• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

5. Analisis Framing Model Robert N. Entman

Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo,1999a:23). Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.

Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek aspek khusus sebuah realita oleh media.

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagaimana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawah kemana berita tersebut. Framing, seperti dikatakan Todd Gittling, adalah sebuah strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Perstiwa peristiwa ditampilkan

dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Frame adalah prinsip dari seleksi, penekanan, dan presentasi dari realitas.

Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta/realitas.

Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Bagaimana yang ditekankan dalam realitas? Bagaimana dari realitas yang diberitakan dan bagian mana yang tidak diberitakan? Penekanannya pada memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu, dan melupakan aspek lainnya. Akibat pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain.

Kedua, menulis fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkap dengan kalimat dan proposi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya.

Framing itu pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir di hadapan pembaca. Apa yang kita tahu tentang realitas sosial pada dasarnya tergantung pada bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa itu yang memberikan pemahaman dan pemaknaan tertentu atas suatu peristiwa. Analisi framing membantu kita untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa yang sama itu dikemas secara berbeda oleh wartawan sehingga menghasilkan berita yang secara radikal berbeda.

Pemberitaan peristiwa tertentu

Kenapa peristiwa itu diberitakan?

Kenapa peristiwa lain tidak diberitakan? Kenapa peristiwa yang sama ditempat / pihak yang berbeda tidak diberitakan?

Pendefinisian realitas tertentu

Kenapa realitas didefinisikan seperti itu?

Penyajian sisi tertentu

Kenapa sisi tertentu yang ditonjolkan?

Kenapa bukan sisi yang lain?

Pemilihan fakta tertentu

Kenapa fakta itu yang ditonjolkan?

Kenapa bukan fakta yang lain?

Pemilihan

narasumber tertentu

Kenapa narasumber itu yang diwawancarai?

Kenapa bukan yang lain?

Perbedaan itu terjadi karena wartawan menerapkan frame yang berakibat menonjolkan satu sisi peristiwa daripada sisi yang lain, memberikan penjelasan yang lebih memberi efek dramatis dengan bantuan kata, kalimat, dan foto atas terjadinya insiden yang mengakibatkan peristiwa insident itu menjadi menonjol dan mendominasi liputan dan tulisan media (Eriyanto, 2012:77-99).

b. Analisis Framing Robert N. Entman

Robert N.Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Konsep mengenai framing ditulis dalam sebuah artikel untuk Journal of political Communication dan tulisan lain yang mempraktikkan konsep itu dalam suatu studi kasus pemberitaan media. Konsep framing oleh Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari pada isu yang lain.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu.

Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok (menempatkan di-headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label, tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut.

Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari ini selalu tersandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu aspek.

Penonjolan aspek

Aspek ini berhubungan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari isu tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis, Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat,

gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Dalam konsep Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan (Eriyanto, 2012 : 219-225).

Dari pemikiran diatas, Entman merumuskannya ke dalam bentuk model framing sebagai berikut:

Defining Problems (Pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa

Diagnose causes

(memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh siapa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make Moral Jungment (membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegetimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?

Treatment Recommendation ( Menekankan Penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu?

Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

B. Landasan Teori