• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis finansial merupakan suatu alat untuk mengukur layak atau tidaknya suatu investasi apabila diukur dari aspek keuangan. Pada umumnya terdapat beberapa kriteria dalam menentukan kelayakan suatu usaha yang tergantung kepada kondisi dan kebutuhan yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit Cost) dan IRR (Internal Rate Of Return).

Besarnya nilai NPV, Net B/C dan IRR selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini :

Tabel 21. Nilai Rata-rata NPV, Net B/C dan IRR Per Ha (1-3 Tahun)

NO Uraian Rp./Ha (1-3 Tahun)

1 NPV 5.846.517,16

2 Net B/C 1,40

3 IRR 194.77

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 17 – 22 (2006)

Dari Tabel 21 dapat diketahui bahwa dengan discount factor 15% diperoleh nilai NPV Per Hektar Rp 5.846.517,16, nilai Net B/C Per Hektar 1,40 dan nilai IRR Per Hektar 194.77 %. Berdasarkan Kriteria kelayakan diketahui bahwa nilai NPV > 0, Net B/C > 1 dan nilai IRR > I (15 %) maka dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa usahatani kopi arabika di Desa Kuta Meriah layak untuk diusahakan atau dikembangkan. Hal ini sesuai dengan hipotesis keempat yang menyatakan bahwa usahatani kopi arabika secara finansial layak untuk diusahakan didaerah penelitian dapat diterima.

Hubungan Karakteristik Petani Terhadap Pendapatan

Adapun hubungan karakteristik petani yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan. Umur adalah usia petani pada saat penelitian dilaksanakan yang diukur berdasarkan usia kerja yaitu 17-59 tahun. Tingkat pendidikan formal tingkat pendidikan petani yang diterima petani berdasarkan tingkatan SD, SLTP, SLTA dan Sarjana (S1). Pengalaman bertani adalah lamanya petani mengusahakan usahataninya dan jumlah tanggungan adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu untuk diperhatikan.

Hubungan Korelasi Pearson antara Umur Terhadap Pendapatan Petani Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Umur dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam melihat kemampuan maksimal dari seseorang dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan ketika dalam kondisi umur yang masih produktif atau potensial.

Untuk mengetahui hubungan korelasi Pearson antara umur petani kopi arabika dengan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini :

Tabel 22. Hubungan Antara Umur Petani Kopi Dengan Pendapatan Di Desa Kuta Meriah No Kelompok Umur (Tahun) Pendapatan (Rp) Jumlah (Rp) Rendah (-4955078-9752083) Sedang (9752083-31539062) Tinggi (31539062-63572656) 1 26-30 1 (2,5%) 1 (2,5%) 1 (2,5%) 3 (7,5%) 2 31-45 10 (25%) 4 (10%) 7 (17,5%) 21 (52,5%) 3 46-60 6 (15%) 2 (5%) 2 (5%) 10 (25%) 4 61-67 4 (10%) 2 (5%) 0 (0%) 6 (15%) JUMLAH 21 (52,5%) 9 (22,5%) 10 (25%) 40 (100%)

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 23 & 24 (2006)

Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa kelompok umur 26-30 tahun tergolong berpendapatan merata yaitu 1 orang (2,5%) untuk setiap jenis pendapatan, kelompok umur 31-45 tahun tergolong berpendapatan rendah yaitu sebanyak 10 orang (25%), kelompok umur 46-60 tahun tergolong berpendapatan rendah dengan jumlah sebanyak 6 orang (15%) dan kelompok umur 61-67 tahun tergolong berpendapatan rendah yaitu sebanyak 4 orang (10%). Berdasarkan analisis data primer pada lampiran 24 diperoleh koefisien korelasi (ryx) – 0,1404 dengan t hitung sebesar – 0,8741 dan t tabel ½ (∞ 0.05 %) = 2,021 dengan df=38 dan tingkat kepercayaaan 95 %. Oleh karena t hitung = - 0,8741 < t tabel = 2,021

sehingga Ho diterima dan Ha tidak diterima yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur terhadap pendapatan.

Hubungan Korelasi Pearson Antara Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Petani

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas sehingga dapat dipergunakan untuk menerapkan berbagai hal yang diperoleh baik dari orang lain, lembaga pemerintah ataupun para ahli pertanian sehingga dapat meningkatkan produksi dari usahataninya. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan petani kopi dengan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini :

Tabel 23. Hubungan Antara Tk. Pendidikan Petani Kopi Dengan Pendapatan di Desa Kuta Meriah

No Tk. Pendidikan (Tahun) Pendapatan (Rp) Jumlah (Rp) Rendah (-4955078-9752083) Sedang (9752083-31539062) Tinggi (31539062-63572656) 1 0 – 6 (SD) 8 (20%) 5 (12,5%) 1 (2,5%) 14 (35%) 2 7 – 9 (SLTP) 11 (27,5%) 2 (5%) 8 (20%) 21 (52,5%) 3 10-12 (SLTA) 3 (7,5%) 2 (5%) 0 (0%) 5 (12,5%) 4 13 – 17 (D3/S1) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) JUMLAH 22 (55%) 9 (22,5%) 9 (22,5%) 40 (100%)

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 23 & 25 (2006)

Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa petani dengan tingkat pendidikan tamatan D3-S1 tidak terdapat di daerah penelitian sedangkan tingkat pendidikan yang paling tinggi adalah tamatan SLTP sebanyak 21 orang (52,5%). Berdasarkan analisis data primer pada lampiran 25 diperoleh koefisien korelasi (ryx) 0,005 dengan t hitung = 0,0308 dan t tabel ½ (∞ 0.05 %) = 2,021 dengan df=38 dan tingkat kepercayaan 95 %. Oleh karena t hitung = 0,0308 < t tabel = 2,021

sehingga Ho diterima dan Ha tidak diterima yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap pendapatan.

Hubungan Korelasi Pearson Antara Pengalaman Bertani Terhadap Pendapatan Petani

Pengalaman bertani yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda tergantung dari kemauan dan kemampuan yang dimiliki sehingga mampu bertahan dalam pola hidup yang selalu sama tanpa memikirkan pilihan hidup yang lain. Oleh sebab itu, pengalaman berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan agar tidak melakukan kesalahan yang sama dan mampu memberikan inovasi yang lebih baik untuk waktu-waktu berikutnya. Untuk melihat adanya hubungan antara pendapatan terhadap pengalaman bertani maka dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini :

Tabel 24. Hubungan Antara Pengalaman Bertani Terhadap Pendapatan Petani di Desa Kuta Meriah

No Pengalaman Bertani (Tahun) Pendapatan (Rp) Jumlah (Rp) Rendah (-4955078-9752083) Sedang (9752083-31539062) Tinggi (31539062-63572656) 1 3 – 6 15 (37,5%) 6 (15%) 4 (10%) 25 (62,5%) 2 7 – 10 6 (15%) 3 (7,5%) 6 (15%) 15 (37,5%) JUMLAH 21 (52,5%) 9 (22,5%) 10 (25%) 40 (100%)

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 23 & 26 (2006)

Berdasarkan Tabel 24 dapat dilihat bahwa pengalaman bertani yang paling besar adalah 3–6 tahun dengan mayoritas berpendapatan rendah sebanyak 15 orang (37,5%) dan pengalaman bertani yang paling kecil adalah 7–10 dengan mayoritas berpendapatan tinggi dengan jumlah 6 orang (25%). Berdasarkan analisis data primer pada lampiran 26 diperoleh koefisien korelasi (ryx) sebesar 0.2902 dengan t hitung sebesar 1.8694 dan t tabel ½ (∞ 0.05 %) = 2,021 dengan

df=38 dan tingkat kepercayaan 95 %. Oleh karena t hitung = 0.8694 < t tabel = 2,021 sehingga Ho diterima dan Ha tidak diterima yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman bertani terhadap pendapatan.

Hubungan Korelasi Pearson Antara Jumlah Tanggungan Terhadap Pendapatan Petani

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan petani dalam memenuhi kebutuhannya. Tanggungan keluarga sangat mempengaruhi sifat dari seorang petani yang mana dengan kesadaran penuh berusaha memenuhi kebutuhan keluarga akibat adanya tanggung jawab yang secara keseluruhan berada ditangannya. Untuk melihat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga terhadap pendapatan petani kopi arabika dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini : Tabel 25. Hubungan Antara Jumlah Tanggungan Terhadap Pendapatan

Petani Kopi Arabika di Desa Kuta Meriah No Jumlah Tanggungan (Jiwa) Pendapatan (Rp) Jumlah (Rp) Rendah (-4955078-9752083) Sedang (9752083-31539062) Tinggi (31539062-63572656) 1 1 – 5 16 (40%) 5 (9,37%) 9 (16,87%) 30 (75%) 2 6 – 10 6 (15%) 3 (7,5%) 1 (2,5%) 10 (25%) JUMLAH 22 (55%) 8 (16,87%) 10 (19,37%) 40 (100%)

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 23 & 27 (2006)

Berdasarkan Tabel 25 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan yang terkecil adalah 6–10 Jiwa dengan jumlah 10 orang (25%) dan mayoritas berpendapatan rendah sebanyak 6 orang (15%) sedangkan jumlah tanggungan terbesar adalah 1–5 Jiwa dengan jumlah 30 orang (75%) dan mayoritas berpendapatan rendah sebanyak 16 orang (40%). Berdasarkan analisis data primer

pada lampiran 27 di peroleh koefisien korelasi (ryx) sebesar 0.0336 dengan t hitung sebesar 0.2072 dan t tabel ½ (∞ 0.05 %) = 2,021 dengan df=38 dan tingkat

kepercayaan 95 %. Oleh karena t hitung = 0,2072 < t tabel = 2,021 sehingga Ho diterima dan Ha tidak diterima yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah tanggungan terhadap pendapatan. Berdasarkan uraian diatas bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan karakteristik sosial ekonomi petani yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman bertani terhadap pendapatan ditolak.

Dokumen terkait