• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTA dilakukan dengan menggunakan teknik regresi linier berganda. Terdapat tiga belas variabel bebas yang diduga mempengaruhi variabel tak bebas WTA, yaitu usia, pendidikan, pendapatan, jarak tempat tinggal, jumlah tanggungan, lama tinggal, warna air, rasa

57 air, bau air, dummy pekerjaan petani, dummy pekerjaan peternak, dummy pekerjaan lainnya, dan nilai kerugian. Berikut hasil analisis nilai WTA pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Faktor yang mempengaruhi WTA rumahtangga untuk sumur kering dan tercemar

Variabel bebas Koefisien Sig VIF

Constanta 630.005,829 0,006

Usia (X1) -3.151,983 *0,065 2,505

Pendidikan (X2) -6.078,281 0,464 2,329

Pendapatan (X3) -0,171 *0,000 2,731

Jarak tempat tinggal (X4) -16,325 0627 1,621

Jumlah tanggungan (X5) -11.310,350 0,299 1,671

Lama tinggal (X6) -1.357,523 0,264 2,635

Dummy warna air (D1) -1.020,722 0,974 1,805

Dummy rasa air (D2) -76.553,085 ***0,158 2,033

Dummy bau air (D3) 34.289,058 0,318 2,162

Dummy petani (D4) 106.322,006 **0,101 6,746

Dummy peternak (D5) 88.663,918 *0,077 1,313

Dummy pekerjaan lainnya (D6) 91.406,395 ***0,175 7,882

Kerugian (X7) 0,148 ***0,190 1,701 R-Square 0,733 Adjusted R-Square 0,582 Durbin Watson 2,287 F-Statistik 4,851 0,000 Asymp.Sig. (2-tailed) 0,610 Keterangan:

* : signifikan pada taraf nyata (α = 0,1) ** : signifikan pada taraf nyata (α = 0,15) *** : signifikan pada taraf nyata (α = 0,2)

Berdasarkan hasil pengolahan data, model yang dihasilkan dalam penelitian ini relatif baik karena nilai R-Squareyang dihasilkan sebesar 73,3%. Nilai ini berarti keragaman WTA responden dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas sebesar 73,3%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 26,7% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai F hitung sebesar 4,851 dengan nilai sig sebesar 0,000 yang menunjukkan variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadapa nilai WTA responden pada taraf nyata 20% (α=0,2). Namun, untuk hasil analisis regresi pada kategori rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai dapat dilihat pada Tabel 21. Pada tabel tersebut warna air tidak dimasukkan dalam kategori variabel bebas karena semua jawaban responden homogen.

58

Tabel 21 Faktor yang mempengaruhi WTA rumahtangga untuk sektor pertanian di dekat sungai

Variabel bebas Koefisien Sig VIF

Constanta 272.449,968 0,002

Usia (X1) -1.497,192 *0,032 1,985

Pendidikan (X2) 3.845,961 0,213 1,573

Pendapatan (X3) -0,046 *0,000 1,499

Jarak tempat tinggal (X4) -19,120 0,333 1,204

Jumlah tanggungan (X5) 20.426,000 *0,001 1,100

Lama tinggal (X6) 1.351,084 *0,043 1,630

Dummy rasa air (D2) -21.617,062 0,249 1,769

Dummy bau air (D3) -54.899,727 *0,022 1,468

Dummy petani (D4) 149.383,507 *0,001 2,460

Dummy peternak (D5) 123.870,028 *0,000 1,841

Dummy pekerjaan lainnya (D6) 6.568,459 0,885 2,430

Kerugian (X7) 0,028 *0,070 1,318 R-Square 0,679 Adjusted R-Square 0,605 Durbin Watson 1,750 F-Statistik 9,168 0,000 Asymp.Sig. (2-tailed) 0,568 Keterangan:

* : signifikan pada taraf nyata (α = 0,1) ** : signifikan pada taraf nyata (α = 0,15) *** : signifikan pada taraf nyata (α = 0,2)

Model yang dihasilkan pada kategori ini memiliki nilai R-Square sebesar 67,9%, yang berarti 67,9% keragaman WTA responden sudah dapat diterangkan oleh keragaman variabel penjelas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya 32,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai F hitung yang diperoleh sebesar 9,168 dengan nilai sig sebesar 0,000 yang menunjukkan variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadapa nilai WTA responden pada taraf nyata 20% (α=0,2).

Model regresi linier berganda pada kedua kategori telah di uji dengan uji asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas, normalitas, dan autokorelasi. Dari hasil keempat uji tersebut tidak ditemukan suatu pelanggaran asumsi.

1. Uji multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Varian Inflation Factor (VIF). Ketika nilai VIF<10 maka dinyatakan tidak ada masalah multikolinearitas. Berdasarkan hasil pada Tabel 20 dan Tabel 21 diperoleh nilai

59 VIF pada semua variabel lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini tidak terjadi multikolinearitas.

2. Uji heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat sebaran pada scatterplot. Plot yang terdapat pada Gambar 19 dan Gambar 20 terlihat tidak membentuk pola apapun atau dengan kata lain menyebar bebas. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa model pada kedua kategori tersebut tidak terdapat pelanggaran asumsi heteroskedastisitas.

Gambar 19 Scatterplot pada WTA rumahtangga untuk sumur kering dan tercemar

Gambar 20 Scatterplot pada WTA rumahtangga untuk sektor pertanian di dekat sungai

Selain itu juga, untuk pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Glejser. Hasil yang diperoleh adalah nilai sig semua variabel untuk kedua kategori tidak signifikan pada taraf nyata 20% sehingga dinyatakan model memenuhi asumsi kehomogenan atau tidak terjadi pelanggaran heteroskedastisitas (sumber lampiran 5 dan 6).

60

3. Uji autokorelasi

Pelanggaran terhadap autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin Watson (DW) yang terdapat pada Tabel 20 dan Tabel 21. Nilai statistik DW yang dihasilkan pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar sebesar 2,287, sedangkan nilai statistik DW pada kategori rumahtangga yang memiliki sawah di dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai sebesar 1,750. Nilai tersebut berada diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus 2004).

4. Uji normalitas

Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan Uji Kolmogrov-Smirnov yang disajikan dalam Tabel 20 dan Tabel 21. Nilai Asymp.Sig. (2-tailed) yang diperoleh pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar sebesar 0,610, sedangkan untuk kategori rumahtangga yang memiliki sawah di dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai memiliki nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,568. Nilai Asymp.Sig. (2- tailed) pada kedua kategori tersebut lebih besar dari taraf nyata (α) 0,2. Oleh karena itu dapat dinyatakan penelitian ini memenuhi asumsi normalitas atau error term data penelitian ini sudah terdistribusi secara normal.

Model yang dihasilkan dalam analisis ini untuk kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar dan rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai secara berturut-turut adalah: 630.005,829 – 3.151,983X1 – 6.078,281X2 – 0,171X3 – 16,325X4 – 1.1310,350X5 – 1.357,523X6 – 1.020,722D1 – 76.553,085D2 + 34.289,058D3 + 106.322,006D4 + 88.663,918D5 + 91.406,395D6 + 0,148X7 272.449,968 – 1.497,192X1 + 3.845,961X2 – 0,046X3 – 19,120X4 + 2.0426X5 + 1.351,084X6 – 21.617,062D2 – 54.899,727D3 + 149.383,507D4 + 123.870,028D5 + 656.8,459D6 + 0,028X7

Hipotesis statistik yang dapat dibuat untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y), yaitu:

61 H1: β ≠ 0 (X berpengaruh terhadap Y)

Hasil yang terdapat pada Tabel 20 menjelaskan bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 0,1 adalah usia (X1), pendapatan (X3), dan dummy peternak (D5). Variabel yang berpengaruh

pada taraf nyata (α) 0,15 adalah dummy petani (D4), dan variabel yang

berpengaruh pada taraf nyata (α) 0,20 adalah dummy rasa air (D2), dummy

pekerjaan lain (D6), dan kerugian (X7). Berbeda dengan Tabel 21 yang merupakan

kategori rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai, variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 0,1 adalah usia (X1), pendapatan (X3), jumlah

tanggungan (X5), lama tinggal (X6), dummy bau air (D3), dummy petani (D4),

dummy peternak (D5), dan kerugian (X7).

1. Usia

Variabel tingkat usia pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar (kategori satu) serta kategori rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai (kategori dua) secara berturut-turut memiliki nilai sig 0,065 dan 0,032 < α=10% artinya tolak H0,

sehingga dapat disimpulkan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 10%. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori satu dan kategori dua bertanda negatif (-) artinya semakin tinggi usia responden maka WTA akan semakin rendah. Hal ini terjadi karena kebutuhan hidup di waktu tua menjadi semakin sedikit. Nilai koefisien tingkat usia untuk kategori satu yaitu sebesar 3.151,983 yang artinya jika usia semakin meningkat sebesar satu satuan, maka diduga rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar Rp3.151,983, sedangkan nilai koefisien tingkat usia untuk kategori dua yaitu sebesar 1.497,192 yang artinya jika usia semakin meningkat sebesar satu satuan, maka diduga rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar Rp1.497,192.

2. Pendapatan

Variabel tingkat pendapatan pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar (kategori satu) serta kategori rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai (kategori dua) memiliki nilai sig yang sama yaitu sebesar 0,000. Nilai sig 0,000 < α=10% artinya

62

tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh

nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 10%. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori satu dan kategori dua bertanda negatif (-) artinya semakin tinggi pendapatan seseorang maka WTA akan semakin rendah. Hal ini terjadi karena pendapatan responden yang tinggi mencerminkan bahwa responden berkecukupan mengeluarkan biaya untuk mengurangi kerugian yang dialami, sehingga nilai kompensasi akan kecil. Nilai koefisien tingkat pendapatan untuk kategori satu yaitu sebesar 0,171 yang artinya jika pendapatan meningkat sebesar satu satuan, maka diduga rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar Rp0,171, sedangkan nilai koefisien tingkat pendapatan untuk kategori dua yaitu sebesar 0,046 yang artinya jika pendapatan meningkat sebesar satu satuan, maka diduga rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar Rp0,046.

3. Dummy pekerjaan peternak

Variabel dummy pekerjaan peternak pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar (kategori satu) serta kategori rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai (kategori dua) secara berturut-turut memiliki nilai sig 0,077 dan 0,000. Nilai sig tersebut < α=10% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan

peternak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 10%. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori satu dan kategori dua bertanda positif (+) artinya responden yang memiliki pekerjaan sebagai peternak akan meminta kompensasi yang tinggi baik pada kategori satu atau pun dua. Hal ini terjadi karena jenis pekerjaan tersebut memiliki resiko yang tinggi dengan keberadaan pabrik. Nilai koefisien pekerjaan peternak untuk kategori satu yaitu sebesar 88.663,918 yang artinya jika responden memiliki pekerjaan peternak, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp88.663,918, sedangkan nilai koefisien pekerjaan peternak untuk kategori dua yaitu sebesar 123.870,028 yang artinya jika responden memiliki pekerjaan peternak, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp123.870,028.

4. Dummy pekerjaan petani

Variabel dummy pekerjaan petani pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar (kategori satu) serta kategori rumahtangga yang

63 memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai (kategori dua) secara berturut-turut memiliki nilai sig 0,101 dan 0,001. Nilai sig 0,101 < α=15% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan

petani pada kategori satu berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 15%, sedangkan nilai sig pada kategori dua adalah 0,001 < α=10% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan petani pada

kategori dua berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 10%. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori satu dan kategori dua bertanda positif (+) artinya responden yang memiliki pekerjaan sebagai petani akan meminta kompensasi yang tinggi baik pada kategori satu atau pun dua. Hal ini terjadi karena jenis pekerjaan petani memiliki resiko yang tinggi dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh pabrik. Nilai koefisien pekerjaan petani untuk kategori satu yaitu sebesar 106.322,006 yang artinya jika responden memiliki pekerjaan petani, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp106.322,006, sedangkan nilai koefisien pekerjaan petani untuk kategori dua yaitu sebesar 149.383,507 yang artinya jika responden memiliki pekerjaan petani, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp149.383,507.

5. Dummy pekerjaan lain

Variabel dummy pekerjaan lainnya pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar (kategori satu) memiliki nilai sig 0,175 < α=20% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan lain pada kategori

satu berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 20%, dan nilai koefisien bertanda positif (+) artinya responden yang memiliki pekerjaan lain juga membutuhkan air sebagai kebutuhan pokoknya, sehingga ketika air kering atau tercemar maka mereka akan meminta kompensasi yang tinggi. Nilai koefisien pekerjaan lain untuk kategori satu yaitu sebesar 91.406,395 yang artinya jika responden memiliki pekerjaan lainnya, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp91.406,395, sedangkan pada kategori dua memiliki nilai sig 0,885 > α=20% artinya terima H0, sehingga dapat disimpulakan bahwa

64

karena pengaruh tercemarnya air sungai tidak begitu dirasakan bagi responden dengan pekerjaan lain.

6. Jumlah tanggungan

Variabel jumlah tanggungan yang berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 10% hanya pada kategori dua yaitu rumahtangga yang memiliki sawah di dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai karena memiliki nilai sig 0,001 < α=10% artinya tolak H0. Nilai koefisien yang

diperoleh variabel ini pada kategori dua ini bertanda positif (+) artinya semakin banyak tanggungan, maka responden akan meminta kompensasi yang tinggi. Hal ini terjadi karena semakin banyak tanggungan kebutuhan hidup akan semakin banyak. Nilai koefisien untuk jumlah tanggungan untuk kategori dua yaitu sebesar 20.426yang artinya jika jumlah tanggungan meningkat satu satuan, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp20.426, sedangkan untuk kategori satu jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA karena nilai sig 0,299 > α=20% artinya terima H0. Hal ini terjadi karena bergantung pada

intensitas pemakaian airnya, belum tentu jumlah tanggungan banyak kebutuhan airnya banyak juga.

7. Dummy rasa air

Variabel rasa air untuk kategori satu memiliki nilai sig 0,158 < α=20% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa air pada kategori satu

berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 20%. Nilai koefisien bertanda negatif (-) dan memiliki nilai 76.553,085, menunjukkan bahwa semakin mendekati tidak berasa maka nilai kompensasi akan turun sebesar Rp76.553,085, sedangkan pada kategori dua rasa air memiliki nilai sig sebesar 0,249 > α=20% artinya terima H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa air

pada kategori dua tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 20%. Hal ini terjadi karena air tidak untuk dikonsumsi pribadi sebagai air minum melainkan untuk menyiram tanaman atau minum ternak.

8. Dummy bau air

Variabel bau air untuk kategori dua memiliki nilai sig 0,022 < α=10% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa bau air pada kategori dua

65 koefisien bertanda negatif (-) dan memiliki nilai 54.899,727, menunjukkan bahwa semakin mendekati tidak bau airnya maka nilai kompensasi akan turun sebesar Rp54.899,727, sedangkan pada kategori satu bau air memiliki nilai sig sebesar 0,318 > α=20% artinya terima H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa bau air pada

kategori satu tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 20%. Hal ini dikarenakan yang lebih penting bagi mereka adalah rasa air. 9. Kerugian

Variabel kerugian pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar (kategori satu) memiliki nilai sig 0,190 < α=20% artinya tolak H0,

sehingga dapat disimpulkan bahwa kerugian pada kategori satu berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 20%, sedangkan pada kategori rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai (kategori dua) memiliki nilai sig 0,070 < α=10% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa kerugian pada kategori dua

berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 10%. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori satu dan kategori dua bertanda positif (+) artinya semakin tinggi kerugian maka kompensasi diharapakan pun tinggi baik pada kategori satu atau dua. Hal ini terjadi karena responden butuh biaya untuk mengatasi masalah tersebut. Nilai koefisien kerugian untuk kategori satu yaitu sebesar 0,148 yang artinya jika responden kerugiannya meningkat satu satuan, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp0,148 sedangkan nilai koefisien kerugian untuk kategori dua yaitu sebesar 0,028 yang artinya, jika kerugian meningkat satu satuan maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp0,028.

10. Lama Tinggal

Variabel lama tinggal untuk kategori rumahtangga yang memiliki sawah di dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai (kategori dua) memiliki nilai sig 0,043 < α=10% artinya tolak H0, sehingga dapat disimpulkan

bahwa lama tinggal pada kategori dua berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata (α) 10%. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori dua ini bertanda positif (+) artinya semakin tinggi waktu lama tinggal, maka responden akan meminta kompensasi yang tinggi. Hal ini terjadi karena semakin

66

lama tinggal maka aset yang dimiliki di daerah akan semakin banyak. Sehingga responden akan mengharapkan nilai yang tinggi ketika timbul eksternalitas negatif dari aktivitas pabrik. Nilai koefisien untuk lama tinggal pada kategori dua sebesar 1.351,084yang artinya jika lama tinggal meningkat satu satuan, maka diduga rata- rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp1.351,084, sedangkan untuk kategori satu lama tinggal tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA karena nilai sig pada kategori satu adalah 0,264 > α=20%, artinya terima H0. Hal ini

dikarenakan eksternalitas negatif tersebut baru terjadi sekitar tahun 2011, sedangkan rata-rata tinggal responden mayoritas lebih dari 35 tahun.

Dokumen terkait