• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Kondisi Kemiskinan Di Provinsi Kalimantan Selatan

Gambar 4 Tingkat Kemiskinan Provinsi di Indonesia Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

Walaupun tingkat kemiskinan rendah, akan tetapi jika dilihat dari tingkat ketimpangan pendapatan (Gini Ratio) Provinsi Kalimantan Selatan berada di posisi ke 19 (Gambar 5), bahkan dalam lingkup regional Kalimantan posisi tingkat ketimpangan kalimantan selatan lebih tinggi dibandingkan 4 provinsi lainnya. Tingkat ketimpangan pengeluaran antara orang kaya dan miskin sangat lebar maka selain memperkecil tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan oleh pemerintah juga harus dapat mengurangi kesenjangan pengeluaran antar penduduk miskin yang makin jauh dari garis kemiskinan dan makin menyebar.

Gambar 5. Gini Ratio Provinsi di Indonesia Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

b.2 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin Provinsi Kalimantan Selatan

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan, di mana garis kemiskinan dihitung berdasarkan pada ukuran pendapatan, di mana batas kemiskinan dihitung dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bahan makanan seseorang dapat hidup dengan layak.

0,391

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400 0,450 0,500

DI Yogyakarta Sulawesi Selatan Jawa Timur DKI Jakarta Gorontalo Sulawesi Tenggara Papua Sulawesi Utara Jawa Barat Papua Barat Banten Bali Nusa Tenggara… Sumatera Selatan Jawa Tengah Kep. Riau Nusa Tenggara… Bengkulu Kalimantan Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sumatera Utara Jambi Lampung Kalimantan Timur Maluku Utara Aceh Kalimantan Barat Kalimantan Riau Maluku Kalimantan Utara Sumatera Barat Kep. Bangka…

Provinsi Nasional

Gambar 6. Perkembangan Garis Kemiskinan Kalimantan Selatan dan Nasional Tahun 2011-2017 (BPS, 2018 (diolah)

Garis kemiskinan Kalimantan Selatan dan Nasional mengalami peningkatan dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (Gambar 6), dimana garis kemiskinan Nasional pada tahun 2011 sebesar Rp. 243.387,- mengalami kenaikan di tahun 2017 menjadi Rp. 385.953,- perkapita per bulan. Hal ini berarti bahwa di tahun 2017 pendapatan per kapita minimal seorang penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dasar agar dapat hidup layak sebesar Rp. 385.953,- per bulan atau Rp. 12.865,- per hari.

Garis Kemiskinan Kalimantan Selatan dari tahun 2011-2017 mengalami kenaikan (Gambar 6) dari Rp. 249.487,-perkapita per bulan tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 421.087,- per bulan di tahun 2017. Hal ini berarti di tahun 2017 seorang penduduk Kalimantan Selatan dikatakan miskin apabila

pengeluaran/pendapatannya kurang dari Rp. 421.087,- per bulan atau Rp. 14.036,- per hari. Apabila seorang kepala rumah tangga (KRT) memiliki dua anak dan satu istri, maka pendapatan minimal agar ia dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk dia dan keluarganya adalah Rp. 1.684.348,- per bulan atau Rp. 56.145,- per hari, sedangkan untuk tahun 2011, satu rumah tangga dengan empat anggota rumah tangga (ART) agar kebutuhan dasar terpenuhi minimal harus memiliki pendapatan Rp. 997.948,- per bulan atau Rp. 33.265,- per hari.

Berdasarkan data diatas, maka garis kemiskinan baik Nasional (Rp. 12.865,- per hari) maupun provinsi Kalimantan Selatan ( Rp. 14.036,- per hari) tahun 2017 berada dibawah standar BPS yaitu US$1,7 perorang perhari. Hal ini berarti pendapatan masyarakat miskin masih sangat jauh dibawah standar garis kemiskinan bahkan belum mencapai US$ 1 perorang perhari.

Garis kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 pada Gambar 7 terlihat bahwa Garis kemiskinan tertinggi pada Kota Banjarbaru (Rp.539.608,-) dan Kota Banjarmasin (Rp.445.428,-), hal ini berarti kedua kota tersebut memiliki pendapatan minimal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Sedangkan kabupaten yang memiliki garis

kemiskinan paling rendah adalah kabupaten Barito Kuala (Rp.291.285,-).

Gambar 7 Garis Kemiskinan (Rupiah) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah).

Penduduk Miskin di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan data dari BPS dalam Gambar 8 terlihat bahwa perkembangan tingkat kemiskinan dari tahun 2011-2017 mengalami tren fluktuatif di mana tahun 2011-2013 mengalami penurunan (5,29% ke 4,76%), kemudian tahun 2014 kenaikan (4,81%) dan kembali menurun tahun 2015-2016, akan tetapi tahun 2017 kembali mengalami kenaikan tingkat kemiskinan yaitu 4,7%.

Sementara itu sebaran penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2011-2017 seperti halnya dengan tingkat kemiskinan juga cenderung fluktuatif, dimana tahun 2011-2013 mengalami penurunan (194.620 jiwa menjadi 183.270 jiwa). Tahun

2014 terjadi kenaikan jumlah penduduk, dan kembali tahun 2015-2016 mengalami penurunan jumlah penduduk miskin, dan tahun 2017 kembali meningkat (194.560 jiwa). Hal ini hampir sama dengan jumlah penduduk miskin tahun 2011. Jika dilihat dari pertambahan jumlah penduduk Kalimantan Selatan Tahun 2011 (3.714.340 Jiwa) hingga tahun 2017 (4.119.794 Jiwa) terjadi pertambahan penduduk sebesar 405.454 Jiwa.

Gambar 8 Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011-2017 (BPS, 2012-2018 (diolah)

Pertambahan jumlah penduduk juga mempunyai peranan penting dalam mengurangi jumlah penduduk miskin. Penelitian Sari

& Natha (2016) bahwa pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali, di mana pertumbuhan penduduk berbanding lurus terhadap kemiskinan, artinya semakin besar pertumbuhan penduduknya

194.620

189.210

183.270

189.500

198.160

184.160

194.560 5,29

5,01

4,76 4,81

4,72

4,52 4,70

4,00 4,20 4,40 4,60 4,80 5,00 5,20 5,40

175.000 180.000 185.000 190.000 195.000 200.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Penduduk Miskin Tingkat Kemiskinan

maka semakin besar pula jumlah masyarakat miskin, karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka kemiskinan. (Sari &

Natha, 2016)

Tingkat kemiskinan menurut kabupaten/kota tahun 2017 (Gambar 9) terlihat bahwa tingkat kemiskinan terendah pada kabupaten Banjar (2,96%) dan tertinggi pada Kabupaten Hulu Sungai Utara (6,65%), di mana Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan satu-satunya kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang termasuk dalam daerah tertinggal Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 yang berjumlah 122 kabupaten.

Gambar 9 Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

Berdasarkan jumlah penduduk miskin terendah ada di kabupaten Tapin (7.010 Jiwa) dan penduduk miskin terbanyak ada pada Kota Banjarmasin (28.930 Jiwa), di mana Kota Banjarmasin dulu merupakan pusat pemerintahan dan kota perdagangan sehingga memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kalimantan Selatan.

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun 2011-2017 cenderung fluktuatif. Rata-rata penurunan tingkat kemiskinan pertahun Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,10%, sedangkan kabupaten/kota memiliki tingkat kemiskinan paling rendah yaitu Kabupaten Banjar (2,96%), hanya mampu menurunkan tingkat kemiskinan 0,04% pertahun. Berbeda dengan kabupaten Tapin (3,77%) yang juga memiliki tingkat kemiskinan relatif rendah tetapi mampu menurunkan kemiskinan 0,25 pertahun.

Tingkat kemiskinan tertinggi pada kabupaten Hulu Sungai Utara (6,65%), namun mampu menurunkan tingkat kemiskinan pertahun sebesar 0,11%. Jika dibandingkan dengan dua kabupaten yang juga memiliki tingkat kemiskinan diatas 6% yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah (6,09%) dan Tabalong (6,09%) hanya mampu menurunkan 0,02% pertahun.

Tabel 4. Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2011-2017 (BPS, 2012-2018)

b.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah atau persentase penduduk miskin. Namun, perlu dilihat Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1/Poverty Gap Index) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Gap Index). Selain memperkecil tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga harus dapat mengurangi Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan (BPS, 2018).

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1/Poverty Gap Index) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk terhadap garis kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan melihat seberapa miskin orang itu, semakin tinggi nilai

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Tanah Laut 4,85 4,55 4,33 4,38 4,58 4,65 4,60 -0,04

Kotabaru 5,18 4,85 4,73 4,76 4,62 4,56 4,38 -0,13

Banjar 3,17 2,97 2,84 2,87 3,26 3,10 2,96 -0,04

Barito Kuala 5,41 5,12 5,12 5,19 5,37 5,22 5,68 0,04

Tapin 5,29 4,99 3,41 3,63 3,88 3,70 3,77 -0,25

Hulu Sungai Selatan 7,25 6,90 6,67 4,77 6,45 6,29 5,80 -0,24 Hulu Sungai Tengah 5,98 5,68 5,57 5,65 5,81 6,18 6,09 0,02 Hulu Sungai Utara 7,31 6,94 6,92 7,00 7,07 6,76 6,65 -0,11

Tabalong 6,22 5,83 6,15 6,21 6,59 6,35 6,09 -0,02

Tanah Bumbu 6,17 5,47 5,2 5,21 5,55 5,27 4,99 -0,20

Balangan 7,31 6,85 6,17 6,29 5,87 5,67 5,68 -0,27

Banjarmasin 4,77 4,51 4,21 4,27 4,44 4,22 4,19 -0,10 Banjarbaru 5,68 5,16 4,50 4,35 4,90 4,62 4,68 -0,17 Kalimantan Selatan 5,29 5,01 4,76 4,81 4,72 4,52 4,70 -0,10

Tingkat Kemiskinan (% ) Rata-rata pengurangan

kemiskinan pertahun Kabupaten/Kota

indeks kedalaman kemiskinan, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan. Sumber data yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Naisonal (Susenas). Rumus penghitungan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) :

Dimana:

α = 1

z = Garis kemiskinan

yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i= 1, 2, 3,...q) yi < z

q = Banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan n = jumlah penduduk

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2/ Poverty Severity Index) merupakan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, semakin tinggi nilai indeks keparahan kemiskinan menunjukkan semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Rumus penghitungan Indesk Keparahan Kemiskinan (P2):

Dimana:

α = 2

z = Garis kemiskinan

yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i= 1, 2, 3,...q) yi < z

q = Banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan n = jumlah penduduk

Gambar 10 menunjukkan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan terlihat fluktuatif. Seperti halnya dengan tingkat kemiskinan yang cenderung juga fluktuatif. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan tingkat kemiskinan tidak selalu diikuti dengan perbaikan kualitas penduduk miskin.

Tahun 2011-2013 indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan mengalami penurunan, tetapi tahun 2014-2015 kembali mengalami kenaikkan. Tahun 2015 indeks kedalaman dan keparahan mengalami kenaikkan yang cukup signifikan dibandingkan tahun 2014, artinya tingkat kemiskinan di Kalimantan Selatan semakin dalam dan parah, karenan berada menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar.

Selama 6 tahun terakhir penurunan indeks kedalam kemiskinan 2011-2017 sebesar 0,07, sedangkan indeks keparahan mengalami penurunan sebesar 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikkan tingkat kemiskinan juga diikuti dengan kesenjangan pengeluaran antar

penduduk miskin yang makin jauh dari garis kemiskinan dan makin menyebar.

Gambar 10 Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011-2017 (BPS, 2012-2018 (diolah)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tiap kabupaten/kota mengalami kenaikan dan penurunan secara fluktiatif tahun 2011-2017 (Tabel 3). Secara rata-rata Indeks kedalaman kemiskinan yang paling rendah pada kabupaten Banjar (0,43) dan Tapin (0,43).

Hal ini seiring dengan rendahnya tingkat kemiskinan di kedua kabupaten tersebut. Hal ini menunjukkan kondisi orang miskin di kabupaten Banjar dan Tapin lebih baik dibandingkan dengan kondisi orang miskin di kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan.

Indeks kedalaman kemiskinan paling besar secara rata-rata adalah kabupaten Hulu Sungai Utara (0,92) dan kabupaten Balangan (0,91). Hal ini juga seiring dengan tingginya tingkat kemiskinan di kedua kabupaten tersebut. Hal ini berarti

0,81 0,76

0,61 0,65

0,98

0,69 0,74

0,20 0,17

0,11 0,15

0,3

0,16 0,17

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan

kesenjangan antara pengeluaran penduduk dengan garis kemiskinan relatif lebar, jarak pendapatan orang miskin dengan batas pendapatan minimal untuk hidup layak cukup jauh, sehingga ini mengindikasikan kondisi kemiskinan yang buruk dikedua wilayah tersebut. (Tabel 5)

Tabel 5. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2011-2017 (BPS, 2012-2018)

Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011-2017 menunjukkan tren fluktuatif. Indeks keparahan kemiskinan paling tinggi pada kabupaten Hulu Sungai Utara (0,28), kota Banjarmasin (0,25), Kotabaru (0,23). dan Tabalong (0,23). Hal ini menunjukkan semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin, dan distribusi pendapatan antar penduduk yang semakin tidak merata. (tabel 6).

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Tanah Laut 0,68 0,49 0,44 0,47 0,76 0,64 0,71 0,60

Kotabaru 0,46 0,4 0,85 0,91 0,68 0,62 0,76 0,67

Banjar 0,44 0,34 0,59 0,63 0,35 0,32 0,31 0,43

Barito Kuala 0,75 0,89 0,47 0,51 0,99 0,57 0,76 0,71

Tapin 0,68 0,48 0,34 0,37 0,46 0,25 0,40 0,43

Hulu Sungai Selatan 1,02 0,72 0,87 0,93 0,61 0,88 0,70 0,82 Hulu Sungai Tengah 0,75 0,66 0,76 0,81 0,76 0,62 0,83 0,74 Hulu Sungai Utara 0,98 0,89 0,67 0,72 1,13 0,83 1,22 0,92

Tabalong 0,71 1,01 0,61 0,65 0,79 0,92 0,95 0,81

Tanah Bumbu 1,18 0,64 0,77 0,83 0,66 1,07 0,64 0,83

Balangan 1,1 1,13 0,84 0,91 0,84 0,78 0,80 0,91

Banjarmasin 0,45 0,82 0,51 0,55 0,65 0,57 0,84 0,63 Banjarbaru 0,79 0,48 0,34 0,36 0,52 0,66 0,66 0,54 Kalimantan Selatan 0,81 0,76 0,61 0,65 0,98 0,69 0,74 0,75

Kabupaten/Kota

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Rata-rata Kedalaman Kemiskinan

Tabel 6. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2011-2017 (BPS, 2012-2018)

Angka indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan P2 yang besar menunjukkan buruknya kondisi kemiskinan di suatu wilayah. Kedua Indeks ini tentunya akan membantu pemerintah dalam pengambilan kebijakan, karena selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Berdasarkan dari data yang ada maka dibuat prioritas wilayah kemiskinan dari indeks kedalaman dan indeks keparahan dengan tingkat kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut:

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Tanah Laut 0,17 0,07 0,09 0,11 0,18 0,16 0,15 0,13

Kotabaru 0,06 0,06 0,22 0,29 0,17 0,11 0,23 0,16

Banjar 0,1 0,08 0,17 0,23 0,06 0,07 0,05 0,11

Barito Kuala 0,16 0,23 0,08 0,11 0,35 0,10 0,22 0,18

Tapin 0,13 0,08 0,05 0,06 0,08 0,03 0,08 0,07

Hulu Sungai Selatan 0,23 0,13 0,17 0,23 0,09 0,21 0,14 0,17 Hulu Sungai Tengah 0,21 0,10 0,17 0,23 0,15 0,10 0,15 0,16 Hulu Sungai Utara 0,22 0,29 0,11 0,14 0,29 0,17 0,28 0,21

Tabalong 0,16 0,27 0,09 0,12 0,13 0,24 0,23 0,18

Tanah Bumbu 0,33 0,13 0,19 0,25 0,13 0,31 0,11 0,21

Balangan 0,24 0,32 0,23 0,30 0,22 0,18 0,16 0,24

Banjarmasin 0,07 0,21 0,11 0,15 0,15 0,13 0,25 0,15

Banjarbaru 0,2 0,08 0,04 0,05 0,10 0,15 0,14 0,11

Kalimantan Selatan 0,20 0,17 0,11 0,15 0,3 0,16 0,17 0,18 Kabupaten/Kota

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Rata-rata Keparahan Kemiskinan

Gambar 11 Prioritas Wilayah berdasarkan tingkat kemiskinan dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah).

Gambar 12 Prioritas Wilayah berdasarkan tingkat kemiskinan dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah).

Kotabaru Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong

Balangan Barito Kuala

Banjarmasin

Tanah Laut

Banjar Tapin

Tanah Bumbu

Banjarbaru Hulu Sungai Selatan

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40

- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

Indeks Kedalaman

Tingkat Kemiskinan

PRIORITAS PRIORITAS 1

2

PRIORITAS 4 PRIORITAS

3

Barito Kuala

Hulu Sungai Utara Tabalong Kotabaru

Banjarmasin

Tanah Laut

Banjar Tapin

Tanah Bumbu Banjarbaru

Hulu Sungai Selatan

Hulu Sungai Tengah Balangan

0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35

- 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

Indeks Keparahan

Tingkat Kemiskinan PRIORITAS

2

PRIORITAS

3 PRIORITAS

4 PRIORITAS

1

Dari Gambar 11 dan 12 diketahui tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan prioritas wilayah dari Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang menempati prioritas wilayah 1 yaitu dari segi tingkat kedalaman kabupaten Hulu Sungai Utara, Tabalong, Barito Kuala, Hulu Sungai Tengah dan Balangan, sedangkan dari tingkat keparahan untuk prioritas wilayah 1 adalah kabupaten Hulu Sungai Utara, Tabalong dan Barito Kuala.

Berdasarkan data tersebut dapat menjadi prioritas pemerintah dalam upaya mempercepat penurunan tingkat kemiskinan pada kantong-kantong kemiskinan di wilayah-wilayah tersebut.

b.4 Pendidikan Penduduk Miskin di Provinsi Kalimantan Selatan

Pendidikan merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah dan negara. Daerah yang memiliki penduduk yang berpendidikan tinggi akan memiliki modal yang besar untuk melaksanakan pembangunan dengan maksimal, karena semakin tinggi pendidikan masyarakat, maka keterlibatan mereka dalam program pembangunan akan semakin terarah dan optimal. Sebaliknya, semakin banyak penduduk yang tidak berpendidikan, maka akan semakin menghambat proses pembangunan suatu daerah dan bahkan semakin dekat dengan kemiskinan. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan seseorang

yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat didalam berbagai lingkungan. Individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tidak berpendidikan. Peningkatan dalam pendidikan memberi beberapa manfaat dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan sekaligus dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. (Majid, 2014)

Kondisi kemiskinan pada Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Pendidikan yang ditamatkan, di mana Pendidikan yang ditamatkan adalah ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki oleh penduduk miskin berumur 15 tahun ke atas.

Pengelompokkan pendidikan yang ditamatkan menjadi tiga, yaitu SD ke bawah (tidak mempunyai ijazah), mempunyai ijazah SD atau SMP, dan mempunyai ijazah SMA atau ijazah perguruan tinggi.

Gambar 13 Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

Pada Gambar 13 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan untuk penduduk miskin usia 15 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2017 paling besar pada kelompok Tamat SD/SLTP (54,16%). Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Selatan.

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat miskin mengakibatkan rendahnya produktivitas dan kesempatan memperoleh pekerjaan yang layak.

Tabel 7. Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Tingkat Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012-2017 (BPS, 2013-2018)

Dari tabel 7 terlihat bahwa persentase penduduk miskin usia 15 tahun keatas berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013-2017 Provinsi Kalimantan Selatan untuk tingkat pendidikan SD kebawah terlihat menurun sebesar 3,02%, sedangkan untuk SD/SLTP dan SLTA+ terlihat adanya peningkatan (1,16%) dan (1,86%). Hal ini menunjukkan adanya perubahan peningkatan kualitas pendidikan penduduk miskin selama 4 tahun terakhir, melalui bantuan

2015 2016 2017

1 <SD 35,92 33,43 35,15 -3,02

2 SD/SLTP 56,58 54,73 54,16 1,16

3 SLTA+ 7,50 11,84 10,69 1,86

No Kelompok

Pendidikan

Tingkat Pendidikan (% )

Rata-rata Peningkatan

Tingkat Pendidikan

pendidikan berupa beasiswa bagi siswa tidak mampu dan peningkatan sarana dan prasarana belajar oleh pemerintah.

Gambar 14. Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017

Dari Gambar 14 terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk miskin Kabupaten/Kota tahun 2017 diketahui jumlah terbanyak pada kelompok SD/SLTP. Kabupaten yang memiliki tingkat pendidikan SD ke bawah (<SD) terbanyak pada kabupaten Banjar (53,84%), kelompok SD/SLTP terbanyak Kabupaten Hulu Sungai Tengah (67,88%) sedangkan kelompok SLTA dan perguruan tinggi (SLTA +) terbanyak pada kota Banjarmasin (25,89%).

Pemerintah Daerah Provinsi Kalimatan Selatan perlu berperan dalam meningkatkan pendidikan penduduk miskin terutama untuk pendidikan SD ke Bawah dan SD/SLTP dengan menyelenggarakan

program pendidikan informal baik paket A, B dan C untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Kalimantan Selatan terutama untuk penduduk miskin agar mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan keahlian untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka, terlebih dalam menghadapi pasar bebas ASEAN, peningkatan kualitas tenaga kerja mutlak diperlukan agar bursa kerja di Kalimantan Selatan tidak diisi oleh tenaga kerja dari luar negeri karena rendahnya kompetensi dan kelahlian yang dimiliki tenaga kerja lokal.

Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk miskin yang dapat membaca dan menulis kalimat sederhana dalam aksara tertentu, yaitu huruf latin, huruf arab, atau huruf lainnya. Angka Melek Huruf penduduk miskin untuk kelompok umur 24 tahun dan 15-55 tahun dapat dilihat pada tabel 8.

Berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa pada kelompok umur 15-24 tahun dari tahun 2013-2017 terlihat Angka Melek Huruf Penduduk miskin Provinsi Kalimantan Selatan mengalami peningkatan dari 95,02% tahun 2013 menjadi 100% tahun 2017. Hal ini berarti bahwa seluruh penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Selatan pada kelompok umur 15-24 tahun sudah dapat membaca dan menulis kalimat sederhana dalam aksara tertentu, sedangkan pada kelompok umur 15-55 tahun tahun 2016 sebesar 99,22%. Hal ini berarti bahwa hanya 0,78% penduduk miskin pada kelompok umur

15-55 tahun di Provinsi Kalimantan Selatan yang belum dapat membaca dan menulis kalimat sederhana dalam aksara tertentu.

Angka Melek Huruf penduduk miskin pada kabupaten/kota di tahun 2017 untuk usia 15-24 tahun sudah semua melek huruf, sedangkan usia 15-55 tahun masih ada 4 kabupaten/kota yang belum 100% melek huruf yaitu Kabupaten Kotabaru, Banjar, Balangan dan Kota Banjarbaru.

Tabel 8. Persentase Angka Melek Huruf Penduduk Miskin dan Golongan Umur Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013-2017 (BPS, 2014-2018)

15-24 th 15-55 th 15-24 th 15-55 th 15-24 th 15-55 th 15-24 th 15-55 th 15-24 th 15-55 th 1 Tanah Laut 100,00 91,74 100,00 100,00 100,00 98,35 100,00 98,88 100,00 100,00 2 Kotabaru 84,01 92,75 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 96,59

3 Banjar 90,62 91,05 100,00 97,47 100,00 96,73 100,00 100,00 100,00 97,49

4 Barito Kuala 100,00 91,28 100,00 92,84 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 5 Tapin 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 6 Hulu Sungai Selatan 100,00 96,29 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 7 Hulu Sungai Tengah 100,00 98,00 100,00 96,26 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 8 Hulu Sungai Utara 89,50 96,58 100,00 96,80 100,00 96,34 100,00 100,00 100,00 100,00 9 Tabalong 92,90 95,68 100,00 100,00 100,00 97,69 100,00 100,00 100,00 100,00 10 Tanah Bumbu 100,00 96,98 100,00 96,58 100,00 97,30 100,00 100,00 100,00 100,00

11 Balangan 100,00 81,78 100,00 98,83 100,00 98,04 100,00 98,27 100,00 98,27

12 Banjarmasin 91,53 88,80 100,00 96,57 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 13 Banjarbaru 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 95,17

95,02 93,58 100,00 97,84 100,00 98,72 100,00 99,85 100,00 99,22 Kalimantan Selatan

2017 (% )

2013 (% ) 2014 (% ) 2015 (% ) 2016 (% )

No Kabupaten/Kota

Ukuran keberhasilan pendidikan lainnya adalah Angka Partisipasi Sekolah yang menunjukkan partisipasi sekolah penduduk yang bersekolah. Angka Partisipasi Sekolah adalah proporsi dari penduduk miskin yang masih bersekolah, di mana angka partisipasi sekolah penduduk miskin pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun dapat digunakan untuk memantau pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun diantara penduduk miskin berusia sekolah.

(BPS, 2018).

Pada Tabel 9 Angka Partisipasi Sekolah penduduk miskin yang masih bersekolah pada kelompok umur 7-12 tahun di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013-2017 mengalami peningkatan yaitu 92,66% tahun 2012 menjadi 98,21 tahun 2017, sedangkan pada kelompok umur 13-15 tahun dari tahun 2013-2017 yaitu 69,83%

meningkat menjadi 88,18%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan terhadap partisipasi sekolah terutama pada anak-anak penduduk miskin, serta semakin baiknya sarana dan prasarana pendidikan akibat besarnya alokasi dana untuk pendidikan Kalimantan Selatan, sehingga penduduk Kalimantan Selatan semakin mudah mengakses sentra-sentra pendidikan.

Angka partisipasi Sekolah pada Kabupaten/Kota pada kelompok umur 7-12 tahun pada tahun 2017 hanya ada 2 kabupaten yang belum mencapai 100% yaitu kabupaten Tanah Laut (88,52%) dan Banjar (85,94%), sedangkan untuk usia 13-15 tahun terdapat 3

kabupaten yang sudah mencapai 100% yaitu kabupaten Tanah Laut, Banjar dan Hulu Sungai Utara. Pada Kelompok Umur 7-12 tahun hanya kabupaten Barito Kuala dan Banjarbaru yang belum mencapai 100%, sedangkan pada kelompok umur 13-15 tahun sudah ada 7 kabupaten yang mencapai 100%. Kabupaten yang memiliki angka partisipasi sekolah yang paling rendah ada pada Kota Banjarmasin (43,15%).

Tabel 9. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Miskin dan Golongan Umur Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013-2017 (BPS, 2014-2018)

7-12 th 13-15 th 7-12 th 13-15 th 7-12 th 13-15 th 7-12 th 13-15 th 7-12 th 13-15 th

1 Tanah Laut 92,62 48,29 100,00 76,71 100,00 100,00 100,00 100,00 88,52 82,50

2 Kotabaru 85,76 21,99 95,02 69,21 100,00 60,57 100,00 100,00 100,00 100,00

3 Banjar 100,00 48,57 100,00 65,41 100,00 100,00 100,00 60,43 85,94 100,00

4 Barito Kuala 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 92,95 95,98 100,00 100,00

5 Tapin 100,00 100,00 100,00 87,14 100,00 100,00 100,00 61,91 100,00 0,00

6 Hulu Sungai Selatan 93,35 0,00 100,00 100,00 100,00 42,95 100,00 76,99 100,00 80,49 7 Hulu Sungai Tengah 100,00 49,60 100,00 76,05 100,00 44,37 100,00 77,17 100,00 77,39 8 Hulu Sungai Utara 92,61 63,73 100,00 84,43 100,00 89,66 100,00 100,00 100,00 100,00

9 Tabalong 82,35 83,00 100,00 87,03 100,00 81,57 100,00 81,66 100,00 100,00

10 Tanah Bumbu 100,00 94,63 100,00 73,25 96,34 91,15 100,00 84,35 100,00 100,00

11 Balangan 100,00 56,03 91,77 71,33 92,90 100,00 100,00 66,92 100,00 83,35

12 Banjarmasin 81,56 87,06 100,00 74,77 94,50 75,76 100,00 34,57 100,00 43,15

13 Banjarbaru 100,00 100,00 100,00 66,39 100,00 95,81 96,19 68,79 100,00 100,00

92,66 69,83 99,24 80,74 98,24 80,51 99,25 75,00 98,21 88,18 Kalimantan Selatan

No Kabupaten/Kota 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) 2016 (%) 2017 (%)

b.5 Ketenagakerjaan Penduduk Miskin di Provinsi Kalimantan Selatan

Menurut BPS bekerja adalah kegiatan penduduk miskin dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan yang dilakukan paling sedikit selama satu jam berturut-turut dalam seminggu terakhir. Bekerja menurut BPS terbagi dalam 5 kelompok yaitu:

1) Bekerja di sektor informal adalah penduduk miskin yang mempunyai status/kedudukan dalam pekerjaan utamanya adalah berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas atau pekerja keluarga/tidak dibayar.

2) Bekerja di sektor formal adalah penduduk miskin yang mempunyai status/kedudukan dalam pekerjaan utamanya adalah bekerja dibantu buruh tetap/buruh dibayar atau buruh/karyawan/pegawai

3) Bekerja di sektor pertanian adalah penduduk miskin yang bekerja di sektor pertanian tanaman padi dan palawija, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertanian lainnya.

4) Bekerja di sektor bukan pertanian adalah penduduk miskin yang bekerja selain di sektor pertanian, seperti pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan gas,

konstruksi/bangunan, perdagangan, hotel dan rumah makan, transportasi, keuangan, jasa atau lainnya.

5) Tidak bekerja adalah penduduk miskin yang menjadi pencari pekerjaan/menganggur dan bukan angkatan kerja (penduduk miskin yang tidak bekerja maupun tidak mencari pekerjaan).

Gambar 15 Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Status Bekerja di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

Penduduk miskin usia 15 tahun ke atas berdasarkan status bekerja di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (Gambar 15) terlihat bahwa sebagian besar penduduk miskin dengan status bekerja di sektor Informal (46,26%), dan masih banyak penduduk miskin dengan status tidak bekerja (37,73%). Penduduk miskin yang tidak bekerja, sangat jelas bahwa kemiskinannya disebabkan ketiadaan pekerjaan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang utama, sedangkan penduduk miskin yang bekerja dimana pekerjaan

yang dimilikinya tidak mampu memberikan penghasilan yang memadai untuk mencukupi kebutuhan hidupnya secara layak. (Fahar, 2015)

Tabel 10. Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Status Bekerja di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013-2017 (BPS, 2014-2018)

Dari tabel 10, diketahui bahwa persentase penduduk miskin usia 15 tahun ke atas berdasarkan status bekerja Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013-2017 terlihat adanya peningkatan penduduk miskin yang tidak bekerja sebesar 1,21%. Hal ini berarti penduduk miskin di Kalimantan Selatan banyak yang belum mempunyai pekerjaan dan adanya peningkatan pengangguran sebesar 1,21%

berpotensi dalam meningkatkan tingkat kemiskinan. Kondisi ini sangat mungkin terkait dengan rendahnya kualifikasi mereka seperti pendidikan, modal dan keterampilan sehingga tidak mampu bersaing di sektor formal.

Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah dalam meningkatkan akses lapangan pekerjaan terutama bagi penduduk

2013 2014 2015 2016 2017

1 Tidak Bekerja 36,52 32,76 36,62 37,08 37,73 1,21 2 Bekerja di Sektor Informal 50,44 53,17 49,81 46,86 46,26 -4,18 3 Bekerja di Sektor Formal 13,04 14,06 13,58 16,06 16,03 2,99 No Status Bekerja Status Bekerja Penduduk Miskin (%) Rata-rata

Peningkatan Status Bekerja

miskin. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap dalam dunia kerja seyogyanya dapat berkontribusi untuk menurunkan kemiskinan apalagi jika diikuti dengan meningkatnya kualitas tenaga kerja. (Fahar, 2015)

Gambar 16 Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Status Bekerja di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

Gambar 16 menunjukkan bahwa penduduk miskin menurut kabupaten/kota dari status bekerja pada tahun 2017 terlihat bahwa kelompok terbanyak pada status bekerja di sektor informal dengan persentase terbanyak pada kabupaten Balangan (73,40%), kemudian pada kelompok status tidak bekerja paling banyak pada kabupaten Tanah Laut (48,27%) dan pada kelompok sektor formal terbanyak pada Kota Banjarmasin (33,48%).

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

48,27 44,16 35,60

25,01 36,92 31,47 31,2538,64 29,10

43,40 23,04

45,8345,82 41,61 48,95

42,40 58,14

60,47 53,2167,68

47,06 69,61 29,63

73,88

20,69 29,27 10,12 6,89 22,00 16,85 2,61 15,32 1,07 14,30 1,29 26,97 3,08 33,48 24,91

Tidak Bekerja Bekerja di Sektor Informal Bekerja di Sektor Formal

Penduduk miskin usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian dan non pertanian di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013-2017 (Gambar 17) diketahui penduduk miskin yang bekerja di sektor pertanian selama 4 tahun terakhir terlihat mengalami penurunan sebesar 1,84% (33,99% menjadi 32,15%), sedangkan penduduk miskin yang bekerja di sektor non pertanian mengalami kenaikan sebesar 0,62% (29,50% menjadi 30,12%).

Gambar 17 Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Status Bekerja Pertanian dan Non Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013-2017 (BPS 2014-2018 (diolah)

Berdasarkan Gambar 17 diketahui bahwa penduduk miskin usia 15 tahun ke atas lebih banyak bekerja di sektor pertanian, akan tetapi seiring berjalannya waktu dan arus globalisasi terjadi perubahan dan pergeseran, di mana banyak penduduk miskin yang berpindah pekerjaan dari sektor pertanian ke bukan sektor pertanian. Hal ini

2013 2014 2015 2016 2017

Tidak Bekerja 36,52 32,76 36,62 37,08 37,73

Bekerja di Sektor

Pertanian 33,99 36,30 34,30 32,36 32,15

Bekerja di Sektor Bukan

Pertanian 29,50 30,94 29,08 30,56 30,12

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00

ditandai dengan berkurangnya penduduk miskin yang bekerja di sektor pertanian dan meningkatnya penduduk miskin yang bekerja di bukan sektor pertanian.

Menurut Kabupaten/kota penduduk miskin usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian (gambar 18) terbanyak pada kabupaten Balangan (67,92%) dan terendah di kota Banjarmasin (0%). Penduduk miskin usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor bukan pertanian untuk kabupaten/kota yang terbanyak ada pada kota Banjarmasin (54,17%) dan terendah pada kabupaten Tabalong (7,27%).

Gambar 18 Persentase Penduduk Miskin Usia 15 Tahun ke Atas Berdasarkan Status Bekerja Pertanian dan Non Pertanian Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 (BPS, 2018 (diolah)

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

29,6529,45 31,44

54,8950,66 37,94

54,87 22,48

63,63

14,77 67,92

0,0011,01 22,0826,39 32,9620,1012,4230,5913,8838,887,27 41,83 9,04 54,17 43,17

Persentase

Tidak Bekerja Bekerja di Sektor Pertanian Bekerja di Sektor Bukan Pertanian

Dokumen terkait