• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

B. Analisis Hasil Penelitian

I. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi sering digambarkan dalam bentuk bagan organisasi. Bagan organisasi ini dapat menggambarkan garis wewenang dan tanggung jawab serta uraian tugas dan aktivitas masing-masing satuan organisasi. Bentuk struktur organisasi akan berbeda sesuai dengan jenis operasi, daerah tempat operasi serta luas perusahaan. Struktur organisasi yang baik haruslah sederhana dan fleksibel tetapi menguntungkan dari segi ekonomis, artinya bila ada perubahan keadaan tidak akan mengganggu susunan struktur organisasi yang telah ada.

Menurut penulis, struktur organisasi perusahaan telah memadai karena pembagian tugas telah digariskan dengan jelas dan setiap bagian bertanggung jawab sesuai dengan tugas yang diterima. Pada perusahaan ini fungsi-fungsi yang berkaitan dengan piutang telah terpisah, kemudian didukung oleh adanya Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap bagian-bagian yang ada dan grup-grup unit usaha yang ada untuk melihat langsung keadaan yang sebenarnya dan melakukan verifikasi.

II. Jenis Piutang dan Penyajiannya di Neraca a. Jenis Piutang

Piutang pada PT. SUCOFINDO (Persero) Cabang Medan terdiri dari : 1. Piutang Usaha

2. Piutang lain-lain

Piutang usaha perusahaan berasal dari penjualan kredit jasa yang merupakan hasil kegiatan utama perusahaan. Piutang usaha ini terdiri dari aktivitas penjualan jasa pemeriksaan laboratorium dan pengembangan jasa-jasa ekspor impor lainnya.

Piutang lain-lain merupakan piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha noramal perusahaan, seperti piutang pegawai. Dalam hal ini penggolongan piutang pada perusahaan sudah sesuai dengan teori karena piutang yang berasal dari penyerahan jasa sebagai hasil kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang usaha. Sedangkan piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain.

b. Penyajian Piutang di Neraca

Penyajian piutang di neraca pada PT. SUCOFINDO (Persero) Cabang Medan sudah tepat disajikan pada seksi aktiva lancar karena piutang perusahaan dapat dikonversikan menjadi kas tidak lebih dari satu tahun atau tidak dari siklus operasi perusahaan.

Selain itu, Piutang disajikan dengan mencantumkan jumlah piutang bersih yang berasal dari piutang usaha dikurangi penyisihan piutang usaha. Selain itu

piutang usaha yang belum diinvoicekan juga ditampilkan diikuti dengan piutang lainnya. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyebutkan piutang disajikan sebesar jumlah bruto dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih, sehingga diketahui jumlah nilai bersih dari piutang.

III. Pencatatan dan Penilaian Piutang a. Pencatatan Piutang

Dalam teori yang dijelaskan pada bab II disebutkan bahwa pencatatan atau pengakuan akan adanya piutang-piutang yang timbul dari transaksi penjualan secara kredit berkaitan erat dengan pengakuan pendapatan. Bagi perusahaan yang melakukan penjualan barang secara kredit, lazimnya piutang diakui pada saat barang dikirim kepada pelanggan. Sedangkan bagi perusahaan yang menyerahkan jasa secara kredit, piutang diakui pada saat seluruh kegiatan pengadaan jasa diselesaikan.

Pada PT. SUCOFINDO (Persero) Cabang Medan, pencatatan piutang berkaitan dengan pengakuan pendapatan dimana pendapatan jasa diakui pada saat jasa tersebut dilakukan atau diakui oleh pemakai jasa. Dengan demikian, pencatatan piutang pada perusahaan sudah sesuai dengan teori. Selain itu, pencatatan piutang pada perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntansi yaitu berdasarkan dokumen asli perusahaan. Piutang dicatat berdasarkan faktur tagihan. Pencatatan piutang dilakukan oleh bagian akuntansi secara periodik, dimana data dari faktur dimasukkan dulu kedalam system computer yang menggunakan program oracle, kemudian pada awal bulan

berikutnya dilakukan rekapitulasi penjualan. Setelah itu dilakukan penjurnalan di komputer ke jurnal penjualan dan secara otomatis computer melakukan posting ke dalam buku besar piutang dan buku pembantu piutang setiap pelanggan.

b. Penilaian Piutang

Secara teoritis pada bab II telah dijelaskan bahwa penilaian piutang dilakukan untuk melaporkan piutang di neraca pada nilai realisasi bersih, yaitu jumlah bersih dari piutang yang diharapkan akan diterima dalam bentuk kas. Oleh karena itu, jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih harus dikurangkan dari jumlah piutang.

PT. SUCOFINDO (Persero) Cabang Medan melaporkan piutang di neraca sebesar jumlah nilai bersih (Netto) setelah dikurangi dengan penyisihan piutang usaha. Perusahaan menetapkan penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan penelaahan terhadap masing-masing akun piutang pada akhir tahun. Penyisihan piutang tersebut didasarkan pada umur piutang. Dalam hal ini perusahaan telah menetapkan persentase piutang yang tidak dapat ditagih berdasarkan umur piutang dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Piutang yang berumur diatas 1 tahun s/d 2 tahun disisihkan sebesar 30 % 2. Piutang yang berumur diatas 2 tahun s/d 3 tahun disisihkan sebesar 60 % 3. Piutang yang berumur diatas 3 tahun disisihkan sebesar 100 %

Penyisihan piutang usaha sebesar 100 % juga dilakukan terhadap saldo piutang usaha yang belum berumur 3 tahun namun telah dianggap ragu-ragu atau telah diyakini tidak dapat ditagih lagi yaitu piutang usaha yang telah dinyatakan

ragu-ragu melalui Surat Keputusan Direksi atas usulan Pimpinan Area atau

Support Business Unit (SBU) yaitu piutang usaha yang dipastikan tidak dapat

ditagih lagi karena debitur pailit, meninggal dunia, tidak diketahui alamatnya lagi dan sebagainya. Dan piutang usaha yang penagihannya telah diserahkan kepada BUPLN.

Penghapusan piutang usaha pada PT. SUCOFINDO (Persero) Cabang Medan dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Direksi setelah usulan penghapus bukuan piutang disetujui oleh Komisaris atau Pemegang Saham (RUPS). Piutang usaha yang telah dihapuskan tatap dilakukan pencatatan secara extra comtable dan penerimaan kembali tagiahan atas piutang usaha yang telah dihapuskan, dicatat sebagai pendapatan lain-lain diluar usaha. Perusahaan jarang melakukan penghapusan piutang karena pada umumnya hampir semua piutang perusahaan dapat ditagih walaupun pembayaran melewati waktu yang telah ditentukan.

IV. Pengawasan Piutang

a. Kebijakan dalam Penjualan Kredit

Kebijakan dalam penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari standar kredit, periode kredit, dan kebijakan penagihan yang dilakukan perusahaan. Sebelum memberikan kredit, perusahaan telah melakukan pertimbangan atau penilaian terhadap calon pelanggan dengan memperhatikan faktor 5 K (Karakter, Kapasitas, Kapital, Kolateral, dan Kondisi). Sebelum penjualan kredit disetujui, perusahaan terlebih dahulu melihat karakter calon pelanggan apakah memiliki kejujuran dan tanggung

jawab untuk melunasi hutangnya. Kemudian perusahaan melakukan “Kajian Bisnis” untuk mengetahui keadaan usaha calon pelanggan sehingga dapat diketahui berapa modal dan keuntungan usaha yang dimiliki pelanggan.

Dalam hal ini perusahaan juga melihat catatan masa lalu pelanggan (track record) untuk menentukan kapasitas atau kemampuan pelanggan dalam membayar hutang, apakah selama ini pelanggan memilki masalah dalam melunasi hutangnya. Selain itu, perusahaan juga mensyaratkan pelanggan untuk memberikan jaminan berupa Bank Garansi. Namun pertimbangan dan penilaian terhadap standar kredit untuk memilih calon pelanggan seperti yang dijelaskan diatas untuk menggunakan semua jasa penelitian dan pengembangan dan survey mutu kelayakan barang yang akan di ekspor-impor.

b. Prosedur Penjualan Kredit dan Penagihan Piutang

Prosedur penjualan kredit dan penagihan piutang pada setiap perusahaan berbeda-beda tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. Pada bab II dijelaskan contoh prosedur penjualan kredit dan penagihan piutang pada perusahaan dagang yang ada dalam teori. Walaupun PT. SUCOFINDO (Persero) Cabang Medan adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa, secara umum prosedur penjualan kredit dan penagihan piutang hampir sama dengan yang dijelakan dalam teori.

PT. SUCOFINDO (Persero) Cabang Medan dalam melakukan aktivitas penjualan kredit juga melibatkan beberapa fungsi yang saling terpisah. Fungsi yang memberi kredit persetujuan kredit dilakukan oleh bagian keuangan. Fungsi pencatatan piutang dilakukan oleh bagian akuntansi dan fungsi penerimaan kas

dilakukan oleh bagian keuangan. Pelanggan yang akan menggunakan jasa penelitian, pengembangan, dan survei mutu barang ekspor-impor mengajukan permohonan terlebih dahulu. Kemudian perusahaan akan melakukan penilaian terhadap calon pelanggan apakah layak untuk diberi kredit atau tidak. Apabila kredit disetujui, maka selanjutnya dilakukan perjanjian kerjasama atau kontrak. Berdasarkan kontrak inilah maka bagian keuangan akan menerbitkan faktur setiap bulannya. Petugas dari bagian keuangan menyerahkan copy faktur ke bagian akuntansi dan berdasarkan faktur tersebut bagian akauntansi mencatat ke dalam system oracle pada komputer.

Dalam hal penagihan piutang, tanggung jawab atas penagihan berada pada bagian keuangan. Petugas penagihan membawa invoice yang telah didukung oleh dokumen-dokumen pendukung yang sah, lengkap, benar (akurat) sebagai bukti penagihan kepada debitur. Pembayaran dari klien dalam bentuk atau berupa uang tunai, cek, giro ataupun transfer melalui Rekening Bank disetorkan kepada kasir. Penerimaan kas dari debitur yang diperoleh petugas penagih diserahkan kepada bagian kasir pada hari itu juga dan penagih (kolektor) membuat laporan setiap selesai melakukan tugasnya, kemudian bagian kasir mengeluarkan bukti penerimaan kas dan kuitansi yang dibuat beberapa rangkap dan disetorkan ke bagian keuangan. Pada bagian keuangan dilakukan pencatatan piutang pelanggan dengan system oracle di computer. Setelah itu bagian keuangan menyetorkan penerimaan kas ke dalam rekening bank perusahaan.

Dengan demikian, prosudur penagihan piutang pada perusahaan cukup baik. Ini dapat dilihat adanya pemisahan tugas antara fungsi yang melakukan

penagihan piutang, pencatatan piutang dan penerimaan kas dari piutang. Proses penagihan piutang juga disertai dengan dokumen-dokumen seperti SKP (Surat Konfirmasi Piutang), invoice, kuitansi, BPK (Bukti Penerimaan Kas), yang ditandatangani oleh beberapa fungsi terkait.

c. Pengendalian Intern Atas Piutang

Pengendalian intern atas piutang pada perusahaan sudah cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dari adanya pemisahaan fungsi-fungsi dan tugas-tugas di dalam bagian organisasi yang terlibat dalam piutang. Otorisasi kredit berada pada bagian keuangan. Pencatatan piutang dilakukan oleh bagian akuntansi dan proses penagihan piutang dilakukan oleh bagian penagihan atau keuangan. Dalam hal penagihan piutang, perusahaan akan melakukan setiap usaha untuk memperoleh pembayaran tagihan dari pelanggan. Perusahaan akan memberikan Surat Konfirmasi Piutang dan Surat Teguran yang merupakan salah satu komunikasi dengan klien untuk mengingatkan hutang-hutangnya dan permintaan untuk segera melunasinya. Setiap penerimaan kas dari pelunasan hutang pelanggan yang ditagih langsung oleh petugas penagih harus segera disetorkan kepada bagian kasir. Dan bagian kasir memberikan semua penerimaan kas kepada bagian keuangan untuk dilanjutkan penyetoran ke rekening bank perusahaan.

Dalam rangka pelaksanaan praktik yang sehat, setiap faktur yang diterbitkan telah memiliki nomor urut yang tercetak dan dibuat beberapa rangkap. Perusahaan juga melakukan konfirmasi piutang kepada debitur untuk menguji kebenaran catatan piutang yang ada. Konfirmasi ini dilakukan oleh bagian akuntansi setiap enam bulan sekali. Dalam hal penghapusan piutang, perusahaan

harus meminta persetujuan kantor pusat terlebih dahulu. Selain itu, dalam rangka pelaksanaan pengendalian intern, perusahaan telah memiliki divisi SPI (Satuan Pemeriksaan Intern) yang berada dikantor pusat dan setiap enam bulan sekali SPI melakukan pemeriksaan ke kantor cabang.

Meskipun pengendalian intern piutang sudah cukup memadai, tetapi pada kenyataannya saldo piutang perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk itu perlu dianalisis apa yang menjadi kenaikan piutang yang terus- menerus dapat mempengaruhi perputaran modal kerja. Kenaikan piutang pada perusahaan dapat dilihat dengan membandingkan piutang perusahaan selama dua tahun terakhir, seperti yang terlihat pada neraca 2006 dan 2007.

Dari neraca perusahaan dalam dua tahun terakhir dapat diketahui bahwa piutang usaha perusahaan pada tahun 2006 sebesar Rp. 3.581.887.039, dan pada tahun 2007 sebesar Rp. 4.137.266.925.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian pada PT. SUCOFINDO (Persero) Cabang Medan, penulis mencoba untuk menganalisis penyebab kenaikan piutang. Menurut penulis, kenaikan piutang tidak semata-mata disebabkan oleh kegagalan perusahaan dalam melakukan penagihan piutang karena kenyataannya hampir seluruh piutang perusahaan dapat ditagih meskipun debitur melunasi hutangnya melewati batas yang ditentukan. Kenaikan piutang dapat disebabkan karena adanya selisih kurs mata uang dollar terhadap rupiah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap piutang perusahaan dalam mata uang dollar yang berasal dari jasa pemeriksaan laboraturium dan pengembangan mutu ekspor impor lainnya.

Dokumen terkait