• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.5. Analisis Strategi Pengelolaan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Tanjung Karang Pusentas

5.5.1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Analisis SWOT dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor internal dan eksternal yang terdapat pada kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi untuk memberi arahan bagi pengembangan strategi pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat di kawasan ini. Faktor internal adalah faktor dari dalam masyarakat

lokal yang mencerminkan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Tabel 31 dan 32). Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor diluar masyarakat lokal yang kondisinya tidak diatur atau dikendalikan oleh masyarakat, yang digambarkan melalui faktor peluang dan ancaman (Tabel 31).

Tabel 31. Analisis faktor internal yang merupakan kekuatan dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.

No. Faktor Internal

B obot R at ing N il a i Pri or it a s Kekuatan : 1. 2. 3. 4. 5.

Potensi alam berupa pemandangan alam laut, pantai pasir putih, terumbu karang, dan potensi alam daratan untuk melakukan tracking (lintas alam).

Budaya dan kearifan masyarakat dalam melakukan kegiatan yang selaras alam serta kearifan masyarakat dalam melindungi terumbu karang melalui ombo, kegiatan panambe, kegiatan nontanu, dan produk kesenian lokal.

Keinginan yang kuat dari masyarakat untuk mengembangkan potensi sumberdaya pariwisata. Keterampilan masyarakat dalam menghasilkan produk kerajinan dan olahan makanan lokal yang berasal dari hasil laut.

Kelembagaan sosial masyarakat yang masih terpelihara (kelompok nelayan, institusi adat, kelompok dasawisma/PKK, kelompok pemuda, dan kelompok keagamaan). 1,00 1,00 0,50 0,75 0,75 4 4 2 4 3 4,00 4,00 1,00 3,00 2,25 I I IV II III Jumlah 14,25 Keterangan :

 Pembobotan didasarkan pada tingkat pengaruh faktor tersebut terhadap konsep pariwisata berbasis masyarakat. Kriteria digunakan (1,00 =sangat berpengaruh ; 0,75 =berpengaruh ; 0,50 =cukup berpengaruh ; 0,25 =kurang berpengaruh ; 0,00 = tidak berpengaruh).

 Rating yaitu tingkat kepercayaan atau keyakinan akan pentingnya aspek tersebut, menggunakan skala Likers dengan nilai 1-4 dengan kategori : 1 =kurang penting, 2 =cukup penting, 3 =penting, 4 =sangat penting.

 Nilai merupakan hasil perkalian antara bobot dengan rating.

Faktor strategis kekuatan (internal) dalam pengelolaan pariwisata di Tanjung Karang Pusentasi memiliki nilai total sebesar 13,50 (Tabel 31). Bila diamati melalui berbagai faktor didalamnya, ternyata faktor keragaman potensi alam, dan faktor budaya dan kearifan masyarakat mempunyai nilai yang paling tinggi (4,00) dibanding faktor-faktor lainnya. Keadaan ini sangat beralasan bila

dikaitkan dengan hasil pemetaan masyarakat tentang potensi atraksi wisata alam dan budaya yang dikemukakan pada pembahasan sebelumnya. Meskipun demikian, faktor-faktor lain seperti keterampilan masyarakat dalam memproduksi barang kerajinan lokal (3,00), kelembagaan sosial masyarakat (2,25), dan motivasi masyarakat lokal (1,00) tetap memegang peranan penting dalam upaya pengembangan kegiatan pariwisata berbasis masyarakat.

Tabel 32. Analisis faktor internal yang merupakan kelemahan dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.

No. Faktor Internal

B obot R at ing N il a i Pri or it a s Kelemahan : 1. 2. 3. 4. 5.

Akses masyarakat yang lemah terhadap informasi pengembangan pariwisata.

Rendahnya kemampuan permodalam nasyarakat dalam mengembangkan usaha yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata.

Masih rendahnya kemampuan masyarakat dalam merancang produk dalam bentuk atraksi wisata.

Keterampilan masyarakat dalam pengelolaan lokasi wisata yang masih rendah.

Belum ada kerjasama antar lembaga masyarakat yang terdapat di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi.

1,00 0,75 0,75 0,75 0,50 4 4 4 4 3 4,00 3,00 3,00 3,00 1,50 I II II II IV Jumlah 14,50

Faktor internal yang merupakan kelemahan memiliki nilai total sebesar 14,50 (Tabel 32), dengan faktor kelemahan yang paling menonjol adalah akses masyarakat yang lemah terhadap informasi pengembangan pariwisata. Sementara itu faktor-faktor kelemahan lainnya yang juga menonjol adalah rendahnya kemampuan permodalan masyarakat, merancang produk wisata, dan pengelolaan lokasi wisata.

Tabel 33. Analisis faktor eksternal yang merupakan peluang dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.

No. Faktor Eksternal

B obot R at ing N il a i Pri or it a s Peluang

1. Dukungan pemerintah kepada masyarakat untuk melindungi potensi sumberdaya alam dan budaya (Renstra Pariwisata Donggala).

1,00 3 3,00 II

2. Pengembangan obyek wisata lokal dengan ciri khas daerah sebagai bagian dari aktifitas masyarakat (Renstra Pariwisata Donggala)

0,75 3 2,25 III

3. Dukungan pemerintah untuk meningkatkan peran aktif masyarakat (Renstra Pariwisata Donggala).

1,00 4 4,00 I 4. Adanya keinginan pihak swasta/pengusaha untuk

melibatkan masyarakat lokal.

0,50 2 1,00 IV 5. Dukungan/perhatian lembaga swadaya masyarakat

untuk mendorong peranserta masyarakat dalam pengembangan pariwisata.

0,75 4 3,00 II

Jumlah 13,25

Faktor-faktor strategis eksternal yang merupakan peluang bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Tanjung Karang Pusentasi memiliki nilai sebesar 13,25 (Tabel 33). Faktor yang dapat diandalkan untuk mengembangkan sistim pengelolaan berbasis masyarakat adalah dukungan pemerintah untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan pariwisata seperti yang tertuang dalam rencana strategi pariwisata Donggala tahun 2003. Sementara itu faktor-faktor lain yang juga dapat mendukung adalah dukungan pemerintah terhadap perlindungan potensi alam dan budaya, dukungan lembaga swadaya masyarakat, dan konsep pemerintah yang akan mengembangkan obyek wisata dengan ciri khas lokal serta menjadikannya sebagai bagian dari aktifitas masyarakat. Dukungan pihak swasta dalam hal ini tidak terlalu berpengaruh yang disebabkan karena orientasi profit yang dianut oleh pengusaha pada umumnya.

Tabel 34. Analisis faktor eksternal yang merupakan ancaman dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.

No. Faktor Eksternal

B obot R at ing N il a i Pri or it a s Ancaman : 1. 2. 3. 4. 5.

Tidak adanya aturan dan mekanisme yang jelas, dari pemerintah, yang dapat menjamin keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata.

Kegiatan pariwisata yang berbenturan dengan kegiatan ekonomi masyarakat lokal dan mengamcam akses masyarakat terhadap sumberdaya.

Kegiatan pembangunan pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah yang lebih menekankan pada aspek fisik. Pembangunan prasarana penunjang pariwisata yang megakibatkan kerusakan lingkungan.

Sikap pemerintah yang lebih berpihak kepada pengusaha/swasta. 1,00 1,00 0,75 0,50 0,75 4 3 2 3 4 4,00 3,00 1,50 1,50 3,00 I II IV IV III Jumlah 13,00

Faktor-faktor eksternal yang merupakan ancaman bagi penerapan konsep pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat seperti yang dikemukakan pada Tabel 34 diatas memiliki nilai total sebesar 12,15. Faktor yang paling menonjol adalah berkaitan dengan tidak adanya aturan dan mekanisme yang dapat menjamin keterlibatan masyarakat secara penuh didalam kegiatan pariwisata. Ancaman lainnya yang menonjol adalah perbenturan kepentingan antara kegiatan pariwisata dengan kegiatan ekonomi masyarakat. Variasi dari ancaman ini dapat berupa hilangnya hak masyarakat terhadap lahan yang dimilikinya, dan hilangnya akses mereka terhadap sumberdaya seperti yang terjadi pada konflik pemanfaatan terumbu karang untuk lokasi penyelaman dengan kepentingan nelayan di Tanjung Karang. Disamping itu, komitmen yang rendah terhadap pembangunan yang bersifat non-fisik dan berorientasi lingkungan, rendahnya keberpihakan pada masyarakat lokal merupakan ancaman dalam mengembangkan sistim pengelolaan yang berbasis masyarakat.

Pengembangan strategi pengelolaan pariwisata yang berbasis masyarakat dikawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi dilakukan dengan mensinergikan

faktor-faktor internal dan eksternal pada Tabel 31, 32, 33, dan 34 kedalam 4 pilihan strategi sebagaimana dikemukakan pada Tabel 35 berikut.

Tabel 35 Matriks SWOT dalam pengelolaan pariwisata di kawasan wisata Tanjung Karang Pusentasi

Faktor eksternal

Faktor internal Kekuatan (S) :

Potensi alam yang tersedia (4,00)

Potensi budaya dan kearifan masyarakat (4,00)

Keterampilan masyarakat dalam menghasilkan

kerajinan dan makanan hasil laut (3,00)

Kelembagaan sosial masyarakat yang masih terpelihara (2,25)

Keinginan kuat masyarakat (1,00)

Kelemahan (W) :

Akses masyarakat rendah terhadap informasi pengembangan pariwisata (4,00) Rendahnya kemampuan permodalan masyarakat (3,00) Rendahnya kemampuan masyarakat merancang produk/atraksi wisata (3,00) Keterampilan pengelolaan pariwisata yang rendah (3,00)

Belum ada kerjasama antar lembaga masyarakat (1,50) Peluang (O) :

Dukungan pemerintah untuk meningkatkan peran aktif masyarakat (4,00) Dukungan pemerintah kepada masyarakat untuk melindungi potensi alam dan budaya (3,00)

Dukungan lembaga swadaya masyarakat bagi peranserta masyarakat (3,00)

Kebijakanpemerintah untuk mengembangkan pariwisata dengan ciri khas lokal oleh masyarakat (2,25)

Keinginan pihak swasta melibatkan masyarakat (1,00)

Strategi S-O :

 Pengelolaan potensi yang beragam tersebut

dilakukan secara bersama oleh semua pihak dimana masyarakat lokal

mengambil peran dalam pengambilan keputusan.

 Mengintegrasikan modal sosial masyarakat (budaya dan kearifan lokal) dengan program pemerintah.

 Pengembangan

kemampuan masyarakat dalam melakukan assessment terhadap potensi lokal yang dimilikinya.

Strategi W-O :

 Pengembangan kapasitas masyarakat lokal dan organisasi sosial yang dimilikinya .

 Membangun mekanisme penyediaan modal usaha bagi masyarakat lokal yang mengikutsertakan semua pihak.

 Mengembangkan jaringan kerjasama yang setara antara kelompok- kelompok atau

organisasi masyarakat lokal dengan pemerintah, swasta, dam lembaga swadaya masyarakat.

Tabel 35. Lanjutan Ancaman (T) :

Tidak ada peraturan dan mekanisme yang jelas bagi keterlibatan masyarakat (4,00)

Benturan kegiatan pariwisata dengan kegiatan ekonomi masyarakat yang

mengancam akses terhadap sumberdaya (3,00)

Sikap pemerintah lebih lebih berpihak kepada pengusaha (3,00)

Pembangunan pariwisata yang lebih menekankan pada aspek fisik (1,50) Pembangunan prasarana pariwisata mengakibatkan kerusakan lingkungan (1,50) Strategi S-T :  Mensinkronisasikan modal sosial yang dimiliki masyarakat dengan kemampuan kapital yang dimiliki oleh stakeholder lainnya.

 Membangun sistim perencanaan

pengembangan pariwisata yang memungkinkan terpeliharanya hak dan akses masyarakat terhadap sumberdaya.

 Mengembangkan prinsip pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan.

Strategi W-T :  Menyiapkan peraturan dan mekanisme keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata.  Penguatan organisasi dan kelembagaan yang terdapat pada masyarakat lokal.  Membangun sistim pengelolaan yang memungkinkan masyarakat sebagai pemilik saham .