• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketersediaan Faktor Produksi (lahan, modal, tenaga kerja dan sarana pendukung lainnya)

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja manusia merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usahatani Karena tenaga kerja merupakan penunjang akan keberlangsungan dari usahatani di daerah penelitian. Dalam pengelolaan usahatani terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang berasal dari masyarakat yang tinggal didaerah penelitian dengan upah harian sebesar Rp 25.000/hari (8 jam kerja) dan Rp 15.000 untuk setengah hari (4 jam kerja). Pada usahatani kopi arabika dengan luas lahan yang besar umumnya banyak menggunakan tenaga kerja luar kelurga akan tetapi bagi luas lahan yang kecil cukup dengan tenaga kerja dalam keluarga saja.

Tenaga kerja yang tersedia di daerah penelitian berkisar antara 355 orang

yang diketahui berdasarkam komposisi penduduk pada usia produktif (17–59 tahun) dimana pada umumnya memiliki lahan kopi arabika akan tetapi

unutk mencari hasil tambahan bagi kebutuhan keluarga adalah dengan bekerja pada ladang masyarakat lainnya.

Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga lebih besar apabila dibandingkan dengan tenaga kerja luar keluarga pada saat awal usahatani yaitu pada saat pembukaan dan pengolahan lahan. Panen kopi umumnya satu kali dalam dua minggu yang biasanya sangat membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata distribusi penggunaan tenaga kerja pada usahatani kopi arabika di Desa Kuta Meriah dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini :

Tabel 15. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja (HKP/Ha) pada usahatani Kopi Arabika 1-3 tahun

NO Jenis Pekerjaan TKDK (HKP/Ha) TKLK (HKP/Ha)

1 Pengolahan lahan/Penanaman 97,39 5,88

2 Pemeliharaan 430,45 53,05

3 Pemupukan 135,01 1,87

4 Panen 131,4 0

JUMLAH 794,25 60,8

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 7 (2006)

Dari Tabel 15 diketahui bahwa penggunaan tenaga kerja dalam keluarga lebih besar dibandingkan tenaga kerja luar keluarga dimana TKDK adalah 794,25 HKP/Ha dan TKLK adalah 60,8 HKP/Ha.

4. Sarana Produksi (bibit, pupuk, obat-obatan dan alat-alat pertanian) a. Bibit

Petani di Desa Kuta Meriah hampir seluruhnya memiliki kebun kopi arabika selain daripada kopi robusta. Alasan pemilihan bibit tersebut adalah karena lebih cepat berproduksi yaitu lebih kurang 2 tahun setelah penanaman, dalam teknik pemeliharaan tidak terlalu rumit, kemampuan produksi yang cukup tinggi serta permintaan pasar terhadap komoditi yang sangat baik. Rata-rata jumlah bibit yang ditanam oleh masyarakat di daerah penelitian adalah 535 Batang.

Petani di Desa Kuta Meriah pada umumnya menanam bibit yang berasal dari pembibitan masyarakat setempat yang berkualitas baik yaitu bibit kopi arabika dengan varietas pucuk merah yang dijual dengan harga berkisar antara Rp 750–Rp 1500,00/batang. Namun tidak jarang juga pemerintah daerah memberikan bantuan dalam bentuk penyediaan bibit unggul bagi usahatani kopi arabika yang diperuntukkan bagi masyarakat setempat. Ketersediaan bibit yang mudah didapat oleh petani menunjukkan bahwa pengadaan bibit di Desa Kuta Meriah dapat terpenuhi sesuai dengan jumlah bibit yang dibutuhkan.

b. Pupuk

Salah satu sarana produksi yang sangat mempengaruhi produksi suatu tanaman adalah pupuk. Pupuk digunakan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan meransang pembentukan buah baik secara kuantitas maupun kualitas. Petani kopi arabika di Desa Kuta Meriah umumnya tidak teratur dalam pemberian pupuk dan umumnya tidak mengetahui prosedur pemberian pupuk

karena hanya mengandalkan pengalaman dalam usahatani serta informasi dari pertain lain yang telah sukses dalam melaksanakan usahataninya.

Pemupukan yang dilakukan oleh petani umumnya dilaksanakan pada saat pemeliharaan dan periode pemupukan. Jenis pupuk yang umumnya digunakan adalah pupuk Kandang (Kompos), pupuk Urea, pupuk KCL, pupuk ZA dan pupuk TSP. pupuk kandang dijual dengan harga Rp 5000/Sak. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari petani didaerah penelitian umumnya berpendapat bahwa hasil produksi dari tanaman kopi arabika akan lebih jauh meningkat apabila diberikan pupuk secara teratur akan tetapi karena akibat dari keterbatasan biaya dalam pemeliharaan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pupuk bagi tanaman mengakibatkan kurangnya dosis pemupukan bagi tanaman kopi arabika bahkan terkesan hanya memberikan pupuk Kandang (Kompos). Masyarakat juga dipusingkan oleh keterbatasan jumlah pupuk dipasaran termasuk pupuk bersubsidi seperti pupuk Urea dan harga sarana produksi yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Pemberian pupuk di Desa Kuta Meriah tidak dilakukan secara optimal sehingga produksi tanaman cenderung berfluktuasi dan belum mencapai hasil maksimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas apabila dibandingkan dengan petani dari daerah lain yang melaksanakan usahatani secara intensif dan teratur. Tabel 16. Rata-rata Penggunaan Pupuk

No Jenis Pupuk Rata-rata pupuk (Kg/Ha)

1 Kandang 1312,75

2 Urea 33,25

3 KCL 9

4 Za 4,875

5 TSP 29,125

Petani memperoleh pupuk dari toko-toko yang berasal dari Kota Salak ataupun Kota Sidikalang serta agen-agen pupuk yang berada di Kecamatan Kerajaan sehingga petani tidak kesulitan mendapatkan pupuk sesuai dengan kebutuhan hanya permasalahan harga yang tinggi sehingga petani menjadi malas untuk menggunakan pupuk dalam usahataninya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan pupuk di Desa Kuta Meriah cukup tersedia.

c. Obat-obatan

Obat-obatan juga mempengaruhi produksi suatu tanaman karena tanaman sering diserang hama dan penyakit yang bisa menurunkan kualitas dan kuantitas produksi suatu tanaman. Untuk mencegah hal tersebut maka digunakan obat-obatan sesuai dengan masalah yang dihadapi dilapangan. Jenis obat-obat-obatan yang umumnya digunakan oleh petani setempat adalah Round Up, Decis, Polaris, Drusban dan Spark. Umumnya obat-obatan tersebut digunakann untuk membasmi hama ulat dan pemeliharaan terhadap buah dan daun. Akan tetapi tidak seluruh petani terbiasa menggunakan obat-obatan sehingga hanya sebahagian kecil yang dapat menggunakannya disamping harganya yang tinggi di pasaran.

Tabel 17. Rata-rata Penggunaan Obat-obatan

No Jenis Obat-obatan Rata-rata obat-obatan (Liter/Kg/Ha) 1 Round Up 1,575 2 Decis 0,15 3 Polaris 1,85 4 Drusban 1,275 5 Spark (Kg) 1,0875

Berdasarkan keterangan diatas bahwa volume penggunaan obat-obatan masih sangat rendah dimana karena keterbatasan pengetahuan dalam menggunakan obat-obatan sesuai dengan dosisnya juga disebabkan oleh modal yang tidak tersedia untuk menyediakan fasilitas tersebut. Akan tetapi secara umum ketersediaan obat-obatan di daerah penelitian adalah tersedia dengan cukup.

d. Alat – Alat Pertanian

Alat-alat pertanian merupakan salah satu sarana yang cukup penting dalam usahatani karena dalam melaksanakan pengolahan lahan, pemeliharaan dan kegiatan pemanenan diperlukan hal-hal seperti traktor, cangkul, babat, parang, semprot, beko dan lain-lain yang dimana secara keseluruhan digunakan untuk mempermudah kegiatan usahatani mulai dari awal penyiapan lahan sampai kepada proses produksi yang siap untuk dijual.

Petani dapat dengan mudah memperoleh alat-alat pertanian tersebut di pasar Kota Salak ataupun Kota Sidikalang karena pada umumnya permintaan terhadap sarana tersebut yang tidak banyak akibat dari daya tahan yang bisa mencapai 10 tahun sehingga ketersediaan di pasaran sangat baik.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa seluruh petani di Desa Kuta Meriah menyatakan tidak kesulitan dalam memperoleh faktor produksi usahatani kopi maka dapat disimpulkan bahwa faktor produksi cukup tersedia di daerah penelitian sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ketersediaan faktor produksi (modal, tanah, bibit, tenaga kerja dan obat-obatan) adalah cukup tersedia di daerah penelitian sehingga dapat diterima.

Dokumen terkait