,85 0,91 0,68 0,62 0,76 0,67

Banjar 0,44 0,34 0,59 0,63 0,35 0,32 0,31 0,43

Barito Kuala 0,75 0,89 0,47 0,51 0,99 0,57 0,76 0,71

Tapin 0,68 0,48 0,34 0,37 0,46 0,25 0,40 0,43

Hulu Sungai Selatan 1,02 0,72 0,87 0,93 0,61 0,88 0,70 0,82 Hulu Sungai Tengah 0,75 0,66 0,76 0,81 0,76 0,62 0,83 0,74 Hulu Sungai Utara 0,98 0,89 0,67 0,72 1,13 0,83 1,22 0,92

Tabalong 0,71 1,01 0,61 0,65 0,79 0,92 0,95 0,81

Tanah Bumbu 1,18 0,64 0,77 0,83 0,66 1,07 0,64 0,83

Balangan 1,1 1,13 0,84 0,91 0,84 0,78 0,80 0,91

Banjarmasin 0,45 0,82 0,51 0,55 0,65 0,57 0,84 0,63 Banjarbaru 0,79 0,48 0,34 0,36 0,52 0,66 0,66 0,54 Kalimantan Selatan 0,81 0,76 0,61 0,65 0,98 0,69 0,74 0,75

Kabupaten/Kota

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Rata-rata Kedalaman Kemiskinan

Tabel 6. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2011-2017 (BPS, 2012-2018)

Angka indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan P2 yang besar menunjukkan buruknya kondisi kemiskinan di suatu wilayah. Kedua Indeks ini tentunya akan membantu pemerintah dalam pengambilan kebijakan, karena selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Berdasarkan dari data yang ada maka dibuat prioritas wilayah kemiskinan dari indeks kedalaman dan indeks keparahan dengan tingkat kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Tanah Laut 0,17 0,07 0,09 0,11 0,18 0,16 0,15 0,13

Kotabaru 0,06 0,06 0,22 0,29 0,17 0,11 0,23 0,16

Banjar 0,1 0,08 0,17 0,23 0,06 0,07 0,05 0,11

Barito Kuala 0,16 0,23 0,08 0,11 0,35 0,10 0,22 0,18

Tapin 0,13 0,08 0,05 0,06 0,08 0,03 0,08 0,07

Hulu Sungai Selatan 0,23 0,13 0,17 0,23 0,09 0,21 0,14 0,17 Hulu Sungai Tengah 0,21 0,10 0,17 0,23 0,15 0,10 0,15 0,16 Hulu Sungai Utara 0,22 0,29 0,11 0,14 0,29 0,17 0,28 0,21

Tabalong 0,16 0,27 0,09 0,12 0,13 0,24 0,23 0,18

Tanah Bumbu 0,33 0,13 0,19 0,25 0,13 0,31 0,11 0,21

Balangan 0,24 0,32 0,23 0,30 0,22 0,18 0,16 0,24

Banjarmasin 0,07 0,21 0,11 0,15 0,15 0,13 0,25 0,15

Banjarbaru 0,2 0,08 0,04 0,05 0,10 0,15 0,14 0,11

Kalimantan Selatan 0,20 0,17 0,11 0,15 0,3 0,16 0,17 0,18 Kabupaten/Kota

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Rata-rata Keparahan Kemiskinan

Gambar 11 Prioritas Wilayah berdasarkan tingkat kemiskinan dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah).

Gambar 12 Prioritas Wilayah berdasarkan tingkat kemiskinan dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah).

Kotabaru Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong

Balangan Barito Kuala

Banjarmasin

Tanah Laut

Banjar Tapin

Tanah Bumbu

Banjarbaru Hulu Sungai Selatan

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40

- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

Indeks Kedalaman

Tingkat Kemiskinan

PRIORITAS PRIORITAS 1

2

PRIORITAS 4 PRIORITAS

3

Barito Kuala

Hulu Sungai Utara Tabalong Kotabaru

Banjarmasin

Tanah Laut

Banjar Tapin

Tanah Bumbu Banjarbaru

Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai Tengah Balangan

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35

- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

Indeks Keparahan

Tingkat Kemiskinan PRIORITAS

2

PRIORITAS

3 PRIORITAS

4 PRIORITAS

1

Dari Gambar 11 dan 12 diketahui tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan prioritas wilayah dari Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang menempati prioritas wilayah 1 yaitu dari segi tingkat kedalaman kabupaten Hulu Sungai Utara, Tabalong, Barito Kuala, Hulu Sungai Tengah dan Balangan, sedangkan dari tingkat keparahan untuk prioritas wilayah 1 adalah kabupaten Hulu Sungai Utara, Tabalong dan Barito Kuala.

Berdasarkan data tersebut dapat menjadi prioritas pemerintah dalam upaya mempercepat penurunan tingkat kemiskinan pada kantong-kantong kemiskinan di wilayah-wilayah tersebut.

b.4 Pendidikan Penduduk Miskin di Provinsi Kalimantan Selatan

Pendidikan merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah dan negara. Daerah yang memiliki penduduk yang berpendidikan tinggi akan memiliki modal yang besar untuk melaksanakan pembangunan dengan maksimal, karena semakin tinggi pendidikan masyarakat, maka keterlibatan mereka dalam program pembangunan akan semakin terarah dan optimal. Sebaliknya, semakin banyak penduduk yang tidak berpendidikan, maka akan semakin menghambat proses pembangunan suatu daerah dan bahkan semakin dekat dengan kemiskinan. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan seseorang

yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat didalam berbagai lingkungan. Individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tidak berpendidikan. Peningkatan dalam pendidikan memberi beberapa manfaat dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan sekaligus dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. (Majid, 2014)

Kondisi kemiskinan pada Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Pendidikan yang ditamatkan, di mana Pendidikan yang ditamatkan adalah ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki oleh penduduk miskin berumur 15 tahun ke atas.

Pengelompokkan pendidikan yang ditamatkan menjadi tiga, yaitu SD ke bawah (tidak mempunyai ijazah), mempunyai ijazah SD atau SMP, dan mempunyai ijazah SMA atau ijazah perguruan tinggi.

Gambar 13 Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

Pada Gambar 13 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan untuk penduduk miskin usia 15 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2017 paling besar pada kelompok Tamat SD/SLTP (54,16%). Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Selatan.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat miskin mengakibatkan rendahnya produktivitas dan kesempatan memperoleh pekerjaan yang layak.

Tabel 7. Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Tingkat Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012-2017 (BPS, 2013-2018)

Dari tabel 7 terlihat bahwa persentase penduduk miskin usia 15 tahun keatas berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013-2017 Provinsi Kalimantan Selatan untuk tingkat pendidikan SD kebawah terlihat menurun sebesar 3,02%, sedangkan untuk SD/SLTP dan SLTA+ terlihat adanya peningkatan (1,16%) dan (1,86%). Hal ini menunjukkan adanya perubahan peningkatan kualitas pendidikan penduduk miskin selama 4 tahun terakhir, melalui bantuan

2015 2016 2017

1 <SD 35,92 33,43 35,15 -3,02

2 SD/SLTP 56,58 54,73 54,16 1,16

3 SLTA+ 7,50 11,84 10,69 1,86

No Kelompok

Pendidikan

Tingkat Pendidikan (% )

Rata-rata Peningkatan

Tingkat Pendidikan

pendidikan berupa beasiswa bagi siswa tidak mampu dan peningkatan sarana dan prasarana belajar oleh pemerintah.

Gambar 14. Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017

Dari Gambar 14 terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk miskin Kabupaten/Kota tahun 2017 diketahui jumlah terbanyak pada kelompok SD/SLTP. Kabupaten yang memiliki tingkat pendidikan SD ke bawah (<SD) terbanyak pada kabupaten Banjar (53,84%), kelompok SD/SLTP terbanyak Kabupaten Hulu Sungai Tengah (67,88%) sedangkan kelompok SLTA dan perguruan tinggi (SLTA +) terbanyak pada kota Banjarmasin (25,89%).

Pemerintah Daerah Provinsi Kalimatan Selatan perlu berperan dalam meningkatkan pendidikan penduduk miskin terutama untuk pendidikan SD ke Bawah dan SD/SLTP dengan menyelenggarakan

program pendidikan informal baik paket A, B dan C untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Kalimantan Selatan terutama untuk penduduk miskin agar mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan keahlian untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka, terlebih dalam menghadapi pasar bebas ASEAN, peningkatan kualitas tenaga kerja mutlak diperlukan agar bursa kerja di Kalimantan Selatan tidak diisi oleh tenaga kerja dari luar negeri karena rendahnya kompetensi dan kelahlian yang dimiliki tenaga kerja lokal.

Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk miskin yang dapat membaca dan menulis kalimat sederhana dalam aksara tertentu, yaitu huruf latin, huruf arab, atau huruf lainnya. Angka Melek Huruf penduduk miskin untuk kelompok umur 24 tahun dan 15-55 tahun dapat dilihat pada tabel 8.

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa pada kelompok umur 15-24 tahun dari tahun 2013-2017 terlihat Angka Melek Huruf Penduduk miskin Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan dari 95,02% tahun 2013 menjadi 100% tahun 2017. Hal ini berarti bahwa seluruh penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Selatan pada kelompok umur 15-24 tahun sudah dapat membaca dan menulis kalimat sederhana dalam aksara tertentu, sedangkan pada kelompok umur 15-55 tahun tahun 2016 sebesar 99,22%. Hal ini berarti bahwa hanya 0,78% penduduk miskin pada kelompok umur

15-55 tahun di Provinsi Kalimantan Selatan yang belum dapat membaca dan menulis kalimat sederhana dalam aksara tertentu.

Angka Melek Huruf penduduk miskin pada kabupaten/kota di tahun 2017 untuk usia 15-24 tahun sudah semua melek huruf, sedangkan usia 15-55 tahun masih ada 4 kabupaten/kota yang belum 100% melek huruf yaitu Kabupaten Kotabaru, Banjar, Balangan dan Kota Banjarbaru.

Tabel 8. Persentase Angka Melek Huruf Penduduk Miskin dan Golongan Umur Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013-2017 (BPS, 2014-2018)

15-24 th 15-55 th 15-24 th 15-55 th 15-24 th 15-55 th 15-24 th 15-55 th 15-24 th 15-55 th 1 Tanah Laut 100,00 91,74 100,00 100,00 100,00 98,35 100,00 98,88 100,00 100,00 2 Kotabaru 84,01 92,75 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 96,59

3 Banjar 90,62 91,05 100,00 97,47 100,00 96,73 100,00 100,00 100,00 97,49

4 Barito Kuala 100,00 91,28 100,00 92,84 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 5 Tapin 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 6 Hulu Sungai Selatan 100,00 96,29 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 7 Hulu Sungai Tengah 100,00 98,00 100,00 96,26 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 8 Hulu Sungai Utara 89,50 96,58 100,00 96,80 100,00 96,34 100,00 100,00 100,00 100,00 9 Tabalong 92,90 95,68 100,00 100,00 100,00 97,69 100,00 100,00 100,00 100,00 10 Tanah Bumbu 100,00 96,98 100,00 96,58 100,00 97,30 100,00 100,00 100,00 100,00

11 Balangan 100,00 81,78 100,00 98,83 100,00 98,04 100,00 98,27 100,00 98,27

12 Banjarmasin 91,53 88,80 100,00 96,57 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 13 Banjarbaru 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 95,17

95,02 93,58 100,00 97,84 100,00 98,72 100,00 99,85 100,00 99,22 Kalimantan Selatan

2017 (% )

2013 (% ) 2014 (% ) 2015 (% ) 2016 (% )

No Kabupaten/Kota

Ukuran keberhasilan pendidikan lainnya adalah Angka Partisipasi Sekolah yang menunjukkan partisipasi sekolah penduduk yang bersekolah. Angka Partisipasi Sekolah adalah proporsi dari penduduk miskin yang masih bersekolah, di mana angka partisipasi sekolah penduduk miskin pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun dapat digunakan untuk memantau pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun diantara penduduk miskin berusia sekolah.

(BPS, 2018).

Pada Tabel 9 Angka Partisipasi Sekolah penduduk miskin yang masih bersekolah pada kelompok umur 7-12 tahun di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013-2017 mengalami peningkatan yaitu 92,66% tahun 2012 menjadi 98,21 tahun 2017, sedangkan pada kelompok umur 13-15 tahun dari tahun 2013-2017 yaitu 69,83%

meningkat menjadi 88,18%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan terhadap partisipasi sekolah terutama pada anak-anak penduduk miskin, serta semakin baiknya sarana dan prasarana pendidikan akibat besarnya alokasi dana untuk pendidikan Kalimantan Selatan, sehingga penduduk Kalimantan Selatan semakin mudah mengakses sentra-sentra pendidikan.

Angka partisipasi Sekolah pada Kabupaten/Kota pada kelompok umur 7-12 tahun pada tahun 2017 hanya ada 2 kabupaten yang belum mencapai 100% yaitu kabupaten Tanah Laut (88,52%) dan Banjar (85,94%), sedangkan untuk usia 13-15 tahun terdapat 3

Dokumen terkait