• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Konsumen terhadap Produk Magnum Setelah Adanya Isu Lemak Bab

TERHADAP KEAMANAN PANGAN PRODUK ES KRIM MAGNUM

5.8 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Konsumen terhadap Produk Magnum Setelah Adanya Isu Lemak Bab

Penelitian ini dalam pengolahan datanya menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk es krim Magnum setelah adanya isu lemak babi. Penggunaan model logistik pada penelitian ini disebabkan peubah yang digunakan bersifat kategorik, yaitu persepsi baik (2) dan persepsi tidak baik (1). Pada penelitian ini model logistik digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi.

Model logit untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi dengan variabel tak bebas (Y) yang menjadi pilihan konsumen, yaitu persepsi baik (1) atau persepsi buruk (0). Berdasarkan literatur terdahulu dan pertimbangan kenyataan pada lokasi penelitian, terdapat enam variabel bebas yang diduga mempengaruhi keputusan Konsumen untuk berpandangan atau berpersepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Keenam variabel bebas tersebut adalah Usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, pengeluaran, tingkat pengetahuan terhadap produk Magnum, Tingkat pengetahuan terhadap label dan makanan halal. Variabel ke satu sampai empat mewakili faktor karakteristik konsumen dan variabel ke lima dan enam mewakili faktor lingkungan.

Hasil dugaan model logistik menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 85 persen (α=0,15) nilai statistik G sebesar 7,808 yang signifikan

pada α=0,452 (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan model tersebut cukup baik, artinya paling sedikit terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh nyata (nilai koefisien tidak sama dengan nol) terhadap tingkat persepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi.

Persentase kebenaran model menduga persepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi adalah sebesar 63,95 persen (Lampiran 4). Hal ini berarti bahwa terdapat kesalahan sebesar 36,04 persen dalam menduga tingkat

75 persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi dengan menggunakan variabel-variabel bebas (variabel X) yang telah disebutkan diatas. Nilai koefisien pada output regresi logistik menunjukkan bagaimana pengaruh variabel bebas tersebut terhadap variabel tak bebas (Y), Y=1. Jika nilai koefisiennya negatif menunjukkan kemungkinan keputusan Y=1 berkurang atau punya pengaruh negatif terhadap Y=1. Sedangkan jika koefisiennya positif, peluang untuk keputusan Y=1, lebih besar atau punya pengaruh positif terhadap keputusan. Data masing-masing konsumen untuk tiap-tiap variabel dalam regresi logistik terdapat pada Lampiran 3. Teknik estimasi parameter yang dipakai adalah teknik Maximum Likelihood Estimate (MLE). Ringkasan hasil estimasi model regresi logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi dengan menggunakan teknik Maximum Likelihood Estimate tampak pada Tabel 27. Adapun beberapa Tabel output regresi logistik SPSS yang penting dapat dilihat pada Lampiran 5.

76 Tabel 27. Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi konsumen untuk Memiliki Persepsi Baik Terhadap Produk Magnum Setelah Adanya Isu Lemak Babi

Variabel Koefisien S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Usia X1 .757 2 .685 Usia X1(1) -20.345 27603.252 .000 1 .999 .000 Usia X1(2) .652 .750 .757 1 .384 1.920 Pendidikan X2(1) .815 .821 .984 1 .321 2.259 Pekerjaan X3(1) -1.557 .680 5.241 1 .022 .211 Pengeluaran X4 3.026 3 .388 Pengeluaran X4(1) 21.574 40193.278 .000 1 1.000 23421984 69.241 Pengeluaran X4(2) 20.648 40193.278 .000 1 1.000 92770862 4.073 Pengeluaran X4(3) 21.588 40193.278 .000 1 1.000 23754064 50.480 T.Pengetahuan Produk Magnum X5 1.128 2 .569 T.Pengetahuan Produk Magnum X5(1) -.935 .953 .962 1 .327 .393 T.Pengetahuan Produk Magnum X5(2) -.960 .923 1.082 1 .298 .383 T. Pengetahuan Label

dan Makanan Halal X6 .303 2 .859

T. Pengetahuan Label dan Makanan Halal X6(1)

-22.141 40192.970 .000 1 1.000 .000

T. Pengetahuan Label dan Makanan Halal X6(2)

-.296 .537 .303 1 .582 .744

Constant -20.243 40193.278 .000 1 1.000 .000

Nilai Chi-Square atau Statistik Hosmer dan Lameshow adalah 8.902 dengan Sig 0,351, nilai statistik model Chi-Square test adalah 16,916

Setelah koefisien masing-masing parameter diestimasi, perlu dilakukan pengujian apakah variabel penjelas yang diikutsertakan dalam model mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel tidak bebas. Ada dua cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan pengujian tersebut yaitu wald test dan likelihood ratio test. Dengan uji Wald, variabel penjelas dikatakan mempunyai pengaruh

yang nyata pada taraf α jika P-value (sig.) variabel tersebut lebih kecil atau sama

dengan α (tingkat peluang/signifikansi) yang dipakai. Sementara dengan uji ratio likelihood , variabel penjelas dikatakan mempunyai pengaruh yang nyata pada α jika P-value variabel tersebut lebih kecil atau sama dengan α (tingkat peluang) yang dipakai. Dalam penelitian in digunakan metode wald test. Berdasarkan Tabel

77 produk Magnum setelah adanya isu lemak babi, hal ini dikarenakan nilai P-value masing-masing variabel tersebut lebih besar daripada.α (α=0,15) yang digunakan dalam variabel pekerjaan ditemukan berpengaruh nyata terhadap persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Sedangkan usia, pendidikan, tingkat pengetahuan label dan makanan halal, tingkat pengetahuan terhadap produk Magnum, merupakan variabel-variabel yang tidak signifikan mempengaruhi keputusan konsumen untuk memiliki persepsi yang baik terhadap penelitian ini. Hasil pengolahan analisis regresi logistik dari enam variabel bebas baik yang berpengaruh maupun tidak berpengaruh terhadap persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Usia

Berdasarkan hasil logistik pada Tabel 27, bahwa nilai P-value usia lebih

besar dari α=0,15 yang berarti tidak signifikan atau variabel usia tidak mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Jenis produk Magnum yang merupakan produk pangan yang dapat dikonsumsi oleh semua golongan usia mulai dari anak-anak sampai orang tua tidak membatasi usia konsumennya untuk memiliki pandangan atau persepsi terhadap produk Magnum. Dengan demikian usia tidak berpengaruh terhadap persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. 2. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil logistik pada Tabel 27, nilai P-value tingkat pendidikan lebih besar dari α=0,15 yang berarti tidak signifikan atau variabel pendidikan tidak mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Produk Magnum merupakan produk yang dapat dikonsumsi oleh siapa saja baik laki-laki maupun perempuan, sehingga baik laki-laki maupun perempuan tidak mempengaruhi persepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi.

3. Pekerjaan

Nilai P-value pekerjaan yang lebih kecil dari α=0,15 (Tabel 27) menandakan bahwa pekerjaan konsumen mempengaruhi persepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. dilihat dari nilai-p(0.022) <alpha 15

78 persen . nilai odds ratio sebesar 0.211 artinya peluang seorang pegawai untuk persepsi baik dibanding tidak baik adalah 0.211 kalinya dari non pegawai. Berarti kecenderungan pegawai untuk persepsi baik lebih besar dari yang konsumen yang non pegawai. Hal ini dapat dimengerti karena konsumen yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai memiliki pengetahuan yang cukup mengenai label dan makanan halal dan produk Magnum, sehingga konsumen pegawai juga lebih banyak memiliki persepsi baik terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. 4. Pengeluaran

Berdasarkan Tabel 27, bahwa variabel pengeluaran memiliki nilai P-value yang lebih besar dari α=0,15 yang berarti bahwa variabel pengeluaran tidak berpengaruh nyata terhadap persepsi produk Magnum setelah adanya isu lemak babi. Hal ini berarti Produk Magnum merupakan produk pangan yang cukup terjangkau oleh semua golongan masyarakat, sehingga seseorang dengan uang saku berapapun dapat berpandangan atau memiliki persepsi terhadap produk Magnum setelah adanya isu lemak babi.