• Tidak ada hasil yang ditemukan

aktual, layak untuk disampaikan bagi kepentingan umum

D. Analisis Framing dalam pendekatan wacana media

1. Konsep Framing

Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Karenanya, berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan.

Analisis bingkai merupakan dasar struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas. Menurut Panuju, analisis framing adalah analisis untuk membongkar ideologi di balik penulisan informasi.

Analisis framing berusaha untuk menentukan kunci-kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajari media, analisis bingkai menunjukkan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain.

Secara sederhana, Analisis framing mencoba untuk membangun sebuah komunikasi dan menyampaikan kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan mengklasifikasikan informasi baru. Melalui analisis framing, bagaimanakah suatu pesan diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien dalam hubungannya dengan ide penulis.50

Pada dasarnya analisis framing merupakan versi baru dari pendekatan wacana, khususnya menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 195551. Awalnya, frame dipakai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas.

Analisis framing adalah salah satu metode analisa media, seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Sobur mengatakan bahwa analisis framing digunakan untuk

50

Jumroni dan Suhaimi, “Metode-metode Penelitian Komunikasi”, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet.ke-1, h.92

51

Agus Sudibyo, “Citra Bung Karno: Analisis Berita Pers Orde Baru”, (Yogyakarta: Bigraf Publishing 1999), h. 23

mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita52. Cara pandang dan perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut.

Framing adalah metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu realitas tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasi lainnya, dengan kata lain bagaimana realitas dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media53. Framing juga dapat dimaknai sebagai tindakan penyeleksi aspek-aspek realitas yang tergambar dalam teks komunikasinya dan membuatnya lebih menonjol dari aspek-aspek yang lain, sambil memperkenalkan definisi problem tertentu, interpretasi kausal, dan rekomendasi penanganan terhadap masalah yang dibicarakan.

Proses framing berkaitan dengan strategi pengelolaan dan penyajian informasi dalam hubungannya dengan rutinitas dan konvensi profesional jurnalistik. Dominasi sebuah frame dalam suatu wacana berita bagaimana dipengaruhi oleh proses produksi berita dimana terlibat unsur-unsur redaksional seperti reporter, redaktur dan lain-lain. Dengan kata lain, framing merupakan bagian yang integral dari proses redaksional media massa dan menempatkan awak media pada posisi strategis.

52

Rachmat Kriyanto, “Teknik Praktik: Riset Komunikasi”, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-1, h. 253

53

Ada hal penting dalam framing, ketika sesuatu diletakkan dalam frame, maka bagian yang terbuang ada bagian yang terlihat. Kita bisa menghadirkan analogi ketika kita memfoto suatu pemandangan, maka yang masuk dalam foto itu hanya bagian yang berada dalam “frame”, bagian lain terbuang.

Analisis framing menanyakan mengapa peristiwa X diberitakan? Mengapa peristiwa yang lain tidak diberitakan? Mengapa suatu tempat dan pihak terlibat berbeda meskipun peristiwanya sama? Mengapa realitas didefinisikan dengan cara tertentu? Mengapa sisi atau angle tertentu ditonjolkan sedang yang lain tidak? Mengapa fakta tertentu ditonjolkan sedang yang lain tidak? Mengapa menampilkan sumber X dan mengapa bukan sumber berita yang lain yang diwawancarai?54

Jadi, analisis framing ini merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok dan lain-lain) yang dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dan dianggap penting serta lebih mengena dalam pikiran khalayak.

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih

54

bermakna, lebih menarik, lebih berarti dan lebih di ingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektif. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang di tonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut55. Oleh karena itu, berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan subjek sebagai suatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan56.

Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gagasan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi mekna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.

Menurut Erving Goffman, konsep analisis framing memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorganisasi dan menginterpretasi serta aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk memahaminya57. Skemata interpretasi itu disebut frames, yamg memungkinkan individu dapat melokalisasi merasakan, mengidentifikasi dan memberi label terhadap peristiwa-peristiwa informasi. Demikian juga Gatlin mengidentifikasikan

55

Nugroho, Eriyanto, dan Frans Sudiarsis, “Politik Media Mengemas Berita”, (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999), h. 21

56

Teguh Imawan, “Media Surabaya Mengaburkan Makna: Kasus Pemilihan Walikota”,

(Pantau, Edisi 09, 2000), h. 66

57

Hotman Siaahan, “Pers Yang Gamang: Studi Pemberitaan Jajak Pendapat Timor-timur”, (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 2001), h. 76

frame sebagai seleksi, penegasan dan eksklusi yang ketat. Ia menghubungkan konsep tersebut dengan proses memproduksi wacana berita dengan mengatakan frame memungkinkan para jurnalis memprosessejumlah besar informasi secara cepat dan rutin, sekaligus mengemas informasi demi penyiaran yang efisien kepada khalayak.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar yakni seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas58. Kedua factor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkan, di buangnya. Dibalik semuanya pengambilan keputusan mengenai isu mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideology para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita.

Konsep framing dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication teks. Analisis framing dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer atau komunikasi informasi dari sebuah lokasi seperti pidato, ucapan atau ungkapan, news report, atau novel. Framing, menurutnya secara esensial meliputi penyeleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menyeleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dan merekomendasikan penangannya.

58

Eriyanto, “Kekuasaan Otoriter: Dari Gerakan Penindasan Menuju Politik Hagemoni”,

GJ. Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.

2. Efek Framing

Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada khalayak. Dari definisi diatas tergambar apa efek framing. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oelh media. Bahkan permaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda.

Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas social yang kompleks, penuh dimensi dan tak beraturan disajikan dalam berita sebagai suatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Teori framing menunjukkan bagaimana media membuat simplifikasi prioritas dan struktur tertentu dari peristiwa. Ini terlihat dari penonjolan aspek tertentu dan melupakan sisi yang lain, dan penampilan actor tertentu dengan menyembunyikan actor yang lain.

Efek lainnya adalah mobilisasi massa. Ini diakibatkan adanya usaha pembentukan opini public atas pengemasan suatu berita tertentu yang boleh jadi membentuk pemahaman yang berbeda atas suatu isu. Keberhasilan tersebut tergantung pada kemampuan dalam pengemasannya59.

59

Framing seperti yang kita ketahui adalah menentukan bagaimana peristiwa didefinisikan. Framing juga menentukan apakah peristiwa dianggap sebagai masalah social atau tidak. Oleh karena itu, framing selalu berhubungan dengan pendapat umum. Bagaimana tanggapan khalayak, dan bagaimana penyikapan atas suatu peristiwa, di antaranya tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan dimaknai. Ketika peristiwa itu dilihat sebagai maslah social dan didefinisikan sebagai masalah bersama maka perhatian public akan berubah menjadi lebih besar. Dalam proses pendefisian masalah social tersebut, framing mamainkan peranan yang penting.

3. Framing Model Robert N. Entman

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan dipengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas60. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain: menonjolkan aspek dari isu tertentu dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi,

60

simplikasi dan lain sebagainya. Semua aspek tersebut dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.

Tabel 4

Dimensi Framing Model Robert N. Entman

Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan Aspek Tertentu dari Isu Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek dari suatu peristiwa atau suatu isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, gambar, dan citra tertentu untuk disampaikan kepada kalayak.

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.

BAB III

Dokumen terkait