• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR LAMPIRAN

3. Mutu Organoleptik

2.4 Isu Pangan

Isu keamanan pangan merupakan hal yang sangat penting dan menyeluruh yang harus benar-benar dapat dijamin oleh produsen pangan. Karena dengan adanya isu ini dapat berakibat kepada keberlangsungan usaha atau bisnis yang dijalankan oleh produsen, salah satu akibat dari adanya isu keamanan pangan ini adalah timbulnya keraguan konsumen terhadap produk pangan yang diproduksi oleh produsen makanan maupun minuman.

Beberapa isu pangan yang membutuhkan perhatian yang besar dari pihak produsen makanan dan minuman maupun masyarakat adalah yang pertama adanya isu mengenai Mikotoksin yaitu toksin yang dihasilkan oleh kapang toksigenik yang hidup dan tumbuh di pangan, baik selama pangan di ladang maupun selama waktu penyimpanan. Karena toksin ini bukan tergolong protein, perlakuan panas tidak dapat menghambat pertumbuhannya di bahan pangan. Hal itu dijelaskan oleh oleh peneliti Seafast Center IPB Dr Ratih Dewanti Hariyadi dalam seminar keamanan pangan yang diselenggarakan oleh Tuv Nord pada 27 Maret di Bogor. Mikotoksin sangat berbahaya karena bersifat mutagenik, terratogenik, dan karsinogenik. Beberapa contoh mikotoksin penting pada pangan yang telah dipelajari sampai saat ini, yaitu aflatoksin, patulin, ochratoksin,fumonisin, dan deokynivalenol (DON). Contoh-contoh pangan yang menjadi tempat hidup dari mikotoksin adalah jagung, kopi, dan serealia. Bahaya akibat mengkonsumsi mikotoksin pun berbeda-beda tergantung jenis dari mikotoksin tersebut. Bahaya yang ditimbulkan adalah toksik terhadap hati yang diakibatkan oleh aflatoksin dan toksik terhadap ginjal yang diakibatkan oleh okhratoksin.

17 Adanya isu pangan Mikotoksin ini tentunya berpengaruh terhadap bisnis kopi, jagung dan serealia, produsen jagung, kopi dan serealia seharusnya melakukan upaya-upaya pencegahan Mikotoksin agar tidak berpengaruh terhadap komoditi yang akan dipasarkan kepada konsumen.

Isu pangan kedua adalah adanya isu Bakteri Enterobakter Sakazakki pada susu formula. Hal ini didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Dr. Sri Estuningsih bersama kawan-kawan yang menyatakan dari penelitian yang dilakukan terhadap susu formula, sebanyak 22,73 persen dari 22 sample yang diteliti terkontaminasi bakteri Enterobacter sakazakki. Dengan adanya isu bakteri ini, ternyata mengakibatkan keresahan terhadap masyarakat terutama para ibu. Pemerintah melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) melakukan penelitian dengan mengambil sampel sebanyak 96 macam sampel susu formula. Dengan hasil penelitian ini pemerintah melalui BPOM menyatakan bahwa tidak terdapat bakteri Enterobacter sakazakii pada sampel yang di teliti. Namun dengan adanya isu ini telah menimbulkan keraguan pada konsumen yang mengkonsumsi produk susu, sehingga hal ini juga akan berakibat kepada produsen susu formula yang ada di Indonesia.

Isu pangan yang ketiga yaitu isu mengenai penggunaan lemak babi pada bahan tambahan pangan. Lemak babi adalah lemak pada babi. Lemak babi biasanya di Negara-negara Eropa digunakan untuk banyak makanan atau sebagai makanan yang mirip dengan mentega. Penggunaan lemak babi pada masakan telah dikurangi akibat dari masalah kesehatan dan memiliki gambaran yang buruk, namun, banyak masakan dan toko kue menggunakannya. Lemak babi secara luas masih digunakan untuk memanufakturkan sabun.

Hampir di seluruh negara bagian barat, termasuk Eropa pilihan utama untuk daging adalah daging babi. Peternakan babi sangat banyak terdapat di negara- negara tersebut. Di Perancis sendiri jumlah peternakan babi mencapai lebih dari 42.000 unit. Lemak Babi Dipilih karena Jumlah kandungan lemak dalam tubuh babi sangat tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Namun, orang Eropa dan Amerika berusaha menghindari lemak-lemak itu. Babi-babi dipotong di rumah jagal yang diawasi BPOM.

18 Sekitar 60 tahun lalu, lemak-lemak babi itu dibakar. Namun sekarang ini orang Eropa dan Amerika berpikir untuk memanfaatkan lemak-lemak tersebut. Sebagai awal uji cobanya, mereka membuat sabun dengan bahan lemak babi, dan ternyata berhasil. Lemak-lemak itu diproses secara kimiawi, dikemas rapi dan dipasarkan.

Negara di Eropa memberlakukan aturan yang mewajibkan bahan setiap produk makanan, obat-obatan harus dicantumkan pada kemasan. Karena itu, bahan dari lemak babi dicantumkan dengan nama Pig Fat (lemak babi) pada kemasan produknya. Agar mudah dipasarkan, penulisan lemak babi dalam kemasan diganti dengan lemak hewan. Ketika produsen ditanya pihak berwenang dari negara Islam, maka dijawab lemak tersebut adalah lemak sapi dan domba. Meskipun begitu lemak-lemak itu haram bagi muslim, karena penyembelihannya tidak sesuai syariat Islam. Label baru itu dilarang keras masuk negara Islam, akibatnya produsen menghadapi masalah keuangan sangat serius, karena 75persen penghasilan dari produsen tersebut diperoleh dengan menjual produk ke negara Islam, mengingat laba yang dicapai bisa mencapai miliaran dollar. Akhirnya, mereka membuat kodifikasi bahasa yang hanya dimengerti BPOM. Kode diawali dengan E Codes, E-Ingredients, ini terdapat dalam produk perusahaan mutinasional, antara lain Pasta gigi, pemen karet, cokelat, biskuit, makanan kaleng, buah-buahan kaleng, dan beberapa multivitamin serta masih banyak lagi jenis makanan dan obat-obatan lainnya. Namun kode E yang ada kemungkinan bersumber dari hewan, tidak otomatis berasal dari babi. Beberapa komposisi kode E pada makanan dan minuman dapat dilihat pada Lampiran 1.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk 237,64 juta jiwa dan dengan penganut Agama Islam sebanyak 88,10 persen dari jumlah penduduk Indonesia, bagi umat islam mengkonsumsi babi merupakan hal yang dilarang, karena babi memiliki banyak memberikan efek yang buruk terhadap tubuh, berikut merupakan beberapa penyakit yang muncul karena memakan babi.

1. Penyakit hewan parasit. Diantaranya adalah berkembangnya cacing spiral, termasuk golongan cacing yang paling berbahaya bagi manusia. Semua daging babi pasti mengandung cacing ini.

19 2. Penyakit dari bakteri, seperti TBC (Tuberculoses), Cholera Tivudiah,

Pharatefouid, demam tinggi yang cepat, dan lain-lain;

3. Penyakit dari virus, seperti penyakit dis-fungsi syaraf, dis-fungsi otot jantung (qalbu), influenza, dis-fungsi mulut sapi, dan lain-lain;

4. Penyakit dari mikroba, seperti mikroba Tacsoplasmaguwandi, yang bisa menyebabkan panas demam tinggi dan badan melemah, membesarnya hati dan limpa, dis-fungsi paru-paru, otot jantung, dis-fungsi syaraf yang terkait dengan pandangan dan penglihatan;

5. Penyakit-penyakit yang berkembang dari susunan biologis daging dan lemak babi , seperti penambahan persentase cairan bolic pada darah, karena daging babi tidak mengeluarkan cairan bolic kecuali 2 persen, dan sisanya menjadi seperti daging babi. Oleh karena itu, orang yang memakan daging babi, dikhawatirkan akan terjangkit penyakit nyeri persendian.

6. Babi mengandung minyak lecithin (lemak babi) yang sangat berbeda dengan hewan lainnya. Oleh karena itu, orang yang memakan daging babi mengandung lecithin jenis ini dan kelebihan kolesterol dalam darah mereka, sehingga menambah kemungkinan terkena penyakit kanker, jantung, pendarahan dada.

Produk es krim Magnum produksi PT Walls, Unilever Indonesia merupakan salah satu produk yang dianggap beberapa waktu lalu sebagai produk yang mengandung kandungan lemak babi didalamnya, berkaitan dengan kabar ini

Head of Corporate Communications PT Unilever Tbk Maria Dewantini Dwianto. Membantah bahwa es krim magnum mengandung lemak babi karena Kode E471 dan E472 yang tertera di kemasan Magnum adalah kode internasional untuk bahan pengemulsi yang bermanfaat untuk mengikat lemak dan air. Bahan ini bisa menggunakan pengemulsi hewani dan nabati. Tetapi Magnum menggunakan pengemulsi nabati yang artinya berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), H Amidhan mengatakan bahwa kabar es krim Magnum mengandung lemak babi tidak benar. Pihaknya memastikan jika es krim Magnum Halal. MUI melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika telah menguji Produk es krim Magnum, dan

20 hasilnya kandungan lemak dari produk magnum bukan berasal dari babi, melainkan dari tumbuhan.