• Tidak ada hasil yang ditemukan

Frame Berita Tanggal 29 Januari 2008: bentuk kepulangan menemui sang Khaliq

PROFIL HARIAN UMUM REPUBLIKA

TEMUAN DATA DAN ANALISIS

B. Analisis Tentang Frame Republika tanggal 28,29 dan 30 Januari 2008 1.Frame tanggal 28 Januari 2008: Suatu Panggilan

2. Frame Berita Tanggal 29 Januari 2008: bentuk kepulangan menemui sang Khaliq

Koran Republika menurunkan Laporan mengenai berita meninggalnya Soeharto pada tanggal 29 Januari 2008. masing-masing dengan judul “Perjalanan Terakhir”, “Soeharto dan Islam Politik, Sebuah Retrospeksi”, “Episode Soeharto dan Politik Islam”, “Melepas Jenderal Besar ke Peristirahatan”, “Keriuhan Mengantar Pemakaman”, “Dari Cendana ke Astana”, “Shalat Ghaib dan Tahlilan Untuk Bintang Lima”, “Tiga Tangkai Melati Bagi Sri”, Selamat Jalan Pak Harto”, “Menuju Markas Abadi”, “Soeharto, Jawa, dan Santrinisasi”, “Forum Antikorupsi PBB Ikut Berkabung”, “Kontras Nilai Pemakaman Soeharto Berlebihan”, “Mendulang Pujian dan Kritik”, “Penerbangan di Jadwal Ulang”. Berita ini dilengkapi dengan M. Irwan Arifyanto selaku Redaktur Hukum Republika. Kita akan melihat bagaimana berita ini dibingkai.

Peristiwa meninggalnya Soeharto dimaknai sebagai kepulangan seorang hamba kepada sang Khaliq. Berikut kutipannya:

“Lantunan doa mengiringi kepulangan mantan Presiden Soeharto menemui sang Khalik. Astana Giribangun menjadi tempat perhentian terakhir mantan penguasa Orde Baru tersebut”.

Tabel 8

Isi berita Tanggal 29 Januari 2008

Judul Isi Berita Sumber

Wawancara “Perjalanan Terakhir” Pada dasarnya republika

mengangkat seorang Soeharto dalam kaca mata yang lain. Ada beberapa item dalam edisi khusus itu perjalanan Soeharto dari seorang anak kecil menjadi seorang tentara, termasuk instruksi-instrruksinya, terus termasuk setelah dia berpolitik menguntungkan dia sendiri, disaat ia jatuh dari kekuasaannya. Pada dasarnya republika tidak berpihak pada Soeharto karena bagaimanapun Soeharto merupakan suatu bagian sejarah kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, kita mencoba mengangkat Soeharto dari sisi lain karena disitu kita tahu kenapa Soeharto kejam terus bagaimana Soeharto mencoba membangun dengan konsep pembangunan yang diantaranya cukup berhasil. Namun, disaat akhir kejatuhannya Soeharto terperangkap dalam kekuasaan, dia dicekal anak buahnya, dicekal oleh anak-anaknya pada akhirnya Soeharto jatuh.

M.Irwan Arifyanto selaku Redaktur Hukum

“Soeharto dan Islam Politik, Sebuah Retropeksi”

Kita melihat ada dua bagian item ketika kita bicara Islam dan Soeharto. Pertama, disaat pertama kali dia berkuasa, dia menganggap Islam sebagai musuh politiknya. Disaat akhir berkuasa tiba-tiba dia berbalik, dia merangkul Islam, tiba-tiba dia berubah mengubah namanya menjadi H.M. Soeharto kemudian membentuk dan merangkul cendikiawan-cendikiawan, mendirikan ikatan cendikiawan muslim Indonesia, tiba-tiba Soeharto begitu ramah dengan kalangan Islam, dia mengangkat sebagian petinggi-petinggi militer yang berasal dari kalangan hijau dan kalangan muslim, dan dia juga kemudian tidak lagi mencurigai muslim bagian oposisi yang menyerang dia.

“Episode Soeharto dan Politik Islam”

Artikel ini bagaimana Soeharto setelah bermain-main dengan politik, dia mencurigai Islam sebagai lawan politiknya. Di tahun 90-an tiba-tiba Soeharto mengaku sebagai orang Muhammadiyah, kemudian berangkat ke haji. Kemudian lawan-lawan politik Islam yang selama ini juga dikenal cukup keras menjadi lawan politik Soeharto dibebaskan dari penjara artinya itulah episode bagaimana saat itu Islam benar merangkul Soeharto.

“Melepas Jenderal Besar Ke Peristirahatan”

Artikel ini Cuma menceritakan bagaimana saat-saat Soeharto meninggal dan bagaimana penyambutan masyarakat yang sangat luas biasa. Orang yang dulu musuh Soeharto, tiba-tiba mereka berdatangan melihat Soeharto meninggal dan banyak

tokoh-tokoh yang bermusuhan dengan Soeharto kemudian meaafkan Soeharto.

“Keriuhan Mengantar Pemakaman”

Artikel ini menggambarkan suasana Airport ketika banyak pejabat menghantarkan jenazah ke pemakaman terjadi penjadwalan ulang di beberapa pesawat terbang akibat banyaknya penumpang.

“Dari Cendana ke Astana”

Lebih kecerita satu peristiwa, yang intinya menyampaikan saat-sat Soeharto dari sakit hingga dia meninggal. Satu peristiwa karena banyak orang yang ingin tahu saat-saat terakhir seorang sultan, raja jawa meninggal.

“Shalat Ghaib dan Tahlilan Untuk Bintang Lima”

menggambarkan bahwa ternyata di pelosok masyarakat tiba-tiba mendoakan Soeharto, tahlilan dimana-mana, tidak hanya ditempat Soeharto dimakamkan, tapi ditempat-tempat banyak masyarakat miskin ternyata merindukan Soeharto seorang pemimpin yang berhasil.

“Tiga Tangkai Melati Bagi Sri”

Artikel ini lebih kecerita suasana saja, dan tidak ada maksud, pesan atau kaitan-kaitan tertentu. “Selamat Jalan Pak

Harto”

Artikel ini menggambarkan suasana dimana masyarakat banyak yang memadati jalan-jalan di jakarta dengan melambaikan tangan demi mengekspresikan simpati.

“Menuju Markas Abadi” Dalam artikel ini tidak ada yang spesifik artinya tidak materi khusus tapi karena menarik saja. “Soeharto, Jawa, dan

Santrinisasi”

menggambarkan Soeharto sebagai seorang yang sangat memegang teguh ajaran-ajaran jawa dan kemudian dikombinasikan dengan ajaran Islam yang kemudian menjadi filosofi dasar kepemimpinannya

“Kontras Nilai Pemakaman Soeharto Berlebihan”

Artikel ini tidak hanya cerita soal Soeharto. Saat itu memang berlebihan juga, apakah hal ini sama juga seperti Soekarno meninggal? Kita Cuma membandingkan saja, makanya kita ambil lawannya saja. Tenyata memang menurut kontras sangat berlebihan, kita Cuma mengungkapkan bahwa disaat kondisi yang carut marut begini, kita masih mengadakan pesta mewah untuk seorang pemimpin.

“Forum Antikorupsi PBB Ikut Berkabung”

Menggambarkan soal bagaimana ia berhasil mengankat Indonesia. “Mendulang Pujian dan

Kritik”

menggambarkan tidak hanya puji-pujian kepada dia tapi banyak yang kontras kepada dia. ternyata orang orang-orang yang selama ini dianggap lawan politik Soeharto dalam arti pro, malah banyak memaafkan Soeharto. “Penerbangan

Dijadwalkan Ulang”

Cuma cerita suasana, bagaimana di hari keberangkatan jenazah terjadi penjadwalan ulang akibat dari padatnya penumpang.

b. Diagnosed Causes

Yang menjadi sumber masalah atau penyebab meninggalnya Soeharto adalah karena sakit atau gagalnya multiorgan yang ia derita selama ini.

c. Suggested Remedies

Atas kejadian tersebut, tanggal 29 membuat penyelesaian dengan merekomendasikan agar memberikan maaf kepada Soeharto, mengadakan doa dan tahlilan, mengadakan shalat ghaib, dzikir bersama supaya Soeharto wafatnya dalam husnul khotimah dan Arwahnya diterima di sisi-Nya.

Tabel 9

Bentuk Frame tanggal 29 Januari 2008

Define Problems Kepulangan Diagnosed Causes Sakit

Make Moral Judgement ---

Suggested Remedies melantunkan doa, memaafkan segala kesalahan Almarhum, tabah dan ikhlas, doa dan tahlil bersama, menggelar shalat ghaib serta menggelar dzikir bersama.

Dokumen terkait