1
THE PILOT PROJECT IN NORTH SUMATRA IN 2011 OF PROJECT FOR CAPACITY DEVELOPMENT FOR
DEVELOPING NATIONAL GREEN HOUSE GAS INVENTORIES (SUB PROJECT 3)
OF PROJECT OF CAPACITY DEVELOPMENT FOR CLIMATE CHANGE STRATEGIES IN INDONESIA
LAPORAN AKHIR
SURVEY KOMPOSISI DAN KANDUNGAN BAHAN
KERING SAMPAH DI SUMATERA UTARA
(TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kwala Bingai-Stabat)
Jaya Arjuna
(Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara)
JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA)
(Mitsubishi UFJ Research and Consulting Co., Ltd.
and Suuri Keikaku Co., Ltd.)
2
THE PILOT PROJECT IN NORTH SUMATRA IN 2011 OF PROJECT FOR CAPACITY DEVELOPMENT FOR
DEVELOPING NATIONAL GREEN HOUSE GAS INVENTORIES (SUB PROJECT 3)
OF PROJECT OF CAPACITY DEVELOPMENT FOR CLIMATE CHANGE STRATEGIES IN INDONESIA
LAPORAN AKHIR
SURVEY KOMPOSISI DAN KANDUNGAN BAHAN KERING SAMPAH DI SUMATERA UTARA
(TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kwala Bingai-Stabat)
Jaya Arjuna
(Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara)
JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA)
(Mitsubishi UFJ Research and Consulting Co., Ltd. and Suuri Keikaku Co., Ltd.)
3
KATA PENGANTAR
Berbagai bencana alam seperti tanah longsor, banjir, kekeringan, badai tropis, kenaikan muka laut dan gelombang laut dipercaya erat kaitannya dengan terjadinya perubahan iklim. Kajian para ahli menyatakan perubahan iklim terjadi karena peningkatan gas CO2 dan CH4 yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia telah makin tebal menyelimuti atmosfer bumi. Gas CH4 merupakan insulator yang efektif menangkap energi yang dilepas dan kembali memantulkannya kepermukaan bumi dalam bentuk radiasi inframerah sehingga suhu permukaan bumi semakin naik Penguraian sampah yang sebagian merupakan bahan organik oleh bakteri pembusuk dinyatakan punya kontribusi sebagai penghasil gas CH4, sehingga perlu dikelola dengan tepat untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca.
Buku ini merupakan laporan hasil survey terhadap sampah dari Kota Medan yang dikirim ke TPA Namo Bintang dan dari Kota Stabat ke TPA Kuala Bingai Stabat. Survey telah dilakukan pada bulan Oktober dan Desember untuk meneliti komposisi dan kandungan kadar kering sampah yang dipaparkan pada kedua lahan TPA. Survey sampah di TPA merupakan bagian dari Pilot Project For Capacity Development For Developing National Green House Gas Inventories (Sub Project 3) of Capacity Development for Climate Change Strategies in Indonesia.
Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan JICA kepada kami untuk menangani project ini. Penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada DR. Kosuke Kawai dari National Institute for Environmental Studies Japan yang telah bersedia datang dan terlibat langsung dalam kegiatan survey. Penghargaan dan terima kasih kepada Hiroyuki Ueda, Jun Marukawa dan Takeshi Enoki dan Hiroshi Itoh dari MUFJR and Suuri Keikaku Co. Ltd., yang sedari awal selalu mendukung dan tetap berada di lapangan selama kegiatan survey berlangsung. Terima kasih dan penghargaan kepada DR Ucok Siagian dan Rias serta Risalto dari ITB yang mengarahkan dan memandu pelaksanaan survey. Terima kasih atas dukungan dari DR. Hj. Wan Hidayati, M.Si. selaku ketua BLH Provinsi Sumatera Utara dan Henny Nainggolan selaku Kepala UPT Laboratorium BLH Prov.SU. Demikian juga kami sampaikan tucapan terima kasih kepada DR. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU serta seluruh staff pengajar yang mendukung kegiatan survey serta memfasilitasi pelaksaan seminar di Fakultas Teknik USU. Terima kasih tak terhingga kami haturkan kepada Dinas Kebersihan Kota Medan serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Langkat yang telah memberi kemudahan dan dukungan untuk terselenggaranya kegiatan survey ini. Penmghargaan kami sampaikan kepada Syamsul Iman yang membantu di Laboratorium dan Doisuta Tarigan yang membantu pelaksanaan survey serta penyiapan bahan untuk penyusunan laporan ini.
4
5. Bagan Alir Pelaksanaan Survey ... 5
II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2. Peralatan yang Digunakan dalam Pelaksanaan Survey ... 18
- Survey Komposisi Sampah ... 18
5 Halaman
3. Prosedur Pengambilan Sampel dan Pengujian ... 24
- Sampel dan Pengujian Komposisi Jenis Sampah ... 24
- Sampel dan Pengujian Kandungan Kering sampah ... 29 4. Pengolahan dan Analisis Data ... 32
IV HASIL DAN ANALISIS ... 33
1. Jadwal Pelaksanaan Survey ... 33
2. Lokasi Survey Komposisi Sampah ... 35
3. Kondisi Pengelolaan Sampah Medan ... 37
4. Survey Komposisi Sampah ... 40
- Sumber Sampah dan Volume Sampel ... 40
- Prosedur Pengambilan Sampel Komposisi Sampah ... 43
- Hasil Survey Komposisi Sampah di TPA Namo Bintang 48 - Hasil Survey Komposisi Sampah di TPA Kuala Bingai Stabat ... 52
5. Faktor Koreksi untuk Komposisi Sampah ... 54
6. Analisis Hasil Komposisi Sampah ... 57
7. Survey Kandungan Bahan kering Sampah ... 62
- Smpel untuk Pengujian Kandungan Bahan Kering sampah ... 62
- Perlakuan pada Pengujian Kandungan bahan Kering ... 62
- Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah di TPA Namo Bintang dan TPA Kwala Bingai untuk Survey Oktober 2011... 65
- Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah di TPA Namo Bintang dan TPA Kwala Bingai untuk Survey Desember 2011... 69
8. Analisis Hasil Pengujian kandungan Bahan Kering Sampah... 78
- Pengeringan dalam Oven pada temperatur 1050C... 90
6 Puluh Hari... 92 V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 94 - Kesimpulan... 94
- Rekomendasi 95
7 DAFTAR TABEL
Tabel halaman 1
:
Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Namo Bintang... 12 2:
Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Kuala Bingat Stabat... 13 3:
Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke TPA NamoBintang ... 14 4
:
Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke KualaBingai ... 15 5
:
Jadwal Pelaksanaan Survey Komposisi serta Kandungan BahanKering Sampah ... 33 6
:
Kondisi Kerja TPA Terjun Marelan 2011... 38 7:
Volume sampel dari kendaraan pengangkut sampah ke TPANamo Bintang –Medan yang mewakili wilayah sumbernya... 41 8
:
Volume sampel dari kendaraan pengangkut sampah ke TPAKuala Bingai-Stabat yang mewakili wilayah sumbernya... 42 9
:
Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil diTPA Namo Bintang –Medan tanggal 19 Oktober 2011... 49 10
:
Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil diTPA Namo Bintang –Medan tanggal 13 Desember 2011... 50 11
:
Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil diTPA Namo Bintang –Medan tanggal 13 Desember 2011 (Khusus Sampah Pasar)... 51 12
:
Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil diTPA Kuala Bingai-Stabat tanggal 20 Oktober 2011... 52 13
:
Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil diTPA Kuala Bingai pada kegiatan survey tanggal 12 Desember
2011... 53 14
:
Rekapitulasi Hasil Survey Komposisi Sampah di Namo BintangMedan dan Kuala Bingai Stabat Bulan Oktober dan Desember 2011...
57
15
:
Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah TPA Namo Bintang pada Pemanasan 1050C (Hasil survey 19 Oktober2011)... 66 16
:
Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah TPA KwalaBingai pada Pemanasan 1050C (Hasil survey 20 Oktober 2011).. 67 17
:
Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah padaTemperatur 850C di TPA Namo Bintang (Hasil Survey 13
8 Tabel halaman
18
:
Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah pada Temperatur 850C di TPA Kwala Bingai (Hasil Survey 12Desember 2011) ... 71 19
:
Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah padaTemperatur Ruangan (Hasil Survey di TPA Namo Bintang 13
Desember 2011) ... 72 20
:
Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah padaTemperatur Ruangan (Hasil Survey di TPA Kwala Bingai 13
Desember 2011) ... 75 21
:
Perbandingan Kandungan Bahan kering Sampah untuk9 DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1 : Bagan alir pelaksanaan survey ... 5 2 : Sampah diantar langsung maupun menggunakan beca atau kereta
sorong, dikumpul di TPS baik untuk dipindahkan ke atas truk dan
kemudian diangkut ke TPA... 16 3 : Kereta Sorong pengangkut sampah menunggu untuk dipindahkan ke
atas truk... 17
4 : Kereta Sorong untuk pengumpul sampah dari sumbernya. Pemerintah Kota Medan sedang melakukan penggantian dengan model beca
sampah sehingga lebih efektif dan manusiawi... 18 5 : Kotak pengukur volume untuk sampel sampah dengan ukuran 250
liter (kotak kayu) dan 1 m3 (box besi). Di bahagian belakang terlihat
tenda kerja dengan ukuran 6 x 8 meter... 19 6 : Timbangan untuk mengukur berat sampah dalam plastik yang telah
diberi label sesuai dengan jenis sampahnya... 19 7 : Sampah yang diambil dari truk terlebih dahulu diaduk dengan sekop
untuk proses harmonisasi dan kemudian dilakukan quartering untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif sebagai sampel...
20 8 : Pelaksana pemilah sampah yang telah memakai pakaian kerja
(sepatu, baju kaos, jas hujan, topi, sarung tangan dan masker)
mendengarkan prosedur kerja dari instruktur. ... 21 9 : Oven Pengering merek Shibata, 20 ampere, 220 volt... 21 10 : Timbangan yang digunakan untuk analisis kandungan bahan kering
dari sampah. Sebelah kanan adalah timbangan digital analitis. ... 22 11 : Wadah pengering (cawan) dari keramik sedang ditimbang dengan
menggunakan timbangan digital analitis.. ... 23 12 : Wadah pengering dari aluminium... 23 13 : Desikator untuk menyimpan bahan agar bahan yang sedang diuji itu
tetap dalam keadaan kering... 24 14 : Prinsip perlakuan quartering untuk mendapatkan sampel sebesar 5 kg
yang akan diuji di laboratorium... 30 15 : Kondisi TPA Namo Bintang sebagai lokasi pembuangan akhir Kota
Medan yang menggunakan metode open dumping... 35 16 : Lahan TPA Kuala Bingai yang terletak di tengah lahan perkebunan
10 Gambar Halaman
18 : Mengukur volume sampel dari sampah yang telah diaduk dalam kotak pengukur sehingga relatif homogen. Lokasi foto, TPA Kuala
Bingai... 43 19 : Memasukkan sampah ke dalam box dengan ukuran 1000 liter yang
telah diukur volumenya pada kotak pengukur ukuran 250
liter... 44 20 : Pemilahan sampah berdasarkan jenisnya... 45 21 : Pengukuran berat masing-masing jenis sampah. ... 46 22 : Proses quartering di lokasi TPA untuk mempersiapkan sampel
kandungan bahan kering sampah... 47 23 : Pelaksana survey komposisi jenis sampah di TPA Namo Bintang
tanggal 19 Oktober 2011... 49 24 : Pelaksana survey komposisi jenis sampah di TPA Namo Bintang
tanggal 13 Desember 2011 yang juga dihadiri oleh Dr Kosuke
Kawai dari NIES Japan. ... 50 25 : Pelaksana survey komposisi jenis sampah khusus pasar di TPA Namo
Bintang tanggal 13 Desember 2011 selesai memilah dan menunggu
proses penimbangan berat. ... 51 26 : Pengurangan dimensi sampah sebelum dilakukan quartering untuk
mempersiapkan sampel kandungan kadar kering di TPA Kuala
Bingai tanggal 20 Oktober 2011... 53 27 : karung plastik yang terlihat pada beca pengangkut sampah
merupakan barang yang telah dipisahkan oleh petugas pengutip sampah. Selain dikutip oleh petugas, masyarakat juga mengantar
langsung sampah ke TPS menggunakan mobil ... 55 28 : Kenek truk menurunkan sampah dalam karung plastik yang sudah
dipilahnya dari gerobak sebelum sampah lainnya dipindahkan ke truk untuk diangkut ke TPA. Pemindahan ini berlangsung di Depo
Transfer... 55 29 : Proses transaksi sampah dengan pengepul (junk buyers). Tiap goni
yang berisi plastik memiliki berat 30 kg dan satu kilogram plastik
dibeli dengan harga Rp. 300,-. ... 56 30 : Pengumpul makanan sisa untuk dijual sebagai pakan ternak... 56 31 : Sampah pasar yang sebagian besar terdiri dari jenis makanan yang
masih punya nilai manfaat bagi pakan ternak. Sampah jenis ini juga potensial untuk diuraikan oleh bakteri pembusuk sehingga
mnenghasilkan gas methane... 59 32 : Pemulung memisahkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomis
yang sekaligus merupakan upaya mengurangi volume sampah yang
11 DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman 1 : Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Survey serta Hasil Pengukuran
Berat Sampah... 58 2 : Perbandingan berat masing-masing komponen sampah dari hasil
empat kali survey... 61 3 : Kandungan bahan kering semua jenis sampah dengan
pengeringan pada temperatur 1050C……… 68
4 : Perbandingan Kandungan Bahan Kering semua jenis sampah dengan pengeringan pada temperatur 1050C untuk TPA Namo Bintang dan TPA Kwala Bingai serta perbandingan komposisi
sampahnya………... 68 5 : Perbandingan kandungan bahan kering dari dua TPA yang
dihasilkan dengan pengeringan dalam oven pada temperatur
85oC dan temperatur ruangan…...... 79 6 : Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari……… 80 7 : Penurunan berat sampel sampah jenis kertas dan karton
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari… 80 8 : Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari………... 80 9 : Penurunan berat sampel sampah jenis kayu dan sampah taman
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari… 80 10 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari… 80 11 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari… 80 12 : Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari……… 81 13 : Penurunan berat sampel sampah jenis plastik dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari………... 81 14 : Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari………... 81 15 : Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari………... 81 16 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain anorganik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari… 81 17 : Perbandingan penurunan berat enam jeni8s sampel sampah
organik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama
12 Grafik Halaman
18 : Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari...… 82 19 : Penurunan berat sampel sampah jenis kertas dan karton
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari... 82 20 : Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari...… 82 21 : Penurunan berat sampel sampah jenis kayu dan sampah taman
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari... 82 22 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil
makanan dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari...…... 82 23 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari... 82 24 : Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari... 83 25 : Penurunan berat sampel sampah jenis plastik dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari...… 83 26 : Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari... 83 27 : Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari...… 83 28 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain anorganik
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari... 83 29 : Perbandingan penurunan berat sampel enam jenis sampah
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari... 83 30 : Kandungan bahan kering sampah TPA Namo Bintang hasil
survey tanggal 13 Desember 2011 dengan pengeringan dalam oven pada temperatur 850C......…...
84
31 : Kandungan bahan kering sampah TPA Namo Bintang hasil survey tanggal 13 Desember 2011 dengan pengeringan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari ...…... 84
32 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis makanan dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. ...
85
33 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kertas dan karton dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari...…...
13 Grafik Halaman
34 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis nappies dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari...…...
85
35 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kayu dan sampah taman dikeringkan dalam oven pada temperatur
850C selama tiga hari………... 85 36 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kain
dan produk tekstil dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C
selama tiga hari………... 85 37 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis lain
lain organik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C
selama tiga hari... 85 38 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis karet
dan kulit dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama
tiga hari. ... 86 39 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis plastik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. . 86 40 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis gelas
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari... 86 41 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis logam
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. .. 86 42 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai lain-lain
anorganik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama
tiga hari. ... 86 43 : Perbandingan penurunan berat sampel enam jenis sampah
organik TPA Kwala Bingai jenis yang dikeringkan dalam oven
pada temperatur 850C selama tiga hari. ... 86 44 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
makanan yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari. ... 87 45 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kertas
dan karton yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama
dua puluh hari. ... 87 46 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
nappies yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari. ... 87 47 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kayu
dan sampah taman yang dikeringkan pada temperatur ruangan
14 Grafik Halaman
48 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kain dan produk tekstil yang dikeringkan pada temperatur ruangan
selama dua puluh hari. ... 87 49 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
lain-lain organik yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama
dua puluh hari. ... 87 50 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis karet
dan kulit yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari. ... 88 51 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis plastik
yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari. ... 88 52 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis logam
yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari. ... 88 53 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis gelas
yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari. ... 88 54 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
lain-lain anorganik yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama
dua puluh hari. ... 88 55 Perbandingn penurunan berat enam jenis sampel sampah organik
TPA Kwala Bingai jenis makanan yang dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari. ... 88 56 Kandungan bahan kering sampah dari TPA Kwala Bingai hasil
survey tanggal 12 Desember 2011 dengan pengeringan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari. ... 89 57 Kandungan bahan kering sampah dari TPA Kwala Bingai hasil
survey tanggal 12 Desember 2011 dengan pengeringan pada
15
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tantangan yang paling berat bagi pengambil kebijakan dalam pembangunan di
semua negara saat ini adalah jika dampak pembangunannya terkait dengan
perubahan iklim. Berbagai dampak perubahan iklim seperti pergeseran musim dan
perubahan pola hujan, cuaca ekstrim dengan fluktuasi curah hujan yang tinggi
sehingga mengakibatkan terjadinya tanah longsor, banjir, kekeringan, badai tropis,
kenaikan muka laut, terkait dengan anggaran yang harus dikeluarkan dan juga
kerugian harta benda serta nyawa. Manusia makin menyadari bahwa perubahan
iklim terjadi akibat ulah perbuatan manusia yang menyebabkan pemanasan suhu
bumi. Penggunaan bahan bakar serta berbagai aktivitas manusia terkait dengan
hutan, limbah dan sampah telah menyebabkan terjadinya gas sepertti CO2 dan CH4
serta gas lainnya yang dinyatakan sebagai gas rumah kaca. Gas-gas rumah kaca
menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang
bersifat panas, sehingga panas yang diemisikan dari permukaan bumi, akan kembali
memanaskan permukaan bumi.
Seriusnya ancaman pemanasan bumi akibat gas rumah kaca telah
menyebabkan manusia secara bersama bersepakat membangun persetujuan yang
mengikat secara hukum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Kesepakatan
bersama pengurangan gas rumah kaca secara global ini dikenal dengan Protokol
Kyoto, terkait dengan perlindungan lingkungan hidup terhadap ancaman perubahan
iklim. Setiap negara diminta untuk menginventarisir dan menghitung volume gas
rumah kaca yang dilepas ke atmosfer, atau yang bisa dikurangi pada jangka waktu
16 dengan informasi tentang kegiatan spesifik yang dapat mengurangi atau meniadakan
bentukan gas rumah kaca. Berbagai upaya penyelamatan lingkungan dilakukan
terkait dengan keseriusan mengurangi dampak gas rumah kaca seperti membangun
methode yang baik dalam memperkirakan atau menghitung emisi gas rumah kaca
dari suatu kegiatan atau pada suatu areal kegiatan. Berbagai kebijakan dan strategi
pembangunan dirancang dengan memperhitungkan faktor dampak gas rumah kaca
yang dilepas ke atmosfer dan konsekwensi nilai ekonomisnya.
Salah satu kegiatan manusia yang terkait dengan timbulan gas rumah kaca
adalah pengelolaan sampah yang tidak efektif. Hampir seluruh daerah perkotaan
mulai dari kota kecil, kota sedang hingga kota metropolitan saat ini mengelola
sampah di TPA dengan sistem open dumping. Pemaparan sampah secara terbuka,
khususnya yang bersifat organik memiliki peluang untuk mengalami penguraian oleh
bakteri yang pada prosesnya menghasilkan gas methane sebagai pembentuk gas
rumah kaca potensial. Berdasarkan kondisi ini, maka pengelolaan sampai di TPA,
jenis dan volume sampah yang dibuang ke TPA merupakan bahagian dari sumber
bangkitan gas rumah kaca. JICA dan USU telah membangun kesepakatan kerjasama
untuk melakukan survey terkait dengan invetarisasi komposisi sampah dan
kandungan kadar kering dari sampah yang dibuang ke TPA. TPA Namo Bintang di
Medan dan TPA Kuala Bingai di Stabat telah ditetapkan sebagai pilot proyek untuk
inventarisasi komposisi sampah dan kandungan kering sampah. Hal terpenting
adalah memberi masukkan bagi penyusunan manual perkiraan komposisi sampah
yang akan dipergunakan untuk penentuan komposisi dan kandungan kadar kering
17 2. Tujuan Survey
a. Mendapatkan data yang berlualitas baik dari kegiatan pengelolaan sampah dan
komposisi sampah di TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kuala
Bingai-Stabat.
b. Mendapatkan data kandungan bahan kering dari jenis sampah di TPA Namo
Bintang-Medan dan TPA Kuala Bingai-Stabat.
c. Membangun pedoman survey untuk mengetahui komposisi sampah serta
survey kandungan bahan kering sampah sebagai dasar bagi perkiraan emisi gas
rumah kaca di Provinsi Sumatera Utara.
3. Kepentingan Survey
a. Mendapatkan besaran nilai sumber emisi gas rumah kaca sebagai acuan untuk
melakukan estimasi emisi gas dari timbunan sampah yang ditampung di TPA.
b. Mendapatkan komposisi sampah yang dibuang ke TPA sebagai dasar bagi
perencanaan pengurangan sampah dan sistem penanganan sampah oleh
pemerintah Kota/Kabupaten selaku pengelola timbulan sampah padat
perkotaan.
c. Membangun data kegiatan dan faktor sumber emisi gas rumah kaca spesifik
khususnya di daerah Sumatera Utara untuk menentukan status terkini besarnya
emisi gas rumah kaca dari sektor limbah.
4. Cakupan Pelaksanaan Survey
a. Pengumpulan data sekunder yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
18 sampelnya diambil dari TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kuala
Bingai-Stabat .
b. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan
survey komposisi sampah di TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kuala
Bingai-Stabat serta survey kandungan bahan kering sampah di laboratorium
BLH Provinsi Sumatera Utara.
c. Persiapan tenaga pelaksana survey yang membantu pelaksanaan survey.
d. Persiapan tempat pelaksanaan survey.
e. Pelaksanaan survey komposisi sampah serta kandungan kadar kering sampah.
f. Pembuatan laporan awal dan laporan akhir.
g. Presentasi hasil survey dan memberi masukan untuk pembuatan manual survey
komposisi sampah serta kandungan kadar kering sampah untuk
19 5. Bagan Alir Pelaksanaan Survey
Gambar 1: Bagan alir pelaksanaan survey PEDOMAN IPCC
SAMPAH ORGANIK SAMPAH AN-ORGANIK
20 II. TINJAUAN PUSTAKA
Sumber daya alam dalam berbagai bentuk yang dipergunakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan kehidupannya ternyata tidak mampu dimanfaatkan
penggunaannya secara maksimal oleh manusia, sehingga harus dikembalikan ke
alam sebagai limbah atau sampah. Berdasarkan karakteristiknya, sampah tidak bisa
dikembalikan fungsi dan manfaatnya hanya melalui proses biologi dengan bantuan
bakteri dan mikroba. Karena sudah mengalami proses teknologi, maka proses
pengolahan sampah akan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Komposisi
sampah merupakan cerminan dari pola konsumsi, kebiasaan makan, struktur sosial
serta tingkat pendapatan dari masyarakat penghasilnya. Masyarakat dengan tingkat
pendapatan rendah cenderung untuk memakan makanan yang lebih mudah terurai
secara biologis. Ludwig et.al., (2003) menyatakan bahwa jumlah sampah yang
bio-degradable ini cenderung makin sedikit pada masyarakat perkotaan yang sudah
tinggi tingkat pembangunannya
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat sekaligus menyebabkan produksi
sampah juga meningkat. Saat ini penanganan sampah sudah menjadi masalah paling
utama bagi kota-kota besar. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk
mengurangi volume sampah. Komposting merupakan salah satu elemen dari strategi
pengelolaan sampah terpadu yang dapat diterapkan untuk sampah perkotaan.
Menurut Diaz et.al (2002) pengkomposan adalah proses penguraian secara biologis
terhadap bahan yang dapat lapuk oleh bakteri pembusuk. Organisme pengurai dalam
proses pengomposan dapat dibagi atas (i) bakteri, (ii) actinomycetes, (iii) jamur (iv)
protozoa, (v) cacing dan (vi) larva. Sharma (2002) juga menyatakan bahwa
komposting merupakan bagian untuk mengurangi sampah dari sumbernya. Kegiatan
21 mengubah kemasan, mengubah kebiasaan berbelanja, meningkatkan nilai
penggunaan kembali suatu produk, mengubah teknik pengolahan pada industri dan
mengubah pola penggunaan atau konsumsi produk.
Menurut Ludwig et.al., (2003) sampah perkotaan biasanya sebagian terdiri dari
bahan organik yang dapat dicerna oleh mikroorganisme. Proses penguraian bahan
organik oleh jamur dan bakteri akan menghasilkan senyawa organik sederhana.
Produk akhir dari proses degradasi bahan organik akan menghasilkan gas CO2 dan
juga CH4, sehingga tumpukan sampah pada TPA merupakan sumber dari
pembentukan gas rumah kaca. Gas Karbon Dioksida dan Methane yang terbentuk
masing-masing dengan perbandingan komposisi berkisar 40 s/d 60%. Besaran dari
komposisi ini tergantung pada keberadaan oksigen selama proses degradasi
berlangsung. Senyawa gas yang dihasilkan oleh proses pembusukan bahan organik
di TPA berpotensi jadi penyebab perubahan iklim global, bersifat mudah terbakar,
sumber bau busuk, penyebab karat, jadi racun bagi tubuh manusia dan juga pemicu
kanker. Methane yang konsentrasinya meningkat sebesar 0,9% setiap tahunnya
dinyatakan Strevett, et.al, (2002) bertanggungjawab sebesar 20% atas terjadinya
dampak rumah kaca global. Di sisi lain, dengan pengutipan dan pengelolaan yang
baik, methane adalah sumber daya pembangkit energi.
Selain menimbulkan gas, penimbunan sampah pada lahan TPA juga akan
menghasilkan cairan yang disebut dengan leachate. Leachate merupakan hasil proses
penguraian bahan organik, campuran kandungan air hujan, maupun akibat adanya
mata air pada lahan TPA. Cairan ini berpotensi sebagai sumber pencemar terhadap
tanah, aliran air permukaan dan juga air tanah dangkal. Kandungan bahan pencemar
pada leachate dapat diklasifikasikan atas bahan organik terlarut yang dikenali
22 menguap, senyawa makro anorganik seperti Calsium, Magnesium, Sodium,
Potassium, Ammonium, Iron, Manganese Chlorida, Sulfate dan Carbonate. Dalam
leachate juga terdapat kandungan logam berat seperti Cadmium, Copper,
Chrommium, Lead, Nickel dan Zinc serta Xenbiotic senyawa organik dalam bentuk
Karbon Aromatik, Phenols dan Hallogenated Aliphatics. (Ludwig et.al., 2003)
Undang Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan bahwa TPA di definisikan sebagai Tempat Pemrosesan Akhir yaitu
tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan. Berdasarkan amanah Undang Undang ini, maka
pengelolaan TPA harus memperhatikan masalah gas yang dibangkitkan pada proses
penguraian sampah karena dapat menurunkan kualitas lingkungan. Secara khusus,
pasal 20 ayat (2) a dan (2) d Undang Undang No. 18 tahun 2008 juga telah
menegaskan bahwa untuk melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca perlu
dilakukan penelitian tentang komposisi sampah serta kandungan bahan kering dari
sampah. Kandungan bahan kering komponen organik sampah dapat terurai pada
proses pembususkan oleh bakteri. Proses pembusukan tersebut akan membentuk gas
CH4 sebagai komponen gas rumah kaca yang potensial menimbulkan dampak negatif
atas terjadinya perubahan iklim global. Kegiatan survey yang bertujuan untuk
melakukan pemilahan sampah dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah, juga merupakan
penerapan dari ketentuan yang digariskan dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah.
Pada Pasal 20 ayat (1) dinyatakan bahwa pengurangan sampah meliputi
kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan/atau
23 maka Pemerintah Daerah harus dapat menetapkan target pengurangan sampah secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu, serta dapat menetapkan teknologi yang ramah
lingkungan baik untuk pemanfaatan sampah maupun kegiatan mengguna ulang dan
mendaur ulang sampah. Data hasil kegiatan survey terkait komposisi sampah dan
kandungan kadar kering sampah merupakan komponen penting bagi Pemerintah
daerah Kota/Kabupaten dalam membangun sistem penanganan sampah sesuai
24 III. METHODOLOGI
1. Lokasi Survey
a. Lokasi Survey
Survey untuk mengetahui komposisi sampah dan kandungan bahan kering di
Sumatera Utara dilakukan di Kota Medan dan Kota Stabat. Kota Medan
dengan luas 265,1 Km2 dan penduduk menurut data Medan Dalam Angka
tahun 2010 adalah 2.121.053 jiwa, dianggap mewakili kota Metropolitan.
Kota Stabat merupakan Ibu Kota Kabupaten Langkat memiliki luas 108,85
Km2 dan penduduk berjumlah 84.440 jiwa dijadikan sebagai lokasi yang
mewakili kota kecil. Kedua kota yang dijadikan lokasi survey ini termasuk
sebagai kota dalam penilaian Adipura. Medan terakhir meraih Adipura tahun
2006 dan Stabat pada tahun 2010. Berdasarkan kriteria penilaian dari
Kementerian Lingkungan Hidup, kota yang pernah meraih Adipura
merupakan kota yang telah memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik
serta didukung oleh keberadaan TPA yang juga sudah dikelola dengan baik.
(1) Namo Bintang-Medan
Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara mengelola dua
lokasi TPA yaitu di Namo Bintang (176.392 m2) dan Terjun-Marelan
(137.563 m2). Pelaksanaan survey telah ditetapkan untuk dilakukan di
TPA Namo Bintang. TPA Namo Bintang terletak ± 15 Km sebelah
Selatan kota Medan dan termasuk wilayah administrasi Kabupaten Deli
Serdang dengan luas 176,396 Ha. TPA Namo Bintang mulai beroperasi
25 (2) Kuala Bingai-Stabat
Lokasi survey di Kota Stabat dilakukan pada TPA Kota Stabat yang
terletak di tengah lahan perkebunan kelapa sawit yang disebut juga
sebagai TPA Kuala Bingai dengan luas 2,5 Ha. TPA Kuala Bingai
Stabat mulai beroperasi pada tahun 2005. TPA Kuala Bingai bukan
hanya menerima sampah dari Kota Stabat, melainkan juga dari kota
Pangkalan Berandan yang merupakan kota terdekat dengan kota Stabat
dalam wilayah Kabupaten Langkat. Sampah dari Kota Berandan yang
dikirim ke TPA Kuala Bingai hanyalah sampah yang berasal dari Pasar
Kota Berandan.
(3) Terjun-Marelan
TPA Terjun Marelan dijadikan lokasi survey untuk melengkapi data
sistem pengelolaan sampah di Kota Medan. TPA Terjun Marelan
memiliki fasilitas jembatan timbang, sehingga volume sampah yang
diterima TPA diukur berdasarkan berat sampah yang diangkut oleh
kendaraan pengangkut. TPA Terjun-Marelan beroperasi secara
bersamaan dengan TPA Namo Bintang, namun adakalanya harus
menampung seluruh sampah Kota Medan, bila TPA Namo Bintang tidak
dapat dioperasikan.
b. Sumber Sampah yang Dikelola di Areal Survey
(1) Namo Bintang-Medan
Walaupun berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang, TPA Namo
Bintang merupakan milik dan dikelola oleh Pemerintah Kota Medan.
26 yang ada di Medan. Luas wilayah yang dilayani TPA Namo Bintang
serta populasi penduduknya adalah seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1: Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Namo Bintang
No. Kecamatan Luas (Km2) Jumlah KK Penduduk (Jiwa)
1. Medan Johor 14,58 27.918 116.220
2. Medan Amplas 14,58 26. 503 115 156
3. Medan Denai 9,05 32.511 139.939
4. Medan Area 5,52 24.190 109.253
5. Medan Kota 5,27 19.526 84.292
6. Medan Tuntungan 20,68 20.249 70.073
7. Medan Maimun 2,98 10.576 57.859
8. Medan Polonia 9,01 10.977 53.427
9. Medan Selayang 12,81 21.122 85.678
10. Medan Sunggal 15,44 25.205 110.667
11. Medan Helvetia 13,16 30.824 145.376
12. Medan Petisah 6,82 15.326 68.120
13. Medan Baru 5,84 10.041 44.216
14. Medan Timur 7,76 28.803 113.874
Sumber: Medan Dalam Angka 2010
27 (2) Kuala Bingai-Stabat
Sampah yang ditampung oleh TPA berasal dari Pasar Pangkalan Brandan
yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Babalan dan wilayah
Kecamatan Stabat dengan sumber sampah dari pasar, perumahan, serta
perkantoran dalam kota Stabat (Tabel 2)
Tabel 2: Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Kuala Bingat Stabat
No. Kecamatan Luas (Km2) Jumlah KK Penduduk (Jiwa)
1. Stabat 108,85 20.195 84.440
2. Babalan 76,41 64.764 64.764
Sumber: Kabupaten Langkat Dalam Angka 2010
c. Sistem Pengangkutan
(1) Kota Medan
Pengangkutan sampah kota Medan dilakukan dengan menggunakan
kendaraan jenis Arm Roll, Typper dan Container. Pemerintah Daerah
Kota Medan melalui Dinas Kebersihan telah mendistribusikan kendaraan
pengangkut sampah dari sumbernya yang menurut data tahun 2011 untuk
pengiriman sampah ke TPA Namo Bintang menggunakan jenis
kendaraan Typper, Arm Roll dan Container dengan wilayah distribusi
serta jumlah dan jenis kendaraan yang didistribusikan sebagai terlihat
28 Tabel 3: Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke TPA Namo Bintang
No. Kecamatan Jenis
Kendaraan Jumlah Volume Angkut (M3)
1.
11. Medan Helvetia Typper
Container
29 (2) Kota Stabat
Pengangkutan sampah di kota Stabat dilayani oleh truck sebanyak 13
unit yang terdiri dari jenis Arm Roll, Dump Truk dan Pick Up. Jenis
kendaraan dan wilayah pelayanan untuk Kota Stabat seperti terlihat pada
Tabel 4. berikut ini:
Tabel 4: Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke Kuala Bingai
No. Kelurahan/ Kecamatan
Jenis
Kendaraan
Jumlah
Volume
Angkut (M3)
1. Stabat Baru-Stabat Arm Roll 1 6
2. Kwala Bingai-Stabat Pick Up 1 3
3. Babalan-Brandan Timur Arm Roll 1 6
4. Perdamaian-Stabat Arm Roll 1 6
5. Kwala Bingai-Stabat Arm Roll 1 6
6. Perdamaian-Stabat Dump Truck 1 8
7. Kwala Bingai/Sidomulyo Dump Truck 1 8
8. Cadangan/Tidak Beroperasi Dump Truck 6 -
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Langkat
d. Pengelolaan Sampah di Areal Survey Medan dan Stabat
Pengelolaan sampah di areal survey tergantung kepada luas areal pelayanan
pengumpulan dan sumber beban timbulan sampah. Kota Stabat yang
penduduk dan aktivitasnya sedikit, dilayani oleh 13 unit kendaraan untuk
30 methode Open Dumping, sehingga tidak ditemukan adanya instalasi
pengumpul gas methane yang terbentuk dari proses penguraian sampah.
Berdasarkan sumbernya, sampah kota Medan dapat dibagi atas sampah
pemukiman dan rumah tangga, pertokoan, perkantoran, pasar tradisional dan
pasar modern, hotel, rumah sakit, jalan arteri dan jalan protokol serta industri.
Tanggung jawab pengelolaan sampah Kota Medan disesuaikan dengan lokasi
sumber sampah. Dinas Kebersihan mengelola sampah domestik, pemukiman,
perkantoran, dan daerah komersial. Dinas Pasar mengelola sampah pasar
tradisional. Dinas Pekerjaan Umum mengelola sampah di saluran drainase,
termasuk gulma dan sedimen. Aparat pemerintahan setingkat Camat dan
Lurah mengelola sampah dalam areal pemukiman di luar jalan protokol, serta
pihak swasta bertanggungajawab mengelola sampah dari pemukiman (Real
Estate) yang dikelolanya.
31 Pengumpulan sampah dari areal permukiman, pertokoan dan perkantoran
ada yang dikutip langsung oleh truk sampah dan langsung diangkut ke TPA.
Sistem lain adalah mengumpulkan sampah menggunakan kereta sorong atau
beca sampah ke TPS dan kemudian dipindah ke container atau ke dalam truk
pengangkut. Sampah dari pasar modern, hotel dan sampah domestik rumah
sakit yang dikumpulkan oleh pengelolanya pada tempat pengumpulan
sampah sementara (TPS), dipindahkan ke dalam truk untuk diangkut ke TPA.
Sampah dari jalan umum dikumpulkan oleh pengutip sampah dengan
mengunakan kereta sorong, kemudian dipindahkan ke dalam truk untuk
diangkut ke TPA.
Sampah dari pasar tradisional dikumpulkan dengan menggunakan beca
sampah ke container atau truk sampah, kemudian dibawa ke TPA.
Pemerintah Kota Medan juga menyediakan layanan angkut sampah
menggunakan mobil pick-up yang disebut dengan “Ambulan Sampah” untuk Gambar 3 : Kereta Sorong pengangkut sampah menunggu untuk dipindahkan ke atas
32 mengangkut sampah yang belum terangkut oleh kereta sorong, gerobak
maupun beca sampah.
2. Peralatan yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Survey
Pelaksanaan survey dilakukan untuk menentukan komposisi sampah di TPA
Namo Bintang Medan dan Kuala Bingai Stabat, kemudian dilanjutkan dengan
penentuan kandungan bahan kering sampah di Laboratorium Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Utara. Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan
tujuan survey yaitu:
a. Survey Komposisi Jenis Sampah
Peralatan yang digunakan untuk survey komposisi sampah terdiri atas:
(1) Kotak Pengukur Volume Sampah ukuran volume 250 liter
(2) Box Pengukur Volume sampah ukuran 1 m3
(3) Timbangan kapasitas maksimum 100 Kg.
33 Gambar 5 : Kotak pengukur volume sampel sampah dengan ukuran 250 liter (kotak kayu)
dan 1 m3 (box besi). Di bahagian belakang terlihat tenda kerja dengan ukuran 6 x 8 meter.
34 (4) Sekop untuk pengaduk sampah agar sampel homogen.
(5) Parang untuk mengurangi ukuran sampel yang terlalu besar.
(6) Gunting untuk mengurangi ukuran sebelum dilakukan quarterring supaya
sampel yang akan diuji pada proses pengeringan lebih homogen
(7) Perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja pelaksana survey yang
terdiri atas topi, baju kaos, sarung tangan, jas hujan, masker, sepatu boot
dan bangku duduk.
(8) Pengikat karung plastik dan Kertas Label untuk menandai jenis sampah
(9) Plastik pengumpul sampah yang terdiri atas beberapa ukuran sesuai
dengan kebutuhan dan juga untuk kemasan sampah yang akan dibawa ke
laboratorium.
(10) Tenda Kerja ukuran 8 x 6 meter untuk pelindung saat pekerrja melakukan
pemilahan dan penimbangan sampah.
35
b. Survey Kandungan Kadar Kering Sampah
Peralatan survey kandungan kering sampah terdiri atas:
(1) Oven Pengering
Gambar 9 : Oven Pengering merek Shibata, 20 ampere, 220 volt.
36 (2) Timbangan Digital
Timbangan yang digunakan pada proses pengujian kadar kering
sampah adalah timbangan digital analitis dan timbangan digital teknis.
Timbangan analisitis hanya mampu berfungsi bila wadah yang akan
ditimbang dimensinya lebih kecil dan dapat dimasukkan ke otak
timbangan. Bila wadah dimensinya lebih besar, maka digunakan
timbangan digital teknis. Wadah pengering dari keramik dapat
ditimbang dengan menggunakan timbangan digital analitis, sementara
wadah timbangan dari aluminium yang dimensinya lebih besar tidak
dapat dimasukkan ke dalam kotak timbangan analitis.
37 (3) Cawan Pengering dan Box Pengering
Gambar 11 : Wadah pengering (cawan) dari keramik sedang ditimbang dengan menggunakan timbangan digital analitis..
38 (4) Desikator
(i) Thermometer
(5) Hygrometer
(6) Kamera
(7) Alat Pencatat
3. Prosedur Pengambilan Sampel dan Pengujian
a. Sampel dan Pengujian Komposisi Sampah
(1) Penentuan Populasi Sampel
Populasi sampel ditentukan berdasarkan jumlah kendaraan yang
mengangkut sampah ke TPA Namo Bintang. Selain berdasarkan jumlah
kendaraan, penentuan juga berdasarkan jenis kendaraan serta cakupan
wilayah kerjanya. Data populasi sampel diperoleh dari data sekunder Gambar 13 : Desikator untuk menyimpan bahan agar bahan yang sedang diuji
39 Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan mengenai jumlah serta
cakupan wilayah kerja kendaraan yang beroperasi mengangkut sampah
ke TPA Namo Bintang. Demikian juga dengan data jumlah dan jenis
kendaraan pengangkut sampah ke TPA Kuala Bingai diperoleh dari
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Langkat.
(2) Pengambilan Sampel dan Pengukuran Volume
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengutip sampah secara acak
dari kendaraan pengangkut yang membongkar di TPA. Sampel yang
diambil adalah sampel yang baru dibongkar dan belum dilakukan
pengutipan oleh pemulung. Sampah dimasukkan ke dalam dua atau tiga
kantong plastik dengan volume yang lebih besar dari volume sampel
yang dibutuhkan. Sampah kemudian dimasukkan ke dalam kotak
pengukur volume dan diaduk untuk proses homogenisasi. Setelah
homogen, sampel diambil sebanyak volume yang proposional dengan
banyaknya kendaraan yang membongkar sampah di TPA. Volume
sampel sampah untuk pengujian komposisi sampah yang diambil pada
masing-masing TPA adalah 1000 liter atau 1 m3. Pengukuran volume
sampah dilakukan dengan menggunakan kotak yang terbuat dari kayu
dengan ukuran 250 liter.
(3) Penentuan Komposisi Sampah
Sampel sampah sebanyak 1000 liter dipisahkan secara manual oleh
pekerja lapangan. Masing-masing jenis sampah yang sudah dipisah,
dimasukkan ke dalam kantong plastik terpisah. Sesuai pedoman, maka
40 (i) Makanan
Jenis makanan terdiri atas sisa makanan (nasi, mie, biskuit, roti, dll),
bungkus makanan dari daun, sampah sayuran/buah-buahan, kulit
buah, batang sayuran, dan lain-lain.
(ii) Kertas, Karton dan Nappies.
Kertas, karton dan nappies terdiri atas kertas koran, kertas
pembungkus, barang cetakan, buku tulis, karton, tampon, disposable
diapers, kertas tissue, dan sejenisnya.
(iii) Kayu dan Sampah Taman
Kayu dan sampah taman terdiri atas kayu bekas furniture, kayu
bangunan (pagar, kusen, dll), daun, ranting/batang pohon dari
perawatan taman, perawatan halaman, dan lain-lain.
(iv) Kain dan Produk Teskstil
Kain dan produk tekstil terdiri atas pakaian bekas, selimut bekas,
majun, kain perca, lap, pel, tas/sepatu dari kain, kasur/bantal bekas
dan lain-lain.
(v) Karet dan Kulit
Jenis sampah karet dan kulit terdiri atas sisa karet busa, ban bekas,
sarung tangan karet, tas/sepatu dari karet atau kulit, dan lain-lain.
(vi) Plastik
Jenis sampah plastik digabungkan dari sampah botol plastik,
kemasan dari plastik, kantong kresek, ember plastik, gantungan baju
41 (vii) Logam
Jenis sampah logam terdiri atas besi bekas perkakas, rangka
furniture, kawat, potongan logam, can (kaleng minuman), dan
lain-lain.
(viii) Gelas
Sampah yang dimasukkan dalam kelompok gelas adalah pecahan
gelas, piring dan barang-barang keramik, botol gelas, lampu, dan
barang-barang dari gelas/keramik lainnya
(ix) Komponen Sampah Lain
Komponen sampah lain terdiri atas tanah, abu, rambut, dan lain-lain
(organik) dan batu, bongkahan bangunan, barang-barang elektronik
bekas, dan lain-lain (anorganik).
(4) Pengukuran Berat Komposisi Sampah
Sampah yang sudah dipilah dimasukkan dalam kantong plastik yang
diberi label sesuai jenisnya. Pengukuran berat sampah dilakukan dengan
menimbang kantongan plastik yang berisi sampah menggunakan
timbangan mekanis secara langsung di lapangan. Pencatatan dilakukan
untuk mendapatkan nilai berat masing-masing jenis sampah hasil
pilahan.
(5) Pengumpulan Data
Data masing-masing lokasi survey dikumpulkan nilai besaran komposisi
sampah serta waktu survey. Hasil survey dibuat dalam bentuk tabel
42 (6) Analysis Data
Dari hasil penimbangan dapat diketahui berat dari 1 m3 sampah yang
sekaligus juga merupakan berat jenis sampah. Dari pengukuran
gravimetri juga dapat diketahui masing-masing berat dari tiap jenis
sampah. Analysis data dilakukan dengan membandingkan hasil
pengujian survey pertama (musim kering) dan survey kedua (musim
hujan) serta memperbandingkan antara lokasi Namo Bintang-Medan dan
Kuala Bingai-Stabat untuk masing-masing komposisi. Analisis juga
dilakukan dengan data sekunder hasil survey pengukuran sampah TPA
yang menggunakan sistem pengukuran berat dari setiap truk yang masuk
ke TPA.
Analisis dilakukan dengan memperhatikan juga kemungkinan terjadinya
pengurangan volume sampah oleh pemulung yang masih punya nilai
ekonomi selama dalam perjalanan dari sumbernya hingga membongkar
di TPA. Sampah organik merupakan sampah yang potensial
menghasilkan gas rumah kaca, sehingga kajian lanjutan dilakukan untuk
melihat kandungan keringnya. Sampel masing-masing jenis sampah
dikurangi beratnya hingga maksimum 5 kg untuk dijadikan sampel
sampah pengujian kandungan kering di laboratorium. Proses
pengurangan berat sampel hingga mencapai 5 Kg. dilakukan dengan
metodhe quartering.
(7) Penyajian Data
Data hasil analisis komposisi jenis sampah ditampilkan dalam bentuk
43 pemahaman terhadap hasil yang ditampilkan. Hasil analisis disimpulkan
sebagai dasar pertimbangan untuk menghitung emisi dan juga
membangun kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca yang berasal
dari TPA. Hasil survey juga dimanfaatkan untuk masukan bagi
membangun kebijakan pengelolaan limbah padat perkotaan bagi Dinas
Kebersihan Kota Medan dan juga Kota Stabat.
b. Sampel dan Pengujian Kandungan Kering Sampah
(1) Penentuan Sampel Kandungan Kering
Pengujian kandungan kering sampah merupakan kelanjutan dari
pengujian komposisi jenis sampah, sehingga sampel yang digunakan
berasal dari sampel pengujian komposisi sampah. Dari masing-masing
komposisi sampah diambil sampel sebanyak 5 (lima) kilogram untuk
pengujian kandungan kering di laboratorium. Sampel jenis sampah yang
memiliki berat kurang dari lima kilogram, langsung dijadikan sampel
untuk pengujian kandungan kering. Sampel yang beratnya lebih dari lima
kilogram dikurangi dengan cara melakukan Quartering. Perlakuan
quartering dimaksudkan untuk mendapatkan sampel yang lebih
representatif bagi pengujian kandungan kering. Perlakuan quartering
yang dilakukan di TPA dan juga dilaboratorium adalah dengan cara
sebagai berikut:
(i) Sampel yang memiliki berat lebih dari lima kilogram diaduk
sehingga relatif homogen.
(ii) Adukan sampah dibagi atas empat bahagian. Dua bahagian dipilih
44
berulang, sehingga diperoleh berat sampel mencapai lima kilogram,
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup rapat untuk
dibawa ke laboratorium.
(iii)Proses quartering dilakukan kembali di laboratorium untuk
mendapatkan sample sampah seberat 1 (satu) kilogram. Sampel
diperkecil ukurannya menggunakan parang dan gunting dan diaduk
hingga homogen. Sebagian dari sampel (± 400 gram) yang sudah
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam cawan ceramic atau
alluminium tray untuk pengujian kandungan bahan kering.
(2) Pengujian Kandungan kering
Pengujian kandungan kering dilakukan dengan melepaskan kandungan air
dari dalam sampah, sehingga diketahui kandungan kadar keringnya.
Perlakuan melepaskan kandungan air dilakukan dengan cara memanaskan
sampel dalam oven atau meletakkan sampel dalam wadahnya pada ruang
terbuka. Kegiatan percobaan mendapatkan nilai kandungan kadar kering Gambar 14 : Prinsip perlakuan quartering untuk mendapatkan berat sampel 5
kg yang akan dijadikan populasi sampel untuk pengujian kandungan bahan kering di laboratorium.
45 dari sampah dilakukan pada Laboratorium Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Sumatera Utara. Prosedur untuk memperoleh kandungan kadar
kering dilakukan dengan menggunakan tiga methode yaitu:
(i) Pengeringan dalam oven pada temperatur 1050C
Wadah sampel dalam bentuk cawan keramik ditimbang berat
kosongnya. Sampel dimasukkan ke dalam cawan keramik dan
kemudian ditimbang kembali untuk menentukan berat sampel.Untuk
satu jenis sampah digunakan tiga buah cawan sampel. Nilai
kandungan bahan kering ditentukan dari berat rata-rata sampel kering
dari tiga buah cawan yang dipanaskan dalam oven.
Sampel dipanaskan pada temperatur 1050C. Pemanasan awal
dilakukan selama dua jam, kemudian dilakukan pengukuran
perubahan berat sampel. Selama proses pemanasan berikutnya
dilakukan pengukuran terhadap perubahan berat sampel setiap satu
jam. Pemanasan dihentikan setelah berat sampel menjadi stabil.
Kandungan air yang dilepas dari sampel dihitung dari berat air dalam
sampah per berat sampah basah. Kandungan bahan kering (% berat)
adalah 100% dikurangi kandungan air (% berat).
(ii) Pengeringan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari
Sampel dimasukkan ke dalam wadah aluminium yang telah ditimbang
beratnya. Sampel dan wadah aluminium ditimbang kembali untuk
mengetahui berat sampel yang akan dikeringkan. Sampel dimasukkan
ke dalam oven dan kemudian dipanaskan pada temperatur 850C
46 pemanasan dua jam. Pengukuran untuk menentukan penurunan berat
sampel berikutnya dilakukan setiap delapan jam. Penentuan
kandungan air yang dilepas dari sampel dihitung dari berat awal
wadah aluiminium dan sampel dikurangi dengan berat wadah dan
sampelnya setelah dipanaskan.
(iii) Pengeringan di ruangan terbuka pada temperatur ruangan.
Sampel dimasukkan kedalam wadah aluminium yang sudah ditimbang
beratnya, kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui berat
sampel yang dimasukkan. Sampel diletakkan di tempat udara terbuka.
Pengukuran berat sampel dilakukan setiap hari selama dua puluh hari
kalender proses pengeringan. Selama proses pengeringan dilakukan
poencatatan terhadap kelembaban udara (Rh) dan temperatur ruangan
(T). Hasil pengukuran dicatat dan dalam bentuk tabel sebagai hasil
dari proses pengujian kandungan kadar kering sampah.
4. Pengolahan dan Analysis Data
Data komposisi sampah untuk masing-masing lokasi survey serta waktu survey
dibuat dalam tabel kandungan kadar kering sampah. Pengolahan data dilakukan
dengan membuat perbandingan dari data yang diperoleh dan dikaitkan dengan
komposisi jenis sampahnya. Masing-masing hasil perbandingan ditampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik sehingga memudahkan pembacaan hasil
penyajiannya. Kandungan kadar kering sampah dari bahan organik merupakan
bahan yang berpotensi untuk menghasilkan emisi gas rumah kaca. Makin tinggi
kandungan kadar kering bahan organik, maka makin tinggi potensinya untuk
47 IV. HASIL DAN ANALISIS
1. Jadwal Pelaksanaan Survey
Survey komposisi sampah serta pengujian kandungan bahan kering sampah
merupakan rangkaian kegiatan pengambilan data pendukung, persiapan lapangan
dan pelaksanaan survey yang dilakukan mengikuti jadwal sebagaimana terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 5 : Jadwal pelaksanaan survey komposisi serta kandungan bahan kering sampah
No Kegiatan Tanggal Lokasi
1. Pengumpulan Data Pendukung dan
Persiapan Lapangan 10-17 Oktober 2011 Medan- Stabat
2. Uji Coba Survey Komposisi
Sampah 18 Oktober 2011 Namo Bintang
3. Survey Komposisi Sampah 19 Oktober 2011 Namo Bintang
4. Survey Komposisi Sampah 20 Oktober 2011 Kwala Bingai
5.
Pengujian Kandungan Bahan Kering 21-24 Oktober 2011 Laboratorium BLH
6. Pengambilan Data Koreksi Sampah 1 November 2011 Namo Bintang
8 Persiapan Lapangan Survey Kedua 8-10 Desember 2011 Medan- Stabat
7. Survey Komposisi Sampah 12 Desember 2011 Kwala Bingai
8. Survey Komposisi Sampah 13 Desember 2011 Namo Bintang
9. Pengujian Kandungan Bahan Kering
14 Desember 2011 s.d 15 Januari 2012
Laboratorium BLH
a. Pengambilan Data Pendukung dan Persiapan Lapangan
Data pendukung yang diperlukan untuk kegiatan survey mencakup lokasi
48 dan prasarana TPA, wilayah pelayanan serta sistem pelayanan sampah oleh
pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Kabupaten Langkat. Pengambilan
data pendukung dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung ke Dinas
Kebersihan Kota Medan dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Langkat. Kunjungan juga dimaksudkan untuk menyampaikan rencana teknis
pelaksanaan survey, dan sekaligus permintaan dukungan secara administatif
terhadap rencana kegiatan survey dari pihak Pemerintah Kota Medan dan
Pemerintah Kabupaten Langkat.
Persiapan lapangan terutama ditujukan untuk penentuan lokasi penelitian dan
pendirian tenda lapangan serta penyediaan tenaga lapangan untuk kegiatan
survey. Tenaga lapangan diperlukan untuk mengambil sampah dan juga
melakukan pemilahan serta pengukuran volume dan berat sampah.
Pelaksanaan survey melibatkan 10 (sepuluh) orang tenaga lapangan, sehingga
untuk 4 (empat) kali survey telah melibatkan 40 (empat puluh) orang tenaga
lapangan yang merupakan tenaga pemulung pada TPA setempat. Pekerja
lapangan unutk pemilahan khusus sampah pasar juga melibatkan sepuluh
orang tenaga kerja. Selain pekerja lapangan juga dibutuhkan keterlibatan
mandor TPA dan seorang stafnya untuk pemasangan dan pengawasan
terhadap peralatan yang digunakan seperti tenda, kotak besi, kotak kayu dan
lain-lain.
b. Pelaksanaan Survey Komposisi Sampah
Pelaksanaan survey komposisi sampah pada lokasi TPA dilakukan sebanyak
empat kali dalam jangka waktu bulan Oktober dan Desember. Survey
49 TPA Kwala Bingai Stabat. Perbedaan waktu ini dimaksudkan untuk
mendapatkan perbedaan hasil survey yang mewakili musim hujan dan musim
kering. Uji coba survey dilakukan di Namo Bintang dengan melibatkan staf
BLH dan juga diikuti oleh Kepala BLH Provinsi Sumatera Utara DR. Ir. Hj.
Wan Hidayati, M.Si. Pada pelaksanaan survey kedua (13 Desember 2011) di
Namo Bintang, juga dilakukan survey untuk melihat porsi komposisi sampah
pasar terhadap komposisi sampah kota Medan. Setiap kegiatan Survey
Komposisi Sampah melibatkan langsung Hiroyuki Ueda dan Jun Marukawa
dari JICA serta Rias dari ITB.
c. Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah
Pengujian kandungan bahan kering dilakukan pada laboratorium BLH
Provinsi Sumatera Utara. Prosedur pengujian mengikuti pedoman teknis
yang telah ditentukan sesuai dengan pedoman The Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC) tahun 2006 dengan supervisor dari ITB dan juga
mengikuti arahan dari Kosuke Kawai, Ph.D dari Center for Material Cycles
and Waste Management Research National Institute for Environmental
Studies (NIES) Japan.
2. Lokasi Survey Komposisi Sampah
Lokasi survey komposisi sampah dilakukan pada dua TPA yang dianggap telah
mewakili kota yang sampahnya ditangani oleh pemerintah kota/kabupaten. JICA
menetapkan lokasi penelitian yaitu TPA Namo Bintang Medan dan TPA Kwala
50 a. TPA Namo Bintang
TPA Namo Bintang terletak ± 15 km di sebelah Selatan kota Medan dengan
kontour bergelombang dan fungsi lahan di sekitarnya adalah sebagai lahan
pertanian. Metode open dumping yang diterapkan pada lahan TPA
menyebabkan hampir seluruh lahan seluas ± 17,6 Ha yang dahulunya
merupakan lembah telah dipenuhi sampah dengan ketinggian ± 30 meter.
Secara teknis TPA Namo Bintang tidak dilengkapi dengan sistem
pengelolaan leachate dan penanganan gas. Air limpasan hujan yang mencuci
timbunan sampah akhirnya menjadi aliran air permukaan dengan membawa
berbagai kandungan zat pencemar. Proses penguraian sampah terjadi secara
aerobik maupun anaerob. Proses penguraian sampah secara anaerob yang
melepaskan gas CH4 ke udara dengan volume yang selama ini tidak pernah
terukur.
51 b. TPA Kwala Bingai
TPA Kwala Bingai seluas 2,5 Ha menggunakan methode Open Dumping dan
tidak ada sistem pengolahan terhadap gas methane yang timbul akibat
terjadinya proses penguraian secara anaerob. TPA Kwala Bingai berada di
tengah lahan perkebunan kelapa sawit dan jauh dari pemukiman penduduk.
3. Kondisi Pengelolaan Sampah Medan
Untuk menampung sampah aktivitas warga kota, Pemerintah Kota Medan telah
mengoperasikan TPA Terjun - Marelan dan TPA Namo Bintang. TPA Namo
Bintang untuk menampung sampah warga kota yang bermukim di arah Selatan
Kota Medan dan TPA Terjun untuk aktivitas warga di sebelah Utara. Kedua TPA
ini dioperasikan secara bersama, kecuali untuk hal tertentu hanya satu TPA yang
dioperasikan menampung seluruh sampah dalam wilayah Kota Medan. TPA
Namo Bintang mencatat volume sampah yang masuk berdasarkan type dan Gambar 17: Lahan TPA Kwala Bingai yang terletak di tengah lahan perkebunan kelapa
52 volume kendaraan, sedangkan TPA Terjun difasilitasi dengan timbangan pencatat
berat kendaraan pengangkut sampah yang masuk.
Dinas Kebersihan Kota Medan telah mendistribusikan kendaraan pengangkut
sampah untuk kedua TPA tersebut yaitu 9 Kontainer dan 63 Typper untuk TPA
Terjun, dan 4 Arm Roll, 8 Container serta 97 Typper untuk TPA Namo Bintang.
Muatan sampah untuk Jenis Typper adalah ± 2,5 ton dan jenis Kontainer adalah
± 3,5 ton. Berdasarkan Data Dinas Kebersihan Kota Medan tahun 2011, jumlah
sampah yang masuk ke serta jumlah kendaraan yang dioperasikan ke TPA Terjun
adalah sebagai tabel berikut:
Tabel 6: Kondisi Kerja TPA Terjun Marelan 2011
No. Bulan Jumlah
1. Januari 57 4.991 12.432.004 2.491 401.032
2. Februari 63 4.506 10.698.452 2.374 382.088
3. Maret 63 4.927 12.327.511 2.502 397.662
4. April 63 4.968 13.411.354 2.700 447.045
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Medan (TPA Terjun) 2011
Data menunjukkan bahwa TPA Terjun Marelan rata-rata hariannya menerima
53 September dengan jumlah sampah yang masuk 25.712.076 ton. Dinas Kebersihan
Medan pada bulan September mengoperasikan 157 unit kendaraan pengangkut
sampah ke TPA Marelan dengan jumlah trip 8.912, rata-rata setiap kendaraan
beroperasi 1,8 trip perhari. Volume sampah yang ditampung TPA Marelan setiap
hari adalah 857 ton.. Pada kondisi ini diperoleh fakta bahwa rata-rata setiap trip
kendaraan pengangkut sampah membawa 2.885 Kg sampah. Kendaraan yang
dioperasikan mencapai 86,7% dari jumlah total kendaraan pengangkut sampah
yang terdaftar sebagai asset Pemerintah Kota Medan.
Bila diperkirakan produksi sampah kota Medan sekitar 1200 ton perhari, maka
pada saat kondisi operasi kendaraan pengangkut sampah mencapai 86,7%,
sampah yang terangkut hanyalah 71,41%. Sebagian sampah yang tidak terangkut
akan bertebar di jalan, masuk dalam selokan atau menyebarkan bau busuk pada
lingkungan. Berdasarkan informasi yang diterima dari petugas lapangan,
penyebab terjadinya lonjakan beban sampah di TPA Terjun karena TPA Namo
Bintang tidak beroperasi akibat alat beratnya mengalami kerusakan.
Pada bulan Oktober TPA Namo Bintang beroperasi dengan 112 unit kendaraan
pengangkut. TPA Terjun menerima sampah yang diangkut oleh 63 unit kendaraan
pengangkut. Pada bulan Oktober kendaraan pengangkut truk yang dioperasikan
Pemerintah kota Medan adalah 175 unit. Pada bulan November dan Desember
alat berat di TPA Namo Bintang mengalami kerusakan. Beban sampah kota
Medan dikirim ke TPA Terjun dengan mengoperasikan kendaraan pengangkut
sebanyak 150 unit pada November dan 147 unit pada Desember. Jumlah
pengangkutan adalah 7.826 trip untuk November dan 5.837 trip pada Desember.
54 November dan 662 ton pada Desember. Data ini menunjukkan bahwa sebagian
daerah tidak terlayani dengan baik dengan konsekwensinya wilayah kota menjadi
kumuh dan sampah bersebaran di sembarang tempat tertentu.
4. Survey Komposisi Sampah
a. Sumber Sampah dan Volume Sampel
Pelaksanaan Survey Komposisi Sampah di Namo Bintang menggunakan
methode yang sama dengan survey di Kwala Bingai. Sampel yang diambil
berasal dari tiap kendaraan pengangkut dan dianggap mewakili daerah
pelayanannya. Volume sampel yang diambil pada masing-masing TPA
adalah 1000 liter. Sampel yanag diambil dari masing-masing truk ini
proporsional dengan jumlah kendaraan pengangkut sampah yang datang ke
55 wilayah pelayanannya untuk TPA Namo Bintang dan TPA Kwala Bingai
adalah sebagai terlihat pada tabel berikut:
\Tabel 7 : Volume sampel dari kendaraan pengangkut sampah ke TPA Namo Bintang – Medan yang mewakili wilayah sumbernya.
NO. JENIS
KENDARAAN NOMOR POLISI
VOLUME
SAMPEL ASAL DAERAH KELURAHAN
56
NO. JENIS
KENDARAAN NOMOR POLISI
VOLUME
SAMPEL ASAL DAERAH KELURAHAN
23 Typper BK 8183 J 20 L Medan Kota Pasar Merah