• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Komponen Rumah Dan Jarak Rumah Terhadap Kadar SO2 Dalam Rumah Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Komponen Rumah Dan Jarak Rumah Terhadap Kadar SO2 Dalam Rumah Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN RUMAH DAN JARAK RUMAH TERHADAP KADAR SO2

TAHUN 2012

DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) NAMO BINTANG KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN

DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 081000160

SHINTA DEWI PUTRI SINAGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTRAK

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) mempunyai fungsi yang sangat penting, akan tetapi dapat menimbulkan dampak menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini disebabkan oleh tumpukan sampah yang menghasilkan berbagai polutan salah satunya gas SO2

Jenis penelitian ini adalah survei bersifat analitik dengan rancangan penelitian

cross-sectional dan sebagai populasi adalah seluruh rumah penduduk yang berlokasi di Dusun III

Desa Baru. Besar sampel yang diambil adalah 32 rumah dengan cara Simple Random

Sampling.

(Sulfur

dioksida) yang dapat menimbulkan pencemaran udara, baik dalam ruang rumah maupun di

luar ruang rumah.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara komponen rumah, dan jarak rumah terhadap kadar SO2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara komponen rumah yang mencakup langit-langit rumah, jendela rumah, jendela ruang keluarga dan tamu, ventilasi, dan sarana pembuangan asap dapur dengan kadar SO

dalam rumah.

2, masing-masing dengan nilai

p = 0,848; 0,234; 0,081; 0,792; dan 0,206. Konstruksi dinding rumah menunjukkan ada hubungan dengan kadar SO2 yaitu nilai p = 0,034. Tidak ada hubungan antara jarak rumah

dengan kadar SO2

Untuk itu perlu adanya perhatian dari masyarakat dan pemerintah dalam peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai komponen rumah yang memenuhi syarat melalui penyuluhan dan perbaikan komponen rumah agar terhindar dari pencemaran udara.

dengan nilai p = 0,994.

Kata kunci : Komponen Rumah, Jarak, SO2

(4)

ABSTRACT

Final disposal waste has a very important function, but it potentially caused environment degradations. It is caused by a pile of garbage producing a variety of pollutans

that could cause air pollution such as SO2

This research was an analytic survey with a cross-sectional study design and the population was entire houses locating in Dusun III Desa Baru. The sample size taken was 32 houses, drawn by simple random sampling method.

(Sulfur dioxide), either inside or out side the house around landfill side.

The aim of this study was determine the relationship between the component of the

house, and the distance between house of SO2

The results showed that there wasn’t relationship between the components that include ceiling, windows home, family and guest room windows, vents, and disposal facilities kitchen smoke while SO

in the house.

2 levels, with p value =0,848; 0,234; 0,081; 0,792; and 0,206.

Construction of the walls of the house showed was relationship with SO2 levels, with p

=0,034. There was no relationship between the distance between home and SO2

For that, it is needed an attention of the public and government to increase public knowledge about the components of a qualified home through health promotion and improvement of the components in order to avoid air pollution.

levels with p = 0,994.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Shinta Dewi Putri Sinaga Tempat/ Tanggal Lahir : Tarutung/ 05 November 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan Jumlah Bersaudara : 6 Orang

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. Roso, Taman Marindal Mas, No 7-C, Kec. Patumbak, Kab. Deli Sedang

Riwayat Pendidikan : 1. SD Santa Maria Tarutung (1996-2002) 2. SLTP Santa Maria Tarutung (2002-2004) 3. SLTP Budi Murni 1 Medan (2004-2005) 4. SMU Budi Murni 1 Medan (2005-2008) 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Komponen Rumah Dan Jarak Rumah Terhadap Kadar SO2

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Dalam Rumah Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

1. Dr. NDrs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Ir. Evi Naria, M. Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan.

3. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. dr. Surya Dharma, MPH selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan dan saran serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Dra. Irna Marsaulina, MS selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan bimbingan dan saran serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. Ir. Indra Chahaya, MSi selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan bimbingan dan saran serta masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

(7)

8. Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Kepala Desa Baru yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

10.Staf Yayasan Leuser International (Bapak Tarmizi, Abang Eka) yang bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11.Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan - Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Kota Medan dan seluruh staf yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

12.Teristimewa untuk orang tua tercinta, Bapak (Marudut P. Sinaga, S.Ip) dan Mama (Wanda M. Simanjuntak) serta Abang-abang saya yang terkasih (dr. Marulam OFP Sinaga, Herberth S. Sinaga, S.Pd, Ricardo Sinaga, Amd), Kakak saya tersayang (Maria I.S. Sinaga, S.Kom) dan Adik saya Arjuna Sinaga yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama ini.

13.Untuk teman-teman seperjuangan (Jeffry Manurung, SKM, Vita Tinambunan, SKM, Vonny Sinuraya, SKM, Vitry Pardede, SKM, Octo Simangunsong, SKM, Rindika Siregar, Fiesta Sitorus, Dwisyahputra HutaGalung, Vina Rahayu, Yogie Simanungkalit), Tim Edukasi Merdeka (Evia, Sailent, Pispa, Andri, Arnold, Frangky, Raja, Frans, Jakob). Terima kasih untuk dukungan serta doanya.

(8)

Ikatan Kesehatan Lingkungan (IMAKEL) FKM USU, para senior dan adik-adik di FKM USU yang selalu memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2012 Penulis

NIM. 081000160

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS... iv

KATA PENGANTAR ... v (Sulfur dioksida)Terhadap Lingkungan ... 25

2 2.11. Kerangka Konsep ... 28

(Sulfur dioksida)Terhadap Kesehatan ... 26

(10)

3.4. Populasi dan Sampel ... 31

dengan Pararosanilin ... 35

(11)

Dengan Kadar SO2

4.7. Hubungan Jarak Rumah dengan Kadar SO

(Sulfur dioksida) Dalam Rumah ... 54

2 BAB V PEMBAHASAN ... 56

(Sulfur dioksida) Dalam Rumah ... 55

5.1. Observasi Komponen Rumah ... 56

5.2. Hasil Pengukuran Jarak Rumah Dari Tempat Pembungan (TPA) Sampah Namo Bintang Tahun 2012 ... 58

5.3. Hasil Pengukuran SO2 5.4. Hubungan Komponen Rumah Dengan Kadar SO (Sulfur dioksida) Dalam Rumah ... 59

2 (Sulfur dioksida) Dalam Rumah ... 60

5.5. Hubungan Jarak Rumah Dengan Kadar SO2 Dalam Rumah ... 62

(Sulfur dioksida) BABVI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran ... 65

(12)

DAFTAR TABEL Tabel 4.2. Keadaan Langit-langit Rumah Penduduk Dusun III

Desa Baru Tahun 2012... 42 Tabel 4.3. Keadaan Dinding Rumah Penduduk Dusun III Desa Baru

Tahun 2012 ... 43 Tabel 4.4. Keadaan Jendela Ruang Keluarga dan Tamu Rumah Penduduk

Dusun III Desa Baru Tahun 2012 ... 44 Tabel 4.5. Keadaan Jendela Kamar Tidur Rumah Penduduk Dusun III

Desa Baru Tahun 2012... 44 Tabel 4.6. Keadaan Ventilasi Rumah Penduduk Dusun III Desa Baru

Tahun 2012 ... 45 Tabel 4.7. Keadaan Sarana Pembuangan Asap Dapur Penduduk Dusun III

Desa Baru Tahun 2012... 45 Tabel 4.8. Pengukuran Jarak Rumah di Dusun III Desa Baru Dari

Tempat Pembuangan Akhir Namo Bintang Tahun 2012 ... 47 Tabel 4.9. Distribusi Hasil Pengukuran Jarak Rumah Dari Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Dusun III Desa Baru

Tahun 2012 ... 48 Tabel 4.10. Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Dusun III

Desa Baru Tahun 2012... 48 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara

Dalam Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPA)

Sampah di Dusun III Desa Baru Tahun 2012 ... 49 Tabel 4.12. Pengukuran SO2

Desa Baru Tahun 2012... 50

(Sulfur dioksida) Dalam Rumah di Dusun III

Tabel 4.13. Hubungan Langit-langit Rumah Dengan Kadar SO2

di Dusun III Desa Baru Tahun 2012 ... 50 Dalam Rumah

Tabel 4.14. Hubungan Dinding Rumah Dengan Kadar SO2

(13)

Tabel 4.15. Hubungan Jendela Kamar Tidur Rumah Dengan Kadar SO

Dalam Rumah di Dusun III Desa Baru Tahun 2012 ... 52

2

Tabel 4.16. Hubungan Jendela Ruang Keluarga Dan Tamu Rumah Dengan Kadar SO2

Tahun 2012 ... 53 Dalam Rumah di Dusun III Desa Baru

Tabel 4.17. Hubungan Ventilasi Rumah Dengan Kadar SO2

di Dusun III Desa Baru Tahun 2012 ... 53 Dalam Rumah

Tabel 4.18. Hubungan Sarana Pembuangan Asap Dapur Rumah Dengan Kadar SO2

Tahun 2012 ... 54 Dalam Rumah di Dusun III Desa Baru

Tabel 4.19. Korelasi Spearman Variabel Jarak Rumah Dengan TPA Terhadap Kadar SO2

(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Permenkes No.1077 Tahun 2011

Lampiran 2. Lembar Observasi Penelitian

Lampiran 3. Hasil Pengukuran SO2 (Sulfur dioksida) Dalam Rumah

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Jarak Rumah Penduduk Dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Namo Bintang

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah Lampiran 6. Peta Titik Pengukuran

Lampiran 7. Peta Desa Baru

Lampiran 8. Prosedur Penggunaan GPS Map 76CSx Lampiran 9. Master Data

Lampiran 10. Output SPSS

Lampiran 11. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

(15)

ABSTRAK

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) mempunyai fungsi yang sangat penting, akan tetapi dapat menimbulkan dampak menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini disebabkan oleh tumpukan sampah yang menghasilkan berbagai polutan salah satunya gas SO2

Jenis penelitian ini adalah survei bersifat analitik dengan rancangan penelitian

cross-sectional dan sebagai populasi adalah seluruh rumah penduduk yang berlokasi di Dusun III

Desa Baru. Besar sampel yang diambil adalah 32 rumah dengan cara Simple Random

Sampling.

(Sulfur

dioksida) yang dapat menimbulkan pencemaran udara, baik dalam ruang rumah maupun di

luar ruang rumah.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara komponen rumah, dan jarak rumah terhadap kadar SO2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara komponen rumah yang mencakup langit-langit rumah, jendela rumah, jendela ruang keluarga dan tamu, ventilasi, dan sarana pembuangan asap dapur dengan kadar SO

dalam rumah.

2, masing-masing dengan nilai

p = 0,848; 0,234; 0,081; 0,792; dan 0,206. Konstruksi dinding rumah menunjukkan ada hubungan dengan kadar SO2 yaitu nilai p = 0,034. Tidak ada hubungan antara jarak rumah

dengan kadar SO2

Untuk itu perlu adanya perhatian dari masyarakat dan pemerintah dalam peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai komponen rumah yang memenuhi syarat melalui penyuluhan dan perbaikan komponen rumah agar terhindar dari pencemaran udara.

dengan nilai p = 0,994.

Kata kunci : Komponen Rumah, Jarak, SO2

(16)

ABSTRACT

Final disposal waste has a very important function, but it potentially caused environment degradations. It is caused by a pile of garbage producing a variety of pollutans

that could cause air pollution such as SO2

This research was an analytic survey with a cross-sectional study design and the population was entire houses locating in Dusun III Desa Baru. The sample size taken was 32 houses, drawn by simple random sampling method.

(Sulfur dioxide), either inside or out side the house around landfill side.

The aim of this study was determine the relationship between the component of the

house, and the distance between house of SO2

The results showed that there wasn’t relationship between the components that include ceiling, windows home, family and guest room windows, vents, and disposal facilities kitchen smoke while SO

in the house.

2 levels, with p value =0,848; 0,234; 0,081; 0,792; and 0,206.

Construction of the walls of the house showed was relationship with SO2 levels, with p

=0,034. There was no relationship between the distance between home and SO2

For that, it is needed an attention of the public and government to increase public knowledge about the components of a qualified home through health promotion and improvement of the components in order to avoid air pollution.

levels with p = 0,994.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 yaitu melalui upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setingggi-tingginya. Dalam Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dinyatakan bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi mahluk hidup lainnya.

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Udara adalah penggabungan dari beberapa macam gas yang cenderung mengalami pencemaran, akan tetapi pada batas-batas tertentu alam mampu membersihkan udara dengan cara membentuk suatu keseimbangan ekosistem. Ketika pencemaran yang terjadi tidak mampu dibersihkan oleh alam sebagaimana biasanya maka pencemaran tersebut akan membahayakan kesehatan manusia dan memberikan dampak yang besar terhadap fauna, flora,dan ekosistem yang ada (Chandra, 2007).

(18)

yang rendah jumlahnya cukup banyak, dan untuk mengatasi kebutuhan perumahan, mereka cenderung tinggal di daerah pinggiran, termasuk masyarakat umum dan pemulung yang bermukim di sekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS).

Tempat pembuangan akhir sampah mempunyai fungsi yang sangat penting, namun dapat menimbulkan dampak yaitu menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan karena tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Pemukiman yang ada disekitar TPAS sangat beresiko bagi kesehatan penghuninya. Pembusukan sampah akan menghasilkan antara lain gas metana (C�4), gas amonia (N�3),

dan gas hidrogen sulfida (�2S) yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun �2S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima; jadi, penumpukan sampah yang membusuk tidak dapat dibenarkan (Soemirat, 2004).

Proses akhir dari rangkaian penanganan sampah biasa dijumpai di Indonesia adalah dilaksanakan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Pada umumnya pemerosesan akhir sampah yang dilaksanakan di TPAS sebagian besar dilaksanakan dengan open dumping, yang mengakibatkan permasalahan lingkungan, seperti pencemaran udara akibat gas, bau, dan debu. Ketiadaan tanah penutup akan menyebabkan polusi udara tidak teredam. Produksi gas yang timbul dari degradasi materi sampah akan menyebabkan bau yang tidak sedap dan juga ditambah dengan debu yang beterbangan (Siregar, 2011).

Tercemarnya udara disekitar TPAS menyebabkan kesehatan lingkungan terganggu, termasuk kualitas udara dalam rumah yang berada disekitar TPAS terutama meningkatnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Data dari Puskesmas Pancur Batu menyatakan bahwa penyakit ISPA dengan jumlah kasus sebanyak 15.093 berada diurutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak selama tahun 2009 (Siregar, 2011).

(19)

Akhir Sampah Namo Bintang ditemukan bahwa asam sulfide (�2S) telah melewati baku mutu yaitu senilai 0,025 ppm dan 0,022 ppm. Apabila dilihat dari Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan batas yang diperbolehkan adalah 0,02 ppm.

Hasil penelitian kadar SO2 di TPA Namo Bintang (Siregar, 2011), ditemukan ternyata

kadar Sulfur dioksida (SO2

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di tempat pembuangan akhir sampah Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu diketahui bahwa TPA Namo Bintang berada dekat dengan perumahan penduduk. Lokasi TPA Namo Bintang yang berada disekitar perumahan penduduk sangat berpeluang menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, diantaranya pencemaran udara di luar dan di dalam rumah. Hal ini kemungkinan bisa terjadi akibat pengolahan sampah di TPA Namo Bintang yang menggunakan sistem open dumping

(penumpukan).

) melebihi syarat baku mutu udara ambien yang ditetapkan oleh PP No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 1199,29 µg/�3 dengan syarat baku mutu udara ambien adalah sebesar ≤ 900 µg/�3 sedangkan kadar polutan yang lain belum melebihi syarat baku mutu ambien.

Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik melakukan penelitian di TPA Namo Bintang, untuk mengetahui apakah ada hubungan antara komponen rumah, dan jarak rumah terhadap kadar SO2

1.2.Perumusan Masalah

dalam rumah disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah tersebut.

(20)

TPA Namo Bintang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mencari hubungan antara komponen rumah dan jarak rumah terhadap kadar SO2

Adapun yang menjadi masalah di dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kualitas fisik rumah yaitu komponen rumah, dan jarak rumah terhadap kadar SO

dalam rumah.

2

1.3.Tujuan Penelitian

dalam rumah dalam rumah di sekitar TPA tersebut.

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara komponen rumah, dan jarak rumah terhadap kadar SO2

1.3.2.Tujuan Khusus dalam rumah.

1. Untuk mengetahui kualitas komponen rumah pada perumahan yang berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui jarak rumah dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui kualitas fisik udara dalam rumah yang berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

4. Untuk mengetahui kadar SO2

5. Untuk mengetahui hubungan jarak rumah dengan kadar SO

(Sulfur dioksida) dalam rumah yang berada disekitar

Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2 (Sulfur dioksida) dalam

(21)

6. Untuk mengetahui hubungan komponen rumah (langit-langit, konstruksi dinding, jendela kamar, jendela ruang keluarga dan tamu, ventilasi dan sarana pembuangan asap dapur) dengan kadar SO2

1.4. Manfaat Penelitian

(Sulfur dioksida) dalam rumah disekitar Tempat Pembuangan Akhir

Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1. Sebagai masukan bagi Pemerintahan Kota dalam program pengelolaan sampah di TPA Namo Bintang.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai kadar SO2

3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan kesehatan lingkungan khususnya mengenai kualitas udara pada pemukiman TPA dan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya.

(Sulfur dioksida) pada

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perumahan dan Lingkungan

Kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan tempat bermain anak-anak, sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan, dan pusat kesehatan masyarakat, serta harus bebas banjir merupakan standar perumahan yang baik. Pada dasarnya standar arsitektur bangunan untuk perumahan umum (public housing) ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal agar dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan (Chandra, 2007).

Lingkungan perumahan memiliki beberapa variabel diantaranya: ventilasi, jenis dinding, lantai, sumber air, sumber penerangan, saluran pembuangan air, cara pembuangan sampah, dan lain-lain. Variabel-variabel lingkungan rumah tersebut harus memiliki kualitas standar yang didasarkan atas penilaian mutu mateial yang digunakan serta cara dan bentuk penggunaannya.

2.2.Persyaratan Rumah Sehat

Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di dalam rumah, lingkungan rumah dan perumahan dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi penghuninya. Ketentuan teknis kesehatan yang harus dipenuhi untuk melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan merupakan persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman.

(23)

umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lainnya di kawasan perkotaan atau di kawasan perdesaan.

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut:

1. Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya.

b. Tidak terletak pada daerah bekas pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang.

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut:

a. Gas H2S dan NH3

b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg sampai maksimal 150 µg/�3; secara biologis tidak terdeteksi;

c. Gas SO2

d. Debu maksimum 350 ��3/�2 per hari. maksimum sebesar 0,10 ppm;

3. Kebisingan dan getaran

a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 50 dB. A; b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.

(24)

c. Kandungan Kadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg; d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg. 5. Prasarana dan sarana lingkungan

a. Memiliki taman untuk bermain anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan;

b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit; c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak menggangu

kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata;

d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan;

e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persayaratan kesehatan;

f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan;

g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat kerja, tempat hiburan, kesnian, dan lain sebagainya;

h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;

i. Tempat pengolahan makana ( TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6. Vektor penyakit

(25)

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan, dan kelestarian alam.

Selain makanan dan pakaian, rumah menjadi salah satu kebutuhan minimal manusia. Rumah juga dapat melindungi manusia dari cuaca seperti panas, dingin, hujan, dan angin. Selain kebutuhan-kebutuhan standar di atas, rumah juga merupakan tempat dimana suatu keluarga hidup, bersosialisasi satu dengan yang lain dan melakukan pola hidup dan perilaku keluarga. Kehidupan manusia yang dalam sehari dihitung 24 jam, lebih dari 50% waktu tersebut dihabiskan di dalam rumah. (Aulia, 2008).

Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment dari WHO (1974), antara lain (Chandra, 2007) :

1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat istirahat. 2. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan kamar mandi. 3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.

5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.

6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Dalam penilaian rumah sehat menurut Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal PPM & PL Tahun 2002 yang menjadi parameter rumah yang dinilai diantaranya adalah: 1. Kelompok komponen rumah, meliputi:

a. Langit-langit b. Dinding c. Lantai

d. Jendela kamar tidur

(26)

f. Ventilasi

g. Sarana pembuangan asap dapur h. Pencahayaan

2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi: a. Sarana air bersih

b. Sarana pembuangan kotoran c. Sarana pembuangan air limbah d. Sarana pembuangan sampah 3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi:

a. Membuka jendela kamar tidur b. Membuka jendela ruang keluarga c. Membersihkan rumah dan halaman

d. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban e. Membuang sampah pada tempat sampah 2.3.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

TPA Namo Bintang adalah salah satu areal tempat pembuangan akhir sampah sebagian Kota Medan dan daerah sekitarnya yang terletak di ujung sebelah Timur Dusun II Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. TPA ini juga berbatasan dan memiliki jarak yang cukup dekat dengan Desa Baru Dusun III. Luas dari TPA Namo Bintang adalah ± 16,8 ��2. Sejak dioperasikan pemakaiannya pada tanggal 15 Juli

1987 oleh petugas Dinas Kebersihan Kota Medan dengan volume sampah 3.180 �3 per hari dan pengelolaan dari pukul 08.00 – 17.00 WIB setiap harinya, mengakibatkan lokasi TPA Namo Bintang menjadi perbukitan yang dipenuhi sampah.

(27)

jalur yang pertama dan kedua digunakan untuk truk yang memasuki wilayah TPA sedangkan jalur yang ketiga digunakan untuk truk yang keluar dari wilayah TPA.

Disekitar lokasi TPA Namo Bintang banyak berdiri rumah-rumah penduduk, sebagian telah ada sebelum TPA tersebut berdiri. Disamping itu tampak lahan-lahan kosong yang juga akan disiapkan sebagai daerah pemukiman. Kondisi dan situasi TPA Namo Bintang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Kondisi dan Situasi TPA NAmo Bintang Tahun 2010

No Uraian Data

3. Pemilik Lahan atau Pengelola Dinas Kebersihan Kota Medan 4. Jarak Lahan :

5 km (Sungai Tuntungan) 15 km (Belawan)

7. Sistem Pemusnahan Open Dumping 8. Fasilitas Penunjang :

-Truk

Sumber : Data Dinas Kebersihan Kota Medan Tahun 2010 dikutip dari Siregar,2011 2.4.Sampah Padat

Menurut defenisi (WHO), sampah adalah segala sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut (Chandra, 2007):

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.

(28)

b. Anorganik, misalnya., logam, pecah belah, abu, dan lain-lain. 2. Berdasarkan dapat atau tidaknya terbakar.

a. Mudah terbakar, misalnya., kertas plastik, daun kering, kayu. b. Tidak mudah terbakar, misalnya., kaleng, besi, gelas, dan lain-lain. 3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

a. Mudah membusuk, misalnya., sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya. b. Sulit membusuk, misalnya., plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.

4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat,

khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.

b. Rubbish, terbagi menjadi dua :

1) Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya., kertas, kayu, karet,

daun kering, dan sebagainya.

2) Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya., kaca, kaleng,

dan sebagainya.

c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.

d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.

e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati

akibat kecelakaan atau secara alamiah.

f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya., garbage, ashes, rubbish) yang

berasal dari perumahan.

g. Abandond vehiche, berasal dari bangkai kendaraan.

(29)

Contruction waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung. Seperti tanah, batu, dan kayu.

i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.

j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat

organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.

k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan radioaktif.

2.5.Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah merupakan proses antara sebelum dilakukan pembuangan di TPA yang bersifat optimal. Tujuan dilakukan pengolahan adalah untuk memanfaatkan TPA secara lebih optimal dengan melakukan pengurangan volume, pemanfaatan kembali (daur ulang sampah), pemanfaatan energi dan pembuatan kompos. Teknik dan cara pengolahan sampah dapat dilakukan dengan beberapa metode (Sastrawijaya, 2009; Rusdi, 2010), yaitu:

1. Daur ulang (Recycling)

Salah satu teknik pengolahan sampah untuk memanfaatkan kembali benda-benda yang masih memiliki nilai ekonomis, seperti: kertas, plastik, karet, kaca/gelas, serta dapat pula mengurangi volume dan berat sampah sebelum pengolahan lebih lanjut atau di buang ke TPA.

2. Pengomposan (Composting)

Composting adalah sistem pengolahan sampah dengan memanfaatkan aktivitas

(30)

komposting menghasilkan kompos yang akan digunakan sebagai pupuk maupun penguat struktur tanah.

3. Pemadatan (Balling)

Balling merupakan sistem pengolahan sampah secara pemadatan dengan

menggunakan alat pemadat (compactor) yang dapat dilakukan di transfer station, ataupun dilokasi TPA. Sampah padat yang dihasilkan diangkut dan dibuang ke TPA dengan metode

sanitary landfill. Pembuangan sampah yang sebelumnya dilakukan proses pemadatan akan

meningkatkan kapasitas TPA karena pengurangan volume sampah serta mengurangi material tanah penutup.

4. Pembakaran (Inceneration)

Teknik ini dapat dilakukan terhadap sampah yang dapat dibakar habis. Pembakaran merupakan metode pengolahan sampah secara kimiawi dengan proses oksidasi (pembakaran) dengan maksud stabilitasi dan reduksi volume dan berat sampah. Setelah proses pembakaran akan dihasilkan abu yang volume serta beratnya jauh lebih kecil/rendah dibandingkan dengan sampah sebelumnya. Sampah yang akan dibakar harus memenuhi syarat minimum karakteristik sampah untuk pembakaran, seperti jumlah kandungan air, kadar abu, serta nilai kalornya baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan. Agar incenerator layak digunakan dan tercapai pembakaran sempurna pada suhu 800-900ºC karakteristik sampah harus mempunyai nilai kalor minimum 800 kcal/kg sehingga ekonomis karena tidak perlu menambah bahan bakar tambahan dan mengurangi tingkat pencemaran udara serta tidak menimbulkan bau.

2.6.Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)

(31)

lingkungan. Sistem pembuangan akhir (TPAS) menurut Sastrawijaya (2009) adalah sebagai berikut:

1. Sistem Open Dumping (pembuangan terbuka)

Sistem open dumping adalah sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam pembuangan sampah. Sampah hanya dibuang/ditimbun di suatu tempat tanpa adanya perlakuan khusus sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat perkembangan vektor penyakit (lalat, tikus, kecoa), menyebarkan bau, mencemari udara, air permukaan dan air tanah, bahaya kebakaran dan menimbulkan asap tebal yang berkepanjangan.

Keuntungan menggunakan sistem ini antara lain:

a. Investasi awal paling murah dibandingkan dengan sistem lainnya b. Biaya operasi rendah

c. Tidak memerlukan teknologi tinggi

d. Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan volume sampah

e. Dapat menampung berbagai jenis sampah tanpa harus disortir terlebih dahulu, kecuali sampah yang diklasifikasikan berbahaya atau beracun.

Kerugian antara lain:

a. Potensi pencemarannya sangat tinggi sehingga lokasinya harus berjauhan dari wilayah pemukiman kota.

b. Memerlukan lahan yang relatif luas. 2. Sistem Controlled Landfill

Controlled landfill adalah sistem open dumping yang telah diperbaiki atau

(32)

tidak dilakukan setiap hari, tetapi dengan periode waktu yang lebih panjang dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan adanya pencemaran, tetapi dengan biaya yang masih relatif rendah.

3. Sistem Sanitary Landfill

Pada sistem ini penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setiap hari, yaitu pada setiap akhir operasi sehingga setelah operasi berakhir tidak akan terlihat adanya timbunan sampah. Dengan cara ini pengaruh timbunan sampah terhadap lingkungan akan sangat kecil tergantung pada kondisi topografi lokasi. Sistem sanitary lanfill ini dapat dilaksanakan dengan sistem area, sistem trench, gabungan antara sistem area dan sistem

trench dan sistem progresif.

2.7.Pencemaran Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komposisi campuran gas tersebut tidak konstan. Udara yang normal merupakan campuran gas yang meliputi Nitrogen sebesar 77,5%; Oksigen sebesar 20,94%; Argon sebesar 0,93%; dan Karbon dioksida sebesar 0,032%. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali (Nugroho, 2005).

Sebagian besar udara dalam lapisan troposfer selalu berputar-putar dan terus bergerak, menjadi panas oleh sinar matahari, kemudian bergerak lagi diganti oleh udara dingin yang akan menjadi panas kembali, begitu seterusnya. Terjadinya pergerakan udara dalam lapisan troposfer adalah proses fisik yang merupakan faktor utama untuk mendeteksi iklim dan cuaca di permukaan bumi dan juga dapat mendistribusikan bahan kimia tercemar dalam lapisan troposfer (Darmono, 2001).

(33)

manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Menurut U.S. Public Health Service dalam Dara (2004), polusi udara dapat diartikan sebagai kehadiran kontaminan ataupun kombinasi dari beberapa kontaminan dalam jumlah besar dan waktu tertentu yang berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.

Keputusan Menteri Negara dan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1991 menyatakan bahwa pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan, harta benda, ekosistem, maupun iklim. Gangguan kesehatan seperti saluran pernafasan dan organ penglihatan pada umumnya adalah gangguan yang bisa terjadi akibat pencemaran udara.

Bronchitis dan emphysema adalah salah satu dampak kronis dari pencemaran uadara (Mulia,

2005).

Beberapa macam komponen pencemar udara yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara, diantaranya adalah:

1. Karbon monoksida (CO) 2. Nitrogen oksida (NOx

3. Belerang oksida (SO )

x

4. Hidrokarbon (HC) )

(34)

2.8.Penyebab Pencemaran Udara

Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu mendapatkan perhatian serius. Keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan sekitarnya sangat mempengaruhi komposisi udara terutama uap air. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh klorofil

daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet. Kegiatan yang berpotensi menaikkan

konsentrasi CO2

Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu akan tergantung pada keadaan geografis dan metereologi setempat (Whardana, 2004).

seperti pembusukan tanaman, pembakaran, atau sekumpulan massa manusia dalam ruangan terbatas yaitu karena proses pernafasan (Sunu, 2001).

Secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam, yaitu: 1. Faktor internal yang terjadi secara alamiah

a. Debu yang berterbangan akibat tiupan angin

b. Abu/debu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi, termasuk gas-gas vulkanik c. Proses pembusukan sampah organik

d. Kebakaran hutan

2. Faktor eksternal karena ulah manusia a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil b. Debu dan gas-gas akibat aktivitas industri

(35)

Tabel. 2.2. Jenis-jenis Pencemaran Udara

No. Pencemaran Udara Jenisnya

1. Menurut Bentuk 1. Gas

2. Partikel

2. Menurut Tempat 1. Ruangan (indoor)

2. Udara Bebas (outdoor) 3. Gangguan Kesehatan 1. Irritansia

2. Anestesia

Sumber: Woodwell, 1973; Tollison, 1978; Riyadi, 1982; Sitopu, Mangku; 1997 2.9.Pencemaran Udara Dalam Ruangan (Indoor Air Pollution)

Polusi tidak hanya menyerang di udara terbuka. Di dalam ruangan pun terdeteksi rawan polusi udara. Bahkan, polusi di dalam ruangan dinyatakan sebagai salah satu dari lima besar polusi yang berisiko mengancam kesehatan masyarakat modern. USA Environmental

Protection Agency (EPA), menemukan bahwa derajat polusi udara, dua sampai lima kali

lebih tinggi dibandingkan dengan polusi dalam ruangan.

Pencemaran udara ruangan berupa pencemaran udara di dalam ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung tinggi (Kastiyowati, 2001). Pengertian Indoor

Air Quality dari USA Environmental Protection Agency (EPA) adalah hasil interaksi antara

tempat, suhu, sistem gedung (baik desain asli maupun modifikasi terhadap struktur dari sistem mekanik), teknik konstruksi, sumber kontaminan (material, peralatan gedung, serta sumber dari luar) dan pekerja (Joviana, 2009).

(36)

penghuninya. Dengan demikian kualitas udara tidak bebas dalam ruangan sangat bervariasi. Apabila terdapat udara yang tidak bebas dalam ruangan maka bahan pencemar udara dalam konsentrasi yang cukup memiliki kesempatan untuk memasuki tubuh penghuninya (Keman, 2005).

2.9.1.Sumber Polutan Dalam Ruangan

Bahan partikel yang terdapat di dalam ruangan dapat saja sama dengan di luar ruangan, hanya saja kadarnya berbeda. Partikel di dalam ruangan dapat terdiri dari partikel debu rumah, partikel asap rokok, dan bahan alat kecantikan (parfum, hair spray, dan lain-lain). Perbedaan bahan polutan di dalam dan di luar ruangan tergantung dari beberapa faktor seperti:

a. Gaya hidup individu (life style) b. Keadaan sosial ekonomi c. Struktur gedung

d. Kondisi bahan polutan di dalam dan di luar ruangan e. Ventilasi dan sistem pendingin ruangan (AC) f. Geografi dan geologi

Bahan polutan berupa gas, dan partikel di dalam ruangan (indoor), yaitu gas karbon monoksida (CO), oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), amoniak (NH3

Asap rokok, asap yang berasal dari dapur atau pemakaian obat nyamuk menjadi sumber polutan dalam ruangan. Sumber lain dari bahan polutan di dalam ruangan bisa juga berasal dari perlengkapan pekerja seperti pakaian, sepatu, ataupun perlengkapan lainnya yang dibawa masuk ke dalam rumah dan tempat kerja (Situmorang, 2011).

), dan polutan partikel hidup (Mukono, 2006).

(37)

Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap gas lain. Ciri lainnya yaitu tidak berwarna bersifat iritan kuat bagi kulit dan selaput lendir, bau yang tajam, tidak terbakar dan tidak meledak (Fardiaz, 1992).

2.10.1. Sumber dan Distribusi SO2 Gas SO

(Sulfur dioksida)

2 (Sulfur dioksida) dihasilkan dari pembakaran senyawa-senyawa yang

mengandung unsur belerang. Gas SO2 (Sulfur dioksida) yang terdapat di udara biasanya

bercampur dengan gas SO3

Sumber emisi gas Sulfur dioksida yang terbanyak berasal dari alam. Pembakaran yang tidak bergerak, proses dalam industri, limbah padat, dan pembakaran limbah pertanian adalah merupakan sumber emisi. Sebagian SO

(Sulfur trioksida) dan campuran ini diberi simbol sebagai SOx.

2 yang berada di atmosfer akan diubah menjadi SO3

-selanjutnya akan menjadi H2SO4

Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur misalnya pembakaran batu arang, kayu, minyak bakar, akan menghasilkan kedua bentuk Sulfur dioksida, tetapi jumlahnya relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Meskipun udara yang tersedia dalam jumlah yang cukup, SO

oleh proses-proses fotolisis-penguraian zat oleh

cahaya-dan katalisis yaitu efek yang dihasilkan oleh sejumlah kecil zat pada saat berlangsungnya suatu reaksi kimia (Sunu, 2001).

2 selalu terbentuk dalam jumlah yang cukup

besar. Mekanisme pembentukan SOx

S + O

dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut:

2 SO2

2SO2 + O2 2SO

Sulfur dioksida sebagai salah satu bahan pencemar yang berasal dari aktivitas manusia

hanya terkonsentrasi pada daerah tertentu dimana bahan pencemar tersebut dihasilkan sedangkan Sulfur dioksida yang berasal dari alam biasanya menyebar secara merata.

(38)

2.10.2. Dampak SO2

Konsentrasi dan kontak SO

(Sulfur dioksida) Terhadap Lingkungan

2 dapat mempengaruhi kerusakan tanaman. Ini bisa terjadi

apabila kontak yang dilakukan oleh SO2

Kerusakan akut pada tanaman disebabkan karena kemampuan tanaman untuk mengubah SO

pada konsentrasi yang tinggi dengan waktu yang singkat, gejala yang tampak pada tanaman adalah menjadi kering dan mati, serta warna yang tampak memucat. Jika kontak yang terjadi berlangsung dalam waktu yang lama akan menyebabkan kerusakan kronis, yang ditandai dengan menguningnya warna daun akibat terhambatnya mekanisme pembentukan khlorofil.

2 yang disebut absorbsi H2SO4

2.10.3. Dampak SO

kemudian menjadi sulfat. Garam-garam tesebut terkumpul pada ujung atau tepi daun. Sulfat yang terbentuk pada daun terkumpul dengan sulfat yang diabsorbsi melalui akar, dan jika akumulasi cukup tinggi terjasi gejala kronis yang disertai dengan gugurnya daun.

2 SO

(Sulfur dioksida) Terhadap Kesehatan

2 merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama bagi penderita

penyakit kronis sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Meskipun pada konsentarsi yang relatif rendah,penderita tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2

Iritasi sistem pernafasan adalah dampak polutan SO

(Sunu, 2001).

x terhadap manusia, beberapa

penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5

ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada konsentrasi 1-2 ppm. SO2 dianggap sebagai polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap

orang tua dan penderita riwayat penyakit kronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Individu yang memiliki gejala tersebut sangat sensitif terhadap kontak SO2

Sulfur dioksida adalah senyawa yang mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan bagian atas yang tidak lebih dalam dari larynx. Spasme temporer otot-otot polos

(39)

pada bronchioli dapat timbul akibat kadar SO2 yang rendah. Apabila kadar SO2

Dalam Permenkes No. 1077 Tahun 2011 mengenai Pedoman Penyehatan Udara Dalam Rumah menyatakan bahwa dampak SO

semakin tinggi maka akan mengakibatkan peradangan yang hebat pada selaput lendir dan bila pada konsentrasi yang rendah (6-12 ppm), akan tetapi pemaparan terjadi berulang-ulang maka dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia dan metaplasia sel-sel epitel. Metaplasia ini dicurigai dapat berubah menjadi kanker (Soemirat, 2009).

2

Tabel 2.3. Pengaruh SO

(Sulfur dioksida) lainnya diantaranya adalah

dapat mempengaruhi sistem pernafasan dan gangguan fungsi paru, menyebabkan iritasi pada mata, memicu asma dan bronkhitis serta tekanan darah rendah, nadi cepat dan sakit kepala.

2 Terhadap Manusia Konsentrasi (ppm) Pengaruh

3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya 8-12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi

tenggorokan

20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi mata

20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan batuk

20 Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam

waktu yang lama

50-100 Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu singkat (30 menit)

400-500 Berbahaya walaupun hanya kontak dalam waktu

singkat

(40)

2.11. Kerangka Konsep 2.21.

2.12. Hipotesis

2.12.1 Hipotesis Mayor

1. Ada hubungan antara jarak rumah dengan kadar SO2

2. Ada hubungan antara komponen rumah dengan kadar SO

(Sulfur dioksida) dalam rumah di

sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2

2.12.2 Hipotesi Minor

(Sulfur dioksida) dalam rumah

di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1. Ada hubungan antara langit-langit rumah dengan kadar SO2 (Sulfur dioksida) dalam

rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

Jarak TPA Namo Bintang ke Perumahan

3. Jendela kamar tidur 4. Jendela ruang keluarga

& ruang tamu 5. Ventilasi

6. Sarana pembuangan asap dapur

SO2 ( Sulfur dioksida )

Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah :

(41)

3. Ada hubungan antara konstruksi dinding rumah dengan kadar SO2

4. Ada hubungan antara jendela kamar rumah dengan kadar SO

(Sulfur dioksida)

dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2

5. Ada hubungan antara jendela ruang keluarga & ruang tamu rumah dengan kadar SO

(Sulfur dioksida) dalam

rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2

6. Ada hubungan antara ventilasi dengan kadar SO

(Sulfur dioksida) dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)

Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2

7. Ada hubungan antara sarana pembuangan asap dapur dengan kadar SO

(Sulfur dioksida) dalam rumah di

sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2 (Sulfur dioksida)

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei bersifat analitik dengan rancangan penelitian

cross-sectional yaitu pendekatan yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti dalam

kurun suatu waktu.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1.Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada perumahan penduduk yang ada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah : 1. Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang adalah salah satu tempat

pembungan akhir sampah terbesar di kota Medan.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Siregar (2011), ditemukan kadar SO2

3. Di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang banyak berdiri rumah-rumah penduduk.

(Sulfur dioksida) di daerah TPA Namo Bintang melebihi syarat baku mutu udara

ambien yang ditetapkan oleh PP No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 1199,29 µg/�3 dengan syarat baku mutu udara ambien adalah sebesar ≤ 900 µg/�3.

3.2.2.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-September tahun 2012. 3.3.Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah SO2 (Sulfur dioksida) dalam udara di rumah yang berada

(43)

melakukan pengukuran pada kualitas fisik udara dalam rumah penduduk yang berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang.

3.4.Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah yang berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang pada daerah Dusun III Desa Baru, alasan pengambilan populasi ini adalah posisi perumahan berada dekat dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, yaitu di sebelah barat daya dari lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Metode pengambilan sampel adalah dengan cara penarikan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu dengan cara undi dengan jarak rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang adalah hingga radius 300 meter. Untuk mendapatkan besar sampel dari populasi rumah yang tidak diketahui jumlahnya dapat menggunakan rumus :

�∝ = Nilai distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan α

(44)

3.5.Metode Pengumpulan Data 3.5.1.Data Primer

Untuk data komponen rumah diperoleh dengan melakukan observasi, kemudian untuk data jarak rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang diperoleh dengan menggunakan GPS (Global Positioning System)Garmin Map 76CSx. Jarak TPA Sampah terhadap rumah penduduk, diukur mulai dari titik terluar TPA hingga radius 300 meter. Kadar SO2 (Sulfur dioksida) dalam rumah diperoleh melalui pengukuran SO2

3.5.2.Data Sekunder

(Sulfur dioksida) dengan menggunakan spektrofotometer dengan metode pararosanilin.

Sedangkan kualitas fisik udara dalam rumah diukur dengan menggunakan alat pengukur suhu, kecepatan angin dan kelembaban udara.

Diperoleh dari literatur perpustakaan, pencatatan data-data TPA Namo Bintang dari Dinas Kebersihan Kota Medan, kantor kepala Desa Baru.

3.6.Lokasi Pengukuran Lokasi pengukuran SO2

3.7.Defenisi Operasional

(Sulfur dioksida) yang dilakukan di dalam rumah yang

berada di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang dilakukan pada 1 titik yaitu pada bagian ruang tamu/keluarga.

1. Jarak Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang ke perumahan adalah jarak dari titik terluar Tempat Pembungan Akhir (TPA) sampah dengan rumah dalam satuan meter.

2. Langit-langit atau plafon adalah ialah permukaan interior atas yang berhubungan dengan bagian atas sebua

(45)

4. Jendela kamar adalah lubang yang dapat diberi tutup dan berfungsi sebagai tempat keluar masuk udara yang berada di kamar.

5. Jendela ruang tamu adalah lubang yang dapat diberi tutup dan berfungsi sebagai tempat keluar masuk udara yang berada di ruang tamu.

6. Ventilasi adalah lubang tempat udara dapat keluar masuk secara bebas dalam rumah yang terdiri atas ventilasi alami dan ventilasi buatan.

7. Sarana pembuangan asap dapur adalah media yang dipakai sebagai pembuangan asap dapur.

8. SO2

9. Suhu adalah ukuran kuantitatif terhadap temperatur; panas dan dingin, diukur dengan termometer dengan satuan ºC.

(Sulfur dioksida) adalah senyawa yang tidak mudah terbakar, tidak berwarna yang

dapat berada di udara dalam bentuk gas dan dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa pada mata, hidung, dan tenggorokan.

10.Kecepatan angin adalah kuantitatif terhadap jarak per satuan waktu gerakan udara yang diukur dengan anemometer dengan satuan m/s.

11.Kelembaban udara adalah kuantitatif uap air yang dikandung oleh udara yang diukur dengan higrometer.

3.8.Aspek Pengukuran SO2 1. Mengukur kadar SO

(Sulfur dioksida)

2

2. Pengukuran dilakukan pada hari Jumat-Minggu (27-29 Juli 2012) mulai dari pukul 09.00-13.00 WIB.

(Sulfur dioksida) di udara dengan menggunakan alat Impinger Gas

Sample. Hasil pengukuran akan dibandingkan dengan kualitas kimiawi udara rumah

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1077 Tahun 2011 yaitu sebesar 0,1 ppm.

3.9.Cara pemeriksaan SO2 3.9.1. Prosedur Pemeriksaan SO

(Sulfur dioksida)

(46)

Prosedur Impinger Gas Sampler adalah sebagai berikut:

1. Kabel power dihubungkan dengan arus listrik, kemudian pompa vacum dihidupkan dengan menggunakan panel ke posisi ON.

2. Masing-masing skala flow meter diatur debitnya dan dalam posisi low atau high sesuai dengan aliran udara yang dikehendaki.

3. Jika pengambilan sampel telah selesai, matikan alat dengan mengubah panel vacum ke posisi OFF.

4. Masing-masing tabung impinger yang berisi larutan absorbans dilepas kemudian larutan absorbans dipindahkan ke dalam botol sampel warna gelap/cokelat dan diberi tanda, kemudian disimpan dalam kotak pendingin tempat sampel.

5. Selanjutnya pengujian sampel gas dapat diperiksa di laboratorium. 3.9.2 Metode Analisa SO2

1. Prinsip Kerja

dengan Pararosanilin

SO2

2. Peralatan dan Bahan

bereaksi dengan Kalium tetraclhoromerkurat (TCM) membentuk ion

dichlorosulfitmerkurat yang bereaksi dengan pararosanilin hydrochloric dalam HCl dan

formaldehyde membentuk warna merah ungu. Intensitasnya dapat diukur dengan

menggunakan spectrophotometer pada panjang gelombang 575 nm.

a. Peralatan:

Spectrophotometer

b. Bahan:

- Larutan absorban SO - Asam sulfanilat

2

(47)

- Aquabidest 3. Cara Pembuatan

a. Larutan absorban dalam impinge hasil sampling dimasukkan dalam labu ukur 25 ml. b. Ditambah 1 ml larutan asam sulfina kemudian dicampur dan ditambah 2 ml

formadehyde, dicampur selanjutnya ditambah 5 ml pararosanilin, dicampur dan

ditambahkan aquabidest panas sampai batas tanda.

c. Dicampur hingga homogen dan didiamkan selama 30 menit supaya bereaksi sempurna. d. Diambil 10 ml larutan sampel uji masukkan dalam kuvet yang bersih dan dibaca

dengan spectrophotometer pada panjang gelombang 575 nm. e. Catat hasilnya, misalnya X.

f. Dari hasil pembacaan sampel uji (X) letakkan pada skala absorban. g. Tarik garis horizontal ke arah garis linear sejajar garis konsentrasi. h. Tarik garis vertikal ke arah skala konsentrasi sejajar absorban. i. Titik pertemuan pada garis konsentrasi dibaca dan dicatat.

j. Setelah didapat hasil konsentrasi pada sampel dari pembacaan kurva, kemudian hasilnya dibaca lagi dengan menggunakan rumus:

Kadar SO

Dimana: Y = hasil pembacaan pada kurva standar (µg/�3)

2 = ���

Q = volume udara yang terhisap (liter/menit) T = waktu sampling (menit)

4. Perhitungan a. Konsentrasi SO2

Jumlah SO

dalam larutan standar

2 (µg) tiap 1 ml larutan standar yang digunakan dapat dihitung dengan

(48)

��2(µg) = 100� �

69 : Berat molekul NaSO

2

f : Faktor yang menunjukkan jumlah mol NaSO

2

2 yang menghasilkan

warna yang setara dengan 1 mol SO2

10/100 : Faktor pengenceran dari larutan induk NaSO (nilai f = 0,82)

106 : Konversi dari g ke µg.

2

b. Volum contoh uji udara yang diambil

Volum contoh uji udara yangdiambil, dihitung pada kondisi normal (25ºC, 760mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

� = �1+�2

V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25ºC, 76 mmHg

(49)

c. Konsentrasi SO2

Konsentrasi SO

di udara ambient

2

Keterangan:

di dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

���2 = �� � 10

25� 1000

C : Konsentrasi SO2

b : Jumlah SO

diudara (µg/��3)

2

V : Volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25ºC, 760mmHg

dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (µg)

10

25 : Faktor pengenceran 1000 : Konversi liter ke �3 3.10. Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpul kemudian diolah dengan cara : 1. Editing

Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan, misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan, dan keseragaman data.

2. Koding

Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk memberikan simbol-simbol tertentu.

3. Tabulasi

(50)

4. Cleaning

Yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak saat memasukkan data ke dalam komputer.

3.11. Teknik Analisis Data 3.11.1. Univariat

Yaitu melakukan analisis pada seluruh variabel yaitu komponen rumah, jarak rumah dan kualitas fisik udara (suhu, kecepatan angin, dan kelembaban udara) dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang serta kualitas udara dalam rumah yaitu kadar SO2

3.11.2. Bivariat

(Sulfur dioksida) untuk mendeskripsikan tiap variabel yang diteliti.

Analisis bivariat dilakukan dengan uji Anova dan t-test untuk mengetahui hubungan komponen rumah, dan jarak rumah dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang dengan kualitas udara yaitu kadar SO2 (Sulfur dioksida). Pada

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Baru yang berada di Kecamatan Pancur Batu dengan luas wilayah ± 400 Ha. Desa Baru berada ± 1 km atau memerlukan waktu ± 5 menit ke Ibukota Kecamataan Pancur Batu. Desa Baru dibagi menjadi 5 (lima) dusun, yaitu : Dusun I dengan luas wilayah ± 80 Ha, Dusun II A dengan luas wilayah ± 70 Ha, Dusun II B dengan luas wilayah ± 75 Ha, Dusun III dengan luas wilayah ± 110 Ha, dan Dusun IV dengan luas wilayah ± 75 Ha (Profil Desa Baru Tahun 2012).

4.1.1. Keadaan Geografi

Desa Baru berada pada ketinggian yang relatif rendah. Adapun batas Desa Baru di tinjau dari letaknya adalah sebagai berikut :

− Sebelah Utara : Kota Madya Medan dan Desa Namo Bintang

− Sebelah Selatan : Desa Namo Bintang

− Sebelah Barat : Desa Namo Simpur

− Sebelah Timur : Desa Lama dan Desa Durin

(52)

4.1.2. Gambaran Kependudukan

Dari data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Baru yaitu data penduduk dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Desa Baru Dari Tahun 2011 – 2012

No. Tahun Jumlah KK Jumlah Jiwa Jumlah

Sumber : Profil Desa Baru Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Baru adalah sebanyak 1.608 kepala keluarga atau 6.154 jiwa yang terdiri atas 3.000 laki-laki dan 3.154 perempuan. 4.2. Hasil Survei dan Observasi Terhadap Komponen Rumah

4.2.1. Gambaran Komponen Rumah

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data di lapangan maka hasil observasi terhadap masing-masing rumah yang diambil sebagai sampel dari Dusun III Desa Baru ada sebanyak 32 rumah dan hasil observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 4.2.1.1. Keadaan Langit-langit Rumah

Gambaran keadaan Langit-langit rumah di Dusun III Desa Baru tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Keadaan Langit-langit Rumah Penduduk Dusun III Desa Baru Tahun 2012

No. Keadaan Langit-langit Rumah Jumlah Persentase (%)

1. Gipsum 3 9,40

2. Tripleks 3 9,40

3. Tidak Ada 26 81,20

Jumlah 32 100,00

(53)

4.2.1.2. Keadaan Dinding Rumah

Gambaran keadaan dinding rumah di Dusun III Desa Baru tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Keadaan Dinding Rumah Penduduk Dusun III Desa Baru Tahun 2012

No. Keadaan Dinding Rumah Jumlah Persentase (%)

1. Tembok yang dilapisi semen/diplester 18 56,20 2. Anyaman bambu dan kayu yang

disusun rapat

3 9,40

3. Lainnya 11 33,40

Jumlah 32 100,00

Dari Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah dinding rumah berupa tembok yang dilapisi semen/diplester ada sebanyak 18 rumah (56,20%) sedangkan selebihnya terdiri atas anyaman bambu dan kayu yang disusun rapat sebanyak 3 (9,40%) dan lainnya yaitu sebagian dinding diplester dan sebagian lagi berupa anyaman bambu dan kayu pada dinding yang sama sebanyak 11 (33,40%).

4.2.1.3. Keadaan Jendela Kamar Tidur Rumah

Gambaran keadaan jendela kamar tidur rumah di Dusun III Desa Baru tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Keadaan Jendela Kamar Tidur Rumah Penduduk Dusun III Desa Baru Tahun 2012

No. Keadaan Jendela Kamar Tidur

Rumah Jumlah Persentase (%)

1. Ada 29 90,62

2. Tidak ada 3 9,38

Jumlah 32 100,00

Dari Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 32 rumah yang diobservasi yang memiliki jendela kamar tidur rumah ada sebanyak 29 rumah (90,62%), sedangkan 3 rumah lainnya (9,38%) tidak memiliki jendela kamar tidur rumah.

4.2.1.4. Keadaan Jendela Ruang Keluarga dan Tamu Rumah

(54)

Tabel 4.5 Keadaan Jendela Ruang Keluarga dan Tamu Rumah Penduduk Dusun III Desa Baru Tahun 2012

No. Keadaan Jendela Ruang

Keluarga dan Tamu Rumah Jumlah Persentase (%)

1. Ada 30 93,75

2. Tidak ada 2 6,25

Jumlah 32 100,00

Dari Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa dari 32 rumah yang diobservasi yang memiliki jendela ruang keluarga dan tamu ada sebanyak 30 rumah (93,75%) sedangkan 2 rumah lainnya (6,25%) tidak memiliki jendela ruang keluarga dan tamu rumah.

4.2.1.5. Keadaan Ventilasi Rumah

Gambaran keadaan ventilasi rumah penduduk di Dusun III Desa Baru tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Keadaan Ventilasi Rumah Penduduk Dusun III Desa Baru Tahun 2012

No. Keadaan Ventilasi Rumah Jumlah Persentase (%) Ventilasi Tetap

Ventilasi Buatan

1. Ada 14 43,75

2. Tidak ada 18 56,25

Jumlah 32 100,00

(55)

4.2.1.6. Keadaan Sarana Pembuangan Asap Dapur

Gambaran keadaan sarana pembuangan asap dapur rumah di Dusun III Desa Baru tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Keadaan Sarana Pembuangan Asap Dapur Penduduk Dusun III Desa Baru Tahun 2012

No. Keadaan Sarana Pembuangan

Asap Dapur Jumlah Persentase (%)

1. Ada 5 15,63

2. Tidak ada 27 84,37

Jumlah 32 100,00

Dari Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 32 rumah yang diobservasi yang memiliki sarana pembuangan asap dapur ada sebanyak 5 rumah (15,63%), sedangkan 27 rumah lainnya (84,37%) tidak memiliki sarana pembuangan asap dapur.

4.3. Hasil Pengukuran Jarak Rumah Dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Namo Bintang

(56)

Tabel 4.8 Pengukuran Jarak Rumah di Dusun III Desa Baru dari

(57)

Tabel 4.9 Distribusi Hasil Pengukuran Jarak Rumah Dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Dusun III Desa Baru Tahun 2012

Jarak Rumah Dari

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa rata-rata jarak antara rumah penduduk di Dusun III Desa baru dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang adalah pada jarak 229,71 meter. Sedangkan range jarak rumah dengan TPA Namo Bintang adalah 25-291 meter.

4.4. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah

Pengukuran kualitas fisik udara yang mencakup suhu, kecepatan angin dan kelembaban diukur dengan menggunakan alat bantu pengukur suhu yaitu termometer, mengukur kecepatan angin dengan menggunakan anemometer dan kelembapan udara dengan menggunakan higrometer.

Tabel 4.10 Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Dusun III Desa Baru Tahun 2012

Sampel Range Rata-rata

1. Suhu 32 29,80 -36,40 (ºC)

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa range suhu dalam rumah berkisar 29,80-36,40 (ºC) dengan rata-rata 33,69 (ºC). Range kecepatan angin 0,10-0,40 m/s dengan rata-rata adalah 0,281 m/s. Range kelembaban dalam rumah 45-85% dengan rata-rata 58,03%.

(58)

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Sampah

di Dusun III Desa Baru Tahun 2012

No. Karakteristik Jumlah Persentase

(%)

Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa responden yang memiliki rumah dengan suhu dalam rumah memenuhi syarat yaitu 18-30 ºC ada sebanyak 3 rumah (9,37%), dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 29 rumah (90,63%). Responden yang memiliki rumah dengan kecepatan angin dalam rumah memenuhi syarat yaitu 0,15-0,25 m/s ada sebanyak 5 rumah (15,62%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 27 rumah (84,38%). Responden yang memiliki rumah dengan kelembaban yang memenuhi syarat yaitu 40-60% ada sebanyak 22 rumah (68,75%) dan tidak memenuhi syarat ada sebanyak 10 rumah (31,25%).

4.5. Hasil Pengukuran SO2 Pengukuran kadar SO

(Sulfur dioksida) Dalam Rumah

2

Tabel 4.12 Pengukuran SO

(Sulfur dioksida) dalam rumah dilakukan menggunakan

spektrofotometer dengan metode pararosanilin. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel

berikut:

2

Desa Baru Tahun 2012

(Sulfur dioksida) Dalam Rumah di Dusun III Parameter Kimiawi

Udara Dalam Rumah

Jumlah

Gambar

Tabel. 2.2. Jenis-jenis Pencemaran Udara
Tabel 2.3. Pengaruh SO
Tabel 4.2 Keadaan Langit-langit Rumah Penduduk Dusun III Desa Baru  Tahun 2012
Tabel 4.3 Keadaan Dinding Rumah Penduduk Dusun III Desa Baru Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dampak positif dapat dilihat adanya sumber pendapatan rumah tangga di TPAS “ Namo Bintang ” dan adanya nilai tambah dari hasil pengolahan sampah, sedangkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) teknik usaha ternak sapi yang dilakukan penduduk peternak sapi, di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten

Penduduk hendaknya melakukan perbaikan pada bagian komponen rumah (langit-langit atau plafon, konstruksi dinding, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga &

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kepadatan lalat dengan kejadian diare pada anak balita yang bermukim disekitar TPA Namo Bintang Tahun

Analisis Resiko Asupan Mangan Melalui Air Minum Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Sekitar Kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Rawa Kucing Kecamatan Tangerang Provinsi

Uji biodegradasi LDPE telah dilakukan dengan bakteri yang diisolasi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang, Medan Tuntungan.. Skrining bakteri pendegradasi

PELAKSANAAN PENELITIAN LOKASI TPA NAMO BINTANG LOKASI LABORATORIU M PENGAMBLAN SAMPLE SAMPAH PEMILAHAN SAMPLE SAMPAH PENIMBANGAN SAMPLE SAMPAH PERHITINGAN KOMPOSISI SAMPAH

Kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan judul Mengubah Sampah Organik menjadi Pupuk organik di Desa Namo Bintang pada bulan Mei – November 2019.. Kegiatan ini