• Tidak ada hasil yang ditemukan

aktual, layak untuk disampaikan bagi kepentingan umum

B. Teori Konstruksi Atas Realitas

2. Unsur-unsur Berita

36

Drs. Jun Kuncoro dan Dra. Ina R. Mariani, “Teknik Mencari dan Menulis Berita”,

a. Cepat; yakni aktual atau ketepatan waktu. Unsur ini mengandung makna harfiah berita (news), yakni sesuatu yang baru (new). "Tulisan jurnalistik" kata Al Hester, adalah tulisan yang memberikan pemahaman pada pembaca atau informasi yang tidak diketahui sebelumnya.

b. Nyata; Factual, yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan fiksi atau karangan. fakta dalam dunia jurnaalistik terdiri dari kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement) sumber berita. Unsur ini mengandung pula pengertian, sebuah berita harus merupakan informasi tentang suatu yang sesuai dengan keadaan sebenarnya atau laporan mengenai fakta sebagaimana adanya. "Seorang wartawan harus menulis apa yang benar saja", ujar M. L. Stein (1993:26), seraya mengingatkan, "jangan sekali-kali mengubah fakta untuk memuaskan hati seseorang atau suatu golongan. Jika sumber anda dapat dipercaya, itulah yang paling penting".

c. Penting; artinya menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas, atau dinilai perlu diketahui dan di informasikan kepada orang banyak, seperti kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan sebagainnya.

d. Menarik; artinya mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis. Berita yang biasanya menarik pembaca, disamping yang aktual dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak, juga berita yang bersifat

menghibur (lucu), mengandung keganjilan atau keanaehan, atau berita human interst (menyentuh emosi, menggugah perasaan). 37

Menurut Charnley ada lima unsur yang penting dalam berita yaitu:

a. Akurat (teliti), berita yang baik harus benar dalam menyebutkan data, nama, usia dan menguraikan suatu peristiwa.

b. Seimbang (balanced). Artinya dalam melaporkan dan menuliskan sebuah berita harus melihat segala sisi. Jangan satu kepentingan saja yang dibela. Misalnya melaporkan kekalahan atlit, jangan hanya komentar penonton yang geram atas kekalahan atlit itu, atau pelatih yang yang marah karena kekalahannya.

c. Objektif artinya dalam menulis atau mencari berita kita harus sadar ada faktor eksternal atau bias yang bisa mempengaruhi laporan tersebut, sehingga kita selalu berusaha untuk netral dalam membuat berita.

d. Terbaru (recent), artinya yang kita laporkan adalah peristiwa terbaru. Atau bila kejadian tersebut sudah lama, namun peristiwa penyingkapan kejadian tersebut masih baru, itu bisa dijadikan berita.

e. Singkat dan jelas. Berita sebaiknya tidak ditulis panjang-panjang, karena orang ingin segera mengetahui inti dan kronologis kejadian.38

37

Asep Syamsul M. Romli, “Jurnalistik Praktis Untuk Pemula” , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Edisi Revisi, cet. ke-7, hal. 5-6

38

Keempat hal di atas antara lain adalah hal-hal penting yang layak menjadi acuan bagi jurnalis dalam mencari, dan menulis berita untuk mediannya. Sehingga seorang jurnalis hendaknya mampu membedakan mana fakta atau peristiwa yang mempunyai nilai berita dengan yang tidak bernilai berita. Berikut penjelasan pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 2

Pembagian Nilai Berita

Prominance

Human Interest Conflict/ controversy Unusual

Proximity

Nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang dipandang penting. Kecelakaan yang menelan/

menewaskan satu orang buan berita, tetapi kecelakaan yang menewaskan satu bus baru berita.

Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung unsur haru, sedih dan menguras emosi khalayak.

Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa-biasa saja.

Berita mengandung peristiwa yang tidak biasa peristiwa yang jarang sekali.

Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan dibandingkan dengan peristiwa yang jauh, baik dari fisik maupun emosional dengan khalayak. Selain nilai berita tadi, terdapat prinsip lain yang disebut dengan kategori berita. Seperti yang dikatakan Tuchman, wartawan mengenal lima kategori berita yakni hard news, soft news, spot news, developing news, dan continuing news.

Tabel 3 Kategori Berita: Hard news Soft news Spots news Developing new Kontinuing news

Berita yang terjadi pada saat itu. Kategori ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas. Semakin cepat diberitakan semakin baik bahkan ukuran keberhasilan dari kategori ini bisa peristiwa yang direncanakan dan peristiwa yang tidak direncanakan.

Yang termasuk kedalam kategori ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kisah manusiawi (human interest). Pada jenis berita jenis ini tidak dibatasi oleh waktu. Ia bisa dibantahkan kapan saja. Unsur yang ditekankan disini yakni yang menyentuh emosi dan perasaan khalayak.

Adalah subkalsifikasi dari berita yang berkategori hard news. Dalam spots news, peristiwa yang diliput tidak bisa direncanakan. Peristiwa kebakaran, pembunuhan, kecelakaan, adalah jenis-jenis berita yang tidak bisa diprediksi. Meskipun wartawan sering kali memberitakan kebakaran, ia tidak bisa

memperkirakan secara spesifik dimana dan kapan kebakaran akan terjadi. Jika kebakaran terjadi dalam tempo dan jarak yang pendek dengan keadaan wartawan. Peristiwa itu bisa diberitakan sesegera mungkin.

Adalah subklasifikasi lain dari hard news. Baik spots news maupun developing news umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga. Tetapi dalam developing news dimasukkan elemen lain, peristiwa yang diberitakan oleh bagian dirangkaikan berita yang akan diteruskan keesokan atau dalam berita selanjutnya.

Dalam kategori ini peristiwa-peristiwa bisa diprediksi dan direncanakan. Perdebatan memang jarang terjadi antara satu pendapat dengan pendapat lain, tetapi tetap masuk dalam tema dan bidang yang sama. Proses dan

peristiwa tiap hari berlangsung secara kompleks, tetapi tetap berada dalam wilayah pembahasan yang sama pula.

Namun satulah yang mungkin luput dari perhatian kita bahwa berangkat dari sebuah peristiwa yang sama, media tertentu mewartakannya dengan cara yang berbeda. Satu media boleh jadi mempublikasikannya terus menerus, menonjolkan sisi tertentu, sementara media lainnya melihatnya sebagai suatu berita yang biasa-biasa saja, terkesan meminimalisir ataupun menutup sisi/ aspek tertentu, dan sebagainya kendati kita sering mendengar bahwa dalam pemberitaan, kaum media berpegang pada prinsip independen dan objektif.

Berbagai kemungkinan bisa terjadi sebagai dasar kondisi diatas. Kita bisa saja mengerti bahwa media apa pun tidak akan lepas dari

kepeentingan-kepentingan di balik pemberitaan di media. Entah yang berkaitan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya bahkan agama. Jadi tidak salah bila terdapat pernyataan bahwa berita adalah apa yang membuat surat kabar dibeli orang untuk menaikkan penilaian khalayak terhadap siaran berita39. Sehingga titik perhatian suatu pemberitaan adalah faktor ekonomi. Kondisi ini tidak bisa tidak terelakkan oleh media betapapun disembunyikan, karena hal itu dapat terlihat dan terbaca oleh kita, baik pada penggunaan gambar atau bahasa yang terkadang bombastis dan hiperbol yang sesunggunya bisa mengarahkan khalayak dengan seruan tertentu.40

39

Junanto Imam Prakoso, “Sikap Netralitas Terhadap Pemerintahan Habibie”, Tesis Sarjana Ilmu Komunikasi,(Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia, 1999), h. 6

40

Agus Sudibyo, “Politik Media dan Pertarungan Wacana”, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h. 45

Hal ini perlu disadari, karena perkembangan media massa tidak terlepas dari kepentingan bisnis pemilik modal dan pengelolanya. Idealisme apapun tidak mungkin tumbuh dan berkembang tanpa dukungan bisnis yang kuat. Untuk itu pengelola media massa, dalam hal ini wartawan harus memiliki dukungan

ekonomi yang cukup agar bisa mengembangkan idealismenya sebagai wartwan41. Kepentingan pemilik modal dapat juga menjadi bom waktu bagi media massa tersebut apabila media yang dikelolanya digunakan untuk kepentingan politik dan kepentingan sosial semata. Perlu dipahami, media massa yamg terseret pada kepentingan politik pemilik modalnya bukanlah media yang sesungguhnya.

Disinilah yang menjadi permasalahannya. Dimensi emosional yang kadang tampak dalam pemberitaan sesungguhnya dapat menggusurkan objektivitas suatu berita, padahal nilai objektivitas adalah nafas bagi pemberitaan seperti yang dikatakan Merril, objektivitas berita hanya dapat dicapai melalui tiga cara yakni; pemisahan fakta dan pendapat, menyajikan pandangan terhadap berita tanpa disertai dimensi emosional, berusaha jujur dan seimbang memberikan kesempatan kepada seluruh pihak untuk menjawab dalam cara memberikan banyak informasi kepada khalayak.42

Berita/ News berasal dari bahasa sangsekerta yakni Vrit yang dalam bahasa inggrisnya disebut write yang arti sebenarnya adalah ada atau yang terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan vritta yang artinya kejadian atau yang telah

41

Atmakusumah Astraatmadja, “Jalan Panjang Menuju Kebebasan Pers”, Kompas, (Jakarta: 28 Maret 2004, h. 5

42

John C. Merril and Everet E. Dennis, “Basic in Mass Communication”, (Macmillan Publishing, 1984), h. 111

terjadi. Vrita dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta43. Menurut kamus besar bahasa Indonesia artinya diperjelas lagi menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.44

News is about people. Berita adalah informasi tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Orang-orang seperti yang dijelaskan tadi selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita.

Dalam pengertian lain, N.E.W.S diartikan menjadi suatu singkatan North (utara), Eas (timur), West (barat), dan South (selatan) yang maksudnya adalah surat kabar yang datang dari empat penjuru mata angin atau dari mana saja. Dari singkatan tersebut diartikan bahwa berita adalah segala sesuatu yang terjadi di dunia, terjadi di utara, timur, barat dan selatan yang mampu menarik perhatian pembaca45.

Para pakar komunikasi memberikan definisi berita dengan beraneka ragam46 1. Dean M. Spencer

2. Dr. Williard C. Bleyer

berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian pembaca.

berita adalah termasuk baru yang dipilih oleh wartawan untuk di muat

43

Totok Djuroto, “Manajemen Penerbitan Pers”, (Bandung: Rosdakarya, 2000), h. 46

44

Departemen Pendidikan Nasional, h. 40

45

Abdurahman Harahap, “Peranan Berita Politik di Harian Waspada, jurnal PIKOM – Pembangunan Vol. 4, no. 5 juli 2004, h. 2006

46

3. William S. Moulsby

4. Eric C. Hefwod

5. Paul De Massenner

6. Charnley dan James M. Neal

dalam surat kabar. Oleh karena itu, ia dapat menarik dan mempunyai makna dan dapat menarik minat bagi

pembaca.

berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi.

berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan dapat menarik perhatian pembaca.

berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta menit khalayak pendengar.

berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, interpretasi yang penting menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan khalayak.

Daug Newsom dan James A. Wallert, berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat. 47.

Assegaf menyatakan bahwa berita adalah laporan tentang fakta atau ide termasa yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca.48

Jadi kesimpulannya, berita ialah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besarkhalayak melalui media berkala seperti surat kabar, radio, TV dan lain sebagainya.

Dengan demikian berita adalah laporan tercepat yang bersifat fakta, opini, pesan, informasi yang mengandung nilai-nilai yang diumumkan, di informasikan, yang penting dan menarik perhatian sejumlah orang melalui surat kabar, majalah dan lain-lain. Unsur-unsur terpenting dari berita adalah dikomunikasikan dan menarik perhatian sejumlah orang karena merupakan sesuatu yang baru baginya. Jadi sekalipun ada fakta, opini, pesan dan nilai-nilai, jika fakta tersebut belum dikomunikasikan, belum dapat disebut berita. Sebaliknya, jika sudah

dikomunikasikan tetapi tidak menarik public, karena bukan sesuatu yang baru itupun belum dapat disebut berita.

Jika diperhatikan beberapa rumusan yang telah dijelaskan tadi, ditemukan beberapa unsur pokok berita dalam pemberitaan meninggalnya Soeharto yakni: pertama, berita meninggalnya Soeharto merupakan laporan fakta atau opini. Kedua, berita meninggalnya Soeharto merupakan laporan tercepat atau laporan

47

AS Haris Sumandria, “Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional”, ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media), cet.ke-2, 2006, h. 64

48

utama. Ketiga, berita meninggalnya Soeharto unsur yang menarik minat dan penting bagi kepentingan umum. Dan keempat, berita meninggalnya Soeharto merupakan berita informasi dan tidak semua informasi adalah berita, karena berhubungan dengan nilai-nilai berita.

Dokumen terkait