• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Kecamatan Banawa merupakan bagian dari wilayah Dataran Bambamua-Tanah Mea, yang secara geologi terdiri dari endapan-endapan pantai dan alluvial baru yang berasal dari sedimen yang lebih tua. Tanahnya bertekstur sedang dengan drainase dari lambat sampai agak baik. Topografi dari datar sampai bergelombang. Dataran-dataran yang lebih sempit/kecil terdapat di wilayah pesisir pantai.

Kawasan pesisir kecamatan Banawa merupakan dataran yang berbatasan dengan laut, dengan ketinggian antara 0 - 100 meter dari permukaaan laut. Topografi relatif sedang dengan kemiringan tanah 2 – 15 %. Disepanjang pantai membentang pasir putih dan rataan terumbu karang (reef flat), yang merupakan habitat beberapa jenis ikan karang (Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Tengah, 2003). Keadaan topografi wilayah di kawsan wisata Tanjung Karang Pusentasi tersebut dikemukakan pada Tabel berikut.

Tabel 3. Luas wilayah dan keadaan topografi di wilayah penelitian

Desa/Kelurahan Luas (km²)

Bentuk permukaan tanah (%) Ketinggian dari permukaan laut (meter) Dataran Perbukitan Pegunungan

Boneoge 5,50 40 60 - 0 – 250

Labuan Bajo 5,50 50 50 - 0 – 250

Limboro 23,46 60 40 - 0 – 200

Sumber: Kecamatan Banawa dalam Angka, 2006 3.5. Tipologi dan Ekosistem Pantai

Kawasan pantai Tanjung Karang - Pusentasi sebagian didominasi oleh jenis batuan lepas (rawan longsor) dan karang pantai seperti yang terdapat pada bagian ujung selatan Boneoge sampai Dusun Kaluku, Limboro, sedangkan pantai yang landai dan berpasir sebagian besar terdapat pada bagian tengah hingga utara Desa Boneoge dan Tanjung Karang.

Di bagian utara kawasan ini terdapat terumbu pantai yang relatif sempit, dan rataan tengah yang relatif lebar. Disamping itu terdapat pula suatu patch reef (gosong) dengan lebar sekitar 100 meter dan kedalaman antara 1 – 2 meter pada saat air surut. Gosong tersebut memanjang dari Tanjung Karang ke Wilayah

Boneoge. Di kawasan ini, khususnya di Boneoge dan Dusun Kaluku (Limboro) sebagian ditumbuhi oleh lamun dari jenis Enhallus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Syringgoinium sp. Berdasarkan laporan Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Tengah (2003) pada beberapa tempat telah terjadi kerusakan karang yang disebabkan oleh aktifitas manusia berupa pengambilan batu karang untuk bahan bangunan dan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan potasium. Disamping itu kerusakan yang terjadi juga disebabkan oleh organisme pemangsanya yaitu bintang laut bermahkota duri atau

Acanthaster plancii.

Pantai di kawasan ini umumnya ditumbuhi oleh vegetasi hutan pantai seperti jenis Ketapang (Terminalia catappa), Beringin (Ficus benyamina), dan Bayam (Intsia bijuga). Pada bagian lain sebagian besar ditumbuhi oleh pohon kelapa milik masyarakat. Disamping itu juga terdapat beberapa jenis burung seperti burung Gosong (Megapodius bernsteinee), Dara Laut (Sterna hirundo), Elang Perut Putih (Haliaeetus leucogaster), dan Nuri atau Betet kelapa punggung biru (Tanygnathus sumatranus). Sedangkan jenis fauna yang lainnya adalah Biawak (Varanus sp.), Musang Sulawesi (Macrogalidea Musschenbroeki), dan Penyu (Celonia sp.) (Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Tengah, 2003). 3.6. Sosial Ekonomi dan Budaya

3.6.1. Penduduk

Secara keseluruhan penduduk yang mendiami kelurahan dan desa di kawasan wisata ini berjumlah 1424 KK atau 6799 jiwa. Jumlah penduduk pada masing-masing kelurahan/desa diwilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan rata-rata per rumah tangga

Desa/Kelurahan Luas wilayah (km²) Rumah tangga Penduduk Rata-rata per Rumah Tangga Rata-rata per km² Limboro 5,50 366 1.565 4 521 Labuan Bajo 5,50 394 2.371 6 431 Boneoge 23,46 663 2.863 4 67 Jumlah 1.423 6.799

Jika dilihat jumlah penduduk sebanyak 6.799 jiwa dan dibandingkan dengan luas wilayah (37,94 km²), secara geografis kepadatan penduduk pada kawasan ini adalah 179,20 jiwa per km². Penduduk yang bermukim di wilayah ini memiliki mata pencaharian yang beragam, tetapi sebagaian besar diantara mereka bekerja sebagai nelayan. Gambaran tentang keragaman mata pencaharian penduduk disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Mata pencaharian penduduk di Kawasan Tanjung Karang Pusentasi

Desa/Kelurahan

Mata pencaharian

Petani Peternak Nelayan Dagang Buruh dan lainnya

Limboro 177 6 5 25 110

Labuan Bajo 21 5 195 45 400

Boneoge 125 10 132 12 247

Jumlah 323 21 332 82 757

Sumber : Kecamatan Banawa Dalam Angka, 2006

Bila dilihat pada tabel tersebut, sebagian besar masyarakat di kawasan ini menggantungkan hidupnya sebagai buruh dan lainnya yang terdiri dari kegiatan- kegiatan sebagai buruh baik di pelabuhan Donggala maupun sebagai buruh bangunan, pegawai negeri, sopir, serta beberapa kegiatan jasa baik sebagai sopir angkutan maupun sebagai ojek. Namun jika dicermati maka pekerjaan sebagai nelayan menempati posisi yang tertinggi disusul oleh pekerjaan sebagai petani, dan peternak.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat di wilayah penelitian, sebagian penduduk memiliki pekerjaan ganda seperti nelayan dan peternak, nelayan dan petani, ataupun nelayan dan sesekali bekerja sebagai buruh pelabuhan atau bangunan dan beberapa pekerjaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal tersebut terutama dilakukan pada saat musim tertentu yaitu musim barat ketika mereka tidak dapat melaut karena cuaca yang tidak memungkinkan. Keadaan tersebut dapat berlangsung selama kurang lebih tiga bulan yaitu pada bulan Desember, Januari, dan Pebruari.

3.6.2. Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan dan kesehatan merupakan prasyarat bagi terciptanya masyarakat yang sejahtera, disamping aspek-aspek yang lainnya. Di wilayah ini, fasilitas pendidikan dan kesehatan terdapat pada semua desa dan kelurahan meskipun tingkatnya disesuaikan dengan kondisi dan status wilayahnya. Keadaan sarana pendidikan dan kesehatan di wilayah penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Sarana pendidikan dan kesehatan di Kawasan Tanjung Karang Pusentasi

Desa/Kelurahan

Tingkat pendidikan Sarana kesehatan

TK SD SLTP SMA Pustu/

Polindes Pos KB

Limboro 1 1 1 - 1 1

Labuan Bajo 2 4 - - 1 1

Boneoge 1 2 1 - 1 1

Sumber : Kecamatan Banawa dalam Angka, 2006

Bila dilihat dari sarana pendidikan yang ada maka peluang masyarakat untuk mendapatkan pendidikan sampai pada tingkat menengah cukup besar. Dengan demikian, sebagian penduduk di wilayah ini setidaknya memiliki tingkat pendidikan yang setara dengan sekolah lanjutan pertama dan selanjutan tingkat atas. Keadaan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan rinci karena saat ini tidak tersedia data yang menerangkan tentang tingkat pendidikan penduduk secara keseluruhan baik pada ketiga desa/kelurahan di kawasan wisata ini maupu Kecamatan Banawa secara keseluruhan.

Sedangkan yang berkaitan dengan sarana kesehatan, yang tersedia baru berupa Puskesmas Pembantu (Pustu) masing-masing di desa Limboro, kelurahan Labuan Bajo dan Boneoge. Hal ini dikarenakan jarak yang tidak terlalu jauh (hanya sekitar 3 – 9 km) dari Kota Donggala yang memiliki sarana kesehatan yang lebih lengkap, sehingga masih memungkinkan bagi masyarakat untuk menjangkau dalam waktu yang tidak terlalu lama. Meskipun demikian, jika dilihat dari kepentingan wilayah ini sebagai suatu kawasan wisata yang banyak dikunjung orang dan memiliki peluang untuk menghadapi resiko didalam aktifitasnya maka sarana kesehatan yang lebih baik tentu sangat dibutuhkan.

3.6.3. Kelompok Etnis

Masyarakat yang bermukim di wilayah Kecamatan Banawa terdiri dari berbagai etnis, meskipun didominasi oleh Suku Kaili sebagai kelompok etnis asli. Kelompok etnik lainnya yang terdapat di wilayah ini adalah Bugis, Jawa, Minahasa, dan kelompok etnik lainnya meskipun dalam jumlah yang kecil. Kehidupan antara etnis berlangsung rukun dan damai, dan terjalin interaksi yang baik antar mereka.

Bahasa Indonesia dipergunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari dalam pemerintahan, komunikasi antar etnis, pendidikan, dan bahasa pergaulan sehari-hari. Bahasa daerah biasanya hanya digunakan untuk berkomunikasi secara internal pada masing-masing kelompok etnis.