• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD) Perekonomian Negara ASEAN+3 Perekonomian Negara ASEAN+3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN I

4.8. Analisis Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD) Perekonomian Negara ASEAN+3 Perekonomian Negara ASEAN+3

Tahap selanjutnya adalah menganalisis persentase kontribusi perekonomian Singapura, Jepang, dan Indonesia dalam menjelaskan variabilitas perekonomian negara ASEAN+3 lainnya serta peran perekonomian negara ASEAN+3 dalam menjelaskan variabilitas perekonomian Indonesia. Dengan demikian hasil analisis ini akan menjawab permasalahan kedua dalam penelitian ini. Hasil analisis ini disajikan pada Gambar 4.5. berikut ini.

Secara umum dalam jangka pendek dan panjang persentase kontribusi perekonomian Singapura dalam menjelaskan variabiltas perekonomian negara ASEAN+3 lainnya hanya terlihat pada Singapura itu sendiri dan Jepang. Sedangkan pada variasi perekonomian lima negara lainnya tidak begitu terlihat. Perekonomian Singapura dapat menjelaskan variabilitas dirinya sendiri dengan dominan dengan nilai rata-rata 53 persen dan pada variasi perekonomian Jepang berperan dengan nilai sekitar 18 persen.

Secara kasat mata terlihat bahwa perekonomian Jepang tidak memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjelaskan variabilitas perekonomian keenam negara ASEAN+3 lainnya. Dalam menjelaskan variabilitasnya sendiri pun perekonomian Jepang hanya berkontribusi sekitar 9.75 persen dalam jangka panjang. Kontribusinya terhadap diri sendiri hanya dominan di kuartal pertama dengan nilai sebesar 82 persen dan di kuartal kedua sebesar 51 persen.

0% 50% 100% 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 0% 50% 100% 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 0% 50% 100% 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 0% 50% 100% 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 0% 50% 100% 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 0% 50% 100% 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 0% 50% 100% 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 Indonesia Malaysia Singapura Filipina Thailand

Jepang Korea Selatan

Keterangan :

1. = Korea Selatan 3. = Thailand 5. = Singapura 7. = Indonesia

2. = Jepang 4. = Filipina 6. = Malaysia

Dari hasil analisis FEVD antara kontribusi perekonomian Singapura dan Jepang terhadap perekonomian negara ASEAN+3 di atas, dapat disimpulkan bahwa perekonomian Singapura lebih berpengaruh terhadap perekonomian negara ASEAN+3 lainnya. Dengan demikian hasil ini sejalan dengan hasil analisis IRF sebelumnya bahwa Singapura lebih layak menjadi negara acuan (peg) bagi perekonomian negara ASEAN+3 lainnya agar kawasan ini optimal dalam membentuk OCA.

Secara umum dalam jangka pendek dan jangka panjang persentase kontribusi perekonomian Indonesia dalam menjelaskan variabilitas perekonomian enam negara lainnya sangat kecil. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa perekonomian Indonesia hanya memberikan peran yang sangat kecil pada awal kuartal terhadap variabilitas perekonomian Filipina, Thailand, dan Korea Selatan. Sedangkan dalam menjelaskan variabilitas perekonomian Jepang, perekonomian Indonesia memberikan kontribusi mulai dari kuartal keempat hingga kuartal terakhir tetapi dengan persentase yang sangat kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang perekonomian Indonesia tidak memiliki kontribusi yang sangat kuat dalam mempengaruhi variabilitas perekonomian enam negara lainnya dalam kawasan ASEAN+3. Artimya, perekonomian negara kita memang masih yang paling lemah dan tidak stabil jika dibandingkan dengan dengan negara-negara ASEAN+3 lainnya. Peristiwa krisis finansial Asia tahun 1997 silam masih menyumbang peranan terbesar dalam hal ini. Pada peristiwa tersebut memang Indonesialah negara yang terkena dampak paling buruk dan termasuk negara yang lambat dalam memulihkan

perekonomiannya. Terlebih lagi dengan terjadinya krisis finansial global baru-baru ini, tepatnya sejak Juli 2007. Walaupun Indonesia tidak terkena dampak secara langsung akibat perisriwa ini, akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ini berpengaruh pada kestabilan perekonomian kita juga. Hal ini disebabkan karena krisis finansial global ini menghantam perekonomian negara-negara maju yang mayoritas adalah negara mitra dagang Indonesia, seperti Amerika Serikat, China, dan negara-negara Eropa, sehingga kegiatan perekonomian seperti ekspor-impor dan kinerja sektor keuangan pun menjadi terganggu.

Persentase kontribusi perekonomian Indonesia dapat menjelaskan variabilitas dirinya sendiri secara dominan hanya pada kuartal pertama (tiga bulan pertama) saja. Mulai kuartal kedua sampai kuartal ke-32 kontribusinya menjadi sangat kecil. Justru perekonomian Thailand yang memiliki peresentase kontribusi terbesar dalam menjelaskan variabilitas perekonomian Indonesia mulai dari kuartal keempat sampai kuartal terkahir dengan besar kontribusi di atas 50 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam jangka panjang perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh perekonomian Thailand. Hasil ini sejalan dengan hasil analisis IRF sebelumnnya yang menyatakan bahwa jika terjadi guncangan pada perekonomian Thailand, maka perekonomian Indonesia akan merespon sangat tinggi dengan nilai yang positif. Fenomena ini tentu saja dipengaruhi oleh peristiwa krisis finansial Asia tahun 1997 silam. Walaupun krisis tersebut sudah terjadi sekitar satu dekade yang lalu, akan tetapi dampaknya masih terasa hingga saat ini karena tidak mudah dan tidak bisa begitu saja Indonesia dapat memulihkan keadaaan perekonomiannya menjadi seperti semula sebelum

terjadinya krisis ini. Hal ini sangat membutuhkan waktu dan tentu saja kerja keras negara Indonesia untuk memperbaiki perekonomiannya. Hal ini dapat ditempuh dengan memperkuat sistem ekonomi kita, yaitu dengan menurunkan suku bunga acuan (policy rate) kita yang mencapai angka tertinggi diantara negara-negara ASEAN+3 lainnya, yaitu sebesar 6.95 persen pada bulan Juni lalu (Bank Indonesia). Suku bunga murah dapat menggairahkan kembali sektor riil kita yang diharapkan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia nantinya.

Persentase kontribusi terbesar kedua diberikan oleh perekonomian Malaysia dalam menjelaskan variabilitas perekonomian Indonesia. Hasil ini pun sejalan dengan hasil analisis IRF sebelumnya bahwa guncangan yang terjadi pada perekonomian Malaysia pun akan berpengaruh kepada perekonomian Indonesia. Hal ini dibuktikan pula dengan hasil analisis FEVD yang menunjukkan persentase kontribusi perekonomian Malaysia terhadap perekonomian Indonesia juga besar. Secara hipotesis dapat dijelaskan bahwa antara Indonesia dengan Malaysia memang memiliki hubungan yang erat, baik dari sisi ekonomi maupun non ekonomi. Dari sisi ekonomi sangat jelas bahwa hubungan perdagangan dan keuangan antara Indonesia dengan Malaysia sangat erat. Kedua negara ini pun memiliki kedekatan geografis dan budaya yang erat pula. Hanya saja perekonomian Malaysia lebih stabil daripada Indonesia, sehingga perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh perekonomian Malaysia, tetapi tidak sebaliknya.

Secara ringkas, perekonomian negara yang dominan dalam menjelaskan variabilitas perekonomian lainnya, yaitu :

a. Perekonomian Indonesia, didominasi oleh perekonomian Thailand dan Malaysia.

b. Perekonomian Malaysia, didominasi oleh Perekonomian Malaysia itu sendiri dan Thailand.

c. Perekonomian Singapura, didominasi oleh perekonomian Singapura dan Malaysia.

d. Perekonomian Filipina, didominasi oleh perekonomian Filipina itu sendiri, Thailand, dan Malaysia.

e. Perekonomian Thailand, didominasi oleh perekonomian Thailand itu sendiri. f. Perekonomian Jepang, didominasi oleh perekonomian Thailand, Malaysia, dan

Singapura.

g. Perekonomian Korea Selatan, didominasi oleh perekonomian Thailand dan Malaysia, walaupun sebenarnya perekonomian Korea Selatan itu sendiri pun memiliki kontribusi yang cukup dapat menjelaskan variabilitasnya.

Dokumen terkait