• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5.2 Analisis Hasil Penelitian

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Risiko

Pada gambar 5.1 berikut dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan faktor jenis persalinan yang dibagi menjadi jenis persalinan berisiko terhadap kejadian ikterus neonatorum yaitu persalinan dengan operasi dan jenis persalinan tidak berisiko yaitu persalinan spontan.

Gambar 5.1 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Jenis Persalinan di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo .

Berdasarkan gambar 5.1 diatas dapat diketahui hampir setengah responden pada kelompok kasus (48,8%) berada pada persalinan dengan operasi, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden (74,1%) berada pada persalinan tidak berisiko (persalinan normal).

0 20 40 60 80 100 120 140 48,8% 51,2% 25,9%) 74,1%

beresiko cara persalinan tidak beresiko cara dengan operasi persalinan spontan

kasus kontrol

Pada gambar 5.2 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan faktor risiko trauma lahir dan infeksi. Distribusi responden ini menunjukkan jumlah trauma lahir dan infeksi yang merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum. Faktor risiko trauma lahir dan infeksi ini dibagi menjadi dua kategori yaitu berisiko yang meliputi adanya cephal hematom atau infeksi pada proses persalinan dan yang tidak berisiko adalah yang tidak ada cephal hematom atau infeksi pada proses persalinan.

Gambar 5.2 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Trauma Lahir dan Infeksi di Ruang Cendrawasih

RSUD. Dr. Soetomo

Berdasarkan gambar 5.2 dapat diketahui sebagian besar responden pada kelompok kasus (89,2%) tidak ada trauma lahir dan infeksi begitu juga dengan kelompok kontrol hampir seluruhnya (96,4%) tidak ada trauma lahir dan infeksi.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 10,8% 89,2% 3,6% 96,4% Kasus Kontrol

Berisiko Tidak Berisiko

Pada gambar 5.3 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan faktor risiko prematuritas di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo. Distribusi responden berdasarkan faktor risiko prematuritas ini dibedakan menjadi 2 kategori yaitu berisiko jika usia kehamilan kurang bulan dan yang tidak berisiko yaitu usia kehamilan yang cukup bulan.

Gambar 5.3 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Prematuritas Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

Berdasarkan gambar 5.3 diatas dapat diketahui sebagian besar responden pada kelompok kasus (75,9%) merupakan responden dengan usia kehamilan cukup bulan, begitu juga pada kelompok kontrol hampir seluruh responden (86,1%) adalah usia kehamilan cukup bulan.

Pada gambar 5.4 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan faktor risiko asupan ASI. Distribusi responden berdasarkan faktor risiko

0 20 40 60 80 100 120 140 160 24,1% 75,9% 13,9% 86,1% Kasus Kontrol

asupan ASIini dibagi menjadi 2 kategori yaitu ya jika bayi dapat ASI eksklusif dan tidak, dapat ASI tidak eksklusif .

Gambar 5.4 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Asupan ASI Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

Berdasarkan gambar 5.4 dapat diketahui sebagian besar responden pada kelompok kasus (58,4%) merupakan pada kelompok kasus (58,4%) dengan ASI eksklusif, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar (56,6%) merupakan responden dengan ASI tidak eksklusif.

5.2.2 Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Ikterus Neonatorum

Analisis ini merupakan tabulasi silang antara dua variabel, yaitu variabel bebas yaitu faktor risiko (jenis persalinan, trauma lahir dan infeksi, prematuritas dan asupan ASI) dengan variabel terikat yaitu kejadian ikterus neonatorum.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 58,4% 41,6% 43,4% 56,6% Kasus Kontrol

ASI eksklusif ASI tidak eksklusif

5.2.2.1 Hubungan antara faktor risiko jenis persalinan dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo. Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko jenis persalinan dengan kejadian ikterus neonatorum dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Jenis

Persalinan Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo

Jenis Persalinan

Kasus Kontrol Jumlah P

Value

N % N % N %

Berisiko 81 65,3 43 34,7 124 100 0,000 Tidak Berisiko 85 40,9 123 59,1 208 100

Jumlah 166 50 166 50 332 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui dari 124 responden yang persalinan dengan operasi, terdapat 65,3% yang mengalami ikterus neonatorum, sedangkan dari 208 responden dengan persalinan spontan, 40,9% mengalami ikterus neonatorum.Setelah dilakukan uji statistik Chi Square didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara jenis persalinan dengan kejadian ikterus neonatorum. Nilai OR = 2,726 dengan IK 95%. Karena OR > 1 artinya ibu yang cara persalinannya dengan operasimemiliki risiko 2,726 kali untuk mengalami ikterus neonatorum dibandingkan dengan ibu dengan persalinan normal.

5.2.2.2 Hubungan antara faktor risiko trauma lahir dan infeksi dengan kejadian kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko trauma lahir dan infeksi dengan kejadian ikterus neonatorum dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Trauma Lahir dan Infeksi Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo

Trauma lahir dan infeksi

Kasus Kontrol Jumlah P

Value

N % N % N %

Berisiko 18 75 6 25 24 100 0,011 Tidak Berisiko 148 48,1 160 51,9 308 100

Jumlah 166 50 166 50 332 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 24 responden dengan trauma lahir dan infeksi, 18 responden (75%) diantaranya mengalami ikterus neonatorum, sedangkan dari 308 responden yang tidak mengalami trauma lahir 48,1% mengalami ikterus neonatorum.

Setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,011,artinya ada hubungan antara trauma lahir dan infeksi dengan kejadian ikterus neonatorum. Untuk nilai OR didapatkan 3,243. Artinya responden dengan trauma lahir dan infeksi meningkatkan risiko terjadinya ikterus neonatorum 3,243 kali dibandingkan responden yang tidak mengalami trauma lahir dan infeksi.

.

5.2.2.3 Hubungan antara faktor risiko prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko prematuritas dengan kejadian ikterus neonatum dapat dilihat pada tabel 5.3 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko

prematuritasTerhadap Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo

Prematuritas Kasus Kontrol Jumlah P

Value

N % N % N %

Berisiko 40 63,5 23 36,5 63 100 0,017 Tidak Berisiko 126 46,8 143 53,2 269 100

Jumlah 166 50 166 50 332 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui dari 63 responden dengan usia kehamilan kurang bulan , sebagian besar (63,5%) mengalami ikterus neonatorum, sedangkan dari 269 responden usia kehamilan cukup bulan, 46,8% mengalami ikterus neonatorum.

Setelah dilakukan uji Chi Squaredidapatkan nilai signifikansi (p) = 0,017, ada hubungan prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum. Untuk nilai OR didapatkan 1,974. Artinya responden dengan usia kehamilan kurang bulan meningkatkan risiko terjadinya ikterus neonatorum 1,974 kali dibandingkan responden dengan usia kehamilan yang cukup bulan.

5.2.2.4 Hubungan antara faktor risiko asupan ASI dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo . Untuk mengetahui hubungan faktor risiko asupan ASI dengan kejadian ikterus neonatorum dapat dilihat pada tabel 5.4 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Asupan ASI

Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo

ASUPAN ASI Kasus Kontrol Jumlah Value P

N % N % N %

Ya 97 57,4 72 42,6 169 100 0,006 Tidak 69 42,3 94 57,7 163 100

Jumlah 166 50 166 50 332 100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui dari 169 responden yang minum ASI tidak eksklusif 97 (57,4%) mengalami ikterus neonatorum, sedangkan dari 163 responden yang minum ASI eksklusif, 42,3% mengalami ikterus neonatorum.

Setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,006, artinya ada hubungan antara asupan ASI dengan kejadian ikterus neonatorum. Untuk nilai OR didapatkan 1,835. Artinya responden yang diberi ASI tidak eksklusif meningkatkan risiko terjadinya ikterus neonatorum 1,974 kali dibandingkan responden yang minum ASI eksklusif.

5.2.3 Analisis Faktor Risiko Yang Paling Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum

Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik yang dilakukan dengan syarat nilai p pada analisis bivariat kurang dari 0,25.

Langkah-langkah regresi logistik:

1. Menyeleksi variabel yang akan dimasukkan kedalam analisis multivariat. Variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p < 0,25. Berdasarkan hasil analisis bivariat, maka yang diikutkan kedalam analisis multivariat adalah variabel dengan nilai p < 0,25 yaitu variabel jenis persalinan (p = 0,000), trauma lahir dan infeksi (p = 0,011), prematuritas (p = 0,017) dan asupan ASI (p = 0,006). 2. Melakukan analisis multivariat, dengan menggunakan metode

backward. Variabel yang sudah terpilih sebagai kandidat selanjutnya dilakukan analisis secara bersama-sama dengan menggunakan regresi logistik dengan metode Backward LR. Persamaan model terbaik dipertimbangkan dengan nilai signifikansi p < 0,05. Hasil analisis secara multivariat pada penelitian ini menunjukkan dari 4 variabel bebas yang dianalisis secara bersama - sama 2 variabel terbukti berpengaruh terhadap kejadian ikterus neonatorum yaitu variabel jenis persalinan (OR Exp B 2,102, 95% confidence interval 1,282-3,447), prematuritas (OR Exp B 1,841, 95% confidence interval 1.016-3,337).

Tabel 5.5 Model Akhir Regresi Logistik Faktor Risiko Kejadian ikterus neonatorum No Variabel B Wald P OR Exp B 95% CI Lower Upper 1 Jenis persalian ,743 8,664 0,003 2,102 1,282 3,447 2 Trauma lahir dan infeksi ,422 3,103 0,078 1,525 ,954 2,439 3 Prematuritas ,610 4,043 0,044 1,841 1,016 3,337 4 Asupan ASI ,984 3,810 0,051 2,674 ,996 7,180

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi kejadian ikterus neonatorum adalah jenis persalinan dengan nilai statistik Wald 8,664 dengan nilai signifikansi 0,003 dan variabel prematuritas dengan nilai Wald 4,043 dengan nilai signifikansi 0,044. Sedangkan trauma lahir dan infeksi dan asupan ASI tidak termasuk variabel yang mempengaruhi kejadian ikterus neonatorum karena nilai signifikansi (p) > 0,05. Nilai Statistik Wald ini berfungsi sebagai uji individu pada variabel. Dapat disimpulkan bahwa variabel jenis persalinan, prematuritas mempengaruhi kejadian ikterus neonatorum.

Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode regresi logistik didapatkan probabilitas individu mengalami kejadian ikterus neonatorum.

1. Apabila responden memiliki kedua faktor risiko yaitu persalinan dengan operasi dan usia kehamilan kurang bulan

secara bersamaan maka responden memiliki peluang untuk mengalami ikterus neonatorum sebesar 66,5%.

2. Apabila responden memiliki faktor risiko jenis persalinan yang berisiko saja maka peluang responden untuk mengalami kejadian ikterus neonatorum adalah sebesar 51,9%.

3. Apabila responden memiliki faktor risiko prematuritas saja maka peluang responden untuk mengalami kejadian ikterus neonatorum adalah 48,6%.

4. Apabila responden tidak memiliki kedua faktor risiko tersebut maka peluang responden untuk mengalami kejadian ikterus neonatorum adalah 33,9%.

3. Menilai kualitas dari rumus yang diperoleh dari analisis multivariat. Pada regresi logistik kualitas rumus diperoleh dari kemampuan diskriminasi dan kalibrasi. Kalibrasi dengan metode Hosmer and Lameshow. Kalibrasi baik jika mempunyai nilai p > 0,05. Pada hasil analisis regresi logistik didapatkan nilai Hosmer dan Lameshow dengan nilai signifikansi 0,169 yang artinya p > 0,05, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima yang berarti model hasil estimasi adalah signifikan fit (model layak digunakan) (Dahlan, 2013), (Yamin, 2014). Selain itu dari hasil Nagelkerke R square diperoleh nilai 0,112 yang berarti bahwa kedua variabel bebas yaitu jenis persalinan dan prematuritas mampu menjelaskan pengaruh risiko terhadap kejadian ikterus neonatorum sebesar 11,2

% dan 88,8% sisanya disebabkan oleh faktor lain yang belum diteliti.

BAB 6

Dokumen terkait