• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 METODE PENELITIAN

6 ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI USAHATANI PAD

Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Padi

Penelitian ini menggunakan model stochastic frontier Cobb Douglas dengan mode pendugaan Maximum Likelihood (MLE) yang dilakukan proses dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk menduga parameter input-input produksi dan parameter teknologi pada kegiatan usahatani padi berbasis SRI dan non SRI. tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga keseluruhan parameter faktor produksi, intersep dan varians dari kedua komponen kesalahan vi dan ui. Pada metode ini akan menunjukkan

hubungan antara produksi maksimum yang dicapai pada tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dan teknologi yang ada. Hasil analisis ini akan diketahui efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis dari petani responden penelitian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis. Hasil pendugaan fungsi produksi dengan menggunakan metode MLE pada usahatani padi dengan penerapan SRI dan non SRI bisa dilihat pada Tabel 9.

Koefisien determinasi (R2) dari fungsi rata-rata yang diperoleh pada petani padi SRI dan non SRI adalah 0.93 dan 0.97. artinya input-input yang digunakan dalam model pendugaan fungsi produksi dapat menjelaskan masing-masing 93 persen dan 97 persen dari variasi produksi padi didaerah penelitian. Sedangkan sisanya yang bernilai masing-masing 7 persen dan 3 persen dipengaruhi oleh variasi variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Nilai F ratio sebesar 117.06 pada petani padi SRI dan sebesar 114.67 pada petani non SRI yang sangat

nyata yaitu pada taraf α kurang dari 1 persen. Ini berarti bahwa secara bersama- sama variabel-variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap produksi padi didaerah penelitian.

Tabel 9.Hasil pendugaan fungsi produksi stochastic frontier usahatani padi dengan penerapan SRI dan non SRI menggunakan metode pendugaan MLE di Kabupaten Solok Selatan

Variabel SRI Non SRI

Koef. t-ratio Prob Koef. t-ratio prob

Konstanta 6.85 23.01 0.000 7.17 37.08 0.000 Lahan 0.71a 14.20 0.000 0.75a 15.47 0.000 Benih 0.03 0.63 0.266 0.06c 1.59 0.062 Pupuk ponska 0.06b 2.23 0.015 0.11a 3.38 0.001 Pupuk urea 0.04d 1.08 0.142 0.07b 2.12 0.022 Pupuk organik 0.11a 2.78 0.004 0.00 0.98 0.168 Tenaga kerja 0.10b 1.96 0.028 0.03 0.60 0.277 Sigma-squared 0.19 0.03 Gamma 0.90 0.99 L-R Test 15.37 15.39 Log MLE 16.32 34.84

Keterangan : a = nyata pada taraf 1 persen; b = nyata pada taraf 5 persen; c = nyata pada taraf 10 persen; d = nyata pada taraf 15 persen

Hasil pendugaan dengan metode MLE pada Tabel 10 diketahui bahwa koefisien setiap variabel semuanya bernilai positif. Hasil metode MLE juga menggambarkan nilai sigma square (σ2) dan parameter gamma ( ) dari model

efek inefisiensi teknis fungsi produksi stochastic frontier pada usahatani padi berbasis SRI dan non SRI. Nilai gamma berturut-turut pada usahatani padi berbasis SRI dan non SRI sebesar 0.90 dan 0.99. Nilai kedua gamma ini mendekati satu menunjukkan bahwa error term hanya berasal dari efek inefisiensi (ui) dan bukan berasal dari akibat noise (vi). Sedangkan nilai sigma squared

berturut-turut sebesar 0.19 dan 0.03. nilai tersebut mendekati nol sehingga error term inefisiensi pada usahatani padi berbasis SRI dan non SRI terdistribusi secara normal. Nilai rasio generalized-likelihood (LR) fungsi produksi padi berbasis SRI sebesar 15.37 masih lebih besar dari nilai tabel Kodde dan Palm sebesar 14.85 yang nyata pada taraf 5 persen. Sedangkan Nilai rasio LR pada usahatani padi non SRI sebesar 15.39 masih lebih besar dari nilai tabel Kodde dan Palm sebesar 14.85 yang nyata pada taraf 5 persen. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh efisiensi dan inefisiensi teknis petani padi di Kabupaten Solok Selatan.

Pada Tabel 9 diketahui bahwa semua variabel pada fungsi produksi padi berbasis SRI bernilai positif, kecuali ada satu variabel yang negatif pada fungsi produksi padi non SRI. Namun demikian hasil parameter yang negatif ini bisa diabaikan karena cenderung mendakati nol dan tidak signifikan. Pada fungsi produksi padi berbasis SRI, variabel lahan, pupuk organik dan pupuk urea berpengaruh nyata pada tingkat α 1 persen, 5 persen dan 15 persen. Sedangkan pada fungsi produksi padi non SRI variabel yang signifikan adalah lahan pada

taraf α 1 persen dan pupuk urea pada taraf α 15 persen. Nilai parameter pada fungsi produksi Cobb-Douglas juga merupakan nilai elastisitasnya. Nilai elastisitas produksi padi berbasis SRI dengan metode MLE untuk lahan, benih, pupuk ponska, pupuk urea, pupuk organik dan tenaga kerja berturut-turut adalah 0.71, 0.03, 0.06, 0.04, 0.11, 0.10. Sedangkan nilai elastisitas produksi padi non SRI dengan metode MLE untuk variabel yang sama berturut-turut adalah 0.75, 0.06, 0.11, 0.07, 0.00 dan 0.03.

Nilai koefisien yang paling besar baik pada usahatani padi berbasis SRI dan non SRI adalah luas lahan, besarnya berturut-turut 0.71 dan 0.75 dengan metode MLE. Luas lahan berpengaruh nyata pada taraf α 1 persen yang mengindikasikan bahwa kontribusi dalam total faktor produktivitas adalah dominan dan variabel lahan yang paling responsif dari pada variabel lainnya. Jika luas lahan bertambah satu persen dengan input lainnya tetap maka produksi padi meningkat sebesar 0.71 persen dan 0.75 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa produksi padi sangat responsif terhadap luas lahan dan merupakan faktor dominan dari produksi padi di Kabupaten Solok Selatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Akinbode

et al. (2011), Nikhil and Azeez (2011), Tadesse and Krishnamoorthy (1997) yang mengemukakan bahwa lahan berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi padi.

Elastisitas variabel benih pada fungsi produksi usahatani berbasis SRI dengan metode MLE bernilai rendah yakni 0.03 dan tidak signifikan. Namun elastisitas variabel benih pada fungsi produksi usahatani non SRI bernilai lebih

besar dan signifikan pada taraf α 10 persen dari pada usahatani padi yang berbasis SRI, nilai nya adalah 0.06 pada metode MLE. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan benih sebesar satu persen dengan input lainnya yang tetap maka produksi padi pada usahatani non SRI bertambah sebesar 0.06 persen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasnain (2015), Akinbode et al. (2011) yang mengemukakan bahwa benih berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi padi

Begitu juga dengan elastisitas variabel pupuk ponska, pada metode MLE pupuk ponska pada usahatani padi berbasis SRI mempunyai nilai elastisitas sebesar 0.06 dan nyata pada taraf α 5 persen dan juga pada usahatani padi non SRI variabel pupuk ponska bernilai lebih besar jika dibandingkan dengan padi berbasis SRI yakni sebesar 0.11 dan signifikan pada taraf α 1 persen. Artinya variabel pupuk ponska sangat responsif dan dominan pada usahatani non SRI pada daerah penelitian. Penelitian Akinbode et al. (2011), Al-hassan (2008), Tadesse and Krishnamoorthy (1997) juga menemukan bahwa pupuk berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi padi.

Pupuk urea mempunyai elastisitas yang positif dan bernilai kecil tapi pada kedua jenis usahatani sama-sama signifikan pada taraf yang berbeda. Pada usahatani padi berbasis SRI mempunyai elastisitas sebesar 0.04 pada metode MLE dan signifikan pada taraf α 15 persen. Sedangkan pada usahatani padi non SRI nilai elastisitas variabel pupuk urea pada metode MLE elastisitasnya bernilai 0.07 dan signifikan pada taraf 5 persen. Beda halnya dengan elastisitas pupuk organik yang hanya signifikan pada usahatani padi berbasis SRI dan tidak signifikan pada usahatani padi non SRI. Namun nilai elastisitasnya masih sangat rendah yaitu 0.11 pada metode MLE yang signifikan pada taraf α 1 persen. Artinya variabel pupuk organik sangat berpengaruh nyata pada usahatani padi berbasis SRI.

Variabel terakhir yang mempunyai nilai elastisitas positif adalah variabel tenaga kerja. Elastisitas tenaga kerja bernilai 0.10 dan signifikan pada taraf α 5 persen. Hasil analisis ini sejalan dengan penelitian Hasnain (2015), Akinbode et al. (2011), Nikhil and Azeez (2011), Al-hassan (2008), Tadesse and Krishnamoorthy (1997) yang menemukan bahwa tenaga kerja mempunyai koefisien yang positif dan nyata terhadap produksi padi. Sedangkan pada usahatani padi non SRI dengan metode MLE bernilai positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas padi didaerah penelitian.

Penjumlahan koefisien elastisitas pada usahatani padi berbasis SRI dengan metode MLE adalah 1.05. Ini berarti skala produksi usahatani padi berbasis SRI di Kabupaten Solok Selatan berada pada keadaan Constant return to scale (CRS).

Sedangkan penjumlahan elastisitas pada usahatani padi non SRI dengan metode MLE adalah 1.02. Artinya usahatani padi non SRI di Kabupaten Solok Selatan berada pada skala Constant return to scale (CRS).

Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Petani Padi

Efisiensi Teknis Usahatani Padi

Untuk mengetahui tingkat efisiensi pada penelitian ini, perlu dilakukan sebuah analisis dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas stochastic frontier dengan menggunakan metode estimasi Maximum Likelihood Estimate

(MLE) dengan menggunakan program frontier 4.1. Hasil analisis efisiensi teknis pada usahatani padi berbasis SRI dan non SRI dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran efisiensi teknis usahatani padi berbasis SRI dan non SRI di Kabupaten Solok Selatan

Tingkat Efisiensi Teknis

SRI Non SRI

Jumlah Petani (orang) Persentase (%) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) 0.01 – 0.10 0 0 0 0 0.11 – 0.20 0 0 0 0 0.21 – 0.30 0 0 0 0 0.31 – 0.40 1 1.67 0 0 0.41 – 0.50 0 0 0 0 0.51 – 0.60 0 0 0 0 0.61 – 0.70 2 3.33 1 3.33 0.71 – 0.80 7 11.67 6 20 0.81 – 0.90 21 35 7 23.33 >0.90 29 48.33 16 53.33 Jumlah 60 100 30 100 Minimum 0.40 0.69 Maksimum 0.96 0.99 Rata-rata 0.88 0.89

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi teknis usahatani padi berbasis SRI lebih rendah dari usahatani padi non SRI. Pada usahatani padi berbasis SRI rata-rata efisiensi teknisnya adalah 0.88 dengan nilai efisiensi minimum 0.40 dan nilai efisiensi maksimum 0.96. Sedangkan pada usahatani padi non SRI rata-rata efisiensi teknisnya adalah 0.89 dengan nilai efisiensi minimum 0.69 dan nilai efisiensi maksimum 0.99. Secara umum petani responden baik petani padi berbasis SRI maupun petani padi non SRI telah efisien secara teknis. Hal ini mengacu kepada dimana nilai indeks efisiensi teknis hasil analisis dikategorikan efisien karena menghasilkan nilai yang lebih dari 0.70 sebagai batas efisien (Coelli et al. 1998).

Secara umum petani yang menerapkan SRI pada usahatani padi telah efisien, namun ada 3 petani responden yang belum mencapai nilai efisien minimum yakni diatas nilai 0.70. Tetapi jika dilihat dari sebaran efisiensi, 48.33 persen petani padi SRI telah mencapai nilai efisiensi teknis diatas 0.90, dan 35 persen petani padi SRI berada pada kisaran efisiensi 0.71 – 0.80. Pada petani padi non SRI yang belum efisien secara teknis ada satu orang responden, nilai efisiensinya berada pada angka 0.69. Namun 53.33 persen petani padi non SRI telah mencapai tingkat efisiensi teknis diatas nilai 0.90 dan 23.33 persen petani padi non SRI berada pada kisaran efisiensi 0.71 – 0.80. Dapat disimpulkan bahwa sebanyak 83.33 persen responden petani padi berbasis SRI relatif lebih mendekati frontier jika dibandingkan dengan petani responden non SRI yang hanya sebesar 76.66 persen yang mendekati frontier nya.

Efisiensi Alokatif Usahatani Padi

Tingkat efisiensi alokatif pada penelitian ini dianalisis dari sisi input produksi berdasarkan harga input yang berlaku pada tingkat petani didaerah penelitian. analisis efisiensi alokatif pada penelitian ini diperoleh dari hasil bagi antara efisiensi ekonomi (EE) dengan efisiensi teknis (ET). Hasil efisiensi alokatif pada usahatani padi berbasis SRI dan non SRI dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran efisiensi alokatif usahatani padi berbasis SRI dan non SRI di Kabupaten Solok Selatan

Tingkat Efisiensi Alokatif

SRI Non SRI

Jumlah Petani (orang) Persentase (%) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) 0.01 – 0.10 0 0 0 0 0.11 – 0.20 0 0 0 0 0.21 – 0.30 7 11.67 4 13.33 0.31 – 0.40 20 33.33 9 30 0.41 – 0.50 28 46.67 12 40 0.51 – 0.60 3 5 4 13.33 0.61 – 0.70 1 1.67 0 0 0.71 – 0.80 0 0 1 3.33 0.81 – 0.90 0 0 0 0 >0.90 1 1.67 0 0 Jumlah 60 100 30 100 Minimum 0.21 0.26 Maksimum 0.92 0.77 Rata-rata 0.41 0.42

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat efisiensi alokatif usahatani padi berbasis SRI sebesar 0.41 dengan nilai minimum 0.21 dan nilai maksimum mencapai 0.92 dan petani padi non SRI rata-rata tingkat efisiensi alokatifnya sebesar 0.42 dengan nilai minimum 0.26 dan nilai maksimum 0.77. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani padi berbasis SRI dan petani padi non SRI secara rata-rata masih belum efisien secara alokatif.

Rendahnya tingkat efisiensi alokatif pada daerah penelitian dipengaruhi oleh beberapa harga input produksi yang relatif tinggi ada beberapa penyebab rendahnya efisien alokatif didaerah penelitian seperti sewa lahan dibayar dengan cara membagi hasil dari hasil produksi, sulitnya petani responden untuk mendapatkan pupuk yang disubsidi oleh pemerintah sehingga harga pupuk yang berlaku di tingkat konsumen jauh lebih tinggi dari harga subsidi, dan juga harga benih yang tersedia dilokasi penelitian, petani responden harus berbagi benih dengan petani responden karena benih varietas unggul sangat sulit untuk didapatkan sehingga harga jualnya sangat mahal.

Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi

Kombinasi antara efisiensi teknis dengan efisiensi alokatif akan menghasilkan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi pada penelitian ini dianalisis menggunakan fungsi biaya frontier. Hasil efisiensi ekonomi petani padi berbasis SRI dan non Sri dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Sebaran efisiensi ekonomi usahatani padi berbasis SRI dan non SRI di Kabupaten Solok Selatan

Tingkat Efisiensi Ekonomi

SRI Non SRI

Jumlah Petani (orang) Persentase (%) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) 0.01 – 0.10 0 0 0 0 0.11 – 0.20 1 1.67 0 0 0.21 – 0.30 13 21.67 5 16.67 0.31 – 0.40 30 50 18 60 0.41 – 0.50 14 23.33 5 16.67 0.51 – 0.60 2 3.33 2 6.67 0.61 – 0.70 0 0 0 0 0.71 – 0.80 0 0 0 0 0.81 – 0.90 0 0 0 0 >0.90 0 0 0 0 Jumlah 60 100 30 100 Minimum 0.17 0.24 Maksimum 0.51 0.53 Rata-rata 0.36 0.37

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi ekonomi usahatani padi berbasis SRI sebesar 0.36 dengan nilai terendah sebesar 0.17 dan nilai tertinggi 0.51 dan pada petani padi non SRI sebesar 0.37 dengan nilai terendah sebesar 0.24 dan nilai tertinggi 0.53. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata usahatani padi berbasis SRI dan non SRI didaerah penelitian belum efisien secara ekonomi. Apabila dibandingkan antara petani padi SRI dan non SRI, rata-rata efisiensi ekonomi pada petani non SRI lebih tinggi jika dibandingka dengan petani padi yang berbasis SRI.

Efisiensi ekonomi pada petani padi berbasis SRI dan non SRI masih dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Secara teknis petani padi SRI dan non SRI telah efisien, namun secara alokatif petani padi SRI dan petani padi non SRI belum efisien. Artinya petani didaerah penelitian belum mampu menggunakan kombinasi input-input produksi secara optimal pada kondisi rasio biaya minimum sehingga secara rata-rata masih inefisien secara alokatif dan ekonomi.

Inefisiensi Teknis Petani Padi

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani padi berbasis SRI yaitu umur petani, tingkat pendidikan, frekuensi penyuluhan, jumlah anggota keluarga, dummy status lahan dan dummy status usahatani. Hasil pendugaan model efek inefisiensi teknis pada usahatani padi berbasis SRI dan non SRI dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis pada usahatani padi berbasis SRI dan non SRI di Kabupaten Solok Selatan

Variabel SRI Non SRI

Koef. t-ratio Prob Koef. t-ratio Prob

Konstanta -1.57 -0.62 0.731 -0.19 -0.41 0.658

Umur petani -0.02 -0.84 0.799 -0.34 -0.73 0.765

Tingkat pendidikan -0.04 -0.92 0.820 0.18 0.91 0.186

Frekuensi penyuluhan 0.03 0.74 0.231 0.12 0.96 0.174

Jumlah anggota keluarga 0.17c 1.33 0.094 -0.89b -1.61 0.094

Dummy status lahan 2.06 0.81 0.210 0.16d 1.24 0.123

Dummy status usahatani -0.99 -0.89 0.811 0.22b 1.89 0.035

Keterangan :

a = nyata pada taraf 1 persen; b = nyata pada taraf 5 persen; c = nyata pada taraf 10 persen; d = nyata pada taraf 15 persen;

Koefisien variabel umur petani pada petani padi berbasis SRI dan non SRI berpengaruh secara negatif dan tidak berpengaruh signifikan atau nyata terhadap inefisiensi teknis dengan nilai koefisien -0.02 pada petani SRI dan -0.19 pada petani non SRI. Koefisien bernilai negatif artinya semakin tua umur petani maka akan semakin efisien dalam melakukan usahatani atau menurunkan inefisiensi. Hasil yang sama dikemukakan dalam penelitian Gupta et al. (2013), Udayanganie

et al. (2006) bahwa variabel umur berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani padi. Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa umur petani kedua responden sangat bervariasi yakni proporsi petani yang muda dan petani yang tua hampir berimbang. Dengan semakin bertambahnya umur petani secara tidak langsung juga akan bertambah pengalaman seorang petani. Maka dari itu umur juga merupakan proxy untuk pengalaman berusahatani. Artinya semakin tua petani padi maka pengalaman yang dimiliki oleh petani padi didaerah penelitian semakin lama. Rata-rata umur petani padi baik yang menerapkan SRI dan yang tidak adalah 41 tahun dan 43 tahun, umur tersebut berapa pada usia produktif sehingga cukup efisien dalam melakukan usahatani padi.

Variabel tingkat pendidikan petani digunakan sebagai masukan managemen, dimana tinggi rendahnya pendidikan petani akan berpengaruh kepada pengambilan keputusan dalam berusahatani. Keputusan ini termasuk keputusan penting dalam efisiensi penggunaan input. Variabel tingkat pendidikan bernilai negatif pada petani padi berbasis SRI dan bernilai positif pada petani padi non SRI, nilainya berturut-turut adalah -0.04 dan 0.18 namun tidak signifikan terhadap inefisiensi. Artinya pada petani SRI variabel pendidikan akan menurunkan tingkat inefisiensi atau akan meningkatkan efisiensi pada usahatani. Hasil ini sama dengan penelitian Murniati et al. (2014), bahwa variabel tingkat pendidikan petani berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani padi. Sementara pada petani non SRI variabel tingkat pendidikan akan meningkatkan inefisiensi atau menurunkan efisiensi pada usahatani. Kondisi lapangan membuktikan bahwa rata- rata tingkat pendidikan petani SRI lebih cenderung tinggi dari pada petani padi non SRI. Petani dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih terbuka dalam menerima informasi dan lebih mudah untuk menerima perubahan teknologi sehingga hal ini akan meningkatkan efisiensi.

Frekuensi penyuluhan berpengaruh positif terhadap inefisiensi teknis, namun tidak signifikan atau nyata karena bernilai kecil dan mendekati nol. Tenaga penyuluh didaerah penelitian mempunyai wilayah kerja yang cukup luas, sehingga waktu untuk bertemu dengan kelompok-kelompok tani sangat terbatas sehingga pertemuan penyuluh dengan kelompok tani hanya terbatas satu sampai dua kali dalam sebulan. Meskipun demikian kelembagaan penyuluh didaerah penelitian sudah baik. Kegiatan penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manajerial petani dalam menjalankan usahataninya sehingga akan mempengaruhi efisiensi dari petani tersebut.

Variabel jumlah anggota keluarga memiliki nilai koefisien positif pada petani padi berbasis SRI yaitu 0.17 dan berpengaruh nyata pada taraf α 10 persen terhadap inefisiensi teknis. Ini berarti semakin banyak anggota keluarga petani padi SRI akan menurunkan tingkat efisiensi teknis usahatani. Hal ini dikarenakan semakin banyak anggota rumah tangga, maka biaya yang akan dikeluarkan untuk membeli input-input usahatani akan berkurang karena biaya yang akan dialokasikan kedalam usahatani dipakai untuk keperluan anggota keluarga. Pada petani padi non SRI variabel jumlah anggota keluarga memiliki nilai koefisien yang negatif yakni -0.89 dan berpengaruh nyata pada taraf α 5 persen. Artinya variabel ini akan meningkatkan efisiensi atau menurunkan inefisiensi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Goyal et al. (2006) bahwa variabel jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani padi di Haryana. Ukuran rumah tangga dapat di proxy kan sebagai jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Semakin banyak anggota keluarga dalam rumah tangga seorang petani maka akan semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dapat dilibatkan dalam kegiatan usahatani. Sehingga biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga dapat digunakan untuk penyediaan input-input produksi usahatani.

Dummy status lahan pada petani padi berbasis SRI bernilai positif terhadap inefisiensi dengan nilai koefisien 2.06 dan tidak berpengaruh nyata. Ini berarti status lahan akan meningkatkan inefisiensi atau menurunkan efisiensi, karena tidak signifikan maka status lahan dapat diabaikan. Hasil yang sama dalam penelitian Udayanganie et al. (2006) bahwa status lahan berpengaruh positif terhadap inefisiensi teknis usahatani padi di Srilanka. Namun pada petani padi non SRI dummy status lahan mempunyai nilai koefisien yang positif sebesar 0.16 dan berpengaruh nyata pada taraf α 15 persen, sehingga status lahan akan meningkatkan inefisiensi teknis usahatani. Hal ini dikarenakan petani yang status lahannya merupakan lahan sendiri tidak memperhatikan tingkat produksi yang akan mereka dapatkan dan untung ruginya usahatani dapat mereka acuhkan. Lain halnya dengan petani padi yang lahannya merupakan lahan sewa, petani tersebut cenderung berhati-hati terhadap usahataninya, karena hasil produksi yang didapatkan dari usahataninya akan dibagi separuhnya dengan petani yang mempunyai lahan tersebut. Hasil ini berbeda dengan temuan Gupta et al. (2013) bahwa variabel status lahan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis usahatani padi di Hailakandi.

Dummy status usahatani pada petani padi berbasis SRI bernilai negatif sebesar -0.99 dan tidak berpengaruh nyata. Artinya status usahatani akan meningkatkan efisiensi atau menurunkan tingkat inefisiensi usahatani. Berbeda dengan petani padi non SRI, dummy status usahatani bernilai positif sebesar 0.22

dan berpengaruh nyata pada taraf α 5 persen. Artinya status usahatani pada petani non SRI akan menurunkan efisiensi. Kondisi lapangan menunjukkan bahwa petani dengan pekerjaan utamanya sebagai petani cenderung memiliki waktu yang banyak untuk melakukan aktivitas diusahataninya sehingga petani tersebut akan lebih efisiensi jika dibandingkan dengan petani yang status usahataninya sebagai pekerjaan sampingan. Petani padi berbasis SRI pada umumnya mempunyai pekerjaan utama sebagai petani padi, berbeda dengan petani padi non SRI yang mempunyai pekerjaan utamanya sebagai wiraswata sehingga mereka mempunyai waktu yang sangat terbatas diusahatani padi.

Dokumen terkait