• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Usahatani Kopi Arabika Varietas Unggul Di Kabupaten Pakpak Bharat (Kasus : Desa Kuta Mariah, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Finansial Usahatani Kopi Arabika Varietas Unggul Di Kabupaten Pakpak Bharat (Kasus : Desa Kuta Mariah, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

(Kasus : Desa Kuta Mariah, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat)

SKRIPSI

Oleh :

MARUWANDI Y. SIMAIBANG 040304050

SEP / AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

(kasus : Desa Kuta Mariah, Kecamatan kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat)

SKRIPSI

Oleh :

MARUWANDI Y. SIMAIBANG 040304050

SEP / AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Prof. DR. Ir. H. Meneth Ginting, MADE) (Ir. Yusak Maryunianta, M.si) NIP 130 231 560 NIP 131 618 780

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK………..

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………..

ii

KATA PENGANTAR………

iii

DAFTAR ISI………..

v

DAFTAR TABEL………..

vii

DAFTAR GAMBAR……….

ix

DAFTAR LAMPIRAN……….

x

PENDAHULUAN………. 1

Latar Belakang……… 1

Identifikasi Masalah……… 9

Tujuan Penelitian……… 10

Kegunaan Penelitian………

11

TINJAUAN PUSTAKA………

12

Landasan Teori………... 18

Kerangka Pemikiran……… 26

Hipotesis Penelitian………

29

METODOLOGI PENELITIAN………..

30

Metode Penentuan Lokasi Penelitian……….. 30

Metode Penentian Sampel Penelitian……….. 30

Metode Pengumpulan Data………. 31

Metode Analisis Data……….. 31

Defenisi dan Batasan operasional……… 36

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTK

SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian……… 39

1. Luas dan Letak Geografis……… 39

2. Pemerintahan Desa……….. 40

3. Keadaan Penduduk……….. 40

(4)

TAHAPAN KEGIATAN USAHATANI KOPI ARABIKA

Secara Teori……… 47

Secara Aktual (Pengamatan Lapangan)………..… 50

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Usahatani Kopi Arabika Secara Umum………. 53

1. Jumlah Petani……….. 54

2. Jumlah Luas Lahan……….. 55

3. Produksi………... 55

4. Produktivitas……… 56

5. Harga……… 56

Ketersediaan Faktor Produksi………. 57

1. Lahan……….. 57

2. Modal……….. 58

3. Tenaga Kerja……… 59

4. Sarana Produksi………... 61

Analisis Usahatani Kopi Arabika………. 65

1. Biaya Produksi………. 65

2. Penerimaan Petani……… 66

3. Pendapatan Bersih……… 66

Analisis Financial Usahatani Kopi Arabika………. 67

1. Analisis NPV, Net B/C dan IRR……….. 67

Hubungan Karakteristik Petani Terhadap Pendapatan…………. 69

1.

Umur………. 69

2.

Tingkat Pendidikan………..

70

3.

Pengalaman Bertani ………. 71

4.

Jumlah Tanggungan ………. 72

Masalah-Masalah Dalam Usahatani Kopi Arabika……

73

1.

Lembaga Pendukung……… 73

2.

Harga Jual Kopi……… 74

3.

Sarana Produksi Yang Mahal dan Langka……… 74

Upaya Untuk Mengatasi Masalah Usahatani Kopi……. 76

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan………. 78

Saran……… 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.

Terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian USU.

2. Bapak Prof. DR. Ir. H. Meneth Ginting, M.A.D.E. selaku Ketua Komisi Pembimbing

3. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, Msi selaku Anggota Komisi Pembimbing. 4. Seluruh Dosen, Staff dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi

Pertanian USU.

5. Bapak Nasib Mungkur, SH selaku Camat Kerajaan dan Bapak Budita Sitakar selaku Kepala Desa Kuta Meriah beserta seluruh staff.

6. Seluruh petani sampel yang telah membantu penulis dalam melengkapi data-data yang dibutuhkan salama penelitian.

(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna oleh sebab itu menharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini dan apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun ejaan maka penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Januari 2009

Penulis

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

NO Judul

1. Karakteristik Petani Sampel 2. Jumlah Bibit Kopi yang Ditanam

3. Biaya Sarana Produksi Usahatani Kopi Per Petani 4. Biaya Sarana Produksi Usahatani Kopi Per Hektar 5. Biaya Obat-obatan Usahatani Kopi Per Petani 6. Biaya Obat-obatan Usahatani Kopi Per Hektar 7. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Kopi

Per Petani Per Tahun

8. Total Biaya Tenaga Kerja Per Petani Per Tahun 9. Total Biaya Tenaga Kerja Per Hektar Per Tahun 10. Nilai dan Biaya Penyusutan Alat dan Mesin Pertanian

Usahatani Per Petani (1-3 tahun)

11. Total Biaya Produksi Per Petani Per Tahun 12. Total Biaya Produksi Per Hektar Per Tahun

13. Modal Investasi Usahatani Kopi Per Petani Per Tahun 14. Modal Investasi Usahatani Kopi Per Hektar Per Tahun 15. Produksi, Produktivitas dan Penerimaan Usahatani Kopi

Per Petani, Per Hektar, Per Tahun (Tahun III)

16. Pendapatan Bersih Usahatani Kopi Per Petani Per Hektar 17. Nilai NPV Usahatani Kopi Per Petani Per Tahun

(8)

20. Nilai Net B/C Usahatani Kopi Per Hektar Per Tahun 21. Nilai IRR Usahatani Kopi Per Petani Per Tahun 22. Nilai IRR Usahatani Kopi Per Hektar Per Tahun 23. Hubungan Karakteristik Petani Terhadap Pendapatan

di Desa Kuta Meriah

24. Korelasi Pearson Antara Umur dengan Pendapatan Petani 25. Korelasi Pearson Antara Tingkat Pendidikan dengan

Pendapatan Petani

26. Korelasi Pearson Antara Jumlah Tanggungan dengan Pendapatan Petani

(9)

DAFTAR TABEL

NO Judul Hal

1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara

per Kabupaten tahun 2006……….. 5 2 Harga rata-rata tingkat Provinsi dan Kabupaten untuk

Komoditas Kopi Arabika pada tahun 2006……… 6 3 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi

Arabika per Kecamatan tahun 2006……….. 7 4 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi

Arabika per Desa tahun 2006……….... 8 5 Komposisi Kimia, Vitamin dan Mineral Kopi Arabika……… 14 6 Populasi dan Sampel Petani Kopi Arabika……… 31 7 Keadaan Penduduk Kuta Meriah tahun 2007……… 40 8 Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur Desa Kuta

Meriah tahun 2007……… 41 9. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian

di Desa Kuta Meriah……… 42 10. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal

(10)

15. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Kopi

Arabika (1-3 tahun)………. 60 16. Rata-rata Penggunaan Pupuk……….. 62 17. Rata-rata Penggunaan Obat-obatan………. 63 18. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Kopi Per Ha (1-3 tahun).. 65 19. Rata-rata Penerimaan Petani Kopi Per Petani dan Per Ha

(Tahun Ke III)………. 66 20. Rata-rata Pendapatan Bersih Petani Kopi Per Petani dan Per Ha

(Tahun Ke III)………. 67 21. Nilai Rata-rata NPV, Net B/C dan IRR Per Ha (1-3 tahun)... 68 22. Hubungan Antara Umur Petani Kopi dengan Pendapatan

di Desa Kuta Meriah……… 69 23. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Petani Kopi dengan

Pendapatan di Desa Kuta Meriah……… 70 24. Hubungan Antara Jumlah Tanggungan Petani Kopi dengan

Pendapatan di Desa Kuta Meriah……… 71 25. Hubungan Antara Pengalaman Bertani Petani Kopi dengan

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsekuensi bagi negara yang tergolong agraris, sektor pertanian merupakan bidang kehidupan yang paling vital. Hal ini berlaku bagi Negara Indonesia yang merupakan salah satu Negara yang sedang membangun,

dimana 60% penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian (Sastraatmadja, 1991).

Hal ini dapat terlihat dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyedia pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan sabagainya. Oleh karena itu wajar kalau biaya pembangunan untuk sektor pertanian ini selalu tiga besar diantara pembiayaan sektor–sektor perekonomian yang lainnya (Soekartawi, 1995).

Sesuai dengan kebijakan Departemen Pertanian, komoditas unggulan yang dipilih oleh kabupaten/kota adalah komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk kepentingan nasional. Dalam dokumen Rencana Pembangunan Pertanian tahun 2005–2009, telah ditetapkan 32 komoditas unggulan yang mencakup 5 komoditas pangan, 10 komoditas tanaman hortikultura, 11 komoditas tanaman perkebunan (karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, jambu mete, lada, tebu, serat, tembakau dan cengkeh) dan 6 komoditas peternakan (Deptan, 2007).

(12)

perkebunan memberikan kerangka landasan peningkatan produksi dan diversifikasi tanaman eksport (Bahri, 1996).

Secara formal perkebunan adalah usaha tani yang mengusahakan tanaman perkebunan yang luasnya lebih dari 25 Ha. Jenis tanaman perkebunan umumnya adalah tanaman keras (karet, kelapa, sawit, kopi, teh dan kakao) sedangkan yang termasuk dalam tanaman setahun sangat sedikit (tebu dan tembakau) (Simanjuntak, 2007).

Salah satu tanaman keras perkebunan adalah tanaman kopi. Kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat–tempat yang terlalu tinggi dengan temperature yang sangat tinggi atau daerah–daerah tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Sudah beberapa abad lamanya tanaman kopi menjadi bahan perdagangan karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya. Dengan kata lain kopi adalah sebagai penyegar badan dan pikiran. Badan yang lemah dan rasa kantuk dapat hilang setelah minum kopi panas, terlebih orang yang sudah menjadi pencandu kopi, bila tidak minum kopi rasanya akan capai dan tidak dapat berpikir dengan baik (AAK, 1988).

(13)

merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi terutama Coffea canephora (AAK, 1988).

Bagi bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dan penting. Pada tahun 1981 dihasilkan devisa sebesar US$ 347,8 juta dari ekspor kopi sebesar 210.800 ton, nilai ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 2001, komoditas kopi mampu menghasilkan devisa sebesar US$ 595,7 juta dan menduduki peringkat pertama di antara komoditas ekspor subsektor perkebunan. Namun, produksi kopi Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2001 (390.000 ton) hingga tahun 2004 (300.000 ton), hal ini disebabkan karena kurangnya perawatan lahan dan frekuensi pemupuka n yang menurun yang menyebabkan penurunan mutu kopi. Oleh karena itu, agar harga kopi Indonesia mendapatkan nilai yang tinggi dipasar dunia maka kopi yang dihasilkan harus ditingkatkan (Najiyati dan danarti, 2004).

Selain sebagai komoditas ekspor, kopi juga merupakan komoditas yang banyak dikonsumsi didalam negeri. Menurut survei yang dilakukan oleh Departemen Pertanian, rata–rata penduduk Indonesia mengkonsumsi kopi sebanyak 0.5–0.7 Kg/Orang/Tahun. Dengan demikian, jumlah penduduk Indonesia sekitar 214.4 Juta (tahun 2003) maka diperkirakan setiap tahun diperlukan stok kopi sebanyak 107.200–150.080 ton kopi untuk keperluan konsumsi di dalam negeri (Siswoputranto, 1993).

Bidang usaha kopi merupakan sumber penghidupan masyarakat diberbagai

daerah dan menjadi salah satu sumber pendapatan devisa bagi negara. Perlu kiranya diadakan pengkajian mendalam mengenai prospek perkopian dunia

(14)

pasar agar dapat meningkatkan perekonomian nasional maupun memperbaiki

pendapatan masyarakat, terutama masyarakat, terutama masyarakat petani–petani kopi (Siswoputranto, 1993).

(15)

Pada Tabel 1 berikut dapat dilihat luas panen, produksi, produktivitas di Provinsi Sumatera Utara yakni :

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara per Kabupaten tahun 2006

No Kabupaten Jumlah

Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) KK

1 Deli Serdang 614,70 605,96 0,98 782

2 Langkat 110,05 68,3 0,62 56

3 Simalungun 3441,73 5147,72 1,49 15299

4 Karo 4893,00 6344,12 1,29 1574

5 Dairi 6678,00 8942,20 1,33 14390

6 Tapanuli Utara 7886,75 8353,19 1,05 23975

7 Tapanuli Tengah 224,5 113,01 0,50 126

8 Nias 126,2 33,7 0,27 79

9 Nias Selatan 0 0 0 0

10 Tapanuli Selatan 5316,71 5617,2 1,06 1659

11 Labuhan Batu 0 0 0 0

12 Asahan 44 41,80 0,95 28

13 Mandailing Natal 447,83 315,64 0,70 294

14 Toba Samosir 2482,36 1961,00 0,78 5098

15 Humbahas 7532,00 6181,65 0,82 23418

16 Pakpak Bharat 968,68 577,88 0,59 1512

17 Samosir 1657,2 1121,5 0,68 982

18 Serdang Bedagai 0 0 0 0

Jumlah 42.423,71 45.424,87 13,11 86.272

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2006

(16)

Kabupaten tersebut dapat dilihat bahwa luas lahan untuk kedua jenis komoditi kopi berimbang.

Adapun harga komoditi kopi arabika dan robusta dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Harga rata-rata tingkat Provinsi dan Kabupaten untuk Komoditas

Kopi Arabika pada tahun 2006 N

o

Jenis Komoditas Satuan Harga Rata-rata (Rp) Kabupaten Provinsi

1 Kopi Arabika Kg 12.510,42 22.635,42

2 Kopi Robusta Kg 6.667,00 9.802,08

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2007

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa harga kopi arabika lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kopi robusta. Pada tingkat kabupaten harga kopi arabika mencapai Rp 12.510 dan tingkat Provinsi Rp 22.635 serta adanya kemungkinan perkembangan tingkat harga yang lebih baik lagi. Hal ini sejalan dengan perbedaan kualitas hasil produksi tanaman baik dari citarasa dan fungsinya sebagai bahan baku industri. Hal ini yang menjadi salah satu faktor pendukung dalam memilih kopi arabika sebagai objek penelitian.

Pada umumnya daerah Kabupaten Pakpak Bharat merupakan dataran yang sesuai dengan keputusan komoditi kopi arabika karena kopi tersebut dapat produktif dan tahan terhadap penyakit Hemilia vastratrix (HV), bila ditanam pada ketinggian 1000–1750 dari permukaan laut dengan suhu sekitar 16-20 C. Akan tetapi tingkat dan proses pemasaran sering tidak stabil sehingga perlu diteliti apakah usaha tani komoditi kopi di Kabupaten Pakpak Bharat layak diusahakan atau tidak layak diusahakan.

(17)

Tabel 3. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi Arabika di Kabupaten Pakpak Bharat per Kecamatan tahun 2006

No

Kecamatan

Jumlah Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Salak 56,30 28,15 0,5

2 Sitellu Tali Urang Jehe 0 0 0

3 Pagindar 0 0 0

4 Sitellu Tali Urang Jolu 49,40 19,70 0,39 5 Pergeteng-geteng

Songkut

27,30 13,65 0,5

6 Kerajaan 357,20 214,32 0,6

7 Tinada 189,13 128,89 0,68

8 Siempat Rube 289,17 173,17 0,59

JUMLAH 968,68 577,88 0,59

Sumber : Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Angka 2007

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa terdapat 8 Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat yang merupakan salah satu sentra produksi komoditi kopi baik kopi arabika maupun robusta. Terdapat 3 Kecamatan penghasil kopi arabika yang memiliki tingkat produksi yang tinggi yaitu Kecamatan Kerajaan (sebesar 214,32 ton dengan tingkat produktivitas 0,6 ton/ha), Kecamatan Siempat Rube

(sebesar 173,50 ton dengan tingkat produktivitas 0,59 ton/ha) dan Kecamatan Tinada (sebesar 189,13 ton dengan tingkat produktivitas 0,68

ton/ha). Oleh sebab itu daerah penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Kerajaan dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki produktivitas lebih tinggi

daripada rata–rata produktivitas dan luas lahan yang terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya pada Kabupaten Pakpak Bharat.

(18)

Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi Arabika di Kecamatan Kerajaan per Desa tahun 2006

No

Desa

Jumlah

Luas Lahan (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Majanggut II 0 0 0

2 Majanggut I 45 33,7 0,75

3 Pardomuan 38 27,3 0,72

4 Parpulungan 97 37,5 0,39

5 Kutasaga 18 26,1 1,45

6 Kutadame 59 30,2 0,52

7 Kuta Meriah 45 28,2 0,63

8 Sukaramai 55 31,3 0,57

9 Surung Mersada 0 0 0

10 Perduhapen 0 0 0

Jumlah 357 214,3 0,60

Sumber : Kecamatan Kerajaan Dalam Angka 2007

(19)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut yaitu :

1. Bagaimana perkembangan usaha tani kopi (meliputi: luas lahan, produksi, produktivitas dan harga) di daerah penelitian selama tiga tahun terakhir? 2. Apakah faktor–faktor produksi (meliputi: lahan, modal, tenaga kerja dan

sarana pendukung lainnya) tersedia di daerah penelitian?

3. Apakah usaha tani kopi arabika menguntungkan di daerah penelitian?

4. Apakah usaha tani kopi arabika di daerah penelitian secara finansial layak untuk dikembangkan?

5. Bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani (meliputi : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan) dengan pendapatan usahatani di daerah penelitian?

(20)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut yaitu :

1. Mengetahui perkembangan usaha tani kopi (meliputi: luas lahan, produksi, produktivitas, harga) di daerah penelitian selama lima tahun terakhir.

2. Untuk mengetahui ketersediaan faktor–faktor produksi (meliputi: lahan, modal, tenaga kerja dan sarana penunjang lainnya) pada usahatani kopi arabika di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui apakah usaha tani menguntungkan di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui apakah usaha tani kopi arabika secara finansial layak untuk

diusahakan di daerah penelitian.

5. Mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi (meliputi : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan) dengan pendapatan usahatani di daerah penelitian.

(21)

Kegunaan Penelitian

Adapun Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani kopi arabika dalam usaha pengembangannya.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak–pihak yang membutuhkan khususnya penelitian mengenai analisis finansial usahatani kopi arabika.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan, di Indonesia adalah tanaman perkebunan dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Class : Dicotyledonae Family : Rubiaceae Genus : Coffea

Species : Coffea Arabica. L (Siswoputranto, 1993).

Pada abad ke 18 kopi arabika menjadi andalan ekspor utama Indonesia yang terkenal dengan nama “Java coffea”. Jenis kopi arabika tersebut menyebar ke berbagai wilayah Indonesia dengan nama sesuai dengan pengembangannya, diantaranya Kopi Gayo, Kopi Sidikalang dan Kopi Toraja selain dari kopi yang dikenal sebagai Kopi Jawa (Syamsulbahri, 1996).

Baik perkembangan kopi dunia maupun di Indonesia pada khususnya, kopi arabika adalah yang paling banyak dan paling dahulu diperkembangkan, tetapi karena jenis ini sangat tidak tahan terhadap penyakit Hemilia vastratrix, kemudian

jenis tersebut banyak digantikan dengan jenis lain yang tahan terhadap Hemilia vastratrix, kecuali yang terdapat di dataran tinggi yang lebih 1000 m dari

(23)

Kopi arabika memang dikenal terlebih dahulu oleh konsumen dibanyak negara, sehingga kelezatan kopi arabika lebih dikenal superior dibandingkan kopi robusta. Dengan rasa khas kopi arabika yang kuat dengan sedikit asam (kandungan kafein 1–1,3 %) maka kopi arabika memperoleh citra mutu prima dan harga yang amat baik dipasaran dunia. Oleh sebab itu Indonesia perlu lebih menggarap kopi arabika di Kawasan–kawasan yang cocok untuk jenis kopi ini (Siswoputranto, 1993).

Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis kopi Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70%. Jenis kopi Robusta yang mutunya dibawah Arabika, mengambil bagian sebanyak 24& dari produksi dunia sedangkan Liberika dan Excelsa masing-masing sebesar 3%. Arabika dianggap lebih baik daripada robusta karena rasanya yang jauh lebih enak dan jumlah kafeinnya lebih rendah sehingga menyebabkan harga kopi Arabika yang lebih mahal daripada Robusta.

Selain harga yang tinggi, kopi arabika lebih cepat berproduksi dibandingkan jenis kopi lainnya. Hal ini karena waktu kuncup bunga untuk mencapai tahap matang yang relatif lebih cepat yaitu 6-8 bulan. Apabila usahatani dilakukan secara sederhana maka kemampuan produksi dari tanaman kopi arabika masih lebih rendah dibandingkan dengan kopi lainnya yaitu sebesar 5-7 kw/ha/tahun, akan tetapi apabila dikelola secara intensif maka dapat mencapai 20 kw/ha/tahun (Najiyati dan danarti, 2004).

(24)

Adapun beberapa zat yang terkandung didalam kopi arabika dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Komposisi kimia, Vitamin dan Mineral Kopi Arabika Komposisi Kopi Beras (%)

Air 11,22

Kafein 1,21

Lemak 12,27

Gula 8,55

Selulosa 18,07

Abu 3,92

Vitamin dan Mineral

• Vitamin B1 0,2

• Vitamin B2 0,23

• Vitamin B6 0,143

• Vitamin B12 0,00011

• Sodium 4

• Ferrum 3,7

• Fluor 0,45

(Najiyati dan danarti, 2004).

Keseluruhan komposisi tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh, hal ini yang menjadi salah satu yang menyebabkan masyarakat lebih memilih mengkonsumsi kopi arabika disamping kapasitasnya sebagai bahan baku industri di Negara-negara eropa. Berdasarkan standar kualitas, kemampuan produksi, harga yang tinggi dan tingkat permintaan terhadap kopi arabika yang baik sehingga menyebabkan masyarakat memilih untuk membudidayakan kopi arabika baik secara intensif maupun tradisional.

Tanaman kopi arabika berakar tunggang, lurus kebawah, pendek dan kuat. Panjang akar tunggang ini kurang dari 45–50 mm, yang pada dasarnya terdapat

4–8 akar samping dan banyak pula akar cabang samping sedalam ± 30cm, bercabang merata dan masuk kedalam tanah lebih dalam lagi. Batang

(25)

pada batang itu tumbuh dua macam cabang yakni cabang yang tumbuh tegak lurus atau vertikal dan cabang atau penampang yang tumbuh kesamping atau horizontal Kopi arabika memiliki tingkat produksi yang tinggi apabila ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1350–1890 m dari permukaan laut, memiliki bentuk daun kecil, halus dan mengkilat dengan panjang ± 12–15 cm dan lebar ± 6 cm, biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya tidak enak, baik ditanam pada suhu 15o–24oC dengan curah hujan 1500–2250 mm tiap tahun dan musim kering yang tegas 2–3 bulan demi perkembangan bunga dengan tingkat keasaman tanah (pH) antara 5,2–6,2 dengan unsur tanah yang baik (AAK, 1988).

Berdasarkan kegiatan usahatani kopi tersebut, kegiatan dalam budidaya merupakan faktor penentu keberhasilan usahatani. Beberapa kegiatan dalam budidaya tersebut adalah :

1. Pembibitan atau Persemaian

Pemilihan bibit tanaman kopi mencakup berbagai segi, yaitu pemilihan Varietas/klon unggul yang sesuai, macam bibit serta sumber benih dan bibit. bibit yang ditanam berasal dari klon unggul yang dianjurkan. Ciri klon unggul tersebut yaitu dapat berproduksi tinggi dan kontinu, tahan terhadap serangan hama/penyakit tertentu (terutama HV) serta menghasilkan kopi bermutu tinggi. Beberapa klon arabika yang dianjurkan adalah AB2, S795, USDA762, Kartika1 dan

Kartika2. Bibit kopi dapat diperoleh dengan cara membeli atau membuat bibit

sendiri.

2. Penanaman

(26)

pertengahan bulan November–Desember, dengan demikian pada musim kemarau berikutnya tanaman kopi sudah cukup kuat menahan kekeringan. Didalam kegiatan penanaman dilakukan beberapa hal seperti persiapan lahan, pemebuatan lubang tanam, penanaman dan penyulaman (pergantian terhadap tanaman yang mati)

3. Pemeliharaan

Terdapat beberapa kegiatan dalam pemeliharaan tanaman, yaitu : a. Pemupukan

1. Pupuk buatan diberikan 2 kali setahun, pada awal dan akhir musim hujan. Setiap tanaman dipupuk dengan Urea sebanyak 50 gr, SP 36 sebanyak 25 gr dan KCL 20 gr.

2. Pupuk organik yang diberikan berupa mulsa yang berasal dari daun–daun , serasah sekitar tanaman kopi, dll. Pupuk tersebut diberikan

1–2 tahun pada awal musim hujan bersamaan dengan pemberian pupuk buatan.

b. Pemangkasan

(27)

c. Pencegahan dan Pengendalian Hama Penyakit serta Gulma

Tanaman kopi harus dihindarkan dari serangan hama, penyakit dan gulma. Hal ini dikarenakan ketiga faktor tersebut dapat menurunkan produksi dan mutu kopi yang dihasilkan. Oleh sebab itu kegiatan tersebut harus dilakukan dengan baik dan intensif

(Najiyati dan danarti , 2004).

Musim berbunga dapat terjadi beberapa kali dalam satu tahun. Pemanenan dilakukan secara bertahap dan teratur. Panenan kopi juga mengikuti irama

pembungaan, Periode mulai berbunga sampai masak memerlukan waktu 8–12 bulan. Buah kopi dikatakan sudah masak apabila kulit buah sudah berwarna

(28)

Landasan Teori

Kopi merupakan salah satu diantara 3 minuman non alkohol (kopi, teh dan cokelat) yang tersebar luas. Perkopian juga merupakan bidang usaha yang banyak menyerap tenaga kerja, baik sebagai tenaga buruh tetap maupun musiman. Walaupun sebagian besar produksi kopi dihasilkan petani rakyat dan kegiatan bidang perkopian sangat penting artinya bagi perekonomian berbagai daerah, tetapi perkopian rakyat hingga saat ini belum dapat dikatakan baik

Rendahnya pendapatan petani kopi akibat rendahnya harga dan rendahnya produksi kebun–kebun kopi serta adanya perbedaan mutu, sehingga kiranya akan tetap mempengaruhi perkembangan perkopian Indonesia untuk masa–masa mendatang (Sastraatmadja, 1991).

Analisis finansial merupakan analisa terhadap biaya dan manfaat apabila dipandang dari segi individu tanpa melihat pengaruhnya terhadap perekonomian. Analisis ekonomi merupakan analisis yang melihat alokasi biaya dan manfaat dan pengaruhnya terhadap perekonomian secara luas terutama untuk kepentingan masyarakat. Analisis finansial memiliki perbedaan yang nyata dengan analisis ekonomi yaitu dalam hal penggunaan harga dimana aspek finansial menggunakan harga pasar sedangkan ekonomi dengan harga bayangan (shadow price), perhitungan pajak, pemberian subsidi, penggunaan biaya investasi dan pelunasan pinjaman serta perhitungan tingkat suku bunga yang digunakan.

(29)

komoditi yang kompetitif dan sedang dalam tahap pengembangan untuk melihat kelayakan investasi dari komoditi tersebut sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi masyarakat setempat untuk mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki untuk mengembangkan kopi arabika yang memiliki kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan standar internasional (traded good) sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dapat tercapai dengan baik. Dalam penelitian digunakan berbagai kriteria aspek finansial untuk menentukan kelayakan usahatani tersebut tanpa melihat pengaruhnya terhadap perekonomian secara luas.

Aspek finansial mencakup pembiayaan proyek pembangunan yang akan atau yang sedang dilaksanakan dan relevansinya dengan manfaat yang akan diperoleh. Aspek ini diawali dengan memperhitungkan aspek pembiayaan dari kegiatan yang paling kecil sampai dengan kegiatan yang paling besar

Analisis finansial lebih menekankan pada aspek input–output pada penerimaan dan pengeluaran yang sebenarnya. Dengan demikian pada analisis ini, variabel yang dipakai adalah data harga real, tenaga kerja dalam keluarga yang terlibat tidak diperhitungkan tetapi pajak serta biaya bea masuk tetap diperhitungkan. Begitu pula dengan besarnya bunga pinjaman juga dihitung pada analisis finansial ini (Soekartawi, 1991).

Dasar penerimaan/penolakan sebagai rangka mencari ukuran yang menyeluruh yang telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan Investment Criteria atau kriteria investasi. Kriteria investasi yang umum dikenal

(30)

Cost Ratio (Gross B/C) ; (5) Profitability Ratio (PV/C) ; dan (6) Return on

Investment (ROI). Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan nilai sekarang

atas arus benefit dan biaya selama umur proyek (Gray dkk, 1999).

Net Present Value (NPV) adalah finansial yang memperhitungkan selisih antara penerimaan dan biaya terhadap besarnya suku bunga atau lebih dikenal dengan istilah analisis yang sudah mempertimbangkan faktor diskonto pada waktu–waktu tertentu. Cara menghitung NPV adalah sebagai berikut :

NPV

=

= +

n

o t

t

I Ct Bt

) 1 (

Keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) finansial sehubungan dengan sesuatu

proyek pada tahun t

Ct = Biaya finansial sehubungan dengan proyek pada tahun t,

Ct dihitung per hektar per tahun

n = Umur ekonomis proyek dalam perhitungan dipergunakan 1 tahun

i = Discount Rate NPV = Nilai netto sekarang (Seokartawi, 1991).

(31)

Perkiraan IRR dapat dicari dengan memecahkan persamaan sebagai berikut :

IRR

=

i’

+

) " ' ( ) ' ( NPV NPV NPV

( i” – i’ )

Keterangan : i’ = Nilai Social Discount rate yang ke-1 i” = Nilai Social Discount rate yang ke- 2 NPV’ = Nilai Net Present Value yang pertama NPV” = Nilai Net Present Value yang kedua

 Bila IRR ≥ tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan

 Bila IRR < tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Kadariah, 1999).

Benefit cost ratio (B/C) yaitu tingkat perbandingan antara penerimaan dengan biaya yaitu antara semua nilai – nilai positif dan arus keuntungan bersih setiap tahun (bulan) setelah didiskontokan dengan jumlah nilai negatif atau : Dengan rumus :

Net B/C

=

= = < − +− > − +− n o t t n o t t Ct Bt untuk I Ct Bt Ct Bt untuk I Ct Bt 0 ) 1 ( 0 ) 1 (

Keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) finansial sehubungan dengan sesuatu

proyek pada tahun t

Ct = Biaya finansial sehubungan dengan proyek pada tahun t,

(32)

i = Opportunity Cost of Capital yang digunakan t = Jangka waktu suatu proyek atau usaha tani Kriteria yang dipakai adalah :

 Bila B/C > 1 maka usaha tersebut layak diusahakan

 Bila B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan (Soekartawi, 1986).

Usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik–baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (Soekartawi, 1995).

Usahatani biasanya terdiri dari berbagai macam–macam masukan. Setiap masukan disesuaikan dengan kaidah yang berlaku sehingga dapat bermanfaat bagi petani untuk menghadapi masalah produksi. Beberapa biaya modal terdiri dari biaya langsung yang dikeluarkan, termasuk bunga modal tersebut atau juga biaya yang diluangkan karena tidak dipakainya sejumlah modal tertentu. Memperhatikan biaya modal ini sangat penting karena keterbatasan modal seperti yang umum dihadapi petani berhubungan erat dengan kemauan petani dalam mempraktekkan rekomendasi yang dianjurkan (Soekartawi, 1986).

(33)

kecakapannya tetap berada dalam tingkatan rendah dan keadaan seperti ini tentu akan menekan sikap mentalnya. Hal ini menyebabkan cara berpikir, cara kerja dan cara hidup mereka yang lama tidak mengalami perubahan (Kartasapoetra, 1991).

Selain itu, pendidikan merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan, dimana pendidikan dapat membantu intelektual dalam berpikir dan bertindak. Pada dasarnya tujuan modernisasi pertanian adalah agar semua petani mampu melaksanakan usaha taninya secara lebih produktif (better farming), agar

semua petani mampu mengelola usaha tani yang menguntungkan (better business) dan dapat memperluas lapangan kerja dibidang pertanian agar

banyak menyerap tenaga kerja (Samsudin, 1997).

Petani yang sudah lebih lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani semula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Satia, 2000).

Para petani yang berusia lanjut, berumur 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian–pengertian yang dapat merubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Kartasapoetra, 1994).

Selain itu, petani–petani yang lebih tua tampaknya kurang cenderung menyebarkan informasi pertanian daripada mereka yang relatif umur muda, petani yang sudah tua akan kurang mengerti akan tujuan pendidikan dalam masa depannya (Fauzia dan Tampubolon, 1991).

(34)

karena ketergantungan mereka kepada hasil usaha tani, mungkin mendesak sang petani untuk mengambil keputusan tertentu atau melaksanakan suatu teknik tertentu. Sebaliknya hasrat petani itu sendiri untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya merupakan dorongan yang efektif untuk mempertinggi hasil usaha taninya (Mosher, 1983).

Proses produksi diartikan sebagai kaidah–kaidah atau asumsi yang dapat dipakai dalam menggunakan sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil yang maksimum. Kemampuan tanaman memberikan suatu hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim dan lahan. Terjadinya peningkatan produksi hasil–hasil pertanian dibutuhkan peningkatan areal tanaman atau kapasitas produksi dan peningkatan produktivitas tanaman dan lahan.

Produktivitas tanaman adalah totalitas hasil yang diperoleh tanaman dalam satu kali berproduksi. Produktivitas ditentukan oleh keunggulan bibit, metode budidaya seperti pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, sistem pemasaran dan sistem panen.

Produktivitas sejalan dengan efisiensi, yaitu biaya atau input per satuan output. Makin tinggi produktivitas makin tinggi efisiensi atau makin rendah biaya produksi (harga pokok). Jadi salah satu hal terpenting untuk menekan biaya produksi adalah dengan meningkatkan produktivitas. Dengan biaya produksi yang rendah dibanding dengan harga jual, maka akan terjamin laba atau keuntungan dengan demikian tingkat keuntungan atau rentabilitas dapat mencapai sasaran.

(35)

Produksi yang diperoleh petani dijual ke pasar sehingga akan mendapatkan penerimaan.

(36)

Kerangka Pemikiran

Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang sudah dikenal di seluruh negara di dunia. Komoditi kopi memiliki cita rasa yang khas dengan tingkat harga yang relatif tinggi sehingga olahan komoditi kopi banyak disukai masyarakat terutama dalam bentuk bubuk kopi. Usaha budidaya tanaman kopi perlu dilakukan secara intensif sehingga dapat memperoleh tingkat produktivitas yang optimal untuk memenuhi kebutuhan pasar dan terutama untuk meningkatkan taraf hidup dengan efektivitas harga yang stabil.

Kegiatan usahatani merupakan suatu aktivitas yang paling mendasar dalam agribisnis yang dilakukan oleh keluarga tani. Di dalam suatu usahatani dilakukan suatu pemberian input yang akan saling terkait dengan alokasi penggunaan suatu usahatani. Penggunaan lahan dan luas lahan mempengaruhi pola dan sistem usahatani yang diterapkan oleh petani.

Petani adalah seseorang yang menjalankan kegiatan usahatani, usahatani yang dimaksud adalah usahatani kopi arabika.

(37)

diantanya umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan dan luas lahan.

Dalam suatu usahatani, tentu akan menimbulkan hasil dalam bentuk unit produksi. Untuk setiap luas lahan akan diketahui tingkat produktivitas dari kegiatan usaha tersebut. Kegiatan produksi akan menghasilkan suatu penerimaan usahatani pada harga yang berlaku. Kemudian setelah dikurangi dengan biaya produksi akan diperoleh suatu pendapatan bersih yang relevan.

Pendapatan bersih akan dianalisis dengan alat uji kelayakan yaitu analisis finansial untuk melihat apakah usahatani tersebut layak atau tidak layak diusahakan di daerah penelitian.

Dalam menjalankan suatu usahatani, terdapat masalah–masalah yang dapat menghambat jalannya usahatani seperti masalah produksi, distribusi dan kurangnya lembaga pendukung dalam hal penerapan teknologi sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Setelah uji analisis finansial dilakukan maka dapat didefenisikan usahatani di daerah penelitian dapat berkembang atau tidak dikatakan berkembang melalui pendapatan bersih, penerimaan , luas lahan, produksi dan produktivitas.

(38)

Ada Hubungan Keterangan: Usaha Layak Usaha tidak Layak

Analisis Usaha tani : - Pd = TR-TC

Pendapatan Bersih Faktor Produksi :

- Lahan - Modal - Tenaga Kerja - Sarana Lainnya

Usahatani Kopi Arabika Petani kopi

Produksi Harga Produktifitas Penerimaan Biaya Produksi Karakteristik sosial ekonomi yaitu :

- pengalaman bertani - pendidikan - umur - jumlah tanggungan - luas lahan

[image:38.595.51.587.170.651.2]

Masalah-masalah Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Analisis Finansial : - NPV

(39)

Hipotesis Penelitian

1. Ada perkembangan luas lahan, produksi dan produktivitas tanaman kopi arabika selama lima tahun terakhir di Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Ada tersedia faktor-faktor produksi (meliputi: lahan, modal, tenaga kerja dan sarana pendukung lainnya) di daerah penelitian.

3. Usaha tani kopi arabika menguntungkan di daerah penelitian.

4. Usaha tani kopi arabika secara finansial layak untuk dikembangkan di daerah penelitian.

5. Ada hubungan karakteristik sosial ekonomi petani (meliputi : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan) dengan pendapatan usaha tani kopi arabika di daerah Penelitian.

(40)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu Desa Kuta Meriah, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara. Alasan penentuan dan penetapan daerah tersebut sebagai daerah penelitian karena Desa Kuta Meriah merupakan salah satu sentra produksi kopi arabika yang memiliki tingkat produktivitas diatas rata-rata Kecamatan Kerajaan sehingga apabila dikelola dengan baik maka akan menghasilkan tingkat produksi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Oleh sebab itu, maka Desa Kuta Meriah dapat mewakili Kecamatan Kerajaan sebagai daerah penelitian.

Metode Penentuan Sampel Penelitian

(41)
[image:41.595.115.489.136.340.2]

Tabel 6. Populasi dan Sampel Petani Kopi Arabika di Desa Kuta Meriah No Strata Luas Lahan

(Ha)

Populasi (KK)

Sampel (KK)

1 I 0 – 0,24 33 33

2 II 0,24 – 0,48 4 4

3 III > 0,48 3 3

Total

40 40

Sumber : Analisis data primer pada lampiran 1 (Tahun 2008) Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang dibuat terlebih dahulu sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Kantor Kepala Desa Kuta Meriah, Badan Pusat Statistik dan buku–buku penelitian pendukung lainnya.

Metode analisis Data

Hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan mengamati perkembangan usahatani kopi (meliputi: luas lahan, produksi, produktivitas dan harga) di daerah Penelitian selama lima tahun terakhir.

(42)

penelitian. Ketersediaan input cukup apabila lebih 70% sampel menyatakan tidak menemukan kesulitan dalam memperoleh input produksi, apabila tidak memenuhi 70% maka input produksi dinyatakan tidak cukup tersedia.

Hipotesis 3 dianalisis dengan menggunakan analisis usahatani dimana mengamati input dan output daripada usahatani kopi Arabika di daerah penelitian. Alat hitung yang digunakan adalah tabulasi sederhana untuk menghitung pendapatan usaha tani.

Pd = TR-TC

Keterangan:

Pd = Pendapatan usahatani kopi arabika (Rp) dalam 3 tahun pemeliharaan TR = Total penerimaan usahatani kopi arabika (Rp) pada tahun ke III TC = Total biaya usahatani kopi arabika (Rp) untuk 3 tahun pemeliharaan

Hipotesis 4 , dianalisis dengan menggunakan metode analisis NPV, Net B/C dan IRR dengan mengamati arus kas dari usahatani selama 3 tahun terakhir.

1. NPV =

= +

n

o t

t

I Ct Bt

) 1 (

Keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) finansial dari usahatani kopi arabika

pada tahun t

Ct = Biaya finansial usahatani kopi arabika pada tahun t, Ct

dihitung per hektar per tahun

n = Umur ekonomis dalam perhitungan dipergunakan setiap 1 tahun pemeliharaan

(43)

NPV = Nilai netto sekarang (Soekartawi, 1991) Analisis kelayakan :

1. Bila nilai NPV > 0 maka proyek dikatakan layak

2. Bila nilai NPV = 0 maka proyek tersebut mengembalikan persis sebesar Opportunity Cost of Capital

3. Bila nilai NPV < 0 maka proyek dikatakan tidak layak

2. Net B/C

=

= = < − + − > − +− n o t t n o t t Ct Bt untuk I Ct Bt Ct Bt untuk I Ct Bt 0 ) 1 ( 0 ) 1 (

Keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) finansial dari usahatani kopi arabika

pada tahun t

Ct = Biaya finansial usahatani kopi arabika pada tahun t,

Ct dihitung per hektar per tahun n = Umur ekonomis proyek

i = Opportunity Cost of Capital yang digunakan t = Jangka waktu usaha tani kopi arabika

Kriteria yang dipakai adalah :

 Bila B/C > 1 maka usaha tersebut layak diusahakan

 Bila B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan (Soekartawi, 1986).

3.. IRR = i’ +

) " ' ( ) ' ( NPV NPV NPV

(44)

Keterangan :

i’ = Nilai Discount rate yang ke-1 i” = Nilai Discount rate yang ke- 2

NPV’ = Nilai Net Present Value yang pertama NPV” = Nilai Net Present Value yang kedua Analisis Kelayakan :

1. Bila IRR ≥ tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.

2. Bila IRR < tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

Hipotesis 5, dianalisis dengan menggunakan analisis koefisien korelasi Pearson untuk menganalisis tingkat pendapatan usahatani dengan umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan dengan rumus :

r

yx

=

2 1 2 1 1 i n i i n i i i n i

y

x

y

x

= = =

Keterangan : ryx = Koefisien Korelasi Pearson

xi = Xi -

X

_

_

yi = Yi -

Y

(45)

Dimana : xi = merupakan rata-rata variabel X

yi = merupakan rata-rata variabel Y

X = merupakan nilai observasi X Y = merupakan nilai observasi Y Dengan uji signifikansi sebagai berikut :

Jika rs hitung ≤ rs

α

; terima Ho, tolak Hi

Jika rs hiutng > rsα ; tolak Ho, terima Hi

t hitung = rs 2

1 2

s

r n

− −

t hitung > t tabel ; tolak Ho, terima Hi t hiutng < t tabel ; terima Ho, tolak Hi

(46)

Defenisi dan Batasan Operasional

Definisi

1. Perkembangan usahatani kopi arabika adalah suatu usaha untuk mengetahui peningkatan hasil usahatani tanaman kopi di masa yang akan datang.

2. Analisis usahatani kopi arabika adalah suatu upaya untuk mengetahui apakah usahatani kopi sudah layak pengembangannya di masa yang akan datang. 3. Petani kopi arabika adalah orang yang mengusahakan usahatani kopi dan

pendapatan dari usahatani kopi arabika lebih dari 50% daripada usaha sampingan lainnya.

4. Penerimaan usahatani kopi arabika adalah hasil kali antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual.

5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha utnuk usahatani kopi persatuan produksi yang terdiri dari biaya bibit, pupuk, tenaga kerja, biaya peralatan, biaya pengumpulan hasil, pengangkutan dan lain–lain.

6. Produktivitas adalah produksi (ton)/tahun dibagi dengan luas lahan (Ha) dalam satu tahun.

7. Pendapatan bersih usahatani tanaman kopi arabika adalah jumlah penerimaan dikurangi biaya produksi usahatani kopi arabika.

8. Hubungan karakteristik sosial akonomi petani dengan pendapatan dilihat dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan dan jumlah tanggungan.

(47)

10. Tingkat pendidikan petani adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh petani sampel yang dinyatakan dalam tahun.

11. Umur adalah umur petani sampel sejak dilahirkan hingga saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun.

12. Luas lahan usahatani kopi arabika adalah luas lahan usahatani kopi arabika yang dimiliki oleh petani.

13. Jumlah tanggungan adalah semua anggota keluarga yang menjadi beban tanggungan petani yang dinyatakan dalam jiwa.

14. Tenaga kerja adalah orang yang mengelola usahatani pada sebidang tanagh yang merupakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

15. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan petani dalam mengolah usahatani kopi arabika.

(48)

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah Desa Kuta Meriah Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2008.

3. Sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman Kopi Arabika.

(49)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Luas dan Letak Geografis

Desa Kuta Meriah memiliki areal seluas ± 1.050 Ha dengan struktur penggunaan lahan sebagai berikut :

• Lahan Pertanian Sawah : 70 Ha

 Lahan berpengairan teknis : 30 Ha  Lahan berpengairan non teknis : 20 Ha  Lahan tidak berpengairan : 40 Ha • Lahan Pertanian bukan Sawah : 525 Ha

• Pemukiman : 5 Ha

• Hutan Rakyat : 450 Ha

Adapun Desa Kuta Meriah berada pada batas–batas sebagai berikut : • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kuta Dame • Sebelah Barat berbatasan dengan Suka Ramai • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kuta Saga

Desa Kuta Meriah berada pada ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut dengan temperature sekitar 17-22o C, topografi wilayah berada pada lereng gunung atau punggung bukit dan berada di luar kawasan hutan.

(50)

Kabupaten/Kota sekitar 21 Km, dengan Ibukota Kabupaten/Kota lainnya yang terdekat sekitar 20 Km dan dengan Ibukota Provinsi sekitar 159 Km.

Desa Kuta Meriah terdiri dari 3 (tiga) dusun. Dusun yang dimaksud adalah Dusun Lae Mbuturen. Dusun Lae Mbereng dan Dusun Talutuk.

Pemerintahan Desa

Desa Kuta Meriah dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang bertugas dalam mengorganisir struktur pemerintahan desa yang bertujuan membantu kepentingan dalam masyarakat dan mengakomodasi seluruh bentuk urusan administrasi masyarakat yang berhubungan dengan pembangunan desa kepada pemerintah pusat. Dalam menjalankan kegiatannya, Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa, 5 orang Kaur dan seorang Bendahara Desa serta 3 orang kepala dusun untuk tiap-tiap wilayah bagian dalam satu kesatuan Desa Kuta Meriah.

Keadaan Penduduk

[image:50.595.114.416.583.696.2]

Desa Kuta Meriah merupakan daerah yang mata pencaharian utama penduduk berasal dari sektor pertanian. Penduduk Desa Kuta Meriah berjumlah 666 jiwa yang meliputi 328 jiwa laki–laki dan 338 jiwa yang terhimpun dalam 144 KK. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Keadaan Penduduk Kuta Meriah tahun 2007

NO Jenis Kelamin JUMLAH

1 Laki–Laki 328

2 Perempuan 338

JUMLAH 666

(51)

Tabel 8. Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur Desa Kuta Meriah Tahun 2007

NO Kelompok Umur (tahun)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1 0 – 5 106 15,91

2 6 – 10 68 10,21

3 11 – 16 104 15,61

4 17 – 59 355 53,30

5 > 60 Tahun 33 4,95

TOTAL 666 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Kuta Meriah 2007

[image:51.595.116.510.113.288.2]
(52)

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di Desa Kuta Meriah terdiri dari petani, PNS, TNI/POLRI, industri dan lainnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini :

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Kuta Meriah

NO Uraian Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Persentase (%)

1 Pertanian 318 83,24

2 Industri 0 0

3 PNS dan TNI/POLRI 8 2,09

4 Lainnya 56 14,65

TOTAL 382 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Kuta Meriah 2007

Tabel 9 menunjukkan bahwa penduduk Desa Kuta Meriah memiliki beragam pekerjaan. Secara mayoritas sebagian besar penduduk Desa Kuta Meriah merupakan petani dengan jumlah 318 Orang (83,24 %), PNS dan TNI/POLRI sebanyak 8 Orang (2,09 %), tidak terdapat penduduk yang bekerja disektor Industri (0 %) dan penduduk yang bekerja disektor lainnya sebanyak 56 Orang (14,65 %).

[image:52.595.116.520.194.307.2]
(53)
[image:53.595.115.504.101.247.2]

Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Kuta Meriah Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 Belum Sekolah 45 14,95

2 Tidak Tamat SD 73 24,25

3 Tamat SD 139 46,17

4 Tamat SLTP 25 8,30

5 Tamat SLTA 15 4,98

6 Tamat Akademi 3 0,99

7 Sarjana 1 0,033

TOTAL 301 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Kuta Meriah 2007

Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan rendah sebanyak 86,40 %, tingkat pendidikan menengah sebanyak 13,28 % dan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 1,02 %. Berdasarkan keterangan diatas dapat dilihat bahwa dengan tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi daya berpikir seseorang terhadap perubahan-perubahan yang harus dilakukan agar dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan menambah pengetahuan dalam mencoba hal-hal yang baru, mengadopsi teknologi dengan cepat yang bertujuan untuk keberhasilan usahataninya, dan lain-lain. Oleh sebab itu, pemerintah dapat membantu masyarakat melalui kursus-kursus dingkat yang berhubungan dengan bidang pertanian sehingga dapat menambah pengatahuan dilapangan dan dapat diterapkan bersama dengan masyarakat lainnya. Maka dapat digolongkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Kuta Meriah tergolong rendah (tidak layak).

4.2 Sarana dan Prasarana Desa Kuta Meriah

(54)
[image:54.595.115.516.194.405.2]

seperti akses jalan raya, angkutan pedesaan dan lain-lain. Perkembangan suatu daerah sangat membutuhkan suatu alat yang dapat mempercepat akses masuknya arus informasi bagi perkembangan daerah tersebut. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Kuta Meriah dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini :

Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Desa Kuta Meriah Tahun 2007

No Fasilitas Sarana dan

Prasarana

Jumlah

1 Pendidikan SD 2

SLTP 0

SLTA 0

2 Kesehatan Rumah Sakit 0

Puskesmas Pembantu 2

Bidan 1

3 Peribadatan Mesjid 1

Gereja 2

Mushola 1

4 Sosial Balai Desa 1

MCK 4

Sumber : Data Monografi Desa Kuta Meriah 2007

(55)

4.3 Karakterisitk Sampel Penelitian

[image:55.595.116.518.195.333.2]

Karakteristik petani yang menjadi sampel pada penelitian ini meliputi luas lahan, umur, jumlah tanggungan, pengalaman bertani kopi dan tingkat pendidikan petani. Karekteristik petani sampel dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini :

Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel

NO Uraian Range Rataan

1 Luas Lahan (Ha) 0,06 – 0,72 0,24

2 Umur (Tahun) 26 – 67 43,30

3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 6 – 12 8,325

4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1 – 10 4,40

5 Pengalaman Bertani (Tahun) 3 – 10 6.025 6 Jumlah Tanaman Kopi (Batang) 150 – 1800 602.50 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa rata–rata petani sampel di Desa Kuta Meriah memiliki luas lahan rata–rata 0.24 Ha setiap KK, jumlah luas lahan yang mereka miliki tidak cukup luas untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan jumlah bibit kopi Arabika yang mereka tanam rata–rata 602,50 batang.

Rata–rata umur petani di Desa Kuta Meriah adalah 43,30 tahun, hal ini mencerminkan suatu kondisi dimana mayoritas petani kopi Arabika di daerah penelitian masih dalam golongan usia produktif.

(56)

Setiap kepala keluarga petani kopi yang merupakan sampel memiliki jumlah tanggungan sekitar 4,40 jiwa. Jumlah tanggungan tersebut masih tergolong sedang. Jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi distribusi pendapatan dan ketersediaan tenaga kerja.

(57)

V. TAHAPAN KEGIATAN USAHATANI KOPI ARABIKA

I.

Secara Teori

Berdasarkan kegiatan usahatani Kopi Arabika, budidaya merupakan faktor penentu keberhasilan usahatani. Beberapa kegiatan dalam budidaya kopi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pembibitan atau Persemaian

Pemilihan bibit tanaman kopi mencakup berbagai segi, yaitu pemilihan Varietas/klon unggul yang sesuai, macam bibit serta sumber benih dan bibit. bibit yang ditanam berasal dari klon unggul yang dianjurkan. Ciri klon unggul tersebut yaitu dapat berproduksi tinggi dan kontinu, tahan terhadap serangan hama/penyakit tertentu (terutama HV) serta menghasilkan kopi bermutu tinggi. Beberapa klon Arabika yang dianjurkan adalah AB2, S795, USDA762, Kartika1 dan Kartika2. Bibit kopi

dapat diperoleh dengan cara : - Membeli Bibit

Benih dan bibit yang akan dibeli harus bersertifikat agar kualitasnya terjamin. Perlakuan selama penyimpanan dan pengankutan serta perawatan bibit diperlukan untuk menghindari kegagalan ketika ditanam di lapangan. Bila dapat diperoleh langsung ke PT Perkebunan terdekat, BPP, Dinas Perkebunan, dll. - Membuat Bibit Sendiri

(58)

November–Desember atau awal musim hujan, bibit sudah berumur 8–9 bulan dan siap ditanam dilapangan.

2. Penanaman

Tanaman kopi yang baru ditanam biasanya tidak tahan kekeringan. Oleh karena itu, sebaiknya penanaman dilakukan pada awal musim hujan atau pertengahan bulan November–Desember, dengan demikian pada musim kemarau berikutnya tanaman kopi sudah cukup kuat menahan kekeringan. Didalam kegiatan penanaman dilakukan beberapa hal :

- Persiapan Lahan

Didalam persiapan lahan dilakukan proses Land Clearing (penebangan pohon dan tunggalnya) serta Land Chering (tanah

dibersihkan dari pohon dan sisanya), mengolah tanah, perbaiki teras, jalan serta saluran drainase yang rusak, menanam tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung sehingga kondisi lahan menjadi layak untuk diusahakan.

- Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat 3–6 bulan sebelum tanam. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah dan membunuh bibit penyakit. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 2,5 m x 2,5 m atau 2,75 m x 2,75 m.

- Penanaman

(59)

- Penyulaman

Tanaman yang tumbuh merana atau mati harus segera disulam dengan bibit yang baru. Selama dua minggu setalah tanam, kebun diperiksa satu kali seminggu, selama enam bulan berikutnya, kebun diperiksa satu kali sebulan. Apabila ditemukan bibit yang perlu disulam maka penyulaman harus segera dilakukan.

3. Pemeliharaan

Terdapat beberapa kegiatan dalam pemeliharaan tanaman, yaitu : - Pemupukan

- Pupuk buatan diberikan 2 kali setahun, pada awal dan akhir musim hujan. Setiap tanaman dipupuk dengan Urea sebanyak 50 gr, SP 36 sebanyak 25 gr dan KCL 20 gr. - Pupuk organik yang diberikan berupa mulsa yang berasal

dari daun–daun, serasah sekitar tanaman kopi, dll. Pupuk tersebut diberikan 1–2 tahun pada awal musim hujan bersamaan dengan pemberian pupuk buatan.

- Pemangkasan

Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan. Sehingga tanaman sudah mempunyai simpanan makanan yang cukup sebelum dipangkas. Hal ini dilakukan agar tanaman tidak mudah terserang penyakit dan berproduksi dengan optimal serta tidak sulit untuk dipanen.

(60)

- Pencegahan dan Pengendalian Hama Penyakit serta Gulma

Tanaman kopi harus dihindarkan dari serangan hama, penyakit dan gulma. Hal ini dikarenakan ketiga faktor tersebut dapat menurunkan produksi dan mutu kopi yang dihasilkan. Oleh sebab itu kegiatan tersebut harus dilakukan dengan baik dan intensif (Najiyati S dan Danarti, 2004)

Musim berbunga dapat terjadi beberapa kali dalam satu tahun. Pemanenan dilakukan secara bertahap dan teratur. panenan kopi juga mengikuti irama pembungaan, periode mulai berbunga sampai masak memerlukan waktu 8–12 bulan. Buah kopi dikatakan sudah masak apabila kulit buah sudah berwarna merah dan waktunya masak juga tergantung pada iklim dan jenis kopinya.

II.

Secara Aktual (Pengamatan Lapangan)

Beberapa kegiatan budidaya usahatani kopi arabika yang dilaksanakan oleh masyarakat di daerah penelitian berdasarkan observasi secara langsung dengan metode wawancara yaitu sebagai berikut :

1. Pembibitan/Persemaian

(61)

langsung ke padagang dengan kisaran harga sekitar Rp 750–Rp 1500, tergantung kepada jenis bibit yang dibutuhkan.

2. Penanaman

Sebelum proses penanaman dilaksanakan, terlebih dahulu adalah melakukan persiapan lahan yaitu menyiapkan saluran drainase, membersihkan lahan dari gulma dengan menggunakan Round Up, pemberian teras-teras pada lahan yang berbukit-bukit dan pemberian tambahan pH tanah dengan menggunakan pupuk dolomite untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman. Akan tetapi hanya sebahagian kecil masyarakat yang melaksanakan kegiatan tersebut. Kemudian membuat jarang tanam dengan ukuran 1,5 x 1,5 m berdasarkan pengalaman dan informasi yang diperoleh dari kerabat atau tetangga dalam masyarakat. Setelah selesai melaksanakan proses persiapan lahan maka bibit sudah dapat ditanam dengan baik. 3. Pemupukan

(62)

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan oleh petani kopi arabika di daerah penelitian hanya sebatas pembersihan lahan secara berkala, pemberantasan hama penyakit dengan menggunakan obat-obatan yang diaplikasi oleh sebahagian kecil petani dan pemangkasan apabila terdapat daun yang tumbuh terlalu melebar sehingga mengganggu tanaman yang lain.

5. Panen

(63)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Usahatani Kopi Secara Umum (jumlah petani,

jumlah luas lahan, produksi, produktivitas dan harga)

Perkembangan usahatani kopi secara umum dapat dilihat dari keadaan jumlah penduduk, pertambahan jumlah luas lahan kopi, produksi tanaman kopi yang dihasilkan dan produktivitas tanaman kopi serta harga pasar untuk hasil tanaman kopi didaerah penelitian. Perkembangan usahatani kopi secara umum dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini :

Tabel 13. Perkembangan Usahatani Kopi Secara Umum (jumlah petani, jumlah luas lahan, produksi, produktivitas dan harga)

N o

Thn Jlh Petani (Orang)

% Luas Lahan

(Ha)

% Produksi (Ton)

% Produktivitas (Ton/Ha)

% Harga (Rp)

%

1 2004 195

6,57 4.80 39 5,13 9,76 26,8 1,87 3,29 0,69 -2,89 -5,97 10.000 -10 10

2 2005 208 41 27,3 0,67 9.000

3 2006 218 45 28,2 0,63 10.000

[image:63.595.26.571.325.552.2]
(64)

Dari Tabel 13 dapat diketahui perkembangan tanaman kopi arabika secara

umum di Desa Kuta Meriah apabila dilihat dari jumlah petani, jumlah luas lahan, produksi kopi arabika, produktivitas tanaman kopi arabika dan harga

jual tanaman kopi arabika. Apabila diperhatikan maka persen perkembangan yang naik secara signifikan adalah persen perkembangan jumlah luas lahan yang dimulai dari tahun 2004-2005 sebesar 5,13 % dan tahun 2005-2006 meningkat sebesar 9,76 %. Terdapat penurunan drastis terhadap persen jumlah produktivitas

usahatani kopi arabika yaitu pada tahun 2004-2005 sebesar -2,89 % menjadi -5,97 % pada tahun 2005-2006 yang disebabkan oleh peningkatan produksi yang

bergerak secara lambat akibat berbagai faktor teknis dan non teknis selama periode usahatani kopi arabika.

1. Jumlah Petani

(65)

dapat dikatakan bahwa jumlah petani di Desa Kuta Meriah meningkat setiap tahunnya.

2. Jumlah Luas Lahan

Jumlah luas lahan di Desa Kuta Meriah bisa dikatakan sangat luas yang dilihat dari luas lahan yang lebih dari 1000 Ha dengan penggunaan lahan yang masih bersifat seadanya. Menurut pandangan dari masyarakat sekitar bahwa luas pertanaman kopi arabika akan lebih diperlebar apabila terdapat dukungan dari pemerintah daerah dalam memberikan penyuluhan mengenai teknik budidaya kopi yang sesuai dengan tekstur tanah di Desa Kuta Meriah. Pertambahan luas lahan didaerah penelitian meningkat dari tahun 2004-2006 yaitu sebesar 39 ha pada tahun 2004, 41 ha pada tahun 2005 dan 45 ha pada tahun 2006. hal inim menunjukkan bahwa perkembangan luas lahan tanaman kopi arabika di Desa Kuta Meriah semakin meningkat.

3. Produksi

(66)

4. Produktivitas

Semakin luas lahan tidak dapat membuktikan bahwa produktivitasnya juga tinggi akan tetapi produktivitas kopi dapat dipengaruhi oleh teknik pemeliharaan atau perawatan serta kondisi lingkungan didaerah tersebut. Perkembangan produktivitas tanaman kopi arabika dapat dilihat berdasarkan Tabel 13 yaitu pada tahun 2004 sebesar 0,69 ton/ha, pada tahun 2005 sebesar 0,67 ton/ha dan tahun 2006 sebesar 0,63 ton/ha. Hal ini menunjukkan adanya trend penurunan produktivitas yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal baik pertumbuhan tingkat produksi yang sangat lambat, dll.

5. Harga

(67)

rendah apabila dibandingkan dengan harga dikabupaten sebesar Rp 12.000 dan provinsi sebesar Rp 22.000, oleh karena itu diharapkan kedepannya dapat meningkat dengan lebih baik lagi. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa hipotesis yang menyatakan perkembangan tanaman kopi arabika secara umum (jumlah petani, jumlah luas lahan, produksi, produktivitas dan harga kopi arabika) didaerah penelitian dapat diterima.

Ketersediaan Faktor Produksi (lahan, modal, tenaga kerja dan

sarana pendukung lainnya).

1. Lahan

[image:67.595.115.518.385.592.2]

Desa Kuta Meriah merupakan daerah yang bermata pencaharian utama dari penduduknya adalah sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini :

Tabel 14. Keadaan Tata Guna Tanah di Desa Kuta Meriah

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahan Pertanian Sawah 70 6.67

2 Lahan Pertanian bukan Sawah 525 50

3 Pemukiman 5 0.48

4 Hutan Rakyat 450 42.86

Sumber : Data Monografi Desa Kuta Meriah 2006

(68)

merupakan salah satu penghasil kopi arabika di Kecamatan Kerajaan dimana hampir seluruh masyarakat memiliki kebun kopi walaupun dengan pemeliharaan seadanya karena alas an pembiayaan yang masih rendah dan teknik bertanam kopi yang tidak mumpuni. Jarang terdapat tumpang sari terhadap tanaman kopi, kalaupun ada hanya sebatas tanaman untuk kebutuhan rumah tangga seperti cabai, dll. Daerah penelitian terletak pada ketinggian 1100 m dpl. Hal ini cukup releven dengan batas ideal penanaman kopi arabika yaitu 800-1800 m dpl. Kondisi kesuburan tanah tidak cukup baik sehingga membutuhkan pupuk kompos dalam jumlah yang cukup besar sebelum memulai penanaman sehingga rata-rata luas lahan yang mampu diusahakan oleh masyarakat setempat adalah 0.24 Ha. Akan tetapi secara umum, jumlah ketersediaan lahan terhadap usahatani kopi di Desa Kuta Meriah masih tersedia dengan cukup luas sehingga apabila dimanfaatkan dapat memberikan keuntungan yang baik bagi masyarakat sekitar.

2. Modal

Modal merupakan salah satu faktor internal yang diperlukan sebagai sumber dana sebelum memulai suatu kegiatan investasi. Modal digunakan untuk membeli sarana produksi (pupuk, obat-obatan dan alat-alat pertanian), membayar upah tenaga kerja dan keperluan lainnya yang dapat mendukung keberhasilan dari usahatani yang dijalankan sehingga modal merupakan input yang harus tersedia.

(69)

dapat memberikan income yang baik apabila harga komoditi tersebut tinggi, tanaman nilam, karet dan tanaman lainnya yang sesuai dengan tekstur daerah penelitian. Untuk hasil dari tanaman padi sawah ataupun gogo tidak dijual melainkan digunakan untuk kebutuhan sehari–hari atau alat tukar apabila ingin mendapatkan lauk pauk yang lainnya. Para petani selalu menunggu datangnya bantuan dari pemerintah daerah baik modal, bibit dan alat pertanian sehingga menyebabkan masyarakat tidak dapat membina diri sendiri untuk berusaha mencari modal dengan usaha sendiri. Pihak perbankan dari kabupaten baik Bank BRI ataupun Bank SUMUT juga sangat mendukung perkembangan dari masyarakat sekitar dengan memberikan bantuan permodalan kepada petani untuk dapat mengembangkan kehidupan kearah yang lebih baik. Berdasarkan keterangan diatas umumnya pera petani dapat memenuhi kebutuhan permodalan dengan baik.

3. Tenaga Kerja

(70)

Tenaga kerja yang tersedia di daerah penelitian berkisar antara 355 orang

yang diketahui berdasarkam komposisi penduduk pada usia produktif (17–59 tahun) dimana pada umumnya memiliki lahan kopi arabika akan tetapi

unutk mencari hasil tambahan bagi kebutuhan keluarga adalah dengan bekerja pada ladang masyarakat lainnya.

[image:70.595.115.536.388.572.2]

Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga lebih besar apabila dibandingkan dengan tenaga kerja luar keluarga pada saat awal usahatani yaitu pada saat pembukaan dan pengolahan lahan. Panen kopi umumnya satu kali dalam dua minggu yang biasanya sangat membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata distribusi penggunaan tenaga kerja pada usahatani kopi arabika di Desa Kuta Meriah dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini :

Tabel 15. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja (HKP/Ha) pada usahatani Kopi Arabika 1-3 tahun

NO J

Gambar

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi Arabika                         di Provinsi Sumatera Utara per Kabupaten tahun 2006
Tabel 2. Harga rata-rata tingkat Provinsi dan Kabupaten untuk Komoditas Kopi Arabika pada tahun 2006
Tabel 3. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi Arabika                          di Kabupaten Pakpak Bharat per Kecamatan tahun 2006
Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi Arabika                     di Kecamatan Kerajaan per Desa tahun 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

1.. Kabupaten Samosir merupakan daerah perkebunan kopi arabika yang memiliki potensi yang baik apabila dikelola dengan baik dengan meningkatkan kualitas

5.9 Total Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Tahun 2015. 5.10

5.9 Total Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan pada Petani Sampel Usahatani Kopi Arabika di Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Tahun 2015. 5.10

Dilihat dari analisis sensitivitas, jika diasumsikan biaya produksi meningkat sebesar 5 dan 10% maka usahatani Kopi Arabika masih memiliki kelenturan untuk menanggung

Tabel 1.2 Luas Tanaman dan Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Tujuan penelitian ini selain untuk menganalisis perkembangan volume produksi kopi Arabika, perkembangan luas areal dan produktivitas kopi Arabika, perkembangan harga

Berdasarkan hasil kelayakan finansial dan sensitivitas dapat disimpulkan bahwa usahatani Kopi Arabika di Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember sebelum terjadi

Penelitian Ekologi Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei) pada Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) di Kabupaten Pakpak Bharat telah dilaksanakan pada bulan Maret 2010 –