• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

CHADEFI NOVITA SARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

BIAYA EKSTERNAL DAN

WILLINGNESS TO ACCEPT

MASYARAKAT

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(4)

ABSTRAK

CHADEFI NOVITA SARI. Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Meningkatnya jumlah penduduk berpengaruh terhadap permintaan gula. Hal ini menimbulkan eksternalitas positif dan negatif. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, loss of earnings, Contingent Valuation Method (CVM), dan regresi linear berganda. Metode pengambilan contoh dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan eksternalitas negatif yang paling dirasakan adalah penurunan kuantitas dan kualitas air tanah serta tercemarnya sungai. Adanya eksternalitas negatif ini menyebabkan masyarakat harus mengeluarkan biaya eksternal sebesar Rp9.176.115.390 per bulan. Rata-rata WTA responden yang mengalami sumur kering dan tercemar adalah Rp256.757 per bulan per kepala keluarga dan untuk responden yang memiliki sawah dekat sungai serta ternak yang mengonsumsi air sungai adalah Rp341.538 per bulan per kepala keluarga. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya WTA responden untuk sumur kering dan tercemar yaitu pekerjaan petani, peternak, pekerjaan lainnya, kerugian, usia, pendapatan, dan rasa air, sedangkan untuk responden yang memiliki sawah di dekat sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai adalah jumlah tanggungan, lama tinggal, pekerjaan petani, peternak, kerugian, usia, pendapatan, dan bau air.

(5)

ABSTRACT

CHADEFI NOVITA SARI. External Costs and Society’s Willingness to Accept Caused by Negative Externalities of Refined Sugar Factory at South Lampung Regency. Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI.

The increase in population effects the demand of sugar. This has led to positive and negative externalities. This research uses qualitative descriptive analysi, loss of earnings method, Contingent Valuation Method (CVM), and multiple linear regression. The example research is purposive sampling. The result shows that the negative externatilies that most imposed on society is

degradation of groundwater’s quantity and quality along with degradation of river water quality. This negative externalities caused the society to spend IDR9,176,115,390 of external costs every month. Average WTA value on respondent that owned dried and contaminated well is IDR256,757 per month per patriarch and IDR341,538 per month per patriarch for respondent that owned rice field near the river and cattle which consumed the river water. Several factors that influence respondent’s WTA value for dried and contaminated well: job as farmer, job as breeder, other job, amount of loss, age, income, and water taste, whereas for respondent that owned rice field near the river and cattle: dependent amount, long in stay, job as farmer, job as breeder, amount of loss, age, income, dan water smell.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

CHADEFI NOVITA SARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

BIAYA EKSTERNAL DAN

WILLINGNESS TO ACCEPT

MASYARAKAT

AKIBAT EKSTERNALITAS NEGATIF

PABRIK GULA RAFINASI

(8)
(9)

Judul Skripsi : Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan

Nama : Chadefi Novita Sari

NRP : H44100040

Disetujui oleh

Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1.Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Hendra Imron dan Ibu Rita Suryani, nenek tersayang Roaini, beserta kedua adik penulis Irfan Pratama Putra dan M. Arief Fadhila yang selalu memberikan doa dan dukungannya.

2.Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberi saran serta arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

3.Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji atas saran dan masukannya dalam skripsi ini.

4.Kantor BPLHD Lampung Selatan, Kepala Desa Kertosari, dan Kepala Desa Mulyosari yang telah membantu selama pengumpulan data.

5.Teman-teman sebimbingan (Amalia, Sheanie, Frisca, Nadya, Andreas, Dhana, Rahayu, dan Desy), sahabat terdekat penulis (Ayu, Rita, dan Laras), teman-teman ESL 47, Keluarga Mahasiswa Lampung, Kost Putri Chika, BEM FEM Kabinet Progresif atas segala doa, dukungan, dan bantuannya.

Harapannya semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi pemerintah setempat untuk mengambil kebijakan dalam perbaikan kualitas lingkungan akibat eksternalitas negatif dari aktivitas pabrik gula rafinasi.

Bogor, Mei 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA... ... 6

2.1 Limbah Pabrik Gula Rafinasi ... 6

2.2 Baku Mutu Air Limbah Pabrik Gula Rafinasi ... 7

2.3 Pencemaran Air ... 8

2.4 Eksternalitas ... 9

2.5 Biaya Eksternal ... 10

2.6 Penelitian Terdahulu ... 11

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

3.1 Kerangka Teoritis ... 13

3.1.1 Loss of Earnings ... 13

3.1.2 Analisis Willingness to Accept ... 13

3.1.2.1 Asumsi dalam Pendekatan WTA ... 14

3.1.2.2 Langkah-langkah untuk Mengetahui Nilai WTA ... 14

3.1.2.3 Kelemahan dan Kelebihan dalam Menentukan WTA dengan Metode CVM ... 16

3.1.3 Model Regresi Linear Berganda... 17

3.2 Kerangka Operasional ... 18

IV METODE PENELITIAN. ... 20

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 21

4.3 Metode Pengambilan Contoh... 21

4.4 Metode Analisis Data ... 21

4.4.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Dirasakan Masyarakat ... 22

4.4.2 Estimasi Biaya Eksternal yang Harus Ditanggung Masyarakat ... 22

4.4.3 Estimasi Nilai WTA ... 23

4.4.4 Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya WTA ... 25

4.4.5 Pengujian Parameter Regresi ... 29

V GAMBARAN UMUM... ... 32

5.1 Kondisi Umum Pabrik Gula Rafinasi ... 32

5.1.1 Sejarah Berdirinya Pabrik ... 32

5.1.2 Potensi dan Jenis Limbah Pabrik... 32

5.1.3 Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Pabrik...34

5.1.4 Hasil Produksi dan Pemasarannya... 36

(14)

Halaman

5.2 Kondisi Umum Desa Kertosari dan Mulyosari ... 37

5.2.1 Kondisi Fisik Daerah Kertosari dan Mulyosari... 37

5.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 38

5.3 Karakteristik Responden... 39

5.3.1 Jenis Kelamin ... 40

5.3.2 Usia... ... 40

5.3.3 Pendidikan ... 41

5.3.4 Jenis Pekerjaan ... 41

5.3.5 Tingkat Pendapatan ... 42

5.3.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 42

5.3.7 Jarak Tempat Tinggal ... 43

5.3.8 Lama Tinggal ... 44

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

6.1 Analisis Eksternalitas Negatif Akibat Aktivitas Pabrik Gula Rafinasi ... 45

6.2 Estimasi Biaya Eksternal Akibat Aktivitas Pabrik... 48

6.2.1 Biaya Eksternal yang Ditanggung oleh Rumahtangga untuk Sumur Kering dan Sumur Tercemar ... 48

6.2.2 Biaya Eksternal yang Ditanggung oleh Rumahtangga yang Memiliki Sawah di Dekat Sungai dan Ternak yang Mengonsumsi Air Sungai. ... 50

6.2.3 Total Biaya Eksternal Akibat Aktivitas Pabrik Gula Rafinasi ... 51

6.3 Analisis Besarnya Nilai Dana Kompensasi Responden Akibat Eksternalitas Negatif...52

6.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya WTA Responden...56

6.5 Implikasi dan Rekomendasi...66

VII SIMPULAN DAN SARAN... 68

7.1 Simpulan... 68

7.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA... ... 70

(15)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Kapasitas produksi gula di Indonesia tahun 2011 ... 1

2 PDRB Kabupaten Lampung Selatan atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2009 sampai 2012 ... 2

3 Kandungan limbah cair pabrik gula rafinasi di Lampung Selatan tahun 2013 ... 3

4 Baku mutu air limbah pabrik gula rafinasi ... 7

5 Penelitian terdahulu ... 12

6 Matriks metode analisis data ... 22

7 Indikator pengukuran nilai WTA ... 28

8 Selang nilai statistik Durbin Watson serta keputusannya ... 31

9 Jumlah penduduk Desa Kertosari dan Mulyosari menurut kelompok umur tahun 2013 ... 38

10 Persentase responden terhadap kualitas air sungai... 47

11 Distribusi responden menurut biaya eksternal ... 49

12 Total biaya eksternal ... 49

13 Perubahan pendapatan sebelum dan sesudah adanya eksternalitas ... 50

14 Perubahan pendapatan karena penurunan produktivitas dan gangguan pada ternak ... 51

15 Total biaya eksternal akibat aktivitas pabrik. ... 51

16 Mean WTA responden untuk sumur kering dan tercemar ... 53

17 Mean WTA responden untuk sektor pertanian di dekat sungai... 53

18 Total WTA rumahtangga untuk sumur kering dan tercemar ... 55

19 Total WTA rumahtangga untuk sektor pertanian di dekat sungai ... 56

20 Faktor yang mempengaruhi WTA rumahtangga untuk sumur kering dan tercemar ... 57

21 Faktor yang mempengaruhi WTA rumahtangga untuk sektor pertanian di dekat sungai ... 58

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1 Hubungan antara tingkat produksi dengan biaya eksternal ... 11

2 Diagram alur kerangka operasional penelitian...19

3 Lokasi penelitian di sekitar Pabrik Gula Rafinasi Lampung Selatan ... 20

4 Potensi limbah yang muncul dari proses pembuatan gula rafinasi...33

5 Contoh IPAL Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan...36

6 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin (2014)... 40

7 Karakteristik responden berdasarkan distribusi usia (2014) ... 40

8 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan (2014) ... 41

9 Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan (2014) ... 42

10 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan (2014) ... 42

(16)

No Halaman

12 Karakteristik responden berdasarkan jarak tinggal (2014) ... 43

13Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal (2014) ...44

14 Persentase responden terhadap eksternalitas negatif yang paling dirasakan ... 46

15 Persentase responden terhadap perubahan kuantitas dan kualitas air tanah yang dirasakan ... 46

16 Persentase responden terhadap kerugian yang paling dirasakan ... 47

17 Kurva pendugaan penawaran WTA rumahtangga untuk sumur kering dan tercemar ... 54

18 Kurva pendugaan penawaran WTA rumahtangga untuk sektor pertanian di dekat sungai... 55

19 Scatterplot pada WTA rumahtangga untuk sumur kering dan tercemar. ... 59

20 Scatterplot pada WTA rumahtangga untuk sektor pertanian di dekat sungai ... 59

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1 Data responden yang mengalami sumur kering dan tercemar ... 73

2 Data responden yang memiliki sawah dan ternak yang menggunakan air sungai ... 74

3 Regresi berganda sumur kering dan tercemar ... 78

4 Regresi berganda sawah dan ternak yang menggunakan air sungai ... 80

5 Uji heteroskedastisitas sumur kering dan tercemar (Uji Glejser) ... 82

6 Uji heteroskedastisitas Sawah dan ternak yang menggunakan air sungai (Uji Glejser)... ... 82

7 Uji normalitas sumur kering dan tercemar ... 83

8 Uji normalitas sawah dan ternak yang menggunakan air ... 83

9 Data hasil uji limbah cair Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan ... 84

10 Artikel yang mendukung data penelitian... 86

11 Kuisioner Penelitian ... 88

(17)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang penting bagi bangsa Indonesia untuk menuju proses pembangunan karena produk-produk pertanian yang dihasilkan bisa menjadi input bagi sektor lainnya, sehingga Indonesia mencanangkan masa depan menuju arus industrialisasi yang akan berpengaruh pada peningkatan perekonomian. Salah satu industri yang berkontribusi dalam pembangunan perekonomian adalah industri pengolahan non migas. Industri pengolahan non migas adalah industri yang melakukan pengolahan dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari hasil perkebunan, pertanian, peternakan, dan hasil tambang selain minyak bumi dan gas. Salah satu contoh dari industri tersebut adalah industri yang mengolah tebu menjadi gula. Berdasarkan Tabel 1, salah satu sentra produksi gula terbesar di Indonesia pada tahun 2011 adalah Provinsi Lampung dengan kapasitas produksi sebesar 708.396,3 ton.

Tabel 1 Kapasitas produksi gula di Indonesia tahun 2011

No Provinsi Produksi (ton)

1.

(18)

2

permintaan terhadap gula karena gula merupakan kebutuhan pokok manusia. Adanya peningkatan tersebut mengakibatkan pabrik gula harus meningkatkan produksinya, sehingga akan menimbulkan eksternalitas positif dan negatif yang dirasakan masyarakat. Eksternalitas positifnya adalah peningkatan PDRB kabupaten Lampung Selatan, seperti yang tertera pada Tabel 2.

Tabel 2 PDRB Kabupaten Lampung Selatan atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2009 sampai 2012

Lapangan usaha Tahun

2009 2010 2011 2012

Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan

1.964.241 2.030.933 2.104.216 2.173.107

Penggalian 49.318 51.300 54.182 57.624

Industri pengolahan non migas 35.664 383.647 423.864 482.439

Listrik dan air bersih 16.183 18.201 20.509 23.177

Konstruksi 189.366 205.302 227.808 254.197

Perdagangan, hotel, dan restoran 481.287 519.951 555.055 593.566 Transportasi dan komunikasi 422.294 47.657 539.875 593.848

Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 252.032 265.041 277.640 295.880

Jasa-Jasa 383.618 399.099 412.494 432.461

Sumber : BPS Lampung Selatan 2012

Berdasarkan Tabel 2, PDRB Kabupaten Lampung Selatan di sektor industri pengolahan non migas mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai 2012. Sektor ini memberikan kontribusi terbesar ketiga pada perekonomian Kabupaten Lampung Selatan. Selain itu juga, keberadaan sektor industri pengolahan non migas dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 400.000 orang pada tahun 2013 (Zulfikar 2013).

(19)

3 Penurunan kualitas lingkungan yang terjadi merupakan salah satu penyebab konflik yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk keperluan sehari-hari menyebabkan berbagai macam kerugian sehingga membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan masyarakat akibat adanya penurunan kualitas lingkungan. Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui kondisi masyarakat sekitar pabrik, besarnya biaya eksternal yang harus ditanggung, besarnya willingness to accept masyarakat akibat aktivitas pabrik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya willingness to accept masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Meningkatnya jumlah penduduk akan berpengaruh pada peningkatan proses produksi gula sebagai salah satu barang pokok dalam menjalani kehidupan. Hal ini mengakibatkan aktivitas sumur bor pabrik meningkat sehingga akan berpengaruh pada keringnya sumur masyarakat di sekitar pabrik. Selain itu juga secara langsung akan mempengaruhi kuantitas limbah cair yang dihasilkan. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik gula rafinasi di Kabupaten Lampung Selatan ini dinilai mencemari lingkungan menurut masyarakat setempat. Data mengenai hasil uji limbah cair dari pabrik gula rafinasi di Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kandungan limbah cair pabrik gula rafinasi di Lampung Selatan tahun 2013

Parameter Hasil uji Baku

mutu

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu

Ph 8,02 8,0 6,37 8,5 6,96 8,30 7,83 6,65 6,0-9,0

BOD5 13 20 19 16 16 14 19 15 60

COD 28 49 41 28 40 35 48 36 100

TSS 17 45,5 14 18 8 9 9 9 50

H2S 0,028 0,043 0,016 0,074 0,008 0,008 0,020 0 0.5

Minyak dan lemak

0,014 0,0068 0,033 0,035 4,6 4 4 5 5

Sumber: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Lampung Selatan 2013

(20)

4

TSS. TSS (Total Suspended Solid) merupakan materi yang tersuspensi yang mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser. Meskipun parameter TSS masih di bawah baku mutu Pergub Lampung Nomor 7 Tahun 2010 tetapi peningkatan drastis dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar pabrik. Air sungai dan sumur yang berwarna hitam pekat menjadi keluhan sejumlah warga khususnya petani dan peternak yang tidak dapat menggunakan air sungai atau pun air sumur karena takut tanaman mati dan ternak sakit (Mulyadi 2012). Hal ini merupakan salah satu bentuk kerugian yang harus ditanggung masyarakat di sekitar Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan akibat adanya limbah cair yang tiba-tiba mencemari sungai dan sumur warga.

Berdasarkan uraian diatas maka timbul beberapa pertanyaan yang perlu dikaji dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Bagaimana eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat akibat aktivitas Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan?

2. Berapa biaya eksternal yang harus ditanggung masyarakat akibat aktivitas pabrik gula rafinasi?

3. Berapa besar nilai kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat (WTA) akibat eksternalitas negatif yang disebabkan dari kegiatan pabrik gula rafinasi di Kabupaten Lampung Selatan?

4. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap besarnya kompensasi masyarakat di sekitar Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah mengestimasi biaya eksternal dan willingness to accept masyarakat akibat pencemaran air di sekitar Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan, sedangkan tujuan khususnya adalah:

(21)

5 2. Mengestimasi besarnya biaya eksternal yang harus ditanggung masyarakat

akibat aktivitas pabrik gula rafinasi.

3. Mengestimasi besar nilai kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat (WTA) akibat eksternalitas negatif yang disebabkan dari kegiatan pabrik gula rafinasi di Kabupaten Lampung Selatan.

4. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap besarnya kompensasi masyarakat di sekitar Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Akademisi dan peneliti, sebagai referensi untuk mengestimasi besarnya kerugian ekonomi dan willingness to accept masyarakat akibat kerusakan lingkungan.

2. Pemerintah, sebagai referensi untuk membuat kebijakan perbaikan kualitas lingkungan.

3. Swasta, membuat program kepedulian untuk masyarakat yang terkena pencemaran.

4. Industri, sebaiknya limbah yang akan dibuang ke lingkungan sekitar diolah dahulu agar tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan.

5. Masyarakat luas, untuk lebih mengedepankan terjaganya kualitas lingkungan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(22)

6

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Pabrik Gula Rafinasi

Pabrik gula rafinasi adalah pabrik yang mengolah lebih lanjut dari gula mentah atau raw sugar melalui proses defikasi yang tidak dapat langsung dikonsumsi manusia sebelum diproses lebih lanjut. Hal yang membedakan proses produksi gula rafinasi dan gula kristal putih adalah gula rafinasi menggunakan proses karbonasi sedangkan gula kristal putih menggunakan proses sulfitasi (Krisnamurthi 2012). Bahan baku gula rafinasi adalah gula kristal mentah dan proses pembuatannya selain meliputi karbonasi juga menggunakan teknologi pertukaran ion atau ion-exchanger. Gula rafinasi sangat memenuhi ketentuan keamanan pangan, sehingga sangat sesuai bagi industri pangan dan farmasi maupun dikonsumsi langsung (Agrifinasi 2013).

Keberadaan pabrik gula rafinasi memiliki dampak negatif bagi lingkungan jika belum memiliki sistem pengelolaan limbah yang baik. Menurut Dwiastuti (2010) secara garis besar limbah pabrik gula rafinasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Limbah padat

Limbah padat ini berasal dari blotong yang merupakan limbah padat yang dihasilkan pabrik gula rafinasi dari proses pengepresan mud liquor atau filter mud. 2. Limbah gas

Limbah gas yang dihasilkan berasal dari sisa pembakaran batubara pada boiler dan gas buangan dari karbonator.

3. Limbah cair

(23)

7

2.2 Baku Mutu Air Limbah Pabrik Gula Rafinasi

Menurut Pergub Lampung Nomor 7 tahun 2010 baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan. Parameter utama yang digunakan dalam menilai kualitas air limbah industri gula adalah BOD5, COD, TSS, minyak dan lemak, sulfida, dan

pH, seperti yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 4 Baku mutu air limbah pabrik gula rafinasi

Parameter Kadar maks

Sumber: Pergub Lampung Nomor 7 Tahun 2010

1. BOD5 (Biochemiycal Oxygen Demand)

Menurut Rahmawati (2011) BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.

2. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi (Wardhana 2001).

3. TSS (Total Suspended Solid)

(24)

8

4. Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak merupakan kelompok pencemar padatan yang mengapung di atas permukaan air, karena berasal dari ceceran oli serta minyak pelumas mesin. Sumber utama pencemar minyak dari industri gula dan gula rafinasi adalah minyak tanah dan minyak pelumas dari mesin-mesin yang digunakan, senyawa tersebut mengandung unsur utama karbon dan hidrogen (Kristanto 2004).

5. Sulfida

Menurut Achmad (2004) dalam Handayani (2012) sulfida adalah senyawa yang berbau dan beracun sebagai akibat terjadinya penguraian protein karena pembusukan bahan organik yang mengandung belerang atau sebagai hasil reduksi sulfat pada kondisi anaerob oleh mikroorganisme. Pada limbah cair industri, sulfida dapat terbentuk dari bahan baku dan bahan penolong yang mengandung unsur sulfur.

6. pH

Menurut Wardhana (2001) air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 sampai 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7 sampai 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah.

2.3 Pencemaran Air

Menurut Wardhana (2001) adanya kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air akan tetapi didasarkan pada keadaan normalnya. Sehingga apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu berarti air tersebut telah mengalami pencemaran. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya:

1. Adanya perubahan suhu.

(25)

9 3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air.

4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut. 5. Adanya mikroorganisme.

6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air, antara lain: 1. Terganggunya kehidupan organisme air.

2. Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi). 3. Pendangkalan dasar perairan.

4. Punahnya biota air, misalnya: ikan, yuyu, udang, dan serangga air. 5. Munculnya banjir akibat got tersumbat sampah.

6. Menjalarnya wabah muntaber.

2.4 Eksternalitas

Eksternalitas adalah efek samping dari suatu tindakan suatu agen ekonomi (pihak tertentu) terhadap agen ekonomi lain. Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas agen manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan. Menurut pandangan ekonomi, eksternalitas timbul karena prinsip alokasi sumberdaya yang efisien tidak terpenuhi. Karakteristik barang atau sumberdaya publik, ketidaksempurnaan pasar, dan kegagalan pemerintah merupakan contoh keadaan yang tidak memiliki hak kepemilikan. Eksternalitas dibagi menjadi dua berdasarkan dampaknya yaitu eksternalitas positif dan negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan terhadap pihak lain dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak tertentu tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Eksternalitas negatif ialah dampak yang bersifat merugikan bagi orang lain dan tidak menerima kompensasi terhadap kerugian tersebut (Yakin 1997). Menurut Mangkoesoebroto (1997) dalam perekonomian terdapat empat kemungkinan eksternalitas, yaitu:

1. Konsumen-konsumen, yaitu tindakan seorang konsumen yang menimbulkan eksternalitas bagi konsumen lain, misalnya kebisingan, asap rokok.

(26)

10

misalnya pembuangan limbah rumahtangga ke aliran sungai dapat mengganggu nelayan atau perusahaan air minum.

3. Produsen-konsumen, terjadi jika aktivitas suatu produsen mengakibatkan perubahan fungsi utilitas konsumen. Contoh: pabrik yang menyebabkan polusi sungai mengganggu penduduk yang menggunakan air tersebut. 4. Produsen-produsen, terjadi jika suatu kegiatan produksi mengakibatkan

perubahan fungsi produksi dari produsen lain. Contoh: pabrik yang menimbulkan polusi air mengakibatkan kenaikan biaya produksi perusahaan lain yang menggunakan air sebagai salah satu faktor produksi. Efisiensi akan tercapai apabila:

MSC = MSB………..…...(1) MSC = PMC + MEC………..…...(2) MSB = MPB + MEB………..…...(3) Dimana:

MSC = Marginal Social Costs MSB = Marginal Social Benefits PMC = Marginal Private Cost MEC = Marginal External Cost MPB = Marginal Private Benefits MEB = Marginal External Benefits

Efisiensi ekonomi akan tercapai apabila MSC=MSB. Namun, pada kasus eksternalitas negatif produsen tidak memperhitungkan MEC dan MEB dalam menentukan harga dan jumlah barang yang dihasilkannya, sehingga produsen berproduksi pada tingkat yang terlalu besar karena perhitungan biayanya menjadi terlalu murah dibandingkan dengan biaya yang harus dipikul oleh seluruh masyarakat. Pada kasus ini MSC = PMC + MEC > MSB, sehingga produksi harus dikurangi agar efisiensi produksi dapat dicapai (Mangkoesoebroto 1997).

2.5 Biaya Eksternal

(27)

11 kegiatan produksi pabrik kertas yang berlokasi di hulu sungai menghasilkan limbah cair yang dibuang ke sungai. Limbah cair tersebut mengandung zat-zat organik yang dapat mencemari sungai sehingga merugikan masyarakat yang ada di daerah hilir. Jika air di hilir tersebut digunakan untuk bahan baku perusahaan air minum, maka akan diperlukan biaya yang lebih besar untuk mengolah air tersebut sebelum dikirim ke konsumen. Biaya eksternal akan meningkat seiring dengan meningkatnya proses produksi dapat dilihat pada Gambar 1 (Putri et al 2010).

$ Marginal External Cost

Produksi

Gambar 1 Hubungan antara tingkat produksi dengan biaya eksternal

2.6 Penelitian Terdahulu

(28)

12

Tabel 5 Penelitian terdahulu

Peneliti Judul penelitian Analisis Hasil penelitian

Triani, A pohon per tahun. Nilai tersebut dipengaruhi oleh faktor pendapatan dan kepuasan terhadap nilai pembayaran jasa lingkungan selama ini yang paling dominan.

Ramadhan, rata WTA sebesar Rp54.300,00 per bulan per KK yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan paling metode cost of illness dan replacement cost, Rp154.708 per bulan dan nilai rata-rata WTA responden adalah jumlah tanggungan dan ada atau tidaknya upaya untuk mengatasi Metode cost of illness, replacement cost, dan antara lain pencemaran air tanah, udara, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kebisingan. Total biaya eksternal yang ditanggung

masyarakat RW 04 Desa Cepiring Rp229.845.336 per tahun,

(29)

13

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini terdiri dari kerangka teoritis dan kerangka operasional. Kerangka teoritis berisi penjelasan secara rasional terkait objek yang diteliti dengan didukung oleh data-data secara teoritis, sedangkan kerangka operasional adalah kerangka yang menyatakan tentang urutan langkah dalam melaksanakan penelitian.

3.1 Kerangka Teoritis

3.1.1 Loss of Earnings

Menurut Hufscmidt, et al. (1992) dalam Farhani (2011) metode loss of earnings (penghasilan yang hilang) merupakan salah satu metode valuasi ekonomi yang digunakan untuk melakukan penilaian biaya lingkungan berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar. Penggunaan pada metode ini mudah dilakukan karena mengikuti harga pasar aktual barang dan jasa yang berlaku saat ini.

3.1.2 Analisis Willingness to Accept

Willingness to accept adalah pengukuran kesediaan untuk menerima pembayaran dimana masyarakat yang terkena dampak untuk bersedia menerima pembayaran atas kerusakan lingkungan. Willingness to accept merupakan salah satu bagian dari metode Contingent Valuation Methode (CVM) yang dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa lingkungan atau fungsi ekosistem yang dianggap tidak memiliki nilai guna (Garrod dan Kennet 1999). Menghitung nilai CVM ini dapat ditanyakan langsung melalui survei dengan kuisioner ke individu atau masyarakat sejauh mana masyarakat bersedia menerima kompensasi akibat adanya kerusakan lingkungan. Kuisioner CVM meliputi tiga bagian, yaitu:

1. Penulisan detail tentang benda yang dinilai, persepsi penilaian benda publik, jenis kesanggupan dan alat pembayaran.

2. Pertanyaan tentang WTA yang diteliti.

(30)

14

3.1.2.1 Asumsi dalam Pendekatan WTA

Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai Willingness to Accept (WTA) dari setiap responden adalah:

1. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berlokasi di Desa Kertosari dan Mulyosari yang merasakan dampak negatif dari aktivitas Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan.

2. Nilai WTA yang diberikan konsumen merupakan besarnya nilai kompensasi yang bersedia diterima masyarakat karena adanya penurunan kualitas lingkungan akibat aktivitas pabrik.

3.1.2.2 Langkah-langkah untuk Mengetahui Nilai WTA

Menurut Hanley dan Spash (1993), langkah-langkah dalam metode CVM dibagi menjadi enam tahap, yaitu:

1. Membangun pasar hipotetis

Pasar hipotetis yang dibangun harus diuraikan secara jelas skenario kegiatannya dalam instrumen survei yang menggunakan kuisioner, sehingga responden dapat memahami benda lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Kuisioner yang digunakan juga harus menguraikan apakah semua konsumen bersedia menerima kompensasi dari kerusakan lingkungan tersebut.

2. Memunculkan/menghasilkan nilai tawaran (bid)

Setelah kuisioner selesai dibuat, maka kegiatan survei dapat dilakukan dengan wawancara secara langsung atau pun tidak langsung. Setiap individu ditanya mengenai besarnya kompensasi yang bersedia diterima (WTA). Nilai kompensasi tersebut dapat diperoleh dengan empat cara, yaitu

a. Bidding game

Metode ini dilakukan dengan cara bertanya kepada responden terkait sejumlah nilai tertentu yang diajukan sebagai titik awal dan selanjutnya semakin meningkat sampai titik maksimum yang disepakati.

b. Closed-ended referendum

(31)

15 responden tinggal memberi jawaban sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka.

c. Payment card

Penggunaan metode ini dibutuhkan pengetahuan statistik yang baik. Metode ini dilakukan dengan menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimal atau minimal sesuai dengan preferensinya. Keunggulan dari metode ini adalah memberikan stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum atau minimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar. Metode ini dikembangkan untuk membatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar.

d. Open-ended question

Menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimum uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimum uang yang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Kelebihan dari metode ini adalah responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal, sedangkan kelemahannya terletak pada kurangnya akurasi nilai, terlalu besar variasinya, serta sering sekali ditemukan responden yang kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan.

3. Menduga nilai rata-rata WTA

Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan nilai tengah dan rata-rata dari WTA. Nilai tengah dihitung ketika terjadi rentang nilai penawaran yang terlalu jauh. Namun, untuk perhitungan nilai rata-rata dari WTA biasanya akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. Nilai tengah penawaran tidak dipengaruhi oleh rentang yang cukup besar dan selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata.

4. Menduga kurva nilai tawaran (bid curve)

(32)

16

perubahan sejumlah variabel independen dan untuk menguji sensitivitas jumlah WTA terhadap variasi perubahan mutu lingkungan.

5. Agregasi data

Agregasi data merupakan suatu proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksudkan.

6. Evaluasi

Evaluasi penggunaaan CVM berfungsi untuk menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan.

3.1.2.3 Kelemahan dan Kelebihan dalam Menentukan WTA dengan Metode CVM

Menurut Yakin (1997) kesalahan potensial estimasi nilai lingkungan dengan metode CVM meliputi kesalahan hipotetis, kesalahan strategi, kesalahan informasi, kesalahan titik awal nilai tawaran, dan kesalahan alat.

1. Kesalahan pasar hipotetis

Kesalahan ini terjadi jika deskripsi situasi hipotetis secara sistematis berbeda dengan situasi sebenarnya sehingga perbedaan ini mengakibatkan kesalahan sistematik.

2. Kesalahan strategi

Terjadi ketika responden merasa bahwa dia bisa mempengaruhi hasil akhir dari nilai ekonomi perubahan lingkungan, sehingga dia tidak menawarkan nilai yang sebenarnya. Responden bisa memberikan nilai yang lebih rendah atau nilai yang terlalu tinggi tergantungan keinginan dan kepentingan responden.

3. Kesalahan informasi

Jumlah dan kualitas informasi tentang sumberdaya yang dinilai bisa berpengaruh terhadap besarnya nilai yang ingin dibayar untuk sumberdaya tersebut. Kurangnya informasi berkaitan dengan sumberdaya yang dinilai bisa mempengaruhi nilai yang diberikan.

4. Kesalahan titik awal

(33)

17 responden tidak yakin akan nilai yang dia berikan karena dipengaruhi oleh nilai awal tadi.

5. Kesalahan alat

Kesalahan ini muncul ketika responden tidak memberikan nilai karena mereka tidak setuju dengan cara atau metode yang dipakai untuk memperoleh nilai yng ditawarkan.

Namun, dibalik kelemahannya metode CVM ini memiliki kelebihan, seperti mudah digunakan dalam berbagai konteks dan dapat mengestimasi nilai non use (nilai bukan pengguna).

3.1.3 Model Regresi Linear Berganda

Model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda. Terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada regresi berganda. Menurut Algifari (2000) metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS) yang akan menghasilkan Best Linear Unbias Estimator (BLUE). Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan asumsi klasik, yaitu:

1. Nonmultikolinearitas, artinya antara variabel independen yang satu dengan independen yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna.

2. Homoskedastisitas, artinya varians semua variabel adalah konstan.

3. Nonautokorelasi, artinya tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam model melalui tenggang waktu. Misalnya, nilai suatu variabel saat ini akan berpengaruh terhadap nilai variabel lain pada masa yang akan datang.

4. Nilai rata-rata kesalahan (error) populasi pada model stokastiknya sama dengan nol.

5. Variabel independen adalah nonstokastik (nilainya konstan pada setiap kali percobaan yang dilakukan secara berulang).

6. Distribusi kesalahan (error) adalah normal.

(34)

18

Jika semua pengamatan X1i bernilai 1, maka model diatas menjadi

Y = β1+ β2 X2i+ β3 X3i + ... + βk Xki+ εi...(5)

Keterangan :

Y = Peubah tak bebas

i = Nomor pengamatan dari 1 sampai N (populasi)/ n (sample) Xki = Pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk

β1 = Intersep

β2,3,..n = Parameter penduga Xi

εi = Galat

3.2 Kerangka Operasional

Kegiatan produksi dari pabrik gula rafinasi dapat menimbulkan eksternalitas positif dan negatif. Eksternalitas positif dari kegiatan produksi ini berupa peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan penyerapan tenaga kerja. Namun, dibalik itu kegiatan produksi tersebut juga menimbulkan eksternalitas negatif baik yang dirasakan masyarakat maupun lingkungan. Adanya peningkatan aktivitas pabrik mengakibatkan sumur-sumur masyarakat sekitar pabrik kering dan limbah yang dihasilkan pun bertambah. Limbah yang dibuang langsung ke sungai karena mahalnya biaya pengolahan limbah membuat sumur dan sungai tercemar dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat sekitar pabrik.

(35)

19

Keterangan

---: Fokus penelitian

Gambar 2 Diagram alur kerangka operasional penelitian

Pabrik Gula Rafinasi Lampung Selatan

Eksternalitas Positif Eksternalitas Negatif

- Peningkatan PDRB - Meningkatnya

penyerapan tenaga kerja di sektor industri

Peningkatan aktivitas pabrik gula rafinasi

Peningkatan limbah Keringnya air sumur

Limbah dibuang langsung ke sungai karena biaya pengolahan

limbah mahal

Pencemaran air sungai dan sumur

(36)

20

IV METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekitar pabrik gula rafinasi, tepatnya di Desa Kertosari dan Mulyosari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Desa Kertosari dan Mulyosari menurut data merupakan salah satu lokasi yang berada di dekat pabrik gula rafinasi yang masyarakatnya merasakan eksternalitas negatif dari adanya pabrik tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2014.

Sumber: Perda Kabupaten Lampung Selatan nomor 15 tahun 2012

Gambar 3 Lokasi penelitian di sekitar Pabrik Gula Rafinasi Lampung Selatan

(37)

21

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini untuk melihat ekternalitas negatif yang dirasakan masyarakat sekitar pabrik, besarnya kerugian yang harus ditanggung masyarakat, besarnya biaya kompensasi yang ingin diterima dari kerugian yang dirasakan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya kompensasi. Data primer ini berasal dari peninjauan langsung ke masyarakat dengan menggunakan kuisioner, sedangkan data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data-data yang terkait dengan daerah penelitian dan data lainnya yang dibutuhkan di dalam penelitian ini. Data ini diperoleh dari Kantor Desa Kertosari dan Mulyosari, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD), Badan Pusat Statistika (BPS), instansi terkait, berbagai pustaka seperti buku, jurnal, dan internet.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling. Responden merupakan anggota populasi penduduk yang terkena dampak akibat limbah pabrik. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 113 Kepala Keluarga (KK) dengan dua kategori yaitu rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar sebanyak 40 KK dan rumahtangga yang memiliki sawah di dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai sebanyak 73 KK. Penentuan jumlah responden tersebut berdasarkan Gujarati (2007a) yang menerapkan pengambilan sampel sekurang-kurangnya berjumlah 30 orang.

4.4 Metode Analisis Data

(38)

22

kompensasi yang ingin diterima masyarakat akibat pencemaran, dan analisis regresi linier berganda untuk faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi. Pengolahan analisis kuantitatif ini dapat dilakukan dengan menggunakan program MS Excel 2007 dan SPSS 17. Berikut merupakan Tabel 6 yang menggambarkan keterkaitan antara sumber data, metode analisis data, dan tujuan dalam penelitian ini.

Tabel 6 Matriks metode analisis data

No Tujuan penelitian Sumber data Metode analisis Data

4.4.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Dirasakan Masyarakat

Analisis dampak eksternalitas negatif yang timbul akibat aktivitas pabrik gula rafinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang dirasakan masyarakat atas aktivitas tersebut. Analisis ini meliputi ada atau tidak adanya gangguan atas aktivitas pabrik, pandangan responden terhadap kualitas lingkungan, dan dampak yang timbul akibat aktivitas pabrik. Dampak eksternalitas negatif ini diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

4.4.2 Estimasi Biaya Eksternal yang Harus Ditanggung Masyarakat

(39)

23 memiliki sumur. Setelah itu, klasifikasikan jenis kerusakan di masing-masing sektor, pilih beberapa sampel dari masing-masing sektor, dan hitung besarnya pendapatan sebelum terjadi kerusakan lingkungan dan setelah terjadi kerusakan lingkungan (misalnya produktivitas pertanian menurun, ternak mati, sumur kering dan tercemar). Besarnya pendapatan yang hilang merupakan selisih antara pendapatan sebelum kerusakan dan setelah terjadi kerusakan. Total biaya eksternal yang harus ditanggung masyarakat merupakan hasil perhitungan dari beberapa sampel dikali total populasi dari masing-masing sektor. Perhitungan akan menggunakan formula sebagai berikut:

...(6) Dimana:

= Perubahan pendapatan (kerugian) (Rp)

E1 = Pendapatan sebelum terjadinya pencemaran pabrik gula rafinasi (Rp) E2 = Pendapatan setelah terjadinya pencemaran pabrik gula rafinasi (Rp)

4.4.3 Estimasi Nilai WTA

Besarnya nilai WTA masyarakat dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan ini memiliki enam tahapan (Hanley and Spash 1993), yaitu:

1. Membangun Pasar Hipotetis

Hipotetis pasar dibuat dengan skenario bahwa pabrik gula rafinasi yang membuang limbahnya ke sungai akan memberlakukan peraturan baru yaitu pemberian dana kompensasi dengan tujuan mengurangi kerugian akibat eksternalitas negatif yang timbul. Pertanyaan dalam pasar hipotetis yang akan dibentuk dalam skenario adalah:

(40)

24

berdasarkan survei masyarakat masih merasa kurang dengan kompensasi yang diberikan. Sehingga besarnya kompensasi akan langsung ditanyakan kepada setiap responden yang merasakan dampak dan akan digunakan untuk apa saja kompensasi tersebut.”

2. Memperoleh Nilai Penawaran

Alat survei telah dibuat, maka survei dilakukan dengan cara wawancara langsung. Responden ditanya besarnya minimum WTA untuk menerima dampak penurunan kualitas lingkungan, dalam hal ini digunakan cara payment card. 3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA (Estimating Mean WTA)

Perhitungan nilai rata-rata dan median dapat dilakukan setelah nilai WTA diketahui. Dugaan rata-rata dihitung dengan rumus:

...(7) Dimana:

EWTA = Dugaan rataan WTA (Rp) WTA = WTA individu ke-i (Rp) Xi = Jumlah tiap data (orang)

ni = Jumlah sampel ke-i yang bersedia menerima sebesar WTA (orang)

i = Responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi (orang) 4. Menduga Kurva Penawaran

Pendugaan kurva penawaran akan dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut ini:

WTA= f (UR, PNDK, PNDP, JTT, JTK, LT, DWA, DRA, DBA, DPTN, DPTR, DPlain, KRGN)

Dimana:

UR = usia responden (tahun) PNDK = tingkat pendidikan (tahun) PNDP = tingkat pendapatan (Rp) JTT = jarak tempat tinggal (meter)

JTK = jumlah tanggungan keluarga (orang) LT = lama tinggal (tahun)

DWA = dummy warna air (kotor= 1; tidak kotor= 0)

(41)

25 DBA = dummy bau air (berbau= 1; tidak berbau= 0)

DPTN = dummy jenis pekerjaan petani (petani= 1; bukan petani= 0) DPTR = dummy jenis pekerjaan peternak (peternak=1; bukan peternak= 0) DPLain = dummy jenis pekerjaan lain (buruh dan wiraswasta= 1; bukan buruh dan wiraswasta= 0)

KRGN = kerugian ekonomi (Rp) 5. Menjumlahkan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Nilai total WTA dari masyarakat dapat diketahui setelah menduga nilai tengah WTA. Rumus yang dapat digunakan adalah:

TWTA= ...(8) Dimana:

TWTA = Total WTA (Rp)

WTA = WTA individu ke-i (Rp)

ni = Jumlah sampel ke-i yang bersedia menerima sebesar WTA (orang)

i = Responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi (orang) 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM

Tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Pelaksanaan model CVM dapat dievaluasi dengan melihat tingkat keandalan (reliability) fungsi WTA dengan melihat nilai R-Square dari model regresi linier berganda WTA.

4.4.4 Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya WTA

Analisis fungsi WTA bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi WTA masyarakat Desa Kertosari dan Mulyosari. Alat analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Fungsi persamaan sebagai berikut:

midWTAi = β0+ β1UR + β2PNDK + β3PNDP + β4 JTT + β5 JTK + β6 LT

+ β7 DWA + β8 DRA + β9 DBA + β10 DPTN + β11 DPTR + β12

(42)

26 Dimana:

midWTAi = Nilai WTA responden (Rp)

β0 = konstanta

β1,,,β13 = koefisien regresi UR = usia responden (tahun) PNDK = tingkat pendidikan (tahun) PNDP = tingkat pendapatan (Rp) JTT = jarak tempat tinggal (meter)

JTK = jumlah tanggungan keluarga (orang) LT = lama tinggal (tahun)

DWA = dummy warna air (kotor= 1; tidak kotor= 0)

DRA = dummy rasa air (air memiliki rasa= 1; air tidak memiliki rasa= 0) DBA = dummy bau air (berbau= 1; tidak berbau= 0)

DPTN = dummy jenis pekerjaan petani (petani= 1; bukan petani= 0)

DPTR = dummy jenis pekerjaan peternak (peternak= 1; bukan peternak= 0) DPLain = dummy jenis pekerjaan lain (buruh dan wiraswasta= 1; bukan buruh

dan wiraswasta= 0) KRGN = kerugian ekonomi (Rp) i = responden ke i (i=1,2,...113) ε = galat

(43)

27 yang tinggi karena jenis pekerjaan mereka yang memiliki resiko yang tinggi dan berkaitan langsung dengan pencemaran. Kerugian ekonomi yang harus ditanggung berbanding lurus, semakin tinggi kerugian maka masyarakat akan meminta kompensasi yang tinggi juga.

(44)

28

Tabel 7 Indikator pengukuran nilai WTA

No Variabel Cara pengukuran

1 WTA Menggunakan payment card yang didasarkan pada

harga bensin sebagai batas bawah dan harga membuat sumur bor sebagai batas atas

2 Usia responden/UR

(tahun)

Dibedakan menjadi lima kelas yaitu:

a. 15 – 24 tahun c. 35 – 44 tahun e. ≥ 55 tahun b. 25 – 34 tahun d. 45– 54 tahun

3 Tingkat pendidikan/ PNDK (tahun)

Dibedakan menjadi lima kelas yaitu: a. SD d. Perguruan Tinggi b. SMP e. Tidak Sekolah c. SMA

4 Tingkat

pendapatan/PNDP (Rp)

Dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu: a. < Rp500.000

b. Rp500.000 - Rp1.500.000

c. Rp1.500.001 - Rp2.500.000 d. Rp2.500.001 - Rp3.500.000 e. > Rp3.500.000

5 Jarak tempat tinggal/ JTT (meter)

Dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu: a. < 500 m d. 1.501 – 2.000 m b. 500 – 1.000 m e. >2.001 m

c. 1.001 – 1.500 m

6 Jumlah tanggungan

keluarga/JTK (orang)

Dikelompokan menjadi lima kelas yaitu: a. ≤ 2 orang d. 5 orang

b. 3 orang e. ≥6 orang c. 4 orang

7 Lama tinggal/ LT

(tahun)

Dikelompokan menjadi lima kelas yaitu: a. ≤ 5 tahun d. 26-35 tahun b. 6-15 tahun e. ≥ 35 tahun c. 16-25 tahun

8 Warna air / DWA Dummy:1= Air kotor; 0= Air tidak kotor

9 Rasa air/ DRA Dummy:1= Air memiliki rasa; 0= Air tidak memiliki

rasa

10 Bau air/ DBA Dummy:1= Air berbau; 0= Air tidak berbau

11 Jenis pekerjaan petani/DPTN

Dummy:1= Petani; 0= bukan petani

12 Jenis pekerjaan peternak/DPTR

Dummy:1= Peternak; 0= bukan peternak

13 Jenis pekerjaan

(45)

29

4.4.5 Pengujian Parameter Regresi

Pengujian parameter regresi dapat dilakukan dengan pengujian statistik terhadap model dan pengujian asumsi klasik terhadap model. Pengujian statistik terhadap model dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu uji keandalan, uji statistik t, dan uji statistik f.

1. Uji keandalan

Menurut Gujarati (2007b), R-Square (R2) menyatakan persentase dari total variabel Y/dependent yang dijelaskan oleh variabel independent dalam model regres. Tingkat reabilitas yang baik dalam penggunaan CVM yaitu nilai R-Square yang lebih besar dari 15 persen. Nilai R-Square dapat dihitung dengan rumus:

R2=

...(9)

Dimana:

R2 = Koefisien Determinasi JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKT = Jumlah Kuadrat Total

2. Uji statistik t

Menurut Bravo (2013) uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual atau untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y). Hipotesis statistiknya:

Ho: β = 0 (X tidak berpengaruh terhadap Y)

H1: β ≠ 0 (X berpengaruh terhadap Y)

Statistik uji: t=

...(10)

Kriteria uji:

Tolak H0 jika thit≥ ttab atau thit≤ ttab atau terima H0 jika ttab< thit < ttab

dengan

t

tab

t

0.5;dfn2

3. Uji statistik f

Menurut Bravo (2013) uji F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara simultan serentak atau untuk menguji keberartian model regresi yang digunakan. Hipotesis statistiknya:

(46)

30

H1: β ≠ 0 (model regresi Y terhadap X memiliki arti)

Statistik uji:

Fhit=

...(11)

Dimana:

JKR = jumlah kuadrat regresi JKG = jumlah kuadrat galat k = jumlah peubah n = jumlah responden Kriteria uji:

Tolak H0 jika Fhit≥ Ftab , Ftab= Fα(v1,v2) dimana v1 = 1 dan v2 = n  2

Menurut Statistical Data Analyst (2013) terdapat empat uji asumsi klasik terhadap model yang sering digunakan, yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas.

1. Uji normalitas

Uji normalitas adalah pengujian asumsi residual yang berdistribusi normal. Asumsi ini harus terpenuhi untuk model regresi linier yang baik. Uji normalitas dilakukan pada nilai residual model. Asumsi normalitas dapat diperika dengan pemeriksaan output normal P-P plot atau normal Q-Q plot. Asumsi normalitas terpenuhi ketika penyebaran titik-titik output plot mengikuti garis diagonal plot dan ketika pengujian menghasilkan P-value (Sign) > α. Nilai α ditentukan sebesar 10%, 15%, atau 20%.

2. Uji heteroskedastisitas

(47)

31 H0: homoskedastisitas

H1: heteroskedastisitas

Tidak terjadi pelanggaran asumsi heteroskedastisitas jika nilai probabilitas (p- value) lebih dari alpha maka terima H0.

3. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi adalah pengujian asumsi residual yang memiliki korelasi pada periode ke-t dengan periode sebelumnya (t-1). Harapannya model regresi linier berganda memiliki residual yang tidak ada autokorelasi. Statistik uji yang sering digunakan adalah Uji Durbin-Watson. Tabel 8 merupakan selang nilai statistik DW serta keputusannya.

Tabel 8 Selang nilai statistik Durbin Watson serta keputusannya

Hipotesis nol Keputusan Jika

tidak ada autokorelasi positif tolak 0 < d < dl tidak ada autokorelasi positif tidak ada keputusan dl ≤ d ≤ du tidak ada autokorelasi negatif tolak 4-dl < d <4 tidak ada autokorelasi negatif tidak ada keputusan 4-du ≤ d ≤ 4-dl tidak ada autokorelasi positif dan

negatif

jangan tolak du < d < 4-du

Sumber : Juanda 2009

Cara mendeteksi autokorelasi apabila nilai DW mendekati dua maka tidak terjadi autokorelasi. Nilai statistik uji ini adalah:

DW ≈ 2 (1 - ρ)...(12) Dimana:

ρ = korelasi antar residual

Tidak ada autokorelasi jika ρ sama dengan nol sehingga apabila nilai DW mendekati dua maka nilai ρ mendekati nol.

4. Uji multikolinearitas

(48)

32

V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Pabrik Gula Rafinasi

Kondisi umum pabrik gula rafinasi yang dijelaskan dalam penelitian ini meliputi sejarah berdirinya pabrik, potensi dan jenis limbah pabrik, Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) pabrik, hasil produksi dan pemasarannya, serta tata letak pabrik.

5.1.1 Sejarah Berdirinya Pabrik

Pabrik gula rafinasi yang dijelaskan dalam penelitian ini berlokasi di Jalan Sutami No. 45 Desa Malangsari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Adapun batas-batas wilayah dari Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Gunung Agung b. Sebelah Selatan : Sindang Anom c. Sebelah Timur : Sindang Anom

d. Sebelah Barat : Desa Kertosari dan Sidodadi Asri

Pabrik yang didirikan tahun 2005 ini memiliki luas 14 hektar dan merupakan salah satu pabrik rafinasi yang memproduksi gula super putih dengan memakai raw sugar yang diimpor dari beberapa negara, seperti Thailand, Brazil, dan Australia. Tenaga kerja yang mampu diserap oleh pabrik gula rafinasi di Provinsi Lampung kurang lebih 407 orang tenaga operasional dan 140 orang tenaga pendukung. Pada awalnya pabrik ini memiliki kapasitas terpasang 750 ton per hari dan pada Januari 2013 pabrik mampu memiliki kapasitas terpasang 1500 ton per hari.

5.1.2 Potensi dan Jenis Limbah Pabrik

(49)

33 (sentrifugation), pengeringan (drying), serta pengepakan dan pengarungan. Berikut diagram proses pembuatan gula rafinasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Potensi limbah yang muncul dari proses pembuatan gula rafinasi

Proses produksi di atas yang berpotensi menimbulkan bahaya terhadap kualitas lingkungan adalah proses penanganan gula mentah yang akan menghasilkan uap zat mengandung bahan-bahan kimia beracun. Affinasi yang merupakan proses mencuci kristal GKM agar lapisan molases yang melapisi kristal berkurang sehingga warna ICUMSA lebih kecil. Pada proses affinasi ini akan menghasilkan uap panas dari tangki air panas. Klarifikasi dengan teknologi karbonatasi dan filtrasi akan menghasilkan bahan kimia berbahaya dari hasil reaksi karbonasi dengan menggunakan bahan susu kapur yang merupakan campuran CaO dan H2O yang akan menghasilkan kalor. Evaporasi bertujuan

(50)

34

bersuhu tinggi. Berdasarkan laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, jenis limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula rafinasi di Kabupaten Lampung Selatan adalah limbah padat, limbah gas, dan limbah cair.

a. Limbah padat

Limbah padat industri yang dihasilkan berupa “blotong” yang keluar dari unit “pressed filter”. Banyaknya blotong yang dihasilkan diperkirakan sekitar sembilan sampai sepuluh ton per hari. Limbah padat ini selanjutnya akan dibuang ke lokasi pembuangan sebagai filling di tanah milik pabrik gula rafinasi.

b. Limbah gas

Limbah gas yang dihasilkan berasal dari sisa pembakaran batubara pada boiler dan gas buangan dari karbonator. Limbah ini diserahkan kepada pihak ketiga untuk digunakan kembali sebagai tambahan untuk pembuatan paving blok dan batako. Selain itu juga abu batu bara ini dimanfaatkan melalui kerja sama dengan pabrik lain, dimana sisa pembakaran batu bara pada boiler digunakan kembali sebagai bahan bakar dengan car abu batu bara kalori rendah dicampur dengan batu bara kalori tinggi dengan perbandingan 1:9. Hal ini akan meminimalkan dampak pencemaran yang ditimbulkan akibat sisa abu bara.

c. Limbah cair

Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik gula rafinasi di Kabupaten Lampung Selatan adalah limbah cair organik yang terbentuk dari senyawa karbon. Limbah ini difermentasikan oleh bakteri pengurai, sehingga hasil fermentasi ini merupakan senyawa organik yang lebih sederhana dan merupakan unsur hara bagi tanaman. Pemanfaatan limbah cair organik pabrik di Lampung Selatan ini diambil dari limbah yang ada pada kolam polishing pond yang dialirkan langsung melalui pompa ke lahan pertanian sekitar.

5.1.3 Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Pabrik

(51)

35 dalam area proses. Setelah itu, limbah cair dipompa menuju instalasi pengelolaan air limbah untuk dilakukan pengolahan. Instalasi pengelolaan air limbah yang dimiliki oleh pabrik terdiri dari:

a. Chemical Mix Tank

Chemical mix tank merupakan suatu unit yang berfungsi untuk mencipatakan suatu larutan limbah menjadi homogen sekaligus tempat ditambahkannya floculant dan decolorant sebagai fungsi pengendapan.

b. Settling Pond

Suatu unit yang berfungsi sebagai pemisah antara fasa cair dan fasa padatan dengan proses dekanter. Fasa padatan dipisahkan untuk diolah menjadi batako, sedangkan fasa cairan dilanjutkan menuju unit berikutnya yaitu equalizing pond. c. Equalizing Pond

Limbah cair yang dialirkan ke unit ini akan mengalami proses homogenisasi kembali. Equalizing pond berperan mengatur debit air limbah yang akan masuk ke anaerobic pond dengan sistem overflow. Pada kolam ini ditambahkan nutrisi untuk bakteri sebagai stater awal pemicu pertumbuhan bakteri.

d. Anaerobic Pond

Anaerobic pond berfungsi untuk mengolah limbah cair dengan sistem anaerob dengan hasil samping yang dikeluarkan adalah gas NH4 yang dapat digunakan

sebagai bahan bakar dan lumpur aktif yang dapat pula digunakan sebagai pupuk. e. Aerobic Pond

Pada kolam pengolah aerobic pond, limbah cair diolah dengan proses koagulasi dan flokulasi dengan tujuan menurunkan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological Chemical Demand). Kadar BOD dan COD limbah cair akan turun sangat signifikan di kolam pengolah ini.

f. Polishing Pond

Kolam ini merupakan kolam penambahan oksigen dengan menggunakan surface aerator. Pada kolam ini juga dilakukan returned sludge menuju ke aerobic dan anaerobic.

g. Polishing Expansion Pond

(52)

36

dengan adanya kolam ini waktu tinggal dari air limbah akan semakin lama sehingga kadar air limbah akan turun. Sebelum dibuang ke sungai air limbah harus melewati V Notch (alat pengukur debit air limbah manual) sehingga jumlah air limbah yang masuk ke sungai dapat diketahui. Gambar 5 merupakan salah satu IPAL Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan.

Gambar 5 Contoh IPAL Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan

Namun, pengelolaan air limbah yang dilakukan oleh Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan tersebut masih meresahkan masyarakat di sekitar pabrik. Limbah yang dibuang ke sungai secara langsung karena mahalnya biaya pengolahan limbah menyebabkan kerugian yang besar bagi masyarakat, diantaranya penurunan produktivitas pertanian, gangguan pada ternak, dan sumur menjadi tercemar.

5.1.4 Hasil Produksi dan Pemasarannya

(53)

37

5.1.5 Tata Letak Pabrik

Tata letak bangunan pabrik di rancang dengan baik sehingga memungkinkan kelancaran proses produksi, terjaminnya keamanan pabrik, keselamatan kerja, serta pengembangan pabrik di masa yang akan datang. Bangunan pabrik gula rafinasi ini terdiri dari tempat penerimaan bahan baku, ruang perkantoran, ruang keamanan, ruang proses, gudang, laboratorium, mushalla, kantin, toilet, dan garasi.

5.2 Kondisi Umum Desa Kertosari dan Mulyosari

Kondisi umum Desa Kertosari dan Mulyosari yang dijelaskan dalam penelitian ini meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi yang dibahas meliputi jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, serta sarana dan prasarana desa.

5.2.1 Kondisi Fisik Daerah Kertosari dan Mulyosari

Secara administratif Desa Kertosari dan Desa Mulyosari terletak di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Kertosari memiliki luas 1.393,6 ha, dengan rincian luas pekarangan sebesar 311 ha, luas sawah 134,6 ha, luas peladangan 939 ha, dan luas fasilitas umum sebesar 9 ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Kertosari adalah:

a. Sebelah Utara : Desa Malangsari b. Sebelah Selatan : Desa Sidomukti c. Sebelah Timur : Desa Mulyosari d. Sebelah Barat : Desa PTPN VII

sedangkan Desa Mulyosari yang merupakan desa pemekaran dari Desa Kertosari pada tahun 1986 memiliki luas 1.227 ha, dengan rincian luas pekarangan 280 ha, luas sawah 600 ha, luas peladangan 339 ha, dan luas fasilitas umum sebesar 8 ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Mulyosari adalah:

(54)

38

5.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Desa Kertosari tahun 2013 adalah 8.895 orang, dengan rincian jumlah laki-laki 4.550 orang dan jumlah perempuan 4.345 orang, sedangkan jumlah penduduk untuk Desa Mulyosari tahun 2013 adalah 4.091, dengan rincian jumlah laki-laki sebanyak 1.477 orang dan jumlah perempuan sebanyak 2.614 orang. Banyaknya penduduk Desa Kertosari dan Desa Mulyosari menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 9. Jumlah penduduk Desa Kertosari dan Desa Mulyosari didominasi oleh kelompok umur 22 tahun ke atas. Bila dihitung dalam persentase sekitar 70,3 persen penduduk Desa Kertosari dan 39,6 persen penduduk Desa Mulyosari termasuk dalam umur yang produktif. Umur tersebut tergolong umur yang produktif, karena memiliki kekuatan fisik dan pikiran yang menunjang dalam melaksanakan usaha.

Tabel 9 Jumlah penduduk Desa Kertosari dan Mulyosari menurut kelompok umur tahun 2013

No Kelompok Umur Jumlah (orang)

Desa Kertosari Desa Mulyosari

1 0-4 tahun 574 618

2 5-6 tahun 348 615

3 7-15 tahun 1.118 617

4 16-21 tahun 599 620

5 22 tahun ke atas 6.256 1.621

TOTAL 8.895 4.091

Sumber : Data Potensi Desa (2013)

(55)

39 Mata pencaharian penduduk Desa Kertosari dan Desa Mulyosari sangat bervariasi. Sebagian besar penduduk Desa Kertosari bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar 1.799 orang, buruh tani 1.620 orang, buruh swasta 893 orang, PNS sebesar 168 orang, pengrajin 30 orang, pedagang 1.179 orang, montir 66 orang, dan pegawai BUMN sebesar 942 orang. Penduduk Desa Mulyosari juga didominasi oleh mata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 452 orang, buruh tani 147 orang, buruh swasta 125 orang, PNS sebesar 16 orang, pengrajin 16 orang, pedagang 28 orang, montir sebanyak enam orang, dan pegawai BUMN sebanyak dua orang (Potensi Desa Kertosari dan Mulyosari 2013).

Desa Kertosari memiliki 49 unit Rukun Tetangga (RT) dan sebelas unit Rukun Warga (RW), sedangkan Desa Mulyosari memiliki 20 unit Rukun Tetangga (RT) dan enam unit Rukun Warga (RW). Sarana dan prasarana seperti pendidikan, peribadatan, kesehatan, dan olahraga sudah tersedia. Pada prasarana pendidikan, Desa Kertosari memiliki empat Taman Kanak-kanak (TK) dan lima Sekolah Dasar (SD), sedangkan Desa Mulyosari memiliki satu Taman Kanak-kanak (TK) dan dua Sekolah Dasar (SD). Terdapat 12 masjid, 18 mushalla, tiga gereja, dan satu wihara untuk sarana peribadatan Desa Kertosari. dan untuk Desa Mulyosari terdapat empat masjid, sepuluh mushalla, dan satu wihara. Pada prasarana kesehatan Desa Kertosari terdapat tujuh posyandu, dua bidan desa, dan empat dukun terlatih, sedangkan Desa Mulyosari terdapat satu poliklinik, empat posyandu, satu bidan desa, dan enam dukun terlatih. Terakhir, pada prasarana olahraga Desa Kertosari memiliki empat lapangan sepak bola, empat lapangan bulu tangkis, dan lima lapangan voli, sedangkan Desa Mulyosari memiliki satu lapangan sepak bola, tiga lapangan bulu tangkis, dan empat lapangan voli (Potensi Desa Kertosari dan Mulyosari 2013).

5.3 Karakteristik Responden

Gambar

Tabel 2 PDRB Kabupaten Lampung Selatan atas dasar harga konstan 2000
Tabel 3 Kandungan limbah cair pabrik gula rafinasi di Lampung Selatan tahun
Tabel 4 Baku mutu air limbah pabrik gula rafinasi
Tabel 5 Penelitian terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis perhitungan pada Gerbang Tol Baros I, Cimahi yang terdiri dari hasil rekapitulasi perbandingan analisis pelayanan antara sistem

Aspek-aspek pembangunan modal insan adalah antara aspek yang banyak dikeutarakan oleh Imam al- Shafi’i dalam diwan beliau.. Kertas kerja ini akan membincangkan secara ringkas

Untuk mewujudkan alat yang mampu mentransfer energi listrik tanpa kabel dengan efisiensi tinggi dibutuhkan penelitian yang mendalam.Hal yang perlu diperhatikan adalah

Menurut Elisabeth (2013), bahwa pelapukan bahan organik yang berasal dari azolla, fosfat alam dan abu sekam dapat memberikan unsur N, P, K dalam tanah yang dibutuhkan

Bagaimana implementasi pendekatan demokratis dalam pengelolaan kelas Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Program Boarding School kelas unggulan di MTs Negeri 1 Kudus.. Apa

Penelitian ini bertujuan memahami dampak stigmatisasi dalam hubungannya dengan perilaku kekerasan terhadap penderita; serta untuk mengetahui perilaku kekerasan yang dilakukan

Tujuan dari kegiatan yang dilaporkan ini adalah untuk mengkaji tingkat kesesuaian beberapa produk contactless smart card reader yang beredar di pasar dalam negeri terhadap

The 345 is equipped with restricted ground fault elements to detect ground faults down to 5% of the transformer winding, basic thermal protection and a full set of phase,