• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survey kandungan bahan kering sampah yang dilakukan pada bulan Desember 2011 dilakukan melalui tiga metdode pengeringan. Hasil survey bulan Oktober hanya dilakukan pengujian kandungan kering terhadap 9 jenis sampah, sedangkan untuk bulan Desember terhadap 11 jenis sampah. Survey bulan Desember memisahkan jenis sampah Kertas dan Karton dengan Nappies serta Kandungan Sampah Lain-lain menjadi Lain-lain Organik dan Lain-lain Anorganik. Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa kandungan bahan kering dengan pemanasan dalam oven pada temperatur 1050C lebih tinggi dari kandungan bahan kering dengan metode pemanasan dalam oven pada 850C selama tiga hari dan pemanasan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Tabel 21: Perbandingan kandungan bahan kering sampah untuk masing-masing metode pengeringan. Jenis Sampah

Pengeringan 105oC Pengeringan 85oC Temperatur Ruangan

NB OKT KB OKT NB 85oC KB 85 oC NB TR KB TR

1. Makanan 59,61 58,82 20,86 19,49 20,62 20,46

2. Kertas dan Karton 66,18 47,84 38,02 44,26 44,50 47,42

3. Nappies * * 16,8 21,48 34,56 33,15

4. Kayu dan Sampah Taman 38,8 49,55 35,04 43,02 45,33 46,96 5. Kain dan Produk Tekstil 53,78 59,56 43,63 67,06 41,73 56,87

6. Lain-Lain Organik * * 38,85 46,41 31,92 55,87

7 Karet dan Kulit 60,5 85,61 90,68 86,53 91,05 94,18

8 Plastik 55,73 73,71 54,14 59,85 48,93 59,17 9 Logam 98,03 91,48 94,23 98,62 97,57 90,20 10 Gelas 95,24 98,97 98,29 99,69 98,36 99,10 11 Lain-Lain (Anorganic) 91,73 91,48 80,06 87,5 87,51 92,10 Sumber : SUR-JICA-USU-ITB Catatan:

NB OKT = Sampel TPA Namo Bintang hasil survey 19 Oktober 2011 pada pengeringan dalam oven 1050C

KB OKT = Sampel TPA Kwala Bingai hasil survey 20 Oktober 2011 pada pengeringan dalam oven 1050C

NB 850C = Sampel TPA Namo Bintang hasil survey 13 Desember 2011 pada pengeringan dalam oven 850C

KB 850C = Sampel TPA Kwala Bingai hasil survey 12 Desember 2011 pada pengeringan dalam oven 850C

NB TR = Sampel TPA Namo Bintang hasil survey 13 Desember 2011 pada temperatur ruangan KB TR = Sampel TPA Kwala Bingai hasil survey 12 Desember 2011 pada temperatur ruangan

* = Untuk hasil survey bulan Oktober tidak dilakukan pemisahan Kertas dan Karton dengan Nappies serta Kandungan Lain-Lain Organik dengan lain-lain An-organik.

94 Pada Grafik 5 berikut dapat dilihat gambaran perbandingan kandungan bahan kering dari enam jenis sampah organik dengan methode pengeringan dalam oven pada temperatur 85oC dengan temperatur ruangan. Kandungan bahan kering untuk makanan relatif sama untuk dua metode pengeringan, sedangkan untuk lima jenis sampah organik yang lain ternyata kandungan bahan kering lebih tinggi pada pengeringan dengan temperatur ruangan.

Kemungkinan rendahnya kandungan bahan kering dengan pemanasan dalam oven pada temperatur 850C dan temperatur ruangan dibandingkan pemanasan dalam oven pada temperatur 1050C adalah karena sebagian bahan kering sudah terdekomposisi oleh bakteri pembusuk. Proses pengeringan dalam oven pada temperatur 1050C lebih cepat (±6 jam), sehingga tidak sempat terjadi proses dekomposisi.

Grafik 5: Perbandingan kandungan bahan kering enam jenis sampah organik dari dua TPA yang dihasilkan dengan pengeringan temperatur 85oC dan temperatur ruangan.

NB 85 = Sampel Namo Bintang dengan pengeringan 850C

KB 85 = Sampel Kwala Bingai dengan pengeringan 850C

NB T Ruang = Sampel Namo Bintang dengan pengeringan pada Temperatur Ruangan KB T Ruang = Sampel Kwala Bingai dengan pengeringan pada Temperatur Ruangan

makanan kertas dan

karton nappies kayu dan sampah taman kain dan produk tekstil lain-lain anorganik

95 a. Grafik kecenderungan penurunan berat sampel hasil proses pengeringan dalam oven selama tiga hari pada temperatur 850C untuk sampel dari TPA Namo Bintang (hasil survey tanggal 13 Desember 2011)

Grafik 8 : Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 9 : Penurunan berat sampel jenis kayu dan sampah taman dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 6 : Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 7: Penurunan berat sampel jenis kertas dan karton dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik10 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 11: Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

96 Grafik12 : Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit

dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 13: Penurunan berat sampel sampah jenis plastik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik16 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain anorganik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 17: Perbadingan penurunan berat enam jenis sampah organik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik14 : Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 15: Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

97

b. Grafik kecenderungan penurunan berat sampel hasil proses pengeringan pada

temperatur ruangan untuk sampel dari TPA Namo Bintang (hasil survey tanggal 13 Desember 2011)

Grafik18 : Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh harii.

Grafik 19: Penurunan berat sampel sampah jenis kertas dan karton dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh harii

Grafik 20 : Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 21: Penurunan berat sampel sampah jenis kayu dan sampah taman dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari

Grafik 22 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 23: Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari

98 Grafik 28 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk

teksstil dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 29 : Perbandingan penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari

Grafik 26 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk teksstil dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 27: Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari Grafik 24 : Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit

dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 25: Penurunan berat sampel sampah jenis plastik dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari

99 makanan kertas dan karton nappies kayu dan sampah taman kain dan produk tekstil lain- lain organik karet dan

kulit plastik logam gelas anorganik lain-lain

makanan kertas dan karton nappies kayu dan sampah taman kain dan produk tekstil lain-lain organik karet dan kul;it

plastik logam gelas lain-lain anorganik

Grafik 30: Kandungan bahan kering sampah TPA Namo Bintang hasil survey tanggal 13 Desember 2011 dengan pengeringan dalam oven pada temperatur 850C

Grafik 31: Kandungan bahan kering sampah TPA Namo Bintang hasil survey tanggal 13 Desember 2011 dengan pengeringan pada temperatrtur ruangan selama dua puluh hari

100 d. Grafik kecenderungan penurunan berat sampel hasil proses pengeringan dalam

oven pada temperatur 850C untuk sampel dari TPA Kwala Bingai (hasil survey 12

Desember 2011)

Grafik 32:: Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 33: Penurunan berat sampel jenis kertas dan karton dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 34:: Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 35: Penurunan berat sampel jenis kayu dan sampah taman dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 36:: Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 37: Penurunan berat sampel jenis lain-lain organik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

101 Grafik 43: Perbandingan penurunan berat sampel enam jenis sampah

yang dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 41: Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. Grafik 40:: Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan

dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 42: Penurunan berat sampel jenis lain-lain organik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. Grafik 38:: Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit l

dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 39: Penurunan berat sampel jenis plastik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

102 d. Grafik kecenderungan penurunan berat sampel hasil proses pengeringan pada

temperatur ruangan selama 20 hari untuk sampel dari TPA Kwala Bingai (hasil survey 12 Desember 2011

Grafik 44:: Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan pada temperaturruangan selamadua puluh hari.

Grafik 45: Penurunan berat sampel jenis kertas dan karton dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 46:: Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan dalam pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 47: Penurunan berat sampel jenis kayu dan sampah taman dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 48:: Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 49: Penurunan berat sampel jenis lain-lain organik dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

103 Grafik 55: Perbandingan penurunan berat sampel enam jenis sampah

yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 53: Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari. Grafik 52:: Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan

pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 54: Penurunan berat sampel jenis lain-lain organik dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari. Grafik 50:: Penurunan berat sampel sampah jenis Karet dan kulit l

dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Grafik 51: Penurunan berat sampel jenis plastik dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

104

makanan kertas dan

karton nappies kayu dan sampah taman kain dan produk tekstil lain-lain organik karet dan

kul;it

plastik logam gelas lain-lain anorganik makanan kertas dan karton nappies kayu dan sampah taman kain dan produk tekstil lain-lain organik karet dan

kul;it

plastik logam gelas lain-lain anorganik

Grafik 56 : Kandungan bahan kering sampah dari TPA Kwala Bingai hasil survey tanggal 12 Desember 2011 dengan pengeringan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.

Grafik 57 : Kandungan bahan kering sampah dari TPA Kwala Bingai hasil survey tanggal 12 Desember 2011 dengan pengeringan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari

105 Secara umum terlihat bahwa kandungan bahan kering sampah hasil pengeringan menggunakan temperatur ruangan selama dua puluh hari dan pengeringan dalam oven selama tiga dengan temperatur 850C lebih rendah dari pengeringan dalam oven pada temperatur 1050C. Berdasarkan evaluasi terhadap proses pengeringan, maka terdapat beberapa keuntungan maupun kelemahan masing-masing dari tiga metode pengeringan yang digunakan.

a. Pengeringan dalam Oven pada temperatur 1050C.

Peralatan utama yang digunakan pada metode ini adalah oven pemanas yang temperaturnya bisa diatur secara tetap selama beberapa waktu yang diinginkan. Peralatan lain adalah timbangan, cawan ceramic sebagai wadah tempat meletakkan sampel yang akan dipanaskan dalam oven dan desikator. Berdasarkan evaluasi terhadap proses pengujian yang telah dilakukan, oven yang digunakan mampu menampung sebelas jenis sampah yang masing- masing ditempatkan pada tiga cawan berbeda.

Pemanasan dilakukan secara bertahap sesuai dengan pencapaian tingkat kestabilan berat sampel. Makin tinggi kandungan air, makin lama proses pengeringan harus dilakukan. Pada percobaan pengujian kandungan bahan kering sampah hasil survey 19 dan 20 Oktober 2011, tahapan pengeringan maksimum adalah tiga kali. Proses pemanasan menggunakan oven pada temperatur 1050C memiliki keuntungan dari segi waktu kerja yang maksimal untuk satu rangkaian kerja adalah enam jam. Yang dimaksud dengan satu rangkaian kerja adalah mulai dari persiapan sampel, penimbangan wadah kosong dan wadah terisi sampel basah, pemanasan, penimbangan ulang dan beberapa kali pemanasasn ulang hingga dicapai kondisi berat sampel yang stabil. Pengukuran berat yang terakhir dilakukan adalah untuk mendapatkan

106 berat cawan dan sampel kering. Dari perbandingan kandungan bahan kering diketahui bahwa pemanasan dengan oven pada temperatur 1050C memiliki kandungan kadar kering tertinggi. Tingginya kandungan kadar kering ini disebabkan karena relatif tidak ada kandungan bahan sampah yang sempat terurai oleh bakteri pembusuk, sehingga nilai kandungan bahan kering lebih akurat untuk perhitungan emisi Gas Rumah Kaca. Hambatan penggunaan oven untuk survey di Kabupaten/Kota adalah tidak tersedianya oven yang memiliki nilai harga yang tinggi serta efektifitas untuk memilikinya bagi daerah kabupaten sangat rendah.

b. Pengeringan dalam Oven pada temperatur 850C.

Pengeringan menggunakan oven pada temperatur 850C dilakukan selama tiga hari. Setiap hari dilakukan dua kali pengukuran berat sampel untuk melihat kecenderungan penurunan kandungan airnya. Peralatan utama pengeringan adalah oven yang sama spesifikasinya dengan oven untuk pengeringan pada temperatur 1050C. Peralatan lainnya adalah alluminium tray, desikator dan timbangan digital. Alluminium tray dapat diperoleh dengan mudah di pasaran dengan harga yang relatif murah. Dimensi alluminium tray jauh lebih besar dari cawan ceramic, sehingga lebih banyak volume sampel yang dapat diuji. Oven hanya mampu menampung enam sampel. Jumlah ini cukup bila digunakan untuk mencari kandungan bahan kering sampah organik. Salah satu kelemahan penggunaan metode pengeringan menggunakan oven pada temperatur 850C adalah terjadinya pengurangan berat kandungan bahan kering karena sebahagian sampel mengalami proses penguraian oleh bakteri pembusuk. Bila dilihat dari grafik penurunan berat, maka tingkat kestabilan sudah dicapai pada hari kedua (Grafik 17 dan 43). Kemungkinan tidak

107 berlanjutnya proses pembusukan adalah karena terbatasnya jenis bakteri yang dapat hidup pada kondisi temperatur oven 850C.

c. Pengeringan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.

Peralatan utama proses pengeringan pada temperatur ruangan adalah alluminium tray, timbangan, thermometer dan hygrometer. Wadah alluminium ditimbang untuk mengetahui berat kosong. Kemudian dimasukkan sampel sampah basah dan dilakukan penimbangan ulang untuk mengetahui berat sampel basah yang dimasukkan. Pengukuran wadah kosong maupun setelah diisi sampel basah serta pengukuran setiap hari selama dua puluh hari sebaiknya menggunakan timbangan digital yang sama. Timbangan digital dengan keakuratan relatif cukup baik dapat dibeli pada beberapa toko tertentu di kota Medan. Setelah seluruh sampel dimasukkan ke dalam wadah alluminium dan ditimbang serta dicatat beratnya, maka wadah berisi sampel disusun pada sebuah meja dalam ruang terbuka di laboratorium BLH Sumatera Utara. Pengukuran berat sampel dilakukan setiap hari. Sampel harus dijaga agar tidak ada kotoran yang masuk ke dalam wadah alluminium tray yang dapat mempengaruhi berat sampel.

Walaupun peralatan pengujian cukup mudah untuk disediakan, namun metode pengeringan ini memerlukan perhatian dan kedisiplinan laboran karena pengujian berakhir setelah dua puluh hari kalender. Dari Tabel 29 dan Tabel 55 terlihat bahwa kestabilan penurunan berat sudah tercapai pada hari keempat belas. Hal yang cukup menarik adalah bahwa kandungan bahan kering sampah organik melalui metode pengeringan pada temperatur ruangan maupun dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari rendah dibandingkan pengeringan pada temperatur 1050C. Hal ini bukan berarti

108 penggunaan metode pengeringan pada temperatur ruangan atau pengeringan dalam oven pada temperatur 850C lebih efektif dan akurat dalam menentukan kandungan bahan kering. Dalam rentang waktu penelitian yang mencapai dua puluh hari diduga telah terjadi pengurangan berat akibat terjadinya proses pembusukan sampel oleh bakteri. Demikian juga pengeringan pada temperatur 850C selama tiga hari kandungan bahan kering jauh lebih rendah dibanding dengan pengeringan pada temperatur 1050C.. Penurunan berat paling signifikan adalah pada sampel bahan makanan yang merupakan sampel organik yang relatif paling mudah untuk membusuk. Walaupun tujuannya adalah untuk mencari kandungan bahan kering sampel, bila penelitian pengeringan pada temperatur ruangan dilanjutkan, maka akan diperoleh lamanya proses penguraian seluruh kandungan bahan kering dari sampel organik akibat pembusukan. Data ini juga akan berguna untuk menentukan kapasitas tampung TPA serta rancangan untuk mengambil gas methane yang timbul, walaupun proses pembusukan terjadi secara aerobik dan hanya sebagian pada kondisi anaerobik.

109 BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

a. Survey komposisi sampah dan kandungan bahan kering sampah yang dilakukan JICA - Suuri Keikaku Co., Ltd. Mitsubishi UFJ Research and Consulting Co., Ltd. di Medan dan Stabat telah dilakukan dan sangat bermanfaat mendukung kebijakan Nasional maupun Global untuk menentukan keberhasilan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota melaksanakan Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 dan No. 71 tahun 2011 yang terkait Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Penyerapan Gas Rumah Kaca.

b. Survey untuk mendapatkan data kegiatan sistem pengelolaan sampah Kota Medan dan Stabat mulai dilakukan pada bulan Oktober 2011. Survey untuk komposisi sampah dan kandungan bahan kering sampah telah dilakukan di TPA Namo Bintang Medan pada tanggal 19 Oktober dan 13 Desember serta di TPA Kwala Bingai tanggal 20 Oktober dan 12 Desember 2011.

c. Survey komposisi sampah menunjukkan bahwa dari berat 1 m3 sampah untuk masing-masing kegiatan survey adalah di Namo Bintang 242,13 Kg dan 212,4 kg sedangkan di Kwala Bingai adalah 211,4 dan 200,9 Kg. Komponen terbesar dari sampah pada kedua TPA dari dua kali survey menunjukkan bahwa bahan makanan merupakan komposisi terbesar yaitu masing-masing 62,90%, 33,31%, 51,37% dan 52,56%. Bahan makanan merupakan sampah organik yang mudah membusuk sehingga potensial sebagai penghasil GRK.

110 d. Survey untuk mengetahui kandungan bahan kering sampah hasil survey tanggal 19 Oktober 2011 di Namo Bintang dan 20 Oktober 2011 di Kwala Bingai dilakukan menggunakan oven pengering pada temperatur 1050C. Kandungan bahan kering sampah untuk tanggal 13 Desember 2011 di Namo Bintang dan 12 Desember 2011 diperoleh melalui pengeringan menggunakan oven pada temperatur 850C selama tiga hari dan juga pada temperatur ruangan selama dua puluh hari. Secara umum, kandungan bahan kering masing-masing komponen sampah menggunakan metode pengeringan pada temperatur 1050C lebih tinggi dari pengeringan pada temperatur 850C selama tiga hari dan temperatur ruangan selama dua puluh hari. Perbedaan paling signifikan adalah pada komponen bahan makanan yang merupakan bahan organik.

e. Dari 33 daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, hanya Kota Medan dan Kota Stabat yang dijadikan lokasi survey sehingga diperoleh 4 (empat) data komposisi sampah dan 6 (enam) data kandungan bahan kering. Karena kegiatan survey untuk menghasilkan manual inventarisasi kegiatan dan parameter sumber Gas Rumah Kaca yang akan dipergunakan secara nasional, maka perlu dilakukan survey tambahan di lokasi kota lain yang selain menambah data sebagai referensi sekaligus meningkatkan jumlah dan kapasitas sumber daya manusia untuk kegiatan inventarisasi kegiatan pengelolaan sampah dan parameter sumber emisi Gas Rumah Kaca.

111

2. Rekomendasi

a. Perlu dilakukan survey di beberapa daerah Kota/Kabupaten lain di Sumatera Utara untuk menambah referensi proses penentuan komposisi sampah dan kandungan bahan kering, sehingga dapat ditetapkan berat jenis sampah dari rata-rata TPA di Sumut yang representatif dan absah untuk dijadikan acuan dalam perkiraan sumber emisi Gas Rumah Kaca.

b. Untuk mengefektifkan pelaksanaan survey maka perlu dibentuk cluster daerah di Sumatera Utara berdasarkan kesamaan jumlah penduduk, perilaku hidup dan kegiatan pengelolaan sampah oleh pemerintah daerahnya. Dari hasil survey akan dapat ditentukan kaitan antara pertumbuhan penduduk dengan produksi sampah serta komposisi sampah di TPA.

c. Hasil survey perlu disosialisasikan ke berbagai daerah Kabupaten/Kota untuk membantu pemerintah daerah Kabupaten/Kota menyusun laporan hasil inventarisasi Gas Rumah Kaca sesuai dengan amanat Perpres No. 71 tahun 2011.

112 DAFTAR ACUAN

Diaz, F.L, George, M.S and Clarence, G.G (2002) “Composting of Municipal Solid Wastesin Tchobanoglous, G and Frank, K, (ed), Handbook of Solid

Waste Management. 2nd ed. New York: McGraw-Hill Co. pp 12.1 –

12.65

Ludwig, C, Stefanie, H, and Samuel, S, (2003) “Municipal solid waste

management: strategies and technologies for sustainable solutions (eds)

Publisher

Peavy, Howard.S, D.R. Rowe, G. Tchobanoglous (1985) “Environmental

Enginerering” McGraw-Hill International Editions, pp 11.1 – 11.17.

Republik Indonesia (2011). Presiden Presiden Republik Indonesia No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.

Sekretariat Kabinet RI

Republik Indonesia (2011). Presiden Presiden Republik Indonesia No. 71 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional.

Sekretariat Kabinet RI, Jakarta

Strevett,K.C, Evenson, C and WolfL (2002) “Energy Conservation” in Ghassemi, A. (ed.) Handbook of Pollution Control and Waste Minimization. New York: Marcel Dekker, Inc. pp. 99 -136

Dokumen terkait