• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi umum pabrik gula rafinasi yang dijelaskan dalam penelitian ini meliputi sejarah berdirinya pabrik, potensi dan jenis limbah pabrik, Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) pabrik, hasil produksi dan pemasarannya, serta tata letak pabrik.

5.1.1 Sejarah Berdirinya Pabrik

Pabrik gula rafinasi yang dijelaskan dalam penelitian ini berlokasi di Jalan Sutami No. 45 Desa Malangsari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Adapun batas-batas wilayah dari Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Gunung Agung b. Sebelah Selatan : Sindang Anom c. Sebelah Timur : Sindang Anom

d. Sebelah Barat : Desa Kertosari dan Sidodadi Asri

Pabrik yang didirikan tahun 2005 ini memiliki luas 14 hektar dan merupakan salah satu pabrik rafinasi yang memproduksi gula super putih dengan memakai raw sugar yang diimpor dari beberapa negara, seperti Thailand, Brazil, dan Australia. Tenaga kerja yang mampu diserap oleh pabrik gula rafinasi di Provinsi Lampung kurang lebih 407 orang tenaga operasional dan 140 orang tenaga pendukung. Pada awalnya pabrik ini memiliki kapasitas terpasang 750 ton per hari dan pada Januari 2013 pabrik mampu memiliki kapasitas terpasang 1500 ton per hari.

5.1.2 Potensi dan Jenis Limbah Pabrik

Menurut Habsyie (2011) pembuatan gula rafinasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu penanganan gula mentah, affinasi, pemurnian, penghilangan warna (decolourization), penguapan (evaporation), masakan (boiling), putaran

33 (sentrifugation), pengeringan (drying), serta pengepakan dan pengarungan. Berikut diagram proses pembuatan gula rafinasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Potensi limbah yang muncul dari proses pembuatan gula rafinasi Proses produksi di atas yang berpotensi menimbulkan bahaya terhadap kualitas lingkungan adalah proses penanganan gula mentah yang akan menghasilkan uap zat mengandung bahan-bahan kimia beracun. Affinasi yang merupakan proses mencuci kristal GKM agar lapisan molases yang melapisi kristal berkurang sehingga warna ICUMSA lebih kecil. Pada proses affinasi ini akan menghasilkan uap panas dari tangki air panas. Klarifikasi dengan teknologi karbonatasi dan filtrasi akan menghasilkan bahan kimia berbahaya dari hasil reaksi karbonasi dengan menggunakan bahan susu kapur yang merupakan campuran CaO dan H2O yang akan menghasilkan kalor. Evaporasi bertujuan

untuk menurunkan kadar air dan meningkatkan brix. Pada proses evaporasi dan masakan menggunakan multiple effect evaporator dengan kondisi vakum, sehingga akan menimbulkan bising dan panas karena menggunakan evaporator

34

bersuhu tinggi. Berdasarkan laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, jenis limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula rafinasi di Kabupaten Lampung Selatan adalah limbah padat, limbah gas, dan limbah cair.

a. Limbah padat

Limbah padat industri yang dihasilkan berupa “blotong” yang keluar dari unit “pressed filter”. Banyaknya blotong yang dihasilkan diperkirakan sekitar sembilan sampai sepuluh ton per hari. Limbah padat ini selanjutnya akan dibuang ke lokasi pembuangan sebagai filling di tanah milik pabrik gula rafinasi.

b. Limbah gas

Limbah gas yang dihasilkan berasal dari sisa pembakaran batubara pada boiler dan gas buangan dari karbonator. Limbah ini diserahkan kepada pihak ketiga untuk digunakan kembali sebagai tambahan untuk pembuatan paving blok dan batako. Selain itu juga abu batu bara ini dimanfaatkan melalui kerja sama dengan pabrik lain, dimana sisa pembakaran batu bara pada boiler digunakan kembali sebagai bahan bakar dengan car abu batu bara kalori rendah dicampur dengan batu bara kalori tinggi dengan perbandingan 1:9. Hal ini akan meminimalkan dampak pencemaran yang ditimbulkan akibat sisa abu bara.

c. Limbah cair

Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik gula rafinasi di Kabupaten Lampung Selatan adalah limbah cair organik yang terbentuk dari senyawa karbon. Limbah ini difermentasikan oleh bakteri pengurai, sehingga hasil fermentasi ini merupakan senyawa organik yang lebih sederhana dan merupakan unsur hara bagi tanaman. Pemanfaatan limbah cair organik pabrik di Lampung Selatan ini diambil dari limbah yang ada pada kolam polishing pond yang dialirkan langsung melalui pompa ke lahan pertanian sekitar.

5.1.3 Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Pabrik

Menurut Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lampung Selatan limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik bersumber dari regenerasi IER dengan debit 500 m3 per hari, regenerasi demineralisasi sebanyak 40 m3 per hari, blowdown boiler sebanyak 40 m3 per hari, dan in house keeping sebanyak 40 m3 per hari. Seluruh limbah cair yang dihasilkan dialirkan menuju bak penampung yang berada di

35 dalam area proses. Setelah itu, limbah cair dipompa menuju instalasi pengelolaan air limbah untuk dilakukan pengolahan. Instalasi pengelolaan air limbah yang dimiliki oleh pabrik terdiri dari:

a. Chemical Mix Tank

Chemical mix tank merupakan suatu unit yang berfungsi untuk mencipatakan suatu larutan limbah menjadi homogen sekaligus tempat ditambahkannya floculant dan decolorant sebagai fungsi pengendapan.

b. Settling Pond

Suatu unit yang berfungsi sebagai pemisah antara fasa cair dan fasa padatan dengan proses dekanter. Fasa padatan dipisahkan untuk diolah menjadi batako, sedangkan fasa cairan dilanjutkan menuju unit berikutnya yaitu equalizing pond. c. Equalizing Pond

Limbah cair yang dialirkan ke unit ini akan mengalami proses homogenisasi kembali. Equalizing pond berperan mengatur debit air limbah yang akan masuk ke anaerobic pond dengan sistem overflow. Pada kolam ini ditambahkan nutrisi untuk bakteri sebagai stater awal pemicu pertumbuhan bakteri.

d. Anaerobic Pond

Anaerobic pond berfungsi untuk mengolah limbah cair dengan sistem anaerob dengan hasil samping yang dikeluarkan adalah gas NH4 yang dapat digunakan

sebagai bahan bakar dan lumpur aktif yang dapat pula digunakan sebagai pupuk. e. Aerobic Pond

Pada kolam pengolah aerobic pond, limbah cair diolah dengan proses koagulasi dan flokulasi dengan tujuan menurunkan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biological Chemical Demand). Kadar BOD dan COD limbah cair akan turun sangat signifikan di kolam pengolah ini.

f. Polishing Pond

Kolam ini merupakan kolam penambahan oksigen dengan menggunakan surface aerator. Pada kolam ini juga dilakukan returned sludge menuju ke aerobic dan anaerobic.

g. Polishing Expansion Pond

Memiliki fungsi yang hampir sama dengan polishing pond. Pada kolam ini berfungsi untuk pengendapan dari flokulan yang lebih halus atau kecil, diharapkan

36

dengan adanya kolam ini waktu tinggal dari air limbah akan semakin lama sehingga kadar air limbah akan turun. Sebelum dibuang ke sungai air limbah harus melewati V Notch (alat pengukur debit air limbah manual) sehingga jumlah air limbah yang masuk ke sungai dapat diketahui. Gambar 5 merupakan salah satu IPAL Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan.

Gambar 5 Contoh IPAL Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan Namun, pengelolaan air limbah yang dilakukan oleh Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan tersebut masih meresahkan masyarakat di sekitar pabrik. Limbah yang dibuang ke sungai secara langsung karena mahalnya biaya pengolahan limbah menyebabkan kerugian yang besar bagi masyarakat, diantaranya penurunan produktivitas pertanian, gangguan pada ternak, dan sumur menjadi tercemar.

5.1.4 Hasil Produksi dan Pemasarannya

Produk yang dihasilkan pabrik yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah gula rafinasi berupa gula kristal dari proses afinasi. Gula rafinasi dipergunakan sebagai bahan pencampuran makanan, minuman, dan industri farmasi. Pemasaran produksi dilakukan dalam skala besar, yaitu dengan cara pabrik menawarkan atau menjual produknya ke beberapa perusahaan industri makanan dan minuman yang membeli gula dalam jumlah banyak.

37

5.1.5 Tata Letak Pabrik

Tata letak bangunan pabrik di rancang dengan baik sehingga memungkinkan kelancaran proses produksi, terjaminnya keamanan pabrik, keselamatan kerja, serta pengembangan pabrik di masa yang akan datang. Bangunan pabrik gula rafinasi ini terdiri dari tempat penerimaan bahan baku, ruang perkantoran, ruang keamanan, ruang proses, gudang, laboratorium, mushalla, kantin, toilet, dan garasi.

Dokumen terkait